Anda di halaman 1dari 16

Pertemuan ke-6

PENGGUNAAN BAHASA
oleh
Dr. Marlia, S.Pd., M.Hum.
PENGGUNAAN BAHASA

1. Hakikat Penggunaan Bahasa

2. Penggunaan Bahasa pada


Masyarakat Bilingual

3. Penggunaan Bahasa pada


Masyarakat Multilingual
HAKIKAT PENGGUNAAN BAHASA
Pemahaman Faktor
Kepatuhan pada Norma- Penyesuaian Diri dengan
Sosiokultural:
norma Sosial: Situasi:
Faktor-faktor sosiokultural
Penggunaan bahasa harus Penutur harus menyesuaikan
yang dapat menentukan
mematuhi norma-norma sosial diri dengan situasi yang
hubungan antarindividu dan
yang mengatur perilaku dan dihadapi dengan memilih
interaksi antara penutur
percakapan. kode-kode bahasa yang tepat.
sangat penting.

Aspek Penentu Kode Bahasa:


Faktor Tambahan Penentu
• Tingkat formalitas hubungan
Hubungan Pembicara:
antar pembicara dan status
sosial antara pembicara. Pembicara, pendengar, alat
• Faktor seperti keturunan, komunikasi, faktor lain selama
latar belakang pendidikan, komunikasi, setting, bentuk
pekerjaan, jenis kelamin, pesan, topik pembicaraan, dan
status perkawinan, dan peristiwa komunikasi
kesukuan. (Jakobson).
HAKIKAT PENGGUNAAN BAHASA
Variasi Bahasa:
Fungsi Bahasa: Klasifikasi Bahasa dalam • Sikap dan pendekatan
Alat komunikasi yang Masyarakat: seseorang dapat ditunjukkan
melalui penggunaan bahasa.
efektif, media Instrumentalia, perintah, • Variasi bahasa seperti logat
kebudayaan, penanda interaksi, kepribadian, atau bahasa daerah yang
individu, dan sarana pemecah masalah, dan digunakan oleh kelompok
pendidikan. berkhayal. kecil dalam suatu
masyarakat.

Kondisi Bahasa di Indonesia:


• Variasi bahasa yang beragam
Kategori Penutur Bahasa::
karena banyaknya suku • Monolingual: Penutur yang hanya menguasai
bangsa. satu bahasa secara aktif atau pasif.
• Setidaknya terdapat satu • Bilingual: Penutur yang menguasai dua bahasa.
bahasa yang dikuasai oleh • Multilingual: Penutur yang menguasai tiga
penutur sebagai alat bahasa atau lebih.
komunikasi.
PENGGUNAAN BAHASA
PADA MASYARAKAT BILINGUAL
1. Penguasaan bahasa yang sama merupakan faktor kunci untuk keberhasilan dalam komunikasi.

2. Bahasa ibu, atau bahasa pertama, adalah elemen utama dalam peristiwa komunikasi.

3. Namun, penutur tidak selalu menggunakan bahasa pertamanya dalam setiap komunikasi; terkadang
mereka menggunakan bahasa kedua atau ketiga, tergantung pada topik yang dibicarakan.

4. Tujuan dari penggunaan bahasa seperti ini adalah untuk memperlancar komunikasi dan menghindari
kegagalan dalam menyampaikan pesan.

5. Fenomena ini, di mana seseorang secara bergantian menggunakan dua atau lebih bahasa, disebut
bilingualisme, dan sering terjadi di masyarakat bilingual atau multilingual.

6. Haugen (dalam Purwanti, 2021; Sayama, 2014) menyatakan bahwa dua dialek dari satu bahasa
dalam konteks bilingualisme juga disebut bilingualisme. Penggunaan bahasa atau dialek dalam suatu
masyarakat dipertimbangkan dalam konteks parole (performance), bukan sebagai gejala bahasa.
PENGGUNAAN BAHASA
PADA MASYARAKAT BILINGUAL
7. Pembelajaran bahasa ibu pada anak-anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat
tinggal dan orang tua, sedangkan bahasa kedua biasanya diperoleh melalui pendidikan
formal.
8. Anak yang mempelajari dua bahasa akan menjadi dwibahasawan dan berkomunikasi
dengan lebih banyak orang.

9. Kontak bahasa oleh dwibahasawan biasanya terjadi secara spontan karena kebutuhan
saling berbagi informasi, tujuan bersama, dan situasi yang kondusif.

