2 Alih Kode
Pengertian
Menurut Appel (1976:79), alih kode merupakan gejala peralihan pemakaian bahasa karena
berubahnya situasi.
Dell Hymes (1875:103) menambahkan bahwa alih kode bukan hanya terjadi antarbahasa, tetapi
dapat juga terjadi antara ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam suatu bahasa.
3 Berdasarkan pandangan Appel dan Hymes tersebut dapat diketahui bahwa pengalihan
penggunaan bahasa (mis.dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia), pengalihan penggunaan ragam
santai ke ragam resmi karena berubahnya situasi (dari formal ke tidak formal) merupakan peristiwa
alih kode. Alih kode dilakukan dengan sadar dan bersebab.
6 6. menghindarkan adanya bentuk halus dan bentuk kasar dalam bhs Sunda, 7. mengutip
pembicaraan orang lain, 8. terpengaruh lawan bicara yang beralih ke bahasa Indonesia, 9. mitra
bicaranya lebih muda, 10. berada di tempat umum, 11. menunjukkan bahasa pertamanya bukan
bahasa sunda, beralihnya media bicara.
7 Alih Kode dari bhs. Indonesia ke Bhs. Sunda
Dalam pada itu, penyebab alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Sunda adalah sebagai berikut.
1. perginya orang ketiga, 2. perpindahan topik, 3. suasananya beralih dari resmi ke tidak resmi, 4.
merasa tidak berbahasa Sunda dengan orang sekampung, 5. ingin mendekatkan jarak,
8 6. ingin beradab-adab dengan menggunakan bahasa Sunda halus dan berakrab-akrab dengan
bahasa Sunda kasar, 7. mengutip dari peristiwa pembicaraan yang lain, 8. terpengaruh oleh lawan
bicara, 9. perginya generasi muda, mitra lain yang lebih muda, 10. merasa di rumah sendiri, bukan di
tempat umum, 11. ingin menunjukkan bahasa pertamanya bahasa Sunda, 12. beralih bicara biasa
tanpa alat bicara.
Menurut Soewito (1983), dalam masyarakat Jawa yang mengenal tingkatan sosial bahasa, alih kode
terjadi secara tidak drastis, tetapi berjenjang dalam satu kontinum, sedikit demi sedikit, dari yang
dekat sampai yang jauh perbedaannya, sehingga alih kode itu terasa tidak mengagetkan.
Soewito membedakan alih kode menjadi dua, yaitu alih kode intern (alih kode yang berlangsung
antar bahasa sendiri, mis. dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa dan sebaliknya) dan alih kode
ekstern (alih kode yang terjadi antara bahasa sendiri dengan bahasa asing).
11 B. Campur Kode
Ada kesamaan antara alih kode dan campur kode, yaitu digunakannya dua bahasa atau lebih, atau
antara dua varian dari sebuah bahasa dalam satu masyarakat tutur.
12 ALIH KODE
1. Terdapat kode dasar atau utama yang mempunyai fungsi dan keotonomiannya
penutur yang dalam pembicaraannya menggunakan bahasa Indonesia, tetapi sering menyelipkan
serpihan-serpihan bahasa Arab.
penutur yang menggunakan bahasa Indonesia, tetapi banyak menyelipkan serpihan-serpihan bahasa
Sunda atau Jawa, sehingga akan muncul bahasa Indonesia yang kesunda-sundaan atau kejawa-
jawaan.
Berkaitan dengan perbedaan alih kode dan campur kode ini, Thelander (1976) menjelaskan bahwa
bila dalam satu peristiwa tutur terjadi peralihan dari satu klausa suatu bahasa ke klausa bahasa lain,
maka yang terjadi adalah alih kode.
15 Akan tetapi, bila dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun frase-frase yang digunakan
terdiri dari klausa dan frase campuran (hybrid clauses, hybrid phrases), dan masing-masing klausa
maupun frase tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka peristiwa yang terjadi adalah
campur kode.
16 Catatan
Klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek
dan predikat, dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat.
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif
Fasold (1984) menawarkan kriteria gramatika untuk membedakan campur kode dan alih kode.
Apabila seseorang menggunakan satu kata atau frase dari satu bahasa, dia telah melakukan campur
kode. Akan tetapi, bila yang digunakan itu adalah klausa yang jelas memiliki struktur gramatika satu
bahasa, dan klausa yang berikutnya disusun menurut gramatika bahasa lain, maka peristiwa yang
terjadi adalah alih kode.