Anda di halaman 1dari 7

FAKTA SOSIAL DEMOKRASI KEMARITIMAN

A. Definisi

Definisi kata perkata:

Fakta adalah kenyataan atau sesuatu yang benar-benar terjadi

Sosial adalah kemasyarakatan berkenan dengan kepentingan umum (masyarakat)

Demografi adalah ilmu yang memberikan susunan, jumlah, dan perkembangan penduduk atau
gambaran mengenai suatu bangsa dilihat dari suatu sudut pandang.

Kemaritiman adalah hal-hal yang menyangkut tentang maritim/laut

Jadi, fakta sosial demografi kemaritiman adalah fakta atau kenyataan mengenai aspek-aspek kondisi
populasi, pendidikan, sektor ekonomi kebaharian, dan aktivitas kebaharian penduduk bahari atau
orang-orang yang penghidupan sosial ekonominya bersumber secara langsung atau tidak langsung
dari pemanfaatan sumber daya laut.

B. Kondisi Populasi dan Sosial Ekonomi Penduduk Maritim

Pada umumnya Negara-negara yang mempunyai wilayah laut, terutama Negara-negara


kepulauan di dunia, sebagian besar penduduknya bermukim di daerah pantai dan pulau-pulau. Hal
ini dimungkinkan oleh faktor-faktor kemudahan perolehan akses pada berbagai sektor mata
pencaharian kelautan dan mobilitas geografi laut bilamana sektor-sektor mata pencaharian di darat
mulai terbatas. Di Indonesia, bagian terbesar dari penduduk bahari bermukim di daerah pesisir utara
pulau Jawa dan pulau Madura serta pulau-pulau sekitarnya seperti Kangean dan Sapudi, Bawean,
Bali, Sulawesi Selatan, Sumatera dan pulau-pulau lainnya. Berdasarkan hasil penilitian social
ekonomi dan perbincangan di media massa dan masyarakat, diketahui bahwa penduduk bahari
terutama masyarakat desa-desa nelayan pesisir dan pulau-pulau di Negara-negara sedang
berkembang, termasuk Indonesia, sebagian terbesar dalam kondisi miskin, miskin dalam artian
ekonomi, kesehatan, pendidikan dan keterampulan, teknologi, yang jelas mempengaruhi rendahnya
kualitas dan harkat hidup mereka pada umumnya.

Kenyataan seperti ini semestinya menjadi dorongan bagi masyarakat nelayan dan kelompok-
kelompok stakeholders (pemerintah, praktisi, komunitas akademik, lembaga donor, dan LSM) untuk
berpaling ke laut dan membangun kekuatan bagi kejayaan dan kemakmuran dari laut dengan
mengatasi berbagai kondisi dan kekuatan yang menghambat berbagai kebijakan dan program
kelautan yang direkayasa dan diimplementasikan.
3

C. Sektor Ekonomi dan Kategori Penduduk Maritim

1. Sektor Ekonomi Kemaritiman

Sektor ekonomi kelautan sudah cukup banyak dikembangkan oleh masyarakat-masyarakat bahari
di Negara-negara pantai atau kepulauan di dunia seperti; pelayaran/perhubungan, perikanan
pertambangan, perdagangan hasil laut, industry hasil laut, industry kapal, industry alat-alat tangkap,
jasa pengerukan pantai kawasan pelabuhan dan rute-rute pelayaran, pariwisata bahari, jasa Olah
raga bahari, birokrasi, dll.

Namun pada kenyataannya, di Indonesia baru sedikit di antara sekian banyak sektor ekonomi
kebaharian yang berkembang di negara-negara maju tersebut yaitu antara lain;

- Perikanan

- Perhubungan

- Perdagangan

- Industri hasil laut

- Industry kapal/perahu dan alat-alat tangkap ikan

- Pertambangan pasir dan batu karang

Sub-sub sektor industry yang dimaksud pun sebagian besar masih tergolong tradisional. Demikian
juga sub sektor pertambangan berupa pengambilan batu-batu karang dari pasir laut, antara lain di
lakukan di NTT, NTB, dan Sumatera Utara. Industry kapal modern dan semi modern, pariwisata dan
olahraga bahari belum lama ini dimulai pengembangannya.

