Anda di halaman 1dari 37

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi telah membawa

perubahan hampir di semua aspek kehidupan manusia, di mana berbagai

masalahnya hanya dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan

ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Hasil dari penguasaan dan peningkatan IPTEK

(Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi) tersebut selain bermanfaat bagi kehidupan

manusia, juga menghasilkan perubahan yang telah membawa manusia ke dalam

era persaingan globalisasi yang semakin ketat. Agar mampu bersaing dalam

persaingan global, maka kita selalu perlu mengembangkan dan meningkatkan

kualitas sumber daya manusia. Salah satu peningkatan itu berupa penguasaan

bahasa asing yang merupakan salah satu ilmu yang harus dikuasai sebagai modal

untuk masuk dalam era persaingan global. Dan bahasa Mandarin merupakan salah

satu bahasa asing yang saat ini banyak dipelajari.

Pada kegiatan proses belajar mengajar bahasa Mandarin tidak lepas dari

adanya peran guru maupun siswa, karena guru dan siswa merupakan subjek dan

objek belajar. Maka diperlukan kemampuan dan keterampilan guru dalam

mengelola suatu proses belajar mengajar yang tepat dan sesuai. Di dalam proses

belajar mengajar bahasa Mandarin di SMK SAHID Surakarta penulis

menggunakan metode Role Playing, di mana melibatkan seluruh siswa dapat

berpartisipasi, siswa mempunyai kesempatan untuk berekspresi dalam permainan

yang merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa, dan

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

memajukan kemampuan siswa dalam bekerjasama. Selain itu dalam proses belajar

mengajar penulis juga memberikan teknik keterampilan yang dianggap penting

dalam bahasa Mandarin, yaitu keterampilan Pemahaman ( menyimak dan

membaca ) dan keterampilan Pengungkapan Pikiran (berbicara dan mengarang).

Dari setiap proses pembelajaran, tentunya diharapkan pencapaian hasil

yang baik. Begitu pula pada proses pembelajaran bahasa Mandarin, kemampuan

siswa untuk mendengar, mengucap, menulis kosakata yang baru serta

menggunakan dalam konteks kalimat menjadi target yang utama. Dalam proses

pencapaian target tersebut tidak lepas dari adanya hambatan-hambatan. Ejaan

lama yang masih digunakan oleh guru dalam mengajar bahasa Mandarin menjadi

salah satu hambatan yang dihadapi oleh siswa SMK SAHID Surakarta. Karena

kemungkinan besar lawan bicara akan menangkap arti yang berbeda dari kata

yang kita ucapkan atau tulis bila kita menggunakan ejaan lama yang dimudahkan

dan tanpa nada intonasi.

Seperti halnya dalam contoh kasus hambatan belajar bahasa Mandarin

pada pelajaran berbicara yang dihadapi oleh siswa SMK SAHID Surakarta. Siswa

merasa tidak percaya diri, ragu-ragu, malu ketika akan berbicara menggunakan

bahasa Mandarin. Ini dikarenakan metode pembelajaran yang digunakan oleh

guru sebelumnya adalah metode ceramah. Di mana guru menerangkan, siswa

mendengar dan mencatat sehingga siswa tidak dilatih dan diberi kesempatan

untuk menggunakan bahasa Mandarin yang telah dipelajari untuk digunakan

dalam percakapan sehari-hari. Untuk itu guna merangsang keberanian,

kepercayaan diri siswa dalam menggunakan bahasa Mandarin untuk percakapan


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

digunakanlah metode Role Playing yang sangat cocok diberikan untuk proses

belajar mengajar bahasa Mandarin. Dengan cara yang menyenangkan maka otak

manusia tidak hanya sekedar menerima dan memyimpan tetapi akan memproses

informasi tersebut sehingga dapat dicerna kemudian disimpan. Role Playing ialah

suatu aktifitas pembelajaran yang terencana, yang dirancang untuk mencapai

tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik. (Hisyam Zaini,2002:101). Seperti halnya

dalan belajar pelafalan bahasa Mandarin metode ini sangat tepat diberikan karena

pelafalan bahasa Mandarin sedikit berbeda dengan bahasa Indonesia. Dalam

bahasa Mandarin kita akan menemui banyak suku kata yang sama bunyinya tetapi

mempunyai arti yang sama sekali berbeda bila diucapkan dengan nada baca yang

berbeda. Dengan demikian, jika kita menggunakan nada yang salah dalam

pengucapan suatu kata maka kemungkinan besar lawan bicara akan menangkap

arti yang berbeda dari kata yang kita maksudkan. Hal seperti ini tentunya dapat

memicu timbulnya kesalahpahaman dalam komunikasi dengan pihak lain.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah penerapan metode Role Playing dapat meningkatkan penguasaan

ejaan dalam belajar bahasa Mandarin?

2. Sejauh mana metode Role Playing dapat membantu siswa menghadapi

hambatan-hambatan dalam belajar bahasa Mandarin?

C. Tujuan

1. Untuk mendiskripsikan penerapan metode Role Playing kaitannya dengan

peningkatan penguasaan ejaan dalam pelajaran bahasa Mandarin


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

2. Untuk mendiskripsikan penerapan metode Role Playing kaitannya dengan

hambatan yang dihadapi siswa dalam belajar bahasa Mandarin.

D. Manfaat

1. Secara Teoritis

a. Menambah khasanah pembelajaran bahasa Mandarin.

b. Menambah info atau pengetahuan cara belajar bahasa Mandarin.

2. Secara Praktis

a. Bagi Guru

Dapat memberi wawasan baru bagi guru tentang pentingnya latar

belakang penguasan ilmu, metode yang digunakan dalam mengajar,

dan betapa pentingnya pemilihan metode pelajaran yang diberikan

kepada siswa sehingga mampu meningkatkan kualitas pengajaran

bahasa Mandarin.

b. Bagi Siswa

Penulisan ini di harapkan dapat membantu siswa agar mampu

berbahasa Mandarin dengan baik dan benar serta membantu siswa

dalam peningkatan penguasaan ejaan bahasa Mandarin.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

A. Ejaan Bahasa Mandarin

Dalam bahasa Mandarin kita akan mengenal ejaan alphabet yang akan

digunakan untuk membantu kita mengeja karakter Mandarin (huruf pictograph)

dengan lebih mudah. Ejaan alphabet ini disebut Hanyu Pinyin yang didalamnya

juga mengenal 26 abjad yang dimulai dari huruf A sampai dengan huruf Z seperti

dalam bahasa Indonesia. Hanyu Pinyin ini dalam penulisannya akan disertai

dengan simbol nada baca yang dituliskan di bagian atas ejaan. Simbol nada baca

ini tentunya akan sangat membantu kita untuk melafalkan kata yang kita inginkan

dengan nada yang benar.

