Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

RAGAM BAHASA INDONESIA

Disusun Oleh :

1. Desi Kurniawati ( 2022015007 )


2. Reno Septiyan Fajarhadi ( 2022015009 )
3. Agatha Salma Sasikirana ( 2022015019 )
4. Falentina Buka ( 2022015031 )

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kepada Allah Subhanahuwatangala yang telah melimpahkan Rahmat dan
KaruniaNya, sehingga makalah tentang Ragam Bahasa dapat diselesaikan dengan baik tanpa
ada suatu halangan apapun. Makalah ini ditulis sebagai nilai tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Anang Sudigdo, Dr., S.Pd.,
M.Pd selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia dan juga seluruh pihak yang sudah
membantu penulis dalam proses pembuatan tugas mata kuliah sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Pada makalah ini akan disampaikan mengenai jenis dan ciri – ciri ragam Bahasa
sehingga pembaca dapat mengetahui berbagai ragam bahasa yang ada.

Penulis menyadari bahwa laporan yang saya buat ini masih banyak kesalahan dan
jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritik dan saran sangat saya butuhkan untuk
menyempurnakan laporan ini dimasa yang akan datang. Atas kurang lebihnya kami
mengucapkan terima kasih

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, September 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGNTAR ............................................................................................................

DAFTAR ISI ........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................

A. Latar Belakang ..........................................................................................................


B. Rumusan Masalah .....................................................................................................
C. Tujuan .......................................................................................................................
D. Manfaat .....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................

A. Jenis Ragam Bahasa ..................................................................................................


1. Jenis Bahasa Berdasarkan Sosiologis .................................................................
2. Jenis Bahasa Berdasarkan Sikap Politik .............................................................
3. Jenis Bahasa Berdasarkan Tahap Pemerolehan ..................................................
4. Lingua Franca .....................................................................................................
B. Ciri – Ciri Ragam Bahasa .........................................................................................
1. Bahasa sebuah sistem lambang .....................................................................
2. Lambang bunyi .............................................................................................
3. Bersifat arbitrer .............................................................................................
4. Bersifat produktif ..........................................................................................
5. Produktif dinamis ..........................................................................................
6. Beragam ........................................................................................................
7. Manusiawi .....................................................................................................

BAB III SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................

A. Simpulan ...................................................................................................................
B. Saran .........................................................................................................................

DAFTAR PUSATAKA .......................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa secara umum merupakan sistem lambang bunyi ujaran yang digunakkan untuk
berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa Indonesia merupakan Bahasa yang
digunakan sebagai Bahasa nasional warga Negara Indonesia, sehingga kita sebagai
bangsa Indonesia harus menjunjung tinggi bahasa persatuan Indonesia yaitu Bahasa
Indonesia.
Indonesia merupakan negara yang mempunyai berbagai macam suku dan budaya serta
memiliki ragam bahasa yang beraneka ragam pula. Ragam bahasa menyangkut variasi
bahasa menurut pemakaian yang berbeda – beda, topic yang dibicarakan, hubungan
pembicara, orang yang dibicarakan, dan menurut media pembicara.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan topik yang dibicarakan, rumusan masalah dapat ditulis sebagai berikut,
1. Apa sajakah jenis ragam bahasa ?
2. Apa sajakah ciri – ciri ragam bahasa ?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut,
1. Untuk mengetahui jenis ragam bahasa
2. Untuk mengetahui ciri – ciri ragam bahasa
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut,
1. Bermanfaat sebagai media informasi mengenai ragam bahasa yang ada di kalangan
masyarakat.
2. Dapat digunakan sebagai pedoman komunikasi untuk rakyat Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Jenis Ragam Bahasa

Penjenisan bahasa secara sosiolinguistik tidak sama dengan penjenisan (klasifikasi)


bahasa secara geneologis (genetis) maupun tipologis. Penjenisan atau klasifikasi secara
geneologis dan tipologis berkenaan dengan ciri-ciri internal bahasa-bahasa itu; sedangkan
penjenisan secara sosiolinguistik berkenaan dengan faktor-faktor eksternal bahasa atau
bahasa-bahasa itu yakni faktor sosiologis, politis, dan kultural (Pa’adi :2015).