Sesuai beberapa hasil penelitian social budaya dengan metode survey pada masyarakat pesisir
dan pulau-pulau di beberapa desa di Kepulauan Spermonde (Kota Makassar dan Pangkep), kawasan
takabonerate (Selayar), dan kelurahan Pulau Sembilan (Sinjai), yang antara lain dilakukan oleh Tim
Social Assessment COREMAP Sulawesi Selatan dari tahun 1996/1997 – 1997/1998, diperoleh
keterangan tentang adanya 7 sub sektor usaha terkait laut digeluti penduduk pesisir dan pulau-pulau
sejak dahulu kala, yaitu:

- Perikanan

- Usaha Pengangkutan antar pulau dan pesisir

- Perdagangan hasil laut dan sarana tangkap

- Usaha modal/kredit

- Industry pengolahan hasil laut(ikan kering, pindang, dsb)

- Industry kapal/perahu dan alat tangkap


- Penambangan pasir dan batu-batu karang di kawasan terumbu karang (kegiatan ekonomi yang
signifikan merusak ekosistem terumbu karang 4

2. Kategori Penduduk Maritim

Penduduk bahari sebagaimana dikonsepsikan dapat dikategori/digolongkan menurut sektor-


sektor atau subsector-subsektor mata pencaharian terkait kelautan yang digelutinya sehingga dapat
mempermudah pemahaman. Penduduk bahari tersebut dapat dibedakan atas tiga kategori besar,
yakni penduduk nelayan, pelayar/pengusaha transportasi laut, dan pengelola pemanfaatan sumber
daya dan jasa-jasa laut lainnya.

a. Penduduk nelayan

Menurut asal usul tempat pemukiman, penduduk nelayan di Indonesia dapat dibedakan atas
penduduk nelayan pesisir dan pulau-pulau dan penduduk nelayan yang berasal dari keluarga-
keluarga yang tinggal secara terpisah-pisah di kawasan permukiman perkotaan, pinggiran kota, dan
daerah-daerah pedalaman.

Penduduk nelayan pesisir dan pulau-pulau tersebut ditandai dengan beberapa ciri yang
mencolok, seperti:

- Menjalankan berbagai bentuk usaha perikanan dengan tipe teknologi tangkap tradisional
dan skala kecil

- Penerapan model diversifikasi usaha kenelayanan

- Mengandalkan pengetahuan dan keterampilan informal

- Pola pemukiman yang kurang tertata dan rawan penyakit dan bencana

- Kemiskinan ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan keterampilan formal.

Penduduk nelayan yang berasal dari lingkungan perkotaan dan daerah nelayan yang minoritas tetapi
dominan dalam hal penguasaan sumber daya alam, modal, dan teknologi perikanan. Kategori
penduduk nelayan dari lingkungan perkotaan dan pedesaan kebanyakan mempunyai pengetahuan
dan keterampilan formal dan memiliki ijazah Pendidikan Menengah, Akademi, Sarjana muda, bahkan
sarjana lengkap dalam bidang-bidang kejuruan perikanan dan pelayaran. Kompetensi keilmuan dan
keterampilan serta status social tersebut mereka peroleh berkat mereka berasal dari keluarga-
keluarga kaya atau relative berkecukupan yang mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga
memperoleh ijazah atau sertifikat yang memungkinkannya dapat terekrut dalam sektor-sektor
ekonomi kelautan yang prospektif.

Penduduk nelayan perkotaan unggul dari segi penguasaan modal dan teknologi, pengetahuan dan
keterampilan yang memungkinkannya menang dalam rangka perebutan dan pengusaaan sumber
daya perikanan. Posisi tersebut menghasilkan penduduk nelayan dari perkotaan dalam kondisi kaya,
sebaliknya keberadaan mereka mengkondisikan kemiskinan bagi nelayan pesisir dan pulau-pulau
yang justru mayoritas jumlahnya.

b. Pelayar Pengusaha Transportasi Laut

Pelayar yang mencakup pengusaha dan pekerja transportasi laut merupakan kategori
penduduk pemangku budaya bahari tulen.banyak kalangan ilmuwan,terutama sejarahwan,
menganggap para pelayar sebagai kelompok-kelompok masyarakat maritim murni karena dicirikan
dengan aktivitas pelayarannya yang intensif mengarungi lautan antar pulau, antar negara dan
bahkan antar benua. Seperti halnya penduduk nelayan diindonesia, kategori penduduk bahari
pelayar juga dapat dibedakan atau pelayar yang berasal dari wilayah pemukiman pesisir dan pulau-
pulau dengan tipe usaha tradisional dan skala kecil dan pelayar yang berasal dari lingkungan
perkotaaan dan pedesaan darat yang mengeoperasikan usaha pelayaran modern berskala sedang
hingga besar.

Terdapat 4 ciri mencolok dari kategori penduduk pelayar pertama.keempat cirri tersebut ialah :

1. menjalankan bentuk usaha transportasi laut dengan tipe tekhnologi pelayaran tradisional
berskala kecil

2. penerapan model usaha intensifikasi

3. mengandalkan pengetahuan dan keterampilan informal

4. mendiami desa-desa pantai dan pulau-pulau bersama penduduk nelayan dengan pola
pemukiman kurang tertata yang rawan penyakit dan bercana.