1. Pelafalan bahasa Mandarin sedikit berbeda dengan bahasa

Indonesia, dengan mempelajari nada, posisi lidah yang begitu

rumit juga harus dipelajari dalam proses belajar bahasa Mandarin,

karena dalam bahasa Mandarin kita akan menemui banyak suku

kata yang sama bunyinya tetapi mempunyai arti yang sama sekali

berbeda bila diucapkan dengan nada baca yang berbeda. Dengan

demikian, jika kita menggunakan nada yang salah dalam

percakapan suatu kata maka kemungkinan besar lawan bicara akan

menangkap arti yang berbeda dari kata yang kita maksudkan. Hal

ini akan memicu timbulnya kesalahpahaman dalam komunikasi

dengan pihak lain.(Susilowati,2008:2).


5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

2. .Dengan mempelajari sungguh-sungguh teknik penguasaan dasar

pelafalan yang kokoh, diharapkan memudahkan proses

pembelajaran pelafalan dan peningkatan ejaan Bahasa Mandarin

untuk percakapan secara lanjut.

B. Metode Pembelajaran

1. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran ialah proses belajar mengajar atau komunikasi

dan kerjasama antara guru dan siswa dalam mencapai sasaran dan tujuan

pendidikan-pengajaran. Proses pembelajaran ini berlangsung melalui berbagai

metode dan multimedia sebagai cara dan alat menjelaskan, menganalisis,

menyimpulkan, mengembangkan, menilai, dan menguasai pokok bahasan

sebagai perwujudan pencapaian sasaran atau tujuan.

2. Alasan Penentuan Metode

Metode belajar mengajar adalah bagian utuh dari proses pendidikan-

pengajaran. Metode ialah cara guru menjelaskan suatu pokok bahasan (tema,

pokok masalah) sebagai bagian kurikulum (isi, materi pengajaran) dalam

upaya pencapaian sasaran dan tujuan pembelajaran.

Proses belajar mengajar dan kerjasama guru dan siswa dalam mencapai

sasaran dan tujuan belajar ialah jalan mencapai hasil terbaik dari proses belajar

mengajar tersebut. Jadi, alasan guru dalam memilih atau menetapkan suatu

metode dalan proses belajar mengajar ialah:


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

a. Metode ini sesuai dengan pokok bahasan, lebih menuju dalam mencapai

sasaran dan tujuan instruktusional.

b. Metode ini menjadi kegiatan siswa dalam belajar dan meningkatkan

motivasi semangat belajar.

c. Metode ini memperjelas dasar, kerangka isi, tujuan dari pokok bahasan,

sehingga pemahaman siswa makin jelas.

d. Metode dipilih guru berdasarkan pertimbangan praktis rasional dikuatkan

oleh pengalaman guru dalam mengajar.

e. Metode yang berdaya guna, belum tentu tunggal, juga suatu metode dapat

digunakan secara kombinasi dan dilengkapi dengan media tertentu bahkan

multimedia.

C. Role Playing

1. Definisi Role Playing

Role Playing adalah salah satu bentuk permainan pendidikan

(education games) yang terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-

tujuan pendidikan yang spesifik, dengan cara yang menyenangkan,

melibatkan seluruh siswa, dapat merangsang ketertarikan dan minat siswa

untuk belajar.

Bermain peran (Role Playing) adalah salah satu bentuk permainan

pendidikan yang dipakai untuk menjelaskan perasaan, tingkah laku, dan

nilai-nilai dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandang dan

cara berpikir orang lain (dalam www.google.com).


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

2 Tahapan Dalam Implementasi Role Playing

Peserta didik yang tidak punya pengalaman dengan Role Playing

akan merasa ragu dengan strategi ini. Salah satu cara mengatasinya adalah

dengan menjelaskan tujuan penggunaannya dalam konteks pembelajaran ini

serta menjelaskan garis besar langkah-langkahnya:

a) Menggambarkan skenario dan tema

Skenario dan tema bisa diciptakan oleh guru atau peserta didik

bisa berbentuk tertulis, verbal, atau lisan. Skenario yang paling berhasil

adalah yang menarik peserta dan juga mengandung segi-segi

ketidakpastian, sehingga tidak semua jawaban dapat diketahui

sebelumnya. Skenario dibuat untuk memungkinkan siswa mencari

pengetahuan untuk dirinya sendiri yaitu sesuatu yang hanya dapat

diperoleh dengan cara berpartisipasi di dalamnya atau mengamati Role

Playing terlebih dahulu.

b) Mengalokasikan Peran

Peran-peran dapat dialokasikan dalam berbagai cara, kebanyakan

tergantung pada sejauh mana guru mengenal peserta didiknya. Ketika

guru mengenal peserta didiknya dengan baik, maka pengalokasiannya

biasanya dilakukan dengan misalnya, pemegang peran kunci diberikan

kepada peserta didik yang paling berpengalaman, sementara jika guru

tidak terlalu mengenal peserta didiknya dengan baik maka biasanya

peran dibagi secara acak atau diminta seseorang yang mau menjadi

sukarelawan dan seterusnya.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

c) Memberi Informasi Yang Cukup

Adalah penting untuk memberi informasi yang cukup kepada

peserta didik supaya mereka dapat menjalankan tugasnya dengan efektif.

Menurut Jones dan Palmer (1987) terdapat 4 tipe informasi yang harus

diberikan guru :

1. Informasi yang dibutuhkan untuk semua peserta.

2. Tambahan informasi bagi orang atau kelompok tertentu saja.

3. Informasi yang diberikan ketika Role Playing berlangsung.

4. Informasi tentang macam hubungan diantara orang-orang yang

terlibat.

d) Menjelaskan Peran Pengajar Dalam Role Playing

Guru perlu menjelaskan dulu kepada peserta didik tentang

keterlibatannya serta menjelaskan fungsinya dalam keseluruhan proses,

menyoroti aspek-aspek penting yang terjadi dalam Role Playing tersebut.

e) Memulai Role Playing Secara Bertahap

Memulai Role Playing dengan pelan-pelan, misalnya melalui

diskusi akan membantu peseta didik memasuki Role Playing dengan

tanpa kecemasan. Guru memulai sesi dengan cara:

1. Melibatkan peserta didik dalam “ ice breaker” (Jones, 1991)

Games (Brandes, 1997)

2. Melibatkan seluruh peserta, kelompok kecil atau berpasangan

untuk mendiskusikan tema yang telah ditentukan.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

3. Separuh peserta didik memegang peran tertentu dan separuh lagi

memerankan dirinya sendiri.