1. Jenis Bahasa Berdasarkan Sosiologis

Penjenisan berdasarkan faktor sosiologis, artinya penjenisan itu tidak terbatas


pada struktur internal bahasa, tetapi juga berdasarkan faktor sejarahnya, kaitannya
dengan sistem linguistik lain, dan pewarisan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Penjenisan secara sosiologis ini penting untuk menentukan satu sistem linguistik
tertentu, apakah bisa disetujui atau tidak oleh anggota masyarakat tutur untuk
menggunakannya dalam fungsi tertentu, misalnya sebagai bahasa resmi kenegaraaan,
dan sebagainya (Pa’adi :2015).

Stewart (dalam Fishman (ed.) 1968) menggunakan empat dasar untuk


menjeniskan bahasa-bahasa secara sosiologis, yaitu (1) standardisasi, (2) otonomi, (3)
historisitas, dan (4) vitalitas. Keempat faktor itu oleh Fishman (1972:18) disebut
sebagai jenis sikap dan perilaku terhadap bahasa (Pa’adi :2015).

Standardisasi atau pembakuan adalah adanya kodifikasi dan penerimaan terhadap


sebuah bahasa oleh masyarakat pemakai bahasa itu akan seperangkat kaidah atau
norma yang menentukan pemakaian “bahasa yang benar”. Jadi, standardisasi ini
mempersoalkan apakah sebuah bahasa memiliki kaidah-kaidah atau norma-norma
yang sudah dikodifikasikan atau tidak yang diterima oleh masyarakat tutur dan
merupakan dasar dalam pengajaran bahasa, baik sebagai bahasa pertama maupun
bahasa kedua(Pa’adi :2015).

Bahasa yang berjenis standar seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, dan bahasa
Indonesia memiliki keempat dasar penjenisan (klasifikasi). Bahasa yang berjenis
klasik seperti bahasa Latin dan bahasa Sansekerta hanya memiliki tiga dasar
penjenisan, yaitu standardisasi, otonomi, dan historisitas, dan tidak mempunyai
vitalitas karena tidak ada penuturnya lagi(Pa’adi :2015).

Bahasa artifisial adalah bahasa buatan, seperti bahasa Volapuk dan bahasa
Esperanto. Bahasa jenis ini memiliki ciri standardisasi dan otonomi, tetapi tidak
memiliki ciri historisitas dan vitalitas.  Sedikit tambahan, yang dimaksud dengan
bahasa artifisial ini adalah bahasa yang dibuat, disusun dengan maksud untuk
dijadikan bahasa pengantar (lingua franca) internasional (Pa’adi :2015).

Jenis bahasa vernakular menurut Pei dan Gaynor (1954:227) adalah bahasa umum
yang digunakan sehari-hari oleh satu bangsa atau satu wilayah geografis, yang bisa
dibedakan dari bahasa sastra yang dipakai terutama di sekolah-sekolah dan
dalam  kesusastraan. Bahasa jenis vernakular ini memiliki ciri otonomi, historisitas,
dan vitalitas, tetapi tidak mempunyai ciri standardisasi(Pa’adi :2015).

Jenis bahasa yang disebut dialek memiliki ciri vitalitas dan historisitas, tetapi tidak
memiliki cirri standardisasi dan otonomi, sebab keotonomian bahasa ini berada di
bawah langue bahasa induknya (Pa’adi :2015).

Bahasa yang berjenis kreol hanya memiliki vitalitas, tidak memiliki ciri
standardisasi, otonomi, dan historisitas. Pada mulanya sebuah kreol berasal dari
sebuah pijin, yang dalam perkembangannyadigunakan pada generasi berikutnya,
sebagai satu-satunya alat komunikasi verbal yang mereka kuasai (Pa’adi :2015).

