otomatis, setiap daerah pasti mempunyai ideologi dan hukum yang berbeda satu sama lain,
sesuai dengan adat-istiadat yang berlaku dalam daerah tersebut. Namun, semua perbedaan
tersebut dapat ditranskripsikan dalam satu ideologi yang dinamakan Pancasila dan UUD 1945
dengan menggunakan bahasa Indonesia dalam penyusunannya.
Kendati demikian, penerapan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa
bukan berarti tanpa hambatan. Banyak pihak yang justru memakai bahasa Indonesia sebagai alat
untuk menciptakan disintegrasi bangsa dengan jalan provokasi. Hal ini dapat diibaratakn sebagai
fenomena gunung es. Apa bila dilihat dari atas laut terlihat kecil, akan tetapi jika ditelusuri ke
bawah laut, akan terlihat bongkahan es yang begitu besar memaku sampai ke dasar laut.
Demikian halnya dengan pihak-pihak yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat
provokasi dalam arti negatif. Secara sekilas, tak nampak adanya penyelewengan dalam
penggunaan bahasa Indonesia, mereka nampak seperti pemberontak kecil yang menyuarakan
aspirasinya. Akan tetapi, bila ditelisik lebih jauh, ternyata mereka mempersiapkan usaha untuk
memecah belah bangsa Indonesia.
Kini, menjadi tugas kita untuk mengembalikan bahasa Indonesia ke dalam fungsi yang
sesungguhya. Perlu kembali direnungkan betapa pentingnya peranan bahasa Indonesia dalam
proses integrasi bangsa. Karena sesunggunya tak ada yang bisa mempertahankan kedaulatan
bangsa Indonesia kecuali kita sendiri, rakyat Indonesia. Untuk mempertahankan kedaulatan
tersebut, kita harus mengupayakan adanya komunikasi. Dan komunikasi tersebut hanya dapat
kita lakukan dengan bahasa persatuan kita, bahasa Indonesia.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang lahir dengan keberagaman suku, adat, ras,
golongan dan agama. Indonesia memiliki lebih dari 700 bahasa. Dengan keberagaman tersebut,
Indonesia memerlukan satu bahasa yang bisa dimengerti semua Warga Negara dan menjadi
pemersatu bangsa. Bahasa adalah alat komunikasi bagi manusia, baik secara lisan maupun
tertulis. Hal ini merupakan bahasa yang tidak dihubungkan dengan status dan nilai-nilai sosial.
Setelah dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari yang di dalamnya selalu ada nilai-nilai dan
status bahasa yang tidak dapat ditinggalkan.
Bahasa mempunyai fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan
seseorang, karena dengan menggunakan bahasa seseorang juga dapat mengekspresikan dirinya,
fungsi bahasa sangat beragam. Bahasa digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi, selain itu
bahasa juga digunakan sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam
lingkunga atau situasi tertentu dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bahasa memang sangat penting digunakan.
Karena bahasa merupakan simbol yang dihasilkan menjadi alat ucap yang digunakan oleh
sesama masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari hampir semua aktifitas kita menggunakan
bahasa. Baik menggunakan bahasa secara lisan maupun secara tulisan dan bahasa tubuh.
Salah satu peranan bahasa yaitu sebagai alat komunikasi lingual manusia, baik secara
lisan maupun tertulis. Ini adalah fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan status dan
nilai-nilai sosial. Setelah dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, yang di dalamnya selalu
ada nilai-nilai dan status, bahasa tidak dapat ditinggalkan. Ia selalu mengikuti kehidupan
manusia sehari-hari, baik sebagai manusia anggota suku maupun anggota bangsa. Karena kondisi
dan pentingnya bahasa itulah, maka ia diberi label secara eksplisit oleh pemakainya yang
berupa kedudukan dan fungsi tertentu.
Kedudukan dan fungsi bahasa yang dipakai oleh pemakainya (baca: masyarakat bahasa)
perlu dirumuskan secara eksplisit, sebab kejelasan label yang diberikan akan mempengaruhi
masa depan bahasa yang bersangkutan. Pemakaiannya akan menyikapinya secara jelas
terhadapnya. Pemakaiannya akan memperlakukannya sesuai dengan label yang dikenakan
padanya.