4. Semua peserta didik mengandaikan peran sejak dari permulaan.

f) Menghentikan Role playing dan Memulai Kembali Jika Perlu

Sering diperlukan untuk menghentikan Role Playing pada suatu

titik tertentu. Hal ini memerlukan tanda atau sinyal yang disepakati,

misalnya: guru mengangkat tangan atau bergerak ketempat tertentu.

Penghentian Role Playing untuk:

1. Mengambil suatu tindakan tertentu

2. Melakukan pertukaran peran

3. Membuka sesi tanya jawab

4. Berhubungan dengan problem yang mempengaruhi semua orang

g) Bertindak Sebagai Pengatur Waktu

Ketika Role Playing telah berjalan, maka guru perlu bertindak

sebagi pengatur waktu. Sebelum Role Playing dimulai kemukakan pada

peserta didik bahwa waktu yang disediakan adalah sekian menit, dan

seterusnya. Dan ketika waktu sudah berakhir, berilah kode sesuai yang

telah disepakati sebelumnya

h) Refleksi dan Evaluasi

Tahap yang terakhir ini dalam proses Role playing sering

dinamakan “debrifing” mengikuti istilah yang biasa digunakan (van

ments, 1994).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

Aspek yang fundamental dari tahap ini bagi guru dan peserta didik

adalah melakukan refleksi dan evaluasi. Guru biasanya memberi

kesempatan refleksi diantara interaksi atau diakhir dari interaksi. Tahap

refleksi ini lebih dari sekedar pertanyaan-pertanyaan tekhnis, seperti:

Apakah peserta dapat menjalankan perannya dengan realistis?

Refleksi atau evaluasi yang seperti ini dilakukan setelah interaksi selesai,

hal ini dapat dilihat dalam 6 langkah sederhana:

1. Membawa peserta didik keluar dari peran yang

dimainkannya

2. Meminta peserta didik secara individual mengekspresikan

pengalaman belajarnya.

3. Mengumpulkan ide-ide

4. Memfasilitasi suatu analisis kelompok

5. Memberi kesempatan untuk melakukan evaluasi

6. Menyusun agenda untuk ke depan

3. Alasan Penggunaan

Menurut Hisyam Zaini dkk, “Role Playing adalah suatu media

pembelajaran aktif, maka sangat penting bahwa problem atau fokus yang

akan dikerjakan membawa pada eksploitasi yang bersifat praktis”. (Hisyam

Zaini dkk,2002:109). Penanaman dan pengembangan aspek nilai, moral, dan

sikap siswa akan lebih mudah dicapai bilamana siswa secara langsung
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

mengalami (memerankan) peran tertentu, daripada hanya mendengarkan

penjelasan ataupun melihat atau mengamati saja.

4. Tujuan penggunaan

Metode Bermain Peran digunakan dengan tujuan:

a. Agar memahami sebab akibat suatu kejadian

b. Membantu siswa dalam memperjelas pola berpikir, berbuat, dan

memiliki keterampilan dalam membuat atau mengambil keputusan

menurut caranya sendiri.

c. Membina kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, berpikir

kritis, dapat hidup dalam kelompok.

d. Sebagai alat mendiagnosa keadaan, kemampuan, dan kebutuhan siswa.

5. Manfaat

Manfaat penggunaan metode bermain atau Role Playing dalam Proses

belajar mengajar adalah

a. Membangkitkan minat siswa

b. Memupuk dan mengembangkan rasa kerjasama siswa

c. Mengembangkan kreatifitas

d. Memberi pengalaman bekerjasama dalam memecahkan masalah

D. Mata Pelajaran berbicara


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

Adanya arus perdagangan yang semakin bebas dan terbuka di masa

depan harus membuat kita benar-benar menguasai keterampilan berbahasa

Mandarin, tidak hanya secara pasif (membaca dan mendengar) tetapi juga secara

aktif (menulis dan berbicara). Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan untuk

menguasai keterampilan berbahasa Mandarin, khususnya keterampilan berbicara

bahasa Mandarin. Yang pertama adalah simbol nada baca pada masing-masing

kata, kemudian bunyi pengucapan pada masing-masing suku kata, dilanjutkan

dengan kombinasi suku kata vokal konsonan yang harus kita perhatikan, dan

terakhir setelah kita menguasai teori-teorinya adalah latihan pada pelafalannya.

Kunci utama dari pelafalan yang benar adalah kombinasi posisi lidah, gigi, dan

bibir secara tepat sehingga akan menghasilkan bunyi yang diinginkan. Hal ini

akan mustahil dilakukan apabila kita hanya mempelajari sebatas teori saja dan

tidak pernah berlatih sendiri.

1. Pelafalan Bahasa Mandarin

Pelafalan bahasa Mandarin sedikit berbeda dengan bahasa Indonesia.

Poin-poin penting yang harus diperhatikan dalam pelafalan bahasa Mandarin

adalah:

a. Bahasa Indonesia tidak mengenal nada yang harus digunakan untuk

mengucapkan kata tertentu, sementara bahasa Mandarin mempunyai nada

baca yang bervariasi pada tiap-tiap suku kata.

b. Bahasa Indonesia tidak mengenal bunyi explosive di mana kita harus

mengucapkan suatu kata dengan sedikit tekanan udara dari dalam untuk
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

menghasilkan bunyi yang diinginkan, sedangkan bahasa Mandarin

mengenal beberapa bunyi explosive.

c. Bahasa Indonesia tidak begitu menekankan posisi lidah, gigi, maupun

bibir pada saat kita berbicara. Berbeda dengan bahasa Mandarin yang

pelafalannya sangat memperhatikan posisi lidah, gigi, dan bibir.

2. Mengenal Hanyu Pinyin

Hanyu Pinyin merupakan gabungan dari suku-suku kata huruf alfabet (

terdiri dari abjad vokal dan konsonan ) yang membentuk kombinasi bunyi

tertentu ( nada atau intonasi tertentu ) sesuai dengan pelafalan sebuah kata

yang memiliki arti dalam bahasa Mandarin.

