Anda di halaman 1dari 8

Parafrase Vol. 18 No.

01 Mei 2018
Halaman 49 – 56
https://doi.org/10.30996/parafrase.v18i01.1382

DEIKSIS EKSOFORA DAN ENDOFORA


PADA KOLOM OPINI JAWA POS EDISI 29 MARET 2017
Khusnul Khotimah
Pendidikan Bahasa Indonesia
Universitas Trunojoyo Madura
khusnulkhotimahutm@gmail.com

This study discusses the analysis of deixis eksofora and endofora in the Jawa Pos Opinion column,
March 29, 2017 edition. Researcher used qualitative methods with the object of research entitled
Surrender or Cheating Type by Azrul Ananda. This study uses data documentation collection
techniques in the network accessed on April 19, 2017 through Jawa Pos Online page. Data analysis
technique used consists of four stages, including data collection phase, data reduction phase, data
presentation phase, and conclusion withdrawal phase. The results show that Azrul Ananda in
March 29, 2017 edition Opini column exploits the ecotoxid deixis persona, time, and space. The
author Azrul Ananda also used the deoption of anaphoric endofora persona or not persona, but did
not use the deoption endofora katafora persona or not persona.

Keywords: Deixis, Opini column, Jawa Pos

PENDAHULUAN menentukan makna kata-kata yang


Hubungan antara tanda, makna, dan tergolong deiksis.
acuan penting untuk dipelajari. Hal itu Deiksis dibedakan menjadi dua, yaitu
mengingat ketiganya saling bertautan deiksis eksofora dan deiksis endofora.
dalam sifatnya yang arbitrer. Seekor kuda Deiksis eksofora dapat dikatakan sebagai
misalnya, dalam tanda dituliskan sebagai deiksis yang memiliki acuan di luar teks.
“kuda”, sementara dalam makna berarti Sebagai contoh, kata-kata yang tergolong
“hewan berkaki empat”, dan dalam acuan deiksis eksofora yaitu kata yang merujuk
merupakan binatang dalam wujud nyata. pada ruang, waktu, dan tempat. Sementara
Hubungan antara tanda dengan acuan itu, deiksis endofora dapat dikatakan
adalah hubungan yang didasarkan pada sebagai deiksis yang memiliki acuan di
suka-suka. Artinya, tidak ada alasan dalam teks. Sebagai contoh, kata-kata yang
mendasar kenapa suatu acuan disebut tergolong deiksis endofora adalah kata
sebagai “kuda”, “horse”, atau dalam yang merujuk pada teks yang telah
pengucapan bahasa-bahasa lain. disebutkan, misalnya kata-kata itu, tersebut,
Acuan dalam kata konkret dapat imbuhan –nya, dan kata-kata deiksis
mudah ditemukan. Sebagai contoh, kata endofora lainnya.
“kuda” memiliki acuan binatang berkaki Penelitian ini berfokus pada
empat. Acuan dikatakan sulit dalam kata penggunaan dua deiksis:deiksis eksofora
abstrak, misalnya “agama”, “moral”, dan dan deiksis endofora. Kedua deiksis
“akhlak”. Oleh karena itu, pembahasan tersebut digunakan untuk menganalisis
mengenai acuan menarik untuk dipahami. kolom Opini Jawa Pos edisi 29 Maret 2017.
Suatu kata memiliki acuan yang Kolom Opini Jawa Pos terbit setiap hari
berbeda-beda disebut dengan deiksis. Rabu. Kolom tersebut berisi pendapat
Acuan di dalam deiksis didasarkan pada subjektif dari para ahli di bidangnya
konteks. Konteks dapat berupa tempat, masing-masing, sehingga selalu terdapat
waktu, dan pembicara yang menuturkan dua unsur yang terkandung dalam opini:
kata deiksis. Perbedaan konteks fakta dan pendapat. Fakta merupakan

