Bilingual sejati adalah penutur yang terbiasa dengan dua bahasa sejak lahir atau
sejak usia dini dan penutur yang mempertahankan penggunaan dua bahasa
mereka sepanjang umur.
Terdapat dua alih kode, yaitu alih kode situasional yang menyangkut situasi
penutur yang terlibat, dan alih kode metafora yang berhubungan pada pilihan
bahasa untuk mencapai efek komunikatif khusus
(Gumperz 1976).
TIGA PENDEKATAN
Struktural : Leksikon, Fonologi, Morfologi,
Sintaksis, Semantik.
Pembicara atau penutur kerap melakukan alih kode karena hal-hal yang berhubungan dengan latar belakangnya
atau identitasnya.
Faktor lain yang mendorong penutur melakukan alih kode adalah untuk memperoleh keuntungan dari
tindakannya.
Lawan tutur adalah salah satu penyebab adanya alih kode, contohnya yakni dikarenakan penutur bermaksud
menyelaraskan kemahiran berbahasa si lawan bicara itu sebagai bahasa kedua, atau bisa juga menyamakan
bahasa karena identitas lawan tutur dengan penutur sama.
• Faktor adanya orang ketiga
Adanya orang lain yang tidak memiliki latar belakang bahasa yang sama dengan penutur serta lawan bicaranya
dapat menimbulkan adanya alih kode.
Adanya orang ketiga dapat memutuskan bahasa atau varian yang seharusnya dipakai saat bercakap-cakap
untuk tujuan menunjukkan keakraban.
Alih kode terjadi dengan masing-masing bahasa yang digunakan masih memiliki otonomi
masing-masing, dilakukan dengan sadar, dan disengaja, karena sebab-sebab tertentu.
Campur kode merupakan sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan sebagai fungsi dan
otonomi, sedangkan kode yang lain yang terlibat dalam penggunaan bahasa tersebut hanyalah
berupa serpihan (pieces) saja, tanpa fungsi dan otonomi sebagai sebuah kode (Arindra 2011).
IDENTITAS PENUTUR
Penutur yang akan mengutarakan pendapat biasanya mempunyai maksud dan tujuan tertentu,
oleh karena itu campur kode dapat terjadi.
Adapun maksud dan tujuan seorang penutur mencampurkan kode bahasa lain, seperti ingin
mengubah situasi pembicaraan.
Penutur juga melakukan campur kode karena kebiasaan dan kesantaian. Selain karena kebiasaan
dan kesantaian, penutur yang melakukan campur kode dilatarbelakangi oleh sikap bahasa yang
positif dan kadar kesetiaan yang tinggi terhadap suatu bahasa.
SIMPULAN
Alih kode merupakan kemampuan penutur bilingual untuk berkomunikasi dalam dua
bahasa yang dikuasai tanpa mengalami kesulitan.
Terdapat dua alih kode, yaitu alih kode situasional dan alih kode metafora.
Campur kode terjadi ketika sebuah kata dalam bahasa A atau ucapan yang mengandung
unsur-unsur dari bahasa A dan B dicampur ke dalam konteks bahasa dalam bahasa B.
DAFTAR PUSTAKA
https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/5151/8/12.%20UNIKOM_Anggi%20S.H_BAB%20II
%20KAJIAN%20PUSTAKA.pdf
Lapasau, Merry dan E. Zaenal Arifin. (2016). Sosiolinguistik. Tangerang : PT Pustaka Mandiri.