Misalnya:

Suku kata “ ba ” bila diucapkan dengan nada pertama dalam bahasa Mandarin

akan mempunyai arti “ delapan ”, sedangkan bila kita ucapkan “ ba ” dengan

nada keempat akan berarti “ayah”. Antara kata “ayah” dan kata “delapan”

benar-benar memiliki arti yang berbeda jauh walaupun suku katanya hampir

sama.

Selanjutnya, yang harus kita ketahui dari huruf Pinyin ini adalah mengenai

kombinasi huruf yang akan digunakan. Memang huruf Pinyin mengenal 26

abjad dari huruf A sampai dengan Z dengan jenis huruf vokal dan konsonan

yang sama seperti dalam bahasa Indonesia, akan tetapi dalam


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

mengombinasikan huruf vokal dan konsonan ini harus berdasarkan aturan

tertentu, bukan sembarangan saja.

Misalnya:

Huruf “a” dalam Pinyin boleh dikombinasikan dengan “o” dan “i” sehingga

membentuk suku kata “ao” dan “ai”, akan tetapi tidak pernah kita temui

kombinasi antara huruf “a” dengan “e” yang membentuk suku kata “ae”

ataupun “ea”.

3. Hanyu Pinyin

Ada lima prinsip dasar yang harus kita perhatikan untuk mengenal

lebih lanjut tentang unsur-unsur dasar pelafalan yang baik. Unsur dasar

pembentuk sebuah huruf Pinyin antara lain berupa:

A. Vokal

Pelafalan bahasa Mandarin yang standar (standart Chinese)

mengenal adanya 39 buah kombinasi huruf vokal yang digunakan dalam

percakapan sehari-hari. Dari 39 kombinasi huruf vokal ini sendiri masih

dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:

1. Vokal sederhana yaitu huruf vokal tunggal.

Misalnya : a, i, o

2. Vokal Kombinasi yaitu perpaduan antara dua atau tiga buah huruf vokal

menjadi sebuah suku kata.

Misalnya : ai, ua, iao


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

3. Vokal nasal yaitu kombinasi antara huruf vokal dengan konsonan-

konsonan nasal.

Misalnya : an, eng, iong

B. Konsonan

Dalam bahasa Mandarin dikenal adanya 21 buah konsonan. Yang

dimaksud konsonan di sini adalah suku kata yang digunakan dalam bahasa

Mandarin dan diawal dengan huruf konsonan (huruf alpabet selain a, i, u,

e, o).

C. Suku kata

Sebagian besar suku kata yang digunakan dalam bahasa Mandarin

merupakan kombinasi antara huruf vokal dan huruf konsonan yang diikuti

sebuah tanda intonasi atau tanda nada baca. Ada sebagian suku kata yang

hanya merupakan kombinasi dari dua unsur saja, misalnya hanya

merupakan gabungan dari vokal dan nada intonasi. Akan tetapi tidak ada

satu suku kata pun yang hanya merupakan gabungan antara konsonan dan

nada intonasi tanpa disertai adanya vokal. Bahasa Mandarin mengenal

kurang lebih 1200 suku kata yang lazim digunakan dalam percakapan

sehari-hari.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

D. Nada

Bahasa Mandarin merupakan sebuah bahasa dengan nada baca

pada tiap-tiap kata yang digunakan. Ada 4 macan nada dasar yang

digunakan dalam percakapan bahasa Mandarin sehari-hari. Masing-masing

nada ini ditandai dengan sebuah simbol yang selalu dituliskan di bagian

atas ejaan setiap suku kata saat penulisan huruf Pinyin.

1. Nada pertama

Nada pertama mempunyai irama yang datar dan tinggi. Simbol yang

digunakan berupa garis lurus pendek pada bagian atas dari suku kata

yang ditulis menggunakan huruf Pinyin. ( “ –” )

2. Nada kedua

Nada kedua mempunyai irama yang meninggi (naik) dari nada sedang

ke nada yang lebih tinggi. Simbol yang digunakan menggambarkan

nada kedua berupa garis miring ( “ / ”) di bagian atas ejaan.

3. Nada ketiga

Nada ketiga merupakan kombinasi antara nada turun kemudian

disambung dengan nada naik. Simbol yang digunakan pun

menggambarkan naik turun nadanya sehingga bentuk simbol (“P ”)

menyerupai huruf “V” dalam bahasa Indonesia.

4. Nada keempat

Nada keempat merupakan nada dengan irama menurun. Simbol yang

digunakan berkebalikan bentuk dengan simbol nada kedua, yaitu (“

\”).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

E. Pengucapan

Pengucapan (pronunciation) merupakan aspek penting dalam tiap-

tiap bahasa. Hal yang paling penting diperhatikan dalam pengucapan

bahasa Mandarin adalah teknik “membuka mulut” dan cara kita meletakan

lidah, gigi, dan bibir pada posisi yang benar sehingga akan memperjelas

kata-kata yang ingin kita ucapkan.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMK SAHID Surakarta

1. Riwayat Singkat SMK SAHID Surakarta

SMK SAHID Surakarta berdiri sejak tanggal 8 Juli 1998 dengan SK

Mendikbud nomor 1330/ 103/ 08/ mn/ 1998. Di bawah naungan yayasan SAHID

JAYA yang mengelola beberapa bidang, diantaranya bidang pendidikan dari

SMK hingga perguruan tinggi di seluruh Indonesia.

SMK SAHID yang beralamatkan di Jl. Yosodipuro no.87 Solo 57131 di

bangun di atas tanah lahan seluas 1.090 m2, luas seluruh bangunan sebesar

2.400m2, bangunan terdiri dari 5 lantai dan 46 ruangan yang terdiri dari ruang

teori, ruang praktik, dan ruang penunjang.

Pada awal berdirinya (1998) SMK SAHID Surakarta (1998) SMK

SAHID Surakarta hanya mempunyai dua program keahlian yaitu Akomodasi

Perhotelan dan Usaha Perjalanan Wisata. Pada tahun 2005 bertambah satu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

program keahlian Boga, sehingga sampai sekarang SMK SAHID Surakatra

mempunyai tiga buah Program keahlian.

SMK SAHID Surakarta pada saat ini di bawah pimpinan Bp. Dwi

Subyanto SPd sebagai kepala sekolah yang bertanggung jawab atas semua

kegiatan di sekolah. SMK SAHID Surakarta sepanjang berdirinya mengalami tiga

kali pergantian kepala sekolah, yaitu

1) Bukari, Ns.BA (Juli 1998 – Desember 1998)

2) Drs. Marimin ( Januari 1999 – Maret 2008 )

3) Dwi Subyanto SPd ( Maret 2008 – Sekarang)

19orang, PNS dan CPNS = 8 orang, Guru


Dengan jumlah guru tetap = 11

tidak tetap = 33 orang, karyawan tetap=10 orang, karyawan tidak tetap = 6 orang.