Bahasa yang berjenis pijin tidak memiliki keempat dasar penjenisan. Bahasa jenis
ini terbentuk secara alami di dalam suatu kontak sosial yang terjadi antara sejumlah
penutur yang masing-masing memiliki bahasa ibu (Bolinger 1975:364 dalam
Pa’adi :2015).

2. Jenis Bahasa Berdasarkan Sikap Politik

Berdasarkan sikap politik atau sosial politik kita dapat membedakan adanya
bahasa nasional, bahasa resmi, bahasa negara, dan bahasa persatuan. Pembedaan ini
dikatakan berdasarkan sikap sosial politik karena sangat erat kaitannya dengan
kepentingan kebangsaan. Ada kemungkinan keempat jenis bahasa yang disebutkan itu
mengacu pada satu sistem linguistik yang sama, dan ada kemungkinan pula pada
sistem linguistik yang berbeda. Di Indonesia keempat jenis bahasa itu mengacu pada
satu sistem linguistik yang sama; sedangkan di India, di Filipina, dan di Singapura
tidak.

Sebuah sistem linguistik disebut sebagai bahasa kebangsaan, adalah kalau sistem
linguistik itu diangkat oleh suatu bangsa (dalam arti kenegaraan) sebagai salah satu
identitas kenasionalan bangsa itu.

Yang dimaksud dengan bahasa negara adalah sebuah sistem linguistikyang secara
resmi dalam undang-undang dasar sebuah negara ditetapkan sebagai alat komunikasi
resmi kenegaraan. Artinya, segala urusan kenegaraan, administrasi kenegaraan, dan
kegiatan-kegiatan kenegaraan dijalankan dengan menggunakan bahasa itu.

Yang dimaksud dengan bahasa resmi adalah sebuah sistem linguistik yang
ditetapkan untuk digunakan dalam suatu pertemuan, seperti seminar, konferensi,
rapat, dan sebagainya. Dalam sidang internasional di PBB bahasa Inggris, bahasa
Prancis, bahasa Spanyol, bahasa Cina, dan bahasa Arab ditetapkan sebagai bahasa
resmi persidangan.

3. Jenis Bahasa Berdasarkan Tahap Pemerolehan

Berdasarkan tahap pemerolehannya dapat dibedakan adanya bahasa ibu, bahasa


pertama, dan bahasa kedua (ketiga dan seterusnya), dan bahasa asing. Penanaman
bahasa ibu dan bahasa pertama adalah mengacu pada satu sistem linguistik yang
sama. Yang disebut bahasa ibu adalah satu sistem linguistik yang pertama kali
dipelajari secara alamiah dari ibu atau keluarga yang memelihara seorang anak.

Bahasa ibu lazim juga disebut bahasa pertama (disingkat B1) karena bahasa itulah
yang pertama-tama dipelajarinya. Kalau kemudian si anak mempelajari bahasa lain,
yang bukan bahasa ibunya, maka bahasa lain yang dipelajarinya itu disebut bahasa
kedua (disingkat B2). Andaikata kemudian si anak mempelajari bahasa lainnya lagi,
maka bahasa yang dipelajari terakhir ini disebut bahasa ketiga (disingkat B3). Begitu
pula selanjutnya, ada kemungkinan seorang anak mempelajari bahasa keempat,
kelima, dan seterusnya. Pada umumnya, bahasa pertama seorang anak Indonesia
adalah bahasa daerahnya masing-masing. Sedangkan bahasa Indonesia adalah bahasa
kedua karena baru dipelajari ketika masuk sekolah, dan ketika dia sudah menguasai
bahasa ibunya, kecuali mereka yang sejak bayi sudah mempelajari bahasa Indonesia
dari ibunya.