10. Dwibahasawan diharapkan memiliki kemampuan untuk menggunakan bahasa atau


dialek secara bergantian, baik dalam peristiwa alih bahasa atau campur bahasa.

11. Salah satu ciri utama kedwibahasaan adalah penggunaan dua atau lebih bahasa oleh
seseorang atau kelompok, tetapi kedua bahasa tersebut tidak memiliki peranan sendiri-
sendiri dalam masyarakat pemakai bahasa.
12. Pemilihan bahasa tergantung pada kemampuan pembicara dan pendengar.
PENGGUNAAN BAHASA
PADA MASYARAKAT BILINGUAL
13. Pemilihan bahasa ini memerlukan pemahaman yang mendalam tentang
bahasa yang digunakan.

14. Jika dilakukan dengan baik, pesan yang disampaikan akan diterima
dengan baik oleh pendengar.

15. Kebiasaan pemilihan bahasa ini perlu dipelajari dan mungkin terjadi
secara serentak atau bersama-sama.

16. Kontak bahasa dalam kelompok dwibahasa atau multibahasa dapat


memengaruhi bahasa lain, menyebabkan perubahan pada langue dan
parole para penutur, serta memengaruhi pola pikir dan kebiasaan
17.berbahasa.
Performance (penampilan) penggunaan bahasa seseorang juga akan
berubah saat penutur bahasa terus melakukan kontak bahasa.
PENGGUNAAN BAHASA
PADA MASYARAKAT BILINGUAL
18. Di masyarakat dwibahasa dan multibahasa, penting untuk terus belajar
bagaimana menyampaikan pesan, maksud, atau tujuan dengan lancar dan
tepat.

19. Komunikasi verbal tidak hanya melibatkan penyampaian pesan melalui


kata-kata, tetapi juga memahami fungsi, konteks, topik, dan situasi.

20. Penutur harus memahami fungsi bahasa karena penggunaan bahasa dapat
mengubah persepsi pendengar.

21. Banyak penutur mengalami kegagalan dalam berkomunikasi karena tidak


memahami fungsi bahasa.
PENGGUNAAN BAHASA
PADA MASYARAKAT BILINGUAL
22. Di dalam masyarakat bahasa, mungkin ada dua atau lebih bahasa yang
digunakan secara bersamaan, dan sering terjadi variasi penggunaan
bahasa secara bergantian. Situasi ini disebut diglosia.

23. Konteks, topik, dan situasi juga penting dipahami oleh para penutur,
sehingga mereka dapat memilih konteks, topik, dan situasi yang tepat
untuk berkomunikasi.

24. Penggunaan dua bahasa atau dialek dalam komunikasi dapat


menyebabkan penyimpangan dari kaidah bahasa atau dialek.

25. Penyimpangan ini dapat terjadi pada berbagai tingkatan, seperti bunyi
bahasa, bentuk, kalimat, wacana, dan makna, dan biasanya disebabkan
oleh kurangnya penguasaan kaidah bahasa oleh penutur.
> Dalam masyarakat yang hanya menggunakan satu bahasa, yaitu
masyarakat monolingual, tidak ditemukan fenomena seperti alih
bahasa, campur bahasa, atau penyimpangan bahasa.
PENGGUNAAN > Penggunaan bahasa dalam konteks masyarakat ini tidak
menimbulkan kesalahan dalam pemilihan bahasa.
BAHASA
PADA > Namun, dalam masyarakat bilingual atau multilingual, penggunaan
MASYARAKAT bahasa menjadi lebih kompleks dan menarik.
> Di masyarakat ini, penutur yang menguasai dua bahasa atau lebih
MULTILINGUAL seringkali menggunakan bahasa tersebut secara bergantian atau
serempak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
> Saat menggunakan bahasa kedua atau ketiga, penutur terkadang
tidak memeriksa apakah kaidah bahasa yang digunakan sudah
benar, tetapi lebih mengutamakan tingkat kekomunikatifan pesan
atau maksud yang disampaikan kepada pendengar.
> Penggunaan bahasa dalam masyarakat dapat dikategorikan menjadi bahasa tulis dan lisan.
> Bahasa tulis tidak se-dinamis bahasa lisan, yang digunakan dalam situasi tatap muka dengan
pendengar.
> Kesalahan pemahaman pesan dapat dijelaskan pada saat itu juga.
> Bahasa lisan berkembang dalam interaksi sosial dan seringkali melibatkan kreativitas dalam
menciptakan kode-kode bahasa.
> Penggunaan bahasa lisan oleh penutur tidak hanya untuk menyampaikan pesan dalam kata-kata,
kalimat, atau wacana, tetapi juga memahami faktor-faktor lain seperti lawan bicara, situasi,
topik pembicaraan, waktu, dan tempat.
PENGGUNAAN > Bentuk bahasa yang digunakan akan berubah seiring dengan perubahan situasi, lawan bicara,
topik pembicaraan, waktu, dan tempat. Misalnya, dalam transaksi jual beli, penutur akan
BAHASA mengubah bahasa yang digunakan sesuai dengan perubahan topik atau situasi.