Visi dan Misi SMK SAHID Surakarta :

A. VISI

Menciptakan tenaga kerja tingkat menengah untuk memenuhi tuntutan

kebutuhan pembangunan nasional baik saat ini maupun di masa yang akan

datang sejalan dengan kecenderungan globalisasi.

B. MISI

1. Menghasilkan SDM yang dapat menjadi faktor keunggulan dalam

berbagai sektor pembangunan.

2. Mengubah peserta didik dari status beban menjadi aset pembangunan yang

produktif
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

3. Menghasilkan tenaga kerja profesional untuk memenuhi tuntutan

kebutuhan industrialisasi khususnya dan tuntutan pembangunan pada

umumnya

4. Membekali peserta didik dengan kemampuan untuk dapat

mengembangkan diri secara berkelanjutan

Untuk menampung dan menyalurkan bakat minat siswa, SMK SAHID

Surakarta mempunyai banyak kegiatan ekstrakulikuler, seperti: Paskibra, PMR,

Teater, Rohis& Rokris, Tari jawa, Modern dance, Basket dan futsal. Aktifitas ini

diikuti oleh seluruh siswa sesuai dengan minat dan bakat.

Dengan perkembangannya sampai sekarang SMK SAHID Surakarta

terus meningkatkan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan belajar

mengajar. Adapun sarana dan prasarana yang tersedia sekarang ini antara lain:

1. Ruang kelas = 18 ruang

2. Ruang Kepsek =1 ruang

3. Ruang Wakasek = 1 ruang

4. Ruang Guru = 1 ruang

5. Ruang BP = 1 ruang

6. Ruang pengawas = 1 ruang

7. Ruang seketariat = 1 ruang

8. Lab komputer = 1 ruang

9. Ruang tata usaha = 1 ruang

10. Lab bahasa = 1 ruang


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

11. Ruang penjaga = 1 ruang

12. Ruang perpustakaan = 1 ruang

13. Mushola = 1 ruang

14. Laundry = 1 ruang

15. Front office = 1 ruang

16. Travel = 1 ruang

17. Kichen = 1 ruang

18. Mock up room = 1 ruang

19. house keeping = 1 ruang

20. Ruang agama = 1 ruang

21. Ruang Osis = 1 ruang

22. Toilet = 5 ruang

23. Kantin = 2 ruang

B. Kegiatan PKL di SMK SAHID Surakarta

1. Observasi Kelas

Sebelum melakukan tugas magang, Penulis melakukan observasi di

SMK SAHID Surakarta pada tanggal 2 Februari 2009. Penulis melakukan

observasi yang lebih spesifik lagi di kelas X UPW, terdiri dari 26 siswa

dengan rincian 8 orang siswa laki-laki dan 20 orang siswa perempuan. Dengan

keadaan ruang kelas yang bersih, rapi, nyaman sangat menunjang semangat

siswa untuk belajar.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

Pelajaran Bahasa Mandarin di SMK SAHID Surakarta sebenarnya

telah diberikan mulai dari awal kelas X, tetapi karena ini adalah pelajaran baru

bagi beberapa siswa yang sewaktu di SLTP tidak mendapat pelajaran bahasa

Mandarin, diikuti dengan anggapan bahwa bahasa Mandarin adalah susah dan

rumit untuk dipelajari, maka banyak siswa yang tidak mengikuti pelajaran

dengan baik, menyerah sebelum mencoba dan juga ada faktor lain yang

menyebabkan siswa kurang dalam menerima materi pelajaran bahasa

Mandarin yaitu pelajaran bahasa Mandarin yang diajarkan oleh guru terlanjur

menggunakan cara yang dimudahkan, memakai ejaan lama. Sangat berbeda

dengan pelajaran yang akan diberikan oleh penulis yang telah menggunakan

ejaan Hanyu PinYin yaitu sesuai dengan yang dipelajari saat ini. Kesulitan-

kesulitan dan hambatan-hambatan menjadi tantangan bagi penulis untuk

meningkatkan motivasi diri penulis sendiri untuk mengajar dengan tujuan

akhir siswa dapat dengan betul-betul menyerap ilmu yang diberikan dan

mempraktekannya dalam kehiudupan sehari-hari. Dan juga untuk memotivasi

siswa untuk meningkatkan penguasaan ejaan sebagai dasar dalam belajar

bahasa Mandarin.

2. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP)

Sebelum proses pembelajaran berlangsung, guru harus membuat

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pembuatannya RPP diwajibkan

untuk semua guru sebagai rancangan proses belajar mengajar. Dalam setiap

pembuatan RPP mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

media yang digunakan, alokasi waktu dll. Dan terdapat empat buah keahlian

yaitu berbicara, membaca, mendengar, dan menulis.

3. Proses Belajar Mengajar di Kelas

Di dalam proses belajar mengajar, antara peran guru dan murid

adalah sama besar. Tugas guru adalah memastikan murid dapat menerima

pelajaran dengan baik dan memotivasi untuk terus meningkatkan prestasi

belajar. Sedangkan tugas murid adalah mendengarkan, memperhatikan, ketika

guru menerangkan dan untuk belajar dengan sebaik-baiknya.

Sesuai dengan observasi penulis, maka hal terpenting ketika penulis

melaksanakan praktek kerja lapangan atau dalam proses belajar mengajar

berlangsung adalah penggunaan metode cara pembelajaran yang menarik,

menyenangkan, mudah dipahami, dan penulis juga harus bisa membimbing

siswa untuk mulai belajar bahasa Mandarin sesuai dengan ejaan yang

digunakan secara internasional, berbeda dengan materi pelajaran yang telah

diberikan oleh guru sebelunnya.

A. Kegiatan Pendahuluan Pembelajaran

Sebelum memulai pelajaran pada setiap pertemuannya, guru

memberi waktu kepada siswa untuk mempersiapkan diri memulai

pelajaran. Guru menciptakan suasana belajar yang santai tapi serius,

menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan, agar ketika proses


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

belajar mengajar berlangsung tercipta kesiapan dan suasana

menyenangkan yang akan berpengaruh pada motivasi siswa dalam belajar.