4. Lingua Franca
Yang dimaksud dengan Lingua Franca adalah sebuah sistem linguistik yang
digunakan sebagai alat komunikasi sementara oleh para partisipan yang mempunyai
bahasa ibu yang berbeda. Dulu bahasa Latin di Eropa adalah sebuah lingua franca
bagi bangsa-bangsa Eropa. Bahasa Melayu pernah menjadi lingua franca bagi suku-
suku-suku bangsa yang ada di wilayah Nusantara. Secara sendiri-sendiri baik bangsa-
bangsa di Eropa maupun suku-suku bangsa di Indonesia itu mempunyai bahasa
vernakular yang berbeda. Lalu, untuk komunikasi antarbangsa atau antarsuku bangsa
diperlukan adanya sebuah bahasa yang menjadi lingua franca.

Pemilihan satu sistem linguistik menjadi sebuah lingua franca adalah berdasarkan
adanya kesalingpahaman di antara sesama mereka. Bahasa Latin dulu dipahami oleh
semua bangsa di Eropa; dan bahasa Melayu juga dipahami oleh semua suku bangsa di
Nusantara. Dewasa ini bahasa Latin tidak lagi menjadi lingua franca di Eropa.
Kedudukannya sudah diganti oleh bahasa Inggris (dan bahasa Prancis). Bahasa
Indonesia/Melayu/Malaysia dewasa ini masih tetap menjadi lingua franca di kawasan
Asia Tenggara. Bahasa Inggris di India dan di Filipina yang diangkat secara politis
menjadi bahasa resmi kenegaraan adalah juga berdasarkan karena bahasa Inggris itu
telah menjadi lingua franca di kedua negara itu. Kalau dalam sidang-sidang umum
PBB boleh digunakan bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Cina, dan Arab adalah karena
alasan kelima bahasa itu banyak dipahami oleh bangsa-bangsa di dunia. Jadi,
sesungguhnya kelima bahasa itu adalah juga lingua franca.

Karena dasar pemilihan lingua franca adalah keterpahaman atau


kesalingpengertian dari para partisipan yang menggunakannya, maka “bahasa” apa
pun, baik sebuah langue, pijin, maupun kreol, dapat menjadi sebuah lingua franca it.

B. Ciri-ciri bahasa

Ciri yang merupakan hakikat bahasa antara lain: bahasa sebuah sistem lambang,
berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.

1. Bahasa sebuah sistem lambang

Bahasa sebagai sebuah sistem berarti bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen
yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Bagi kita yang memahami sistem
bahasa Indonesia akan mengakui bahwa susunan “Ayah mem ... adik ... di ...” merupakan
kalimat bahasa Indonesia yang benar sistemnya, walaupun ada sejumlah komponennya
yang dirumpangkan. Tetapi, susunan “Mem ayah adik di kecil kamar”, bukan kalimat
bahasa Indonesia yang benar karena tidak tersusun menurut sistem kalimat bahasa
Indonesia (Sitepu dan Rita:2017).

2. Lambang bunyi

Lambang bunyi bahasa itu bersifat arbitrer, artinya hubungan antara lambang dengan
yang dilambangkan tidak bersifat wajib dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang itu
bermakna tertentu. Hal ini berarti mengapa lambang bunyi bahasa |pena| tadi menyatakan
sejenis alat tulis bertinta tidak dapat dijelaskan. Kearbitreran ini dapat dilihat dari
banyaknya sebuah makna atau konsep yang dilambangkan dengan bermacammacam
bunyi bahasa. Misalnya, makna besar tubuh yang lebih kecil dari ukuran normal dalam
bahasa Indonesia dinamakan |kurus|, |langsing|, |ramping|, dan |kerempeng|. Namun,
kearbitreran itu harus konvensional, artinya setiap penutur bahasa Indonesia akan
mematuhi hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan (Sitepu dan Rita:2017).