Sebagai bagian erat bangsa Indonesia, Bahasa Indonesia memiliki kedudukan istimewa.
Selain itu bahasa adalah cermin dari karakter bangsa seperti sebuah kutipan Bahasa Itu
Menunjukkan Bangsa. Dari kutipan tersebut sudah jelas bahwa cara masyarakat menggunakan
bahasa menunjukkan cara berfikir masyarakat. Mengapa demikian? Karena bahasa adalah hasil
dari sebuah pemikiran. Seperti dikatakan Stephen R Covey, seorang pakar psikologi menyatakan,
bahwa suatu ucapan (hasil bekerjanya lidah dan bibir) itu terlahir sebagai hasil dari proses
berfikir (pikiran).
Bahasa Indonesia dikenal secara luas sejak Soempah Pemoeda, 28 Oktober 1928, yang
menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Pada saat itu para pemuda sepakat untuk
mengangkat bahasa Melayu-Riau sebagai bahasa Indonesia. Para pemuda melihat bahwa bahasa
Indonesialah yang berpotensi dapat mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri atas ratusan
suku vangsa atau etnik. Pengangkatan status ini ternyata bukan hanya isapan jempol. Bahasa
Indonesia bisa menjalankan fungsi sebagai pemersatu bangsa Indonesia. Dengan menggunakan
bahasa Indonesia rasa kesatuan dan persatuan bangsa yang berbagai etnis terpupuk. Kehadiran
bahasaIndonesia di tengah-tengah ratusan bahasa daerah tidak menimbulkan sentimen negatif
bagi etnis yang menggunakannya. Sebaliknya, justru kehadiran bahasa Indonesia dianggap
sebagai pelindung sentimen kedaerahan dan sebagai penengah ego kesukuan.
Dalam hubungannya sebagai alat untuk menyatukan berbagai suku yang mempunyai latar
belakang budaya dan bahasa masing-masing, bahasa Indonesia justru dapat menyerasikan hidup
sebagai bangsa yang bersatu tanpa meinggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilainilai sosial budaya serta latar belakang bahasa etnik yang bersangkutan. Bahkan, lebih dari itu,
dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan ini, kepentingan nasional diletakkan jauh di
atas kepentingan daerah dan golongan.
Latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda-beda berpotensi untuk menghambat
perhubungan antardaerah antarbudaya. Tetapi, berkat bahasa Indonesia, etnis yang satu bisa
berhubungan dengan etnis yang lain sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman. Setiap orang Indonesia apa pun latar belakang etnisnya dapat bepergian ke
pelosok-pelosok tanah air dengan memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.
Kenyataan ini membuat adanya peningkatan dalam penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia
dalamn fungsinya sebagai alat perhubungan antardaerah antarbudaya. Semuanya terjadi karena
bertambah baiknya sarana perhubungan, bertambah luasnya pemakaian alat perhubungan umum,
bertambah banyaknya jumlah perkawinan antarsuku, dan bertambah banyaknya perpindahan
pegawai negeri atau karyawan swasta dari daerah satu ke daerah yang lain karena mutasi tugas
atau inisiatif sendiri.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional mulau dikenal sejak 17 Agustus 1945 ketika
bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Dalam kedudukan sebagai bahasa nasional,
bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggaan nasional atau lambang kebangsaan.
Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan.