Di awal pembukaan guru mengucapkan salam kepada siswa, seperti:

Guru : “ zao shang hao”

( selamat pagi )

Siswa : “ zao shangt hao”

( Selamat pagi )

Guru : “ Nimen dou hao ma?”

( Kalian semua kabar baik kah?)

Siswa : “ women dou hen hao, nine?”

( Kami semua baik, guru bagaimana?)

Guru : “ wo ye hen hao, xie xie”

( Saya juga baik terimakasih)

Setelah melakukan opening di kelas, guru mengabsen siswa

disertai dengan melakukan percakapan ringan menggunakan bahasa

Mandarin bertujuan untuk melatih siswa agar terbiasa menggunakan

bahasa Mandarin dalam percakapan sehari-hari.

B. Kegiatan Inti Dalam Pembelajaran

Pada kegiatan inti pembelajaran guru membuka pelajaran dengan

salam, presensi, dan percakapan ringan, kemudian kegiatan dilanjutkan

dengan materi pembelajaran dengan topik yang telah ditentukan, media


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

yang telah disiapkan, dan menjelaskan kepada siswa tujuan yang ingin

dicapai pada topik pembelajaran pada hari ini. Sesaat setelah pembahasan

topik selesai, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan

dengan topik kepada siswa secara acak, bertujuan untuk membuat semua

siswa aktif, melatih keberanian siswa berbicara dalam bahasa Mandarin.

C. kegiatan Akhir Pembelajaran

Sebelum mengakhiri pelajaran, guru menyimpulkan kembali materi yang baru

saja diajarkan dan dipelajari oleh siswa, kemudian melaksanakan evaluasi

dengan tanya jawab secara lisan untuk mengetahui seberapa jauh siswa

mengerti, memahami, materi pelajaran yang telah diberikan guru dan

memberikan tugas pekerjaan rumah sebagai tindak lanjut dari materi yang

diberikan hari itu. Dan terakhir guru menutup pelajaran dengan salam dan

pemberitahuan materi untuk minggu depan.

Guru : “hao, xie xie nimen. Zaijian !”

( Baiklah, terimakasih untuk kalian semua. Sampai jumpa!)

Murid : “bu ke qi. Zaijian ! ”

( Sama-sama. Sampai jumpa !)

4. Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar

Adapun jadwal kegiatan belajar mengajar secara rinci di kelas X

UPW ( Usaha Perjalanan Wisata) adalah sebagai berikut :

No Tanggal Materi

1 14 Februari 2009 Nada intonasi ( sheng diao), vokal tunggal,

perubahan nada.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

2 21 Februari 2009 Menanyakan kabar, nama, dan tempat tinggal

3 7 Maret 2009 Keterangan waktu dan cara membaca jam

4 14 Maret 2009 Ujian tertulis dan lisan dengan materi

menanyakan kabar, nama, tempat tinggal,

keterangan waktu dan cara membaca jam

Sabtu, 14 Februari 2009

Pada pertemuan pertama mengajar di kelas X UPW dalam program

PKL ini penulis tidak lagi membutuhkan waktu lama untuk

memperkenalkan diri, karena pada program praktek mengajar penulis telah

mengajar di kelas yang sama. Materi untuk hari pertama, guru mengajarkan

tentang nada intonasi yang digunakan dalam bahasa Mandarin ( sheng diao )

dan cara membaca atau melafalkan huruf dalam bahasa Mandarin, yang

sangat berbeda dengan bahasa Indonesia. Pada pembahasan dan

penyampaian materi ini guru harus dengan sabar mengajar siswa untuk

mulai menggunakan ejaan Hanyu Pinyin karena sebelumnya siswa terbiasa

diajar dengan menggunakan bahasa Mandarin ejaan lama yang dimudahkan

oleh guru mereka. Guru mulai memberi contoh yang mudah-mudah,

melafalkan 6 buah dan yun mu (vokal tunggal) a, o, e, i, u,ü dengan disertai

shengdiao (nada), dan biandiao ( perubahan nada). Saat siswa mulai

mempraktekkan melafalkan, mereka terlihat merasa ragu-ragu dan malu, tapi

guru terus membimbing satu persatu siswa, guru melafalkan sebuah vokal

disertai dengan nada kemudian diikuti oleh satu persatu siswa. Di akhir jam

pelajaran guru memberi tugas, meminta siswa untuk terus berlatih sendiri
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

dirumah, karena keberhasilan terbesar suatu proses belajar ditentukan oleh

siswa itu sendiri.

Sabtu, 21 Februari 2009

Materi yang diberikan pada hari ini adalah percakapan dengan topik

“menanyakan kabar, nama, dan tempat tinggal”. Diberikannya materi

percakapan dasar ini adalah bertujuan untuk melatih siswa agar terbiasa

menggunakan bahasa Mandarin dalam percakapan kehidupan sehari-hari

dimulai dengan percakapan ringan seperti menanyakan nama, tempat tinggal

dan kabar. Setelah kelas siap untuk memulai pelajaran, guru membuka

dengan salam dan absensi. Guru mulai membaca seluruh percakapan dan

siswa mendengarkan terlebih dahulu dan memperhatikan nada intonasi,

sebelum mencoba untuk melafalkan. Setelah selesai memberikan contoh,

guru memberikan metode drill, satu persatu kosakata pokok materi

disuarakan dengan lafal dan nada yang tepat dan benar, lalu siswa

menirukan contoh kata yang diucapkan guru. Semua siswa harus terlibat

secara aktif dalam proses belajar, baru setelah itu guru membaca per kalimat

dan siswa menirukan. Ditunjuk dua orang siswa yang aktif yaitu Furi dan

Ayu.S untuk maju kedepan memberi contoh membaca percakapan.

kemudian metode Role playing diberikan ketika guru memberi tugas pada

seluruh siswa. Siswa bebas memilih peran untuk tiga buah percakapan,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

bebas memilih teman untuk diajak berpasangan maju ke depan. Ketika maju

ke depan untuk percakapan, 2 orang siswa diberi waktu 5 menit.

Sebelum menutup pelajaran guru memberikan PR untuk setiap siswa

membuat sebuah percakapan dari 3 materi yaitu menanyakan kabar, nama,

dan tempat tinggal.

Sabtu, 7 Maret 2009

Sebelum masuk pada materi pelajaran yang baru yaitu keterangan

waktu dan cara membaca jam, guru mengulang sedikit materi minggu yang

lalu ( menanyakan nama, kabar, dan tempat tinggal). Guru mengumpulkan

pekerjaan rumah yang diberikan minggu lalu, satu persatu siswa diminta

maju untuk membacakan PR percakapan yang telah dibuat. Setiap anak

diberi waktu 3 menit.