Penduduk pelayar yang berasal dari lingkungan perkotaan dan daerah pedalaman
merupakan subkategori pelayar yang minoritas dalam jumlah tetapi dominan dalam penguasaan
sumber daya barang komoditas (barang dagangan dan penumpang), modal, tekhnologi pelayaran,
dan jangkauan jaringan pelayaran dalam dan luar negeri.kategori penduduk pelayar dari lingkungan
perkotaan dan pedesaan pada umumnya mempunyai pengetahuan dan keterampilan formal dan
memiliki ijazah Pendidikan Menengah, Akademi, Sarjana Muda, bahkan sarjana lengkap dalam
bidang-bidang kejuruan pelayaran. Kompetisi keilmuwan dan keterampilan serta status sosial
tersebut diperolehnya berkat asal-usul meraka dari keluarga-keluarga kaya atau relative kecukupan
yang mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga memperoleh ijazah atau sertifika, yang menjadi
persyaratan perekrutan dalam sektor-sektor usaha ekonomi kelautan yang bergengsi, yakni menjadi
tenaga kerja, karyawan, dan bahkan menjadi manajer atau nahkoda dari kapal-kapal perusahaan
swasta dan nasional dengan tingkat upah yang tinggi.
6

Tingkat penghasilan tinggi, intensifnya kegiatan, dan luas jaminan pelayaran mengkondisikan
penduduk pelayar baik yang berdiam di kawasan pesisir dan pulau-pulau, maupun yang berasal dari
lingkungan perkotaan dan pedesaan darat hanya dapat menerapkan model intensifikasi usaha.

Dengan aplikasi konsep “model” (capital) dari Bourdieu (1977), penguasaan keempat
kategori modal, yakni modal social berupa jaringan perkenalan tingkat tinggi (social capital), modal
pengetahuan dan keterampilan diperoleh dari pendidikan formal (knowledge capital), dan modal
ekonomi berupa uang (economic capital), memungkinkan kategori pnduduk bahari perkotaan dan
pedesaan darat tersebut menguasai peluang memperebutkan lapangan kerja kebaharian (field
dalam konsep bourdieu) yang tinggi dan bergengsi, yakni sektor usaha pelayaran swasta atau
nasional dan multinasional. Penguasaaan modal dan kemampuan merebut lapangan kerja tinggi dan
bergengsi tersebut menempatkan penduduk bahari perkotaan da pedesaan darat tersebut pada
posis sosial ekonomi sebagai lapisan terkaya dalam masyarakat bahari secara keseluruhan. kategori-
kategori penduduk pelayar pesisir daan pulau-pulau dan nelayan modern skala besar dan sedang
menempati posisi sedang. Adapun penduduk nelayan pesisir dan pulau-pulau yang merupakan
bagian terbesar dari penduduk bahari berada pada posisi paling bawah yang dikenal sebagai
masyarakat nelayan miskin.

c. Pengguna Sumber Daya dan Jasa-Jasa Laut yang Lain

Termasuk dalam kategori penduduk pengguna sumber daya dan jasa-jasa laut selain nelayan
dan pelayar ialah para pedagan hasil-hasil laut, rentenir, pekerja di pasar atau pelelangan ikan,
pengelola dan pekerja industry hasil-hasil laut, pengelola/pengusaha dan pekerja industry
perahu/kapal dan alat-alat tangkap serta semua perangkat perlengkapan berasosiasi infrastruktur
pelayaran dan perikanan, yang bermukim bersama penduduk nelayan dan pelayar di wilayah pesisir
dan pulau-pulau, para petambang batu karang dan pasir laut, patambang migas dan mineral,
pengelola industry pariwisata bahari, penyelam dan olahragawan laut, dan bahkan Marinir/Angkatan
Laut dan Satuan-satuan Tugas Keamanan Laut, Pemerintah, peneliti dari lembaga ilmiah dan
perguruan tinggi, LSM dan pemerhati lingkunagan laut, dan lain-lain sedikit banyak bisa
dikategorikan sebagai pendududk dan warga masyarakat bahari, meskipun sebagian besar dari
kesatuan-kesatuan hidup manusia tersebut bukan penduduk pesisir dan pulau-pulau. Diantara
subkategori –subkategori masyarakat bahari tersebut, tentu saja satuan-satuan mariner-lah yang
memiliki wawasan dan kadar budaya bahari yang tinngi.