Melalui bahasa nasional, bangsa Indonesia menyatakan harga diri dan nilai-nilai budaya yang
dapat dijadikan pegangan hidup. Atas dasar kebanggaan ini, bahasa Indonesia dipelihara dan
dikembangkan oleh bangsa Indonesia. Rasa kebanggaan menggunakan bahasa Indonesia ini pun
terus dibina dan dijaga oelh bangsa Indonesia. Sebagai lambang identitas nasional, bahasa
Indonesia dijunjung tinggi di samping bendera nasional, Merah Putih, dan lagu nasional bangsa
Indonesia, Indonesia Raya. Dalam melaksanakan fungsi ini, bahasa Indonesia tentulah harus
memiliki identitasnya sendiri sehingga serasi dengan lambang kebangsaan lainnya. Bahasa
Indonesia dapat mewakili identitasnya sendiri apabila masyarakat pemakainya membina dan
mengembangkannya sedemikian rupa sehingga bersih dari unsur-unsur bahasa lain, yang
memang benar-benar tidak diperlukan, misalnya istilah/kata dari bahasa Inggris yang sering
diadopsi, padahal istilah.kata tersebut sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
Permasalahannya adalah masyarakat Indonesia saat ini menggunakan bahasa seringkali
tidak pada tempatnya. Setidaknya ada 5 hal yang harus digarisbawahi tentang bagaimana
masyarakat Indonesia menggunakan bahasanya. Diantaranya sebagai berikut :
bisa melihat setiap hari ditelevisi banyak tokoh publik menggunakan bahasa asing. Hal ini tentu
sangat memprihatinkan. Tokoh publik adalah figur bagi masyarakat yang senantiasa menjadi
tiruan masyarakat. Kalau sudah begini lalu bagaimana?. Diperlukan kesadaran semua pihak
untuk untuk kembali menggunakan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa.
Sumber:
http://riosaputraa.blogspot.com/2012/10/bahasa-sebagai-lambang-pemersatu.html
http://diemav.blogspot.com/2012/10/bahasa-sebagai-alat-pemersatu-bangsa.html
http://indra-prastiyo.blogspot.com/2013/10/2.html
sebuah simbol dari jati diri bangsa yang bermartabat. Meskipun bukan merupakan bahasa
internasional, tetapi akan lebih bijak jika bahasa Indonesia terus dilestarikan. Apalagi, sekarang
mulai muncul bahasa-bahasa yang jauh dari pakem bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Memang setiap bahasa mengalami perkembangan seiring dengan budaya dan jaman yang makin
berkembang, namun tidak seharusnya sebuah bahasa persatuan yang telah digagas dan dilahirkan
dengan penuh semangat perjuangan oleh para pejuang bangsa diabaikan dan dipandang sebelah
mata. Bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia selayaknya dijadikan sebuah kebanggaan sebuah
bangsa yang selalu bangga berbahasa Indonesia.
Meskipun, sekarang mulai merebak ekspansi dari belahan dunia lain yang dikemas melalui
hiburan yang mengempur tanah air kita, sehingga menyebabkan generasi muda mulai
berbondong-bondong berlatih bahasa asing hanya karena tergila-gila akan budaya dan hiburan
dari negara asing yang mereka bawa, namun tak selayaknya bahasa Indonesia terpinggirkan dan
hanya digunakan sebagai sebuah bahasa komunikasi saja. Seperti yang terjadi akhir-akhir ini,
dimana para remaja Indonesia terkena demam musik dan hiburan dari negeri Korea atau yang
biasa disebut demam K-Pop, sehingga banyak orang mulai belajar bahasa Korea.
Hal tersebut membuat kita seperti sebuah bangsa yang abu-abu, yang tidak memiliki jati diri
yang utuh, dimana kita berbangsa Indonesia, namun bangga menggunakan bahasa asing.
Sebenarnya bahasa asing bukanlah sesuatu yang harus dihindari, bahkan, memiliki kemampuan
bahasa asing merupakan nilai positif bagi seseorang. Namun, hendaknya penggunaan bahasa
asing digunakan secara proporsional dan kondisional. Sedangkan ratusan bahasa daerah yang
dimiliki Indonesia merupakan kekayaan budaya bangsa yang menginterpretasikan kemajemukan
Indonesia yang beragam yang harus dijaga dan dilestarikan melalui panggung- panggung
kesenian tradisional atau dalam komunitas daerahnya .