Masuk dalam materi baru tentang “Keterangan Waktu” dan “Cara Membaca

Jam” , guru membaca satu persatu kosakata dengan lafal dan nada yang

benar lalu diartikan.

a. qiantian = 2 hari yang lalu

b. zuotian = kemarin

c. jintian = hari ini

d. mingtian = kemarin

e. houtian = lusa

f. dian = jam

g. fen = menit

h. miao = detik
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

i. cha = kurang

j. ban = setengah jam

k. yi ke = 15 menit

l. san ke = 45 menit

Untuk ketertangan waktu guru tidak terlalu mendalam menerangkan

atau menjelaskan karena siswa telah diajarkan sebelumnya. Poin yang

dibahas adalah cara membaca jam, karena belum pernah diajarkan

sebelumnya. Guru menerangkan beberapa cara membaca jam, Contoh :

1. 08.05 dibaca “ ba dian ling wu fen”, bisa juga dibaca “ ba dian wu

fen”

2. 08.25 dibaca “ ba dian er shi wu fen”, bisa juga dibaca “ cha wu fen

ba dian ban”

3. 08.30 dibaca “ ba dian ban”, bisa juga dibaca “ ba dian sanshi fen”

4. 08.45 dibaca “ba dian sishiwu fen”, bisa juga dibaca dengan 3 cara

lagi:

a. “ ba dian sanke”

b. “ cha yike jiu dian”

c. “ cha shi wu fen jiu dian”

Ada beberapa siswa yang masih belum paham dan bingung, ada

beberapa pertanyaan yang diajukan oleh siswa, seperti yang diajukan oleh

Yulisa, menanyakan tentang “ yi ke” dan “san ke”. Guru mulai


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

menerangkan kembali “yike” adalah satuan untuk durasi 15 menit maka

ketika ingin mengucapkan 45 menit dibaca “san ke”, san adalah tiga dan

“ke” adalah seperempat. Sedangkan untuk 30 menit bukan “er ke” tetapi ada

cara bacanya sendiri yaitu “ban” = 30 menit. Setelah diberi penjelasan dan

diterangkan ulang siswa menjadi paham. Menurut mereka pelajaran cara

membaca jam ini gampang-gampang susah, bagi sebagian murid yang

benar-benar paham mereka beranggapan pelajaran ini sangat gampang dan

menyenangkan. Untuk mengetahui seberapa pemahaman siswa tentang

materi yang diberikan, guru membuat tes dengan soal yang dibuat oleh para

siswa sendiri, setiap siswa membuat 2 soal dan saling ditukar untuk

dikerjakan teman yang lain. Cara ini dianggap siswa sangat menyenangkan

karena mereka berlomba-lomba membuat soal yang susah untuk dikerjakan

teman yang lain. Dari hasil evaluasi ada 2 orang siswa yang yang masih

belum paham yaitu Onki dan Desy, karena saat diterangkan mereka ngobrol

sendiri, sehingga mereka tidak bisa mengerjakan. Oleh guru, ke dua siswa

tersebut diberi penjelasan, diterangkan lagi dengan privat. Sesaat sebelum

pelajaran berakhir guru sekali lagi menerangkan secara singkat materi yang

diberikan dan memberikan 10 nomor pekerjaan rumah untuk latihan siswa

dirumah.

Sabtu, 14 Maret 2009

Pada ulangan harian terdapat dua ujian yaitu secara tertulis dan

secara lisan. Materi ulangan harian diambil dari dua materi pertemuan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

sebelumnya, menanyakan kabar, nama, tempat tinggal dan cara membaca

jam. Untuk ujian lisan siswa maju satu persatu menghadap guru, sedangkan

siswa yang lain mengerjakan ujian tulis sambil menunggu giliran untuk

maju ujian lisan. Ujian lisan dibuat seperti tes wawancara, percakapan

tanya jawab. Contoh pertanyaan dari guru :

Guru : “zao shang hao?”

Guru : “ni hao?”

Guru : “qing wen, ni jiao shenme mingzi?”

Guru : “ ni qeqe jiao shenme ming zi?”

Guru: “ ni / ta zhu zai na li?”

Contoh soal pada ujian tertulis:

1. 08.55 =

2. 09.00 =

3. 08.23=

4. 07.30=

5. 12.15=

Setelah ujian selesai, hasil evaluasi yang didapat guru adalah pada

ujian tulis hampir semua siswa mendapatkan nilai sempurna kecuali satu

orang siswa yaitu Onki yang memang sering membolos sehingga

ketinggalan pelajaran dan saat masuk lebih sering bercanda atau ngobrol

dengan teman daripada memperhtikan pelajaran. Sedangkan pada ujian lisan

masih banyak siswa yang gugup, ragu-ragu, malu dalam menjawab karena
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

mereka kurang terbiasa dalam komunikasi menggunakan bahasa mandarin

sehingga banyak terjadi kesalahan ketika mereka menjawab pertanyaan

yang sebenarnya telah mereka kuasai materinya.

C. Pembahasan

Kunci dari suksesnya suatu kegiatan belajar mengajar adalah karena adanya

kerjasama antara guru dan siswa, selain itu Rancangan Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) juga berperan sebagai penentu tercapainya tujuan akhir

dari suatu proses belajar mengajar. rajin dan tekun untuk berlatih sendiri.

Pada pertemuan pertama, guru tidak mengalami banyak kesulitan karena

sebelumnya siswa telah mempelajari bahasa Mandarin. Guru hanya harus lebih

giat untuk membimbing siswa memulai dari awal dalam mempelajari bahasa

Mandarin dengan menggunakan ejaan Hanyu Pinyin. Sebelumnya di SMK

SAHID Surakarta siswa diajar bahasa Mandarin menggunakan ejaan lama atau

yang dimudahkan.

Dalam menjelaskan guru menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa

Mandarin karena para siswa belum paham dan menguasai bahasa Mandarin, lebih

lanjut agar siswa lebih mudah mengerti bila materi yang disampaikan

menggunakan bahasa Indonesia, selain itu guru juga menggunakan metode Role
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

playing yang menyenangkan untuk menyampaikan materi pada setiap

pertemuannya. Kegunaan Metode adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan

pembelajaran maka metode pembelajaran harus disesuaikan pula dengan materi

yang diberiakan.