D. Mobilitas Geografi Penduduk Pesisir dan Pulau-Pulau

Dalam melakukan aktivitasnya, penduduk bahari terutama nelayan dan pelayar di dunia
memiliki ciri mobilitas geografi (migrasi atau pengembaraan) yang tinggi, melebihi mobilitas geografi
kelompok-kelompok pemburu binatanf di kawasan hutan dan padang rumput yang luas di darat.
penduduk nelayan sebagai pemanfaat sumber daya perikanan tujuannya iaah daerah-daerah
penangkapan (fishing grounds) di perairan pesisir dan laut dalam, sedangkan kea rah darat
tujuannya ialah pusat-pusat pemukiman penduduk dalam lingkungan. kota-kota dan desa-desa di
mana terdapat pasar atau pelelangan ikan sebagai tempat penjualan tangkapan dan pembelian
perlengkapan dan perbekalan. Ciri mobilitas geografi penduduk nelayan yang tinggi terkondisikan
dengan lingkungan laut yang luas yang pada umumnya dicirikan dengan pemanfaatan secara
terbuka. sifat pemanfaatan secara terbuka memungkinkan nelayan selalu berpindah dari lokasi-
lokasi yang berkurang stok sumber daya perianannya ke lokasi-lokasi yang berlimpah stoknya,
terutama lokasi-lokasi yang mengandung spesies-spesies yang laris di pasar ekspor.

Demikianlah, misalnya kebanyakan kelompok-kelompok nelayan dan jawa Madura, dan


bawean mencari ikan laying sampai di Kepulauan Natuna, Selat Makassar, Laut Arafuru, Dan Laut
Banda.nelayan pencari ikan terbang dan telur ikan dari mandar sejak dahulu menjalajah laut dalam
selama berbulan-bulan di Selat Makassar hingga ke Laut Flores.Nelayan Makassar dari Galesong
sejak beberapa dasawarsa memperluas wiayah penangkapan iakn terbang dan pencari telur ikan
sampai ke perairan Maluku dan pak-pak (irian). Nelayan pancing tongkol dan tuna dari Sulawesi-
Selatan juga mendatangi laut Flores dan Maluku, bahkan sebagian nelayan Bugis dari Sinja, yang
telah lama menjadikan Teluk Bone dan Laut Flores sebagai daerah tangkapannya, sejak tahun 1998
sudah sampai di perairan cilacap (peraiaran pantai selatan pulau jawa yang berbatasan langsung
dengan samudra Hindia yang ganas ombak dan arusnya)yang kaya dengan ikan tongkol. kelompok-
kelompok nelayan yang paling berani mengarungi lautan selama berbulan-bulan ialah nelayan
penyelam Bugis dan Bajo di Pulau Sembilan (Teluk Bone), Nelayan Makassar di pulau barranglompo
dan pulau kodingareng (kodya Makassar) untuk mencari teripang dan kerang-kerangan ke seluruh
perairan Nusantara. dalam pengembaraan ke Kawasan timur Indonesia, mereka mendatangi
NTT,Maluku, Biak, hingga ke Marauke. Ke wilayah perairan selatan, mereka mendatangi NTB, yang
hingga awal periode 1980-an, dari sini meraka kemudian menyebrang ke perairan pantai utara
Australia. Hal menarik perhatian ialah nelaya Madura (jumlah kapalnya tidak kurang dari 10 buah)
juga sudah sampai di Teluk Bone sejak tahun 2001 mencari jenis-jenis teripang merah (teripang cera
dalam bahasa bugis) yang tidak diambil nelayan Bugis dan Bajo.

Berbeda dengan kelompok nelayan, kelompok-kelompok pelayar dengan armadanya justru


menjadikan pelabuhan kota-kota pantai dimana-mana sebagai tujuan untuk bongkar muat barang
dan penumpang. kegiatan para pelayar pada intinya

mengenai tiga komponen utama, yakni jual beli barang, bongkar muat barang, dan pelayaran.
Terdapat perbedaan dimensi hubungan dunia kebaharian yang dibentuk dan dikembangkan oleh
kedua kategori penduduk atau masyarakat nelayan dan pelayar. Nelayan membentuk hubungan
dengan lingkungan lautnya secara asimetrik (hubungan melalui beberapa rantai sosial
penghubung).pelayar hanya membentuk hubungan secara simetrik dan asimetrik dengan kelompok-
kelompok atau masyarakat manusia yang lainnya. Bagi pelayar, karena itu, lautan hanyalah
merupakan prasarana jaringan dan rute-rute transportasi antar kota pantai,antar pulau, antar
negara, dan bahkan antar benua semata. Berbeda halnya dngan nelayan yang berhubungan dengan
dan tergantung secara mutlak pada laut sebagai sumber tangkapan dan juga pada pasar sebagai
tempat penjualan komoditas hasil lautnya.

Anda mungkin juga menyukai