Karena sebagai sebuah bangsa yang berdaulat dan memiliki bahasa nasional, kita wajib bangga
dan harus menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, terutama di wilayah teritorial
kita. Karena bangsa yang beradab dan memiliki peradaban tinggi, pasti akan bangga
menampilkan jati diri nya. Di mulai dengan menggunakan bahasa Indonesia secara utuh dalam
keseharian, maka kita telah memulai membangun sebuah peradaban yang berdaulat bagi bangsa
kita sendiri, bangsa Indonesia.
harus senantiasa kita jaga, kita lestarikan, dan secara terus-menerus harus kita bina dan kita
kembangkan agar tetap dapat memenuhi fungsinya sebagai sarana komunikasi modern yang
mampu membedakan bangsa kita dari bangsa-bangsa lain di dunia. Lebih-lebih dalam era global
seperti sekarang ini, jati diri suatu bangsa menjadi suatu hal yang amat penting untuk
dipertahankan agar bangsa kita tetap dapat menunjukkan keberadaannya di antara bangsa lain di
dunia. Namun, bagaimana kondisi kebahasaan kita sebagai jati diri bangsa saat ini?
Kalau kita lihat secara cermat, kondisi kebahasaan di Indonesia saat ini cukup memprihatinkan,
terutama penggunaan bahasa Indonesia di tempat umum, seperti pada nama bangunan, pusat
perbelanjaan, hotel dan restoran, serta kompleks perumahan, sudah mulai tergeser oleh bahasa
asing, terutama bahasa Inggris. Tempat yang seharusnya menggunakan bahasa Indonesia itu
mulai banyak yang menggunakan bahasa yang tidak lagi menunjukkan jati diri keindonesiaan.
Akibatnya, wajah Indonesia menjadi tampak asing di mata masyarakatnya sendiri. Kondisi
seperti itu harus kita sikapi dengan bijak agar kita tidak menjadi asing di negeri sendiri.
Di sisi lain, kita juga melihat sikap sebagian masyarakat yang tampaknya merasa lebih hebat,
lebih bergengsi, jika dapat menyelipkan beberapa kata asing dalam berbahasa Indonesia, padahal
kosakata asing yang digunakannya itu ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Misalnya,
sebagian masyarakat lebih suka menggunakan kata di-follow up-i, di-pending, meeting, dan on
the way. Padahal, kita memiliki kata ditindaklanjuti untuk di-follow up-i, kata ditunda untuk dipending, pertemuan atau rapat untuk meeting, dan sedang di jalan untuk on the way, lalu
mengapa kita harus menggunakan kata asing? Sikap yang tidak menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia itu, harus kita kikis karena kita harus mengutamakan penggunaan bahasa
Indonesia sebagai simbol jati diri bangsa.
Tidak seharusnya kita membiarkan bahasa Indonesia larut dalam arus komunikasi global yang
menggunakan media bahasa asing seperti itu. Jika hal seperti itu kita biarkan, tidak tertutup
kemungkinan jati diri keindonesiaan kita sebagai suatu bangsa pun akan pudar, bahkan tidak
tertutup kemungkinan terancam larut dalam arus budaya global. Jika hal itu terjadi, jangankan
berperan di tengah kehidupan global, menunjukkan jati diri keindonesiaan kita sebagai suatu
bangsa pun kita tidak mampu. Kondisi seperti itu tentu tidak akan kita biarkan terjadi. Oleh
karena itu, diperlukan berbagai upaya agar jati diri bangsa kita tetap hidup di antara bangsa lain
di dunia. Dalam konteks kehidupan global seperti itu, bahasa Indonesia sesungguhnya selain
merupakan jati diri bangsa, sekaligus juga merupakan simbol kedaulatan bangsa.
Selain bahasa Indonesia, sastra Indonesia juga merupakan bagian dari simbol jati diri bangsa.
Hal itu karena sastra pada dasarnya merupakan pencerminan, ekspresi, dan media pengungkap
tata nilai, pengalaman, dan penghayatan masyarakat terhadap kehidupan sebagai suatu bangsa.
Oleh karena itu, segala sesuatu yang terungkap dalam karya sastra Indonesia pada dasarnya juga
merupakan pencerminan dari jati diri bangsa Indonesia.
Jika sebagai suatu bangsa, salah satu simbol jati diri kita adalah bahasa dan sastra Indonesia;
sebagai anggota suatu komunitas etnis di Indonesia, simbol jati diri kita adalah bahasa dan sastra
daerah. Oleh karena itu, sebagai suatu simbol jati diri kedaerahan, bahasa dan sastra daerah juga
harus kita jaga dan kita pelihara untuk menunjukkan jati diri dan kebanggaan kita sebagai
anggota masyarakat daerah.