Metode ceramah, driil, dan role playing adalah metode yang sering

digunakan dalam proses belajar mengajar.

a. Metode ceramah, penjelasan secara lisan tentang topik materi yang dibahas.

b. Metode Role Playing, diterapkan dengan cara bermain, menyenangkan

sehingga mudah untuk diingat, seluruh siswa dapat terlibat dan diberi

kesempatan untuk memilih peran dalam sebuah topik percakapan atau

dialog.

c. Metode drill, metode di mana akan diperoleh ketangkasan dan keterampilan

dengan bimbingan dikte dari guru.

d. Metode latihan, metode yang sering juga disebut metode training. Suatu

cara belajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu.

Untuk kecakapan motoris seperti menulis, melafalkan huruf, kata-kata atau

kalimat.

Kesuksesan siswa dalam belajar ditentukan oleh diri siswa sendiri. Adanya

hambatan atau kesulitan yang sering terjadi di kelas adalah siswa yang

menganggap bahasa mandarin sangat rumit sehingga minat untuk belajar tidak

ada. Ada juga siswa yang mempunyai kemauan belajar tinggi tapi masih merasa

malu-malu dan canggung ketika diminta untuk berbicara dalam bahasa mandarin.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34

Pada pertemuan terakhir kegiatan belajar mengajar di kelas X UPW, guru

melakukan tes evaluasi secara lisan dan tertulis yang langsung dikerjakan di kelas

dan diawasi langsung oleh guru dengan kisi-kisi soal evaluasi yang telah

diberikan sebelumnya.

1. Hambatan dalan Belajar

Dari selama proses pembelajaran adapun kesulian siswa, yang dihadapi oleh

guru adalah :

a) Anggapan siswa tentang bahasa mandarin susah untuk dipelajari

b) Bermacam karateristik siswa didalam kelas. Ada siswa yang

memperhatikan tapi ada juga yang ramai hingga mengganggu yang lain.

c) Perubahan pelajaran yang sebelumnya siswa diajar dengan

menggunakan bahasa lama atau yang dimudahkan, sedangkan sekarang

mereka dibimbing untuk menggunakan bahasa Hanyu Pinyin yang

diakui internasional.

d) Kurangnya motivasi siswa untuk belajar bahasa Mandarin

2. Cara Menghadapi Kesulitan

Dari kesulitan-kesulitan dan hambatan-hambatan dalam proses

pembelajaran, adapun cara untuk menghadapi kesulitan tersebut adalah:

a) Guru memberikan penjelasan mengenai cara-cara dan teknik-teknik untuk

mempermudah dalam belajar bahasa Mandarin


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35

b) Guru wajib memberikan pendekatan lebih dengan siswa yang kurang

mampu mengikuti pelajaran, ramai, gaduh di dalam kelas.

c) Menyampaikan materi dengan cara yang menyenangkan, sehingga siswa

tidak merasa terlalu berat dalam menerima materi yang baru.

d) Melalui komunikasi, pendekatan, memberi penjelasan peran besar bahasa

Mandari di masa yang akan datang hingga mampu menumbuhkan

motivasi siswa dalam belajar

BAB. IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

1. Penggunaan Implementasi Metode Role Playing mempunyai peranan

penting dalam membantu siswa untuk meningkatkan penguasaan ejaan dalam

belajar Bahasa Mandarin. Dengan cara belajar yang menyenangkan maka otak

manusia tidak hanya menerima dan menyimpan tetapi akan memproses informasi

tersebut sehingga dapat dicerna kemudian disimpan. Di samping penggunaan

Metode Role Playing, usaha peningkatan penguasaan ejaan tersebut juga

dilakukan dengan latihan-latihan,seperti contoh: membuat kalimat dari suatu

kosakata yang telah diberikan, pada setiap pertemuannya diberikan kosakata-

kosakata baru yang harus dihafal, berlatih pengucapan nada (shengdiao) dan

berlatih melafalkan huruf-huruf dalam bahasa Mandarin yang sangat berbeda

sekali antara tulisan dan bunyi (cara membaca).


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36

Ada beberapa strategi lain yang dapat diterapkan untuk membantu siswa

meningkatkan penguasaan ejaan bahasa Mandarin, antara lain:

1) Mengajak siswa untuk melihat suatu video pelajaran bahasa

Mandarin, di mana mereka bisa melihat dan mendengar secara langsung

bagaimana cara berbicara warga negara China.

2) Mengajak siswa untuk sering mempraktekkan bahasa Mandarin

dalam setiap percakapan agar melatih mereka dalam penguasaan ejaan.

3) Melakukan pendekatan dan bimbingan lebih untuk siswa yang masih

kurang paham materi pelajaran.

36

2. Metode Role Playing dalam melaksanakan fungsinya sebagai metode

belajar yang menyenangkan, pelaksanaannya lebih bersifat sebagai motivator

untuk siswa lebih giat belajar, memudahkan dan membantu siswa menghadapi

hambatan dalam belajar bahasa Mandarin. Memulai dari awal belajar bahasa

Mandarin menggunakan Hanyu Pinyin, belajar pelafalan dengan kombinasi posisi

lidah, gigi, dan bibir secara tepat sudah tidak lagi dirasakan siswa sebagai

hambatan dalam bahasa Mandarin.

Hasil dari penggunaan metode Role Playing langsung dapat dirasakan

Penulis pada pertemuan ke dua. Siswa terlihat lebih bersemangat dalam mengikuti

pelajaran bahasa Mandarin, seluruh siswa aktif ikut serta dalam setiap tugas yang

diberkan oleh guru, siswa mulai aktif dan berani menggunakan kosakata-kosakata

sederhana bahasa Mandarin dalam percakapan dengan teman dan guru.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37

B. SARAN

Dengan mempertimbangkan dan memperhatikan penelitian ini, maka ada

beberapa saran yang disampaikan kepada:

1. Sekolah

Bertujuan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar, Sekolah dimohon

untuk memyediakan fasilitas seperti, buku paket atau buku pegangan,

disediakannya kamus untuk setiap saat siswa dapat meminjam

2. Siswa

Kepada siswa diminta untuk lebih meningkatkan motivasi dalam belajar

bahasa Mandarin, rajin dan tekun untuk berlatih sendiri, berpikir terbuka pada

pelajaran bahasa Mandarin sehingga tidak terbentuk opini bahwa bahasa

Mandarin itu susah dan rumit.

Anda mungkin juga menyukai