PADA > Dalam aktivitas berbicara, terjadi transfer kode dan kaidah dari pembicara ke pendengar.
MASYARAKAT > Pembicara dan pendengar harus saling memahami kode atau kaidah yang mengatur bahasa
tersebut agar tujuan pembicaraan dapat tercapai dengan optimal.
MULTILINGUAL > Faktor situasi memengaruhi pemilihan kata-kata dan cara menggunakan kode-kode lain dalam
berbicara.
> Faktor sosial seperti umur, jenis kelamin, latar belakang ekonomi, keturunan, dan tempat tinggal
juga memengaruhi penggunaan bahasa.
> Bahasa yang digunakan oleh keturunan yang berbeda dapat berpengaruh terhadap penggunaan
bahasa, seperti keturunan Cina yang menggunakan bahasa Cina ketika berbicara dengan sesama
keturunan Cina.
> Mereka mungkin menggunakan kode-kode tertentu untuk membicarakan hal-hal pribadi agar
orang lain tidak mengerti.
> Situasi ini menciptakan variasi bahasa dalam masyarakat.
Dalam masyarakat bilingual atau
multilingual, penutur seringkali melakukan
PENGGUNAAN pemilihan bahasa saat berkomunikasi
dengan orang lain. Terdapat beberapa
BAHASA penyebab terjadinya pemilihan bahasa,
PADA antara lain sebagai berikut.
Perubahan Situasi Pembicaraan
MASYARAKAT 1.