ISSN 0854-6126 (Cetak); 2580-5886 (Online) 49


Khusnul Khotimah Parafrase Vol. 18 No.01 Mei 2018

peristiwa yang tidak diragukan Arikunto (1998:24) pada umumnya


kebenarannya karena mengandung bukti penelitian deskriptif merupakan penelitian
dan memaparkan data-data. Sementara itu, nonhipotesis sehingga dalam langkah
pendapat adalah kesan penulis secara penelitiannya tidak perlu dirumuskan
subjektif terhadap suatu fenomena. hipotesis.Metode deskriptif mengambil
Kolom opini dalam penelitian ini masalah atau memusatkan perhatian
ditulis oleh Azrul Ananda dengan judul kepada masalah-masalah aktual
Tipe Menyerah atau Curang. Kolom tersebut sebagaimana adanya pada saat penelitian
berisi kritikan Azrul terhadap peserta ini dilakukan dan menafsirkannya.
Cycling to Bromo yang dianggap curang. Pendekatan ini tidak mementingkan jumlah
Kritikan yang ditulis berupa sindiran- melainkan kadar dari jawaban pertanyaan
sindiran halus dengan menghubungkan “bagaimana”. Hal ini sejalan dengan salah
karakter peserta bersepeda dengan karakter satu ciri dari sebelas ciri yang merupakan
masyarakat Indonesia secara umum. karakteristik kualitatif. Moleong (1991:7)
Kata deiksis memiliki acuan yang yaitu bahwa penelitian kualitatif lebih
berbeda-beda. Penelitian ini berguna untuk mementingkan proses daripada hasil.
menjelaskan acuan yang dimanfaatkan oleh Objek penelitian ini berupa kolom
Azrul Ananda dalam upaya mengkritik Opini Jawa Posedisi 29 Maret 2017 yang
peserta Cycling to Bromo yang dianggap ditulis oleh Azrul Ananda dengan judul
curang. Temuan dimungkinkan dapat Tipe Menyerah atau Curang. Teknik
memperkaya wawasan pembaca terkait pengumpulan data yang digunakan adalah
kata-kata deiksis dalam kolom opini, teknik pengumpulan data dokumentasi
khususnya dalam kolom opini yang ditulis berupa artikel dalam jaringan Jawa Pos
oleh Azrul Ananda. yang diakses pada 19 April 2017. Teknik
Berdasarkan uraian tersebut disusun analisis data terdiri atas empat tahap,
rumusan masalah sebagai berikut: (1) antara lain tahap pengumpulan data, tahap
bagaimana pemanfaatan deiksis eksofora reduksi data, tahap penyajian data, dan
yang digunakan Azrul Ananda dalam tahap penarikan simpulan.
kolom Opini edisi 29 Maret 2017,
(2)bagaimana pemanfaatan deiksis HASIL DAN PEMBAHASAN
endofora yang digunakan Azrul Ananda Menurut Yule dalam Noberty
dalam kolom Opini edisi 29 Maret 2017. (2016:14) pragmatik memiliki empat ruang
Berdasarkan rumusan masalah yang lingkup. Pertama, pragmatik adalah studi
dipaparkan, penelitian ini memiliki tujuan tentang maksud penutur. Kedua, pragmatik
sebagai berikut: (1) untuk mengetahui adalah studi tentang makna kontekstual.
pemanfaatan deiksis eksofora yang Ketiga, pragmatik adalah studi tentang
digunakan Azrul Ananda dalam kolom bagaimana agar lebih banyak yang
Opini edisi 29 Maret 2017, (2) untuk disampaikan daripada yang dituturkan.
mengetahui pemanfaatan deiksis endofora Keempat, pragmatik adalah studi tentang
yang digunakan Azrul Ananda dalam ungkapan dari jarak hubungan.
kolom Opini edisi 29 Maret 2017. Ruang lingkup yang dijelaskan oleh
Yule di