3. Bersifat arbitrer

4. Bersifat produktif

Bahasa bersifat produktif, artinya dengan sejumlah unsur yang terbatas dapat dibentuk
ujaran-ujaran bahasa yang hampir tidak terbatas. Misalnya, dalam kamus umum bahasa
Indonesia susunan W. J. S. Purwadarminta, bahasa Indonesiamemiliki ± 23.000 buah
kata, namun dengan 23.000 buah kata itu dapat dibentuk kalimat sebanyak jutaan atau
tidak terbatas. Kita coba dengan sebuat kata "lihat", dapat dibentuk beberapa kalimat
seperti: Lihat mobil itu!; Kamu lihat mobil itu?; Kamu melihat mobil itu?; Adik melihat
mobil itu; Paman melihat mobil itu; Dia bisa melihat; Dia memperlihatkan hasil ujiannya;
Dia melihat dari jauh; Dari kejauhan kelihatan gunung; Apa yang kamu lihat?; Hanya
lihat-lihat saja; dan seterusnya (Sitepu dan Rita:2017).

5. Produktif dinamis

Bahasa juga bersifat dinamis, artinya bahasa tidak terlepas dari kemungkinan
perubahan yang sewaktuwaktu dapat terjadi. Perubahan itu bisa terjadi pada tataran
fonologis, morfologis, sintaksis, semantik dan leksikon. Perubahan ini terlihat pada
tataran leksikon, misalnya ada kosakata baru muncul, namun ada juga kosakata lama yang
tidak digunakan lagi. Sebagai contoh kata: kerja paksa, kerja rodi, kerja bakti tidak
dipakai lagi, yang dipakai adalah gotong royong (Sitepu dan Rita:2017).
6. Beragam

Bahasa itu beragam, artinya sebuah bahasa mempunyai kaidah-kaidah atau pola
tertentu yang sama, tetapi karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang
memiliki latar belakang sosial dan budaya yang berbeda, maka bahasa itu beragam, baik
pada tataran fonologis, morfologis, sintaksis dan leksikon. Bahasa Indonesia yang
digunakan oleh suku Jawa, suku Aceh, suku Batak Toba, suku Minangkabau, suku
Toraja, suku Ambon, suku Mandailing, suku Karo, suku Dayak akan berbeda dengan
bahasa Indonesia yang digunakan oleh suku Melayu atau suku Pak Pak (Sitepu dan
Rita:2017).

7. Manusiawi

Di samping itu, bahasa bersifat manusiawi yang berarti bahasa sebagai alat
komunikasi verbal hanya dimiliki manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa, yang
dimiliki hewan sebagai media komunikasi berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat
produktif dan dinamis serta dikuasai secara naluriah. Manusia dalam menguasai bahasa
bukan secara naluriah, melainkan dengan cara belajar. Tanpa belajar manusia tidak akan
dapat berbahasa. Oleh karena itu, bahasa bersifat manusiawi, hanya dimiliki manusia
(Sitepu dan Rita:2017).
BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh semua orang, baik dari
kalangan atas maupun kalangan rendah. Itulah yang menyebabkan mengapa banyak
sekali variasi dalam bahasa. Variasi bahasa adalah macam-macam bentuk bahasa yang
berbeda. Variasi bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan
oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para
penuturnya yang tidak homogen.
B. Saran

Isi dari pembahasan sudah dipaparkan dalam makalah ini. Besar harapan penulis
semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan dan
referensi, penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritikan yang membangun sangat diharapkan sehingga makalah ini dapat
disusun menjadi lebihh baik dan sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Pa’adi,Amin,Q.M.J.B (2015). Variasi Dan Jenis Bahasa.


https://www.mjbrigaseli.com/2015/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html. Diakses
2 september 2022.

Sitepu,T dan Rita (2017). Bahasa Indonesia Sebagai Media Primerkomunikasi Pembelajaran.
file:///C:/Users/ACER/Downloads/748-1922-1-SM.pdf. Diakses 3 september 2022.

Anda mungkin juga menyukai