Sebagai warga negara Indonesia, kita tidak boleh kehilangan jati diri kita sebagai suatu bangsa
dan sebagai putra daerah, kita tidak boleh kehilangan jati diri kedaerahan kita agar kita tidak
tercerabut dari akar budayanya. Sebagai putra daerah, kita tidak boleh kehilangan jati diri
kedaerahannya, dan sebagai putra Indonesia, kita tidak boleh kehilangan jati diri kita sebagai
suatu bangsa.
Selain terungkap dalam simbol bahasa dan sastra, jati diri kita tercermin pula dari kekayaan seni
budaya, adat istiadat atau tradisi, tata nilai, dan juga perilaku budaya masyarakat. Terkait dengan
itu, Indonesia amat kaya akan keragaman seni budaya, adat istiadat atau tradisi, dan juga tata
nilai dan perilaku budaya. Sebagai unsur kekayaan budaya bangsa, seni budaya, adat istiadat atau
tradisi, tata nilai, dan perilaku budaya perlu dilestarikan dan dikembangkan sebagai simbol yang
dapat mencerminkan jati diri bangsa, baik dalam kaitannya dengan jati diri lokal maupun jati diri
nasional.
Satu hal lagi yang dapat menjadi simbol jati diri adalah kearifan lokal. Hampir setiap daerah di
Indonesia memiliki kearifan lokal yang merupakan pencerminan sikap, perilaku, dan tata nilai
komunitas pendukungnya. Kearifan lokal itu dapat digali dari berbagai sumber yang hidup di
masyarakat, yang diwariskan secara turun-temurun dari generasi leluhurnya dalam bentuk
pepatah, tembang, permainan, syair, kata bijak, dan berbagai bentuk lain. Kearifan lokal itu sarat
nilai yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan masa kini yang dapat memperkuat
kepribadian dan karakter masyarakat, serta sekaligus sebagai penyaring pengaruh budaya dari
luar.
Sebagai simbol jati diri bangsa, bahasa Indonesia harus terus dikembangkan agar tetap dapat
memenuhi fungsinya sebagai sarana komunikasi yang modern dalam berbagai bidang kehidupan.
Di samping itu, mutu penggunaannya pun harus terus ditingkatkan agar bahasa Indonesia dapat
menjadi sarana komunikasi yang efektif dan efisien untuk berbagai keperluan. Upaya ke arah itu
kini telah memperoleh landasan hukum yang kuat, yakni dengan telah disahkannya UndangUndang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan. Undang-undang tersebut merupakan amanat dari Pasal 36 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan sekaligus merupakan realisasi dari tekad para
pemuda Indonesia sebagaimana diikrarkan dalam Sumpah Pemuda, tanggal 28 Oktober 1928,
yakni menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.
Dalam menjalani kehidupan pada era global saat ini, jati diri lokal ataupun jati diri nasional tetap
merupakan suatu hal yang amat penting untuk dipertahankan agar kita tetap dapat menunjukkan
keberadaan kita sebagai suatu bangsa. Jati diri itu sama pentingnya dengan harga diri. Jika tanpa
jati diri, berarti kita tidak memiliki harga diri. Atas dasar itu, agar menjadi suatu bangsa yang
bermartabat, jati diri bangsa itu harus diperkuat, baik yang berupa bahasa dan sastra, seni
budaya, adat istiadat, tata nilai, maupun perilaku budaya dan kearifan lokalnya.
Untuk memperkuat jati diri itu, baik yang lokal maupun nasional, diperlukan peran serta
berbagai pihak dan dukungan aturan serta sumber daya yang memadai. Peran serta masyarakat
juga sangat diperlukan dalam memperkuat jati diri bangsa itu. Dengan jati diri yang kuat, bangsa
kita akan makin bermartabat sehingga mampu berperanbahkan juga bersaingdalam kancah
kehidupan global.
Sumber:
http://bahasa.kompasiana.com/2012/09/26/bahasa-sebagai-sebuah-jati-diri496734.html
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/321
http://indra-prastiyo.blogspot.com/2013/10/bahasa-sebagai-jati-diri.html