2. Topik Pembicaraan
MULTILINGUAL
3. Keterlibatan Pembicara Lainnya
1. PERUBAHAN SITUASI PEMBICARAAN
 Perubahan suasana selama berlangsungnya pembicaraan akan memengaruhi sikap penutur,
termasuk pemilihan bahasa yang digunakan, apakah resmi atau tidak resmi, santai, atau akrab.
 Terdapat dua jenis situasi pembicaraan dalam masyarakat, yaitu situasi resmi dan situasi tidak
resmi atau santai. Masing-masing situasi ini memengaruhi pemilihan bahasa yang digunakan oleh
penutur. Oleh karena itu, perubahan situasi menjadi faktor penting dalam proses pemilihan bahasa
dan akan menimbulkan berbagai variasi bahasa.
 Situasi resmi cenderung membuat penutur menggunakan variasi bahasa yang resmi, sedangkan
situasi santai mendorong pemilihan variasi bahasa yang lebih santai dan tidak formal.
 Penting bagi penutur untuk menyesuaikan pemilihan bahasa dengan situasi agar pembicaraan
dapat berlangsung dengan baik.
 Banyak kasus di mana penutur menggunakan bahasa resmi dalam situasi santai, membuat
pendengar merasa tidak nyaman dan hubungan antara keduanya menjadi kaku.
 Contohnya, jika dalam acara santai seorang penutur tiba-tiba menggunakan bahasa resmi, situasi
interaksi menjadi kurang aktif dan gaya bicara menjadi terbatas. Dalam situasi seperti ini,
pendengar bisa memilih menggunakan bahasa yang sama dengan penutur untuk membuat
komunikasi kembali normal. Situasi santai ini sering terjadi dalam situasi seperti transaksi jual beli
di pasar atau swalayan, pembicaraan antara penumpang dan sopir di terminal, dan situasi di luar
perkuliahan.
2. TOPIK PEMBICARAAN
 Topik pembicaraan juga bisa menjadi faktor yang memengaruhi pemilihan bahasa selama pembicaraan berlangsung.
 Pemilihan bahasa ini dilakukan ketika pembicara memahami fungsi dari masing-masing bahasa.
 Fungsi bahasa ini bisa terkait dengan asal-usul penutur, bidang kajian, karakteristik pembicaraan, dampak pada
pendengar, dan lain-lain.
 Sebagai contoh, jika kita membicarakan asal-usul penutur, pemilihan bahasa bisa berfungsi untuk menunjukkan dari
mana penutur melakukan kontak bahasa. Misalnya, orang Bugis mungkin akan memilih bahasa tertentu saat
berbicara dengan sesama penutur Bugis.
 Penting juga untuk mempertanyakan bagaimana dampak penggunaan bahasa oleh penutur terhadap pendengar.
 Tidak semua topik pembicaraan dapat diungkapkan dengan jelas menggunakan bahasa tertentu. Namun, topik
tersebut bisa diterima secara wajar dan jelas oleh pendengar jika pembicara telah memilih bahasa yang sesuai
dengan kondisi bahasa pendengar.
 Beberapa topik pembicaraan tertentu bisa dipahami dengan tepat oleh pendengar karena menggunakan bahasa
terpilih daripada bahasa lain. Namun, kejelasan, kewajaran, dan keefektifan penyampaian topik pembicaraan
kepada pendengar perlu dipertanyakan apakah faktor ini benar- benar disebabkan oleh pemilihan bahasa atau oleh
faktor lain.
 Kejelasan, kewajaran, dan keefektifan penyampaian topik pembicaraan bisa disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain: pembicara dan pendengar telah menguasai bahasa yang sama, banyak kata-kata tertentu yang tidak dikuasai
oleh penutur bahasa untuk mengungkapkan topik tertentu, kemampuan penutur untuk menjelaskan topik
pembicaraan, dan bahasa yang digunakan dianggap asing oleh pendengar.
3. KETERLIBATAN PEMBICARA LAINNYA
 Selain menguasai fungsi dan topik pembicaraan, setiap penutur bahasa juga perlu menguasai kaidah atau norma-norma yang mengatur
bahasa yang digunakan.
 Pemahaman terhadap faktor sosial dan budaya masyarakat setempat sangat penting untuk mengontrol tingkah laku dan segala bentuk
pembicaraan, dan ini dapat menentukan hubungan interpersonal dan interaksi yang optimal dengan pembicara lainnya.
 Dalam pembicaraan, pembicara dan pendengar harus dapat menyesuaikan diri dan menempatkan diri mereka sesuai dengan nilai-nilai
sosial budaya masyarakat mereka.
 Keterlibatan aspek sosial budaya ini akan menyebabkan munculnya varian-varian bahasa di masyarakat, seperti basilek, mesolek, dan
akrolek.
 Karakteristik pembicara pada dasarnya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu internal dan eksternal.
 Faktor internal meliputi kemampuan menguasai suatu bahasa, kemampuan menggunakan bahasa baik secara verbal atau tulis, genetis
(keturunan), dan kepribadian.
 Faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar lingkungan penutur yang dapat mempengaruhi kemampuan berbahasa seseorang. Faktor
ini ditandai oleh ragam masyarakat yang sama dengan ragam penuturnya.
 Tingkat formalitas dan status sosial penutur dalam komunitas berbahasa menjadi faktor penentu munculnya karakteristik penutur.
 Poedjasoedarma (1976) dalam Purwanti (2021; Sayama, 2014) menjelaskan bahwa untuk menentukan pemilihan bahasa, ada dua hal penting
yang harus diingat.
a. Tingkat formalitas hubungan perseorangan antara pembicara dengan lawan bicara
Tingkat formalitas hubungan perseorangan ditentukan oleh tingkat keakraban hubungan dengan lawan bicara, tingkat keangkeran
lawan bicara, dan umur lawan bicara.
b. Status sosial yang dimiliki para pembicara.
Status sosial ditentukan oleh beberapa faktor, termasuk keturunan, latar belakang pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, status
perkawinan, dan kesukuan. Selain itu, ada faktor lain yang berkaitan dengan para pembicara yang dapat mempengaruhi sikap mereka
dalam memilih bahasa, seperti kehadiran orang ketiga, watak para pembicara, situasi pembicaraan, dan tujuan yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

 Purwanti. (2021). Modul Sosiolinguistik.


Samarinda: Universitas Mulawarman.
 Malabar, Sayama. (2014). Sosiolinguistik.
Gorontalo: Ideas Publishing.

Anda mungkin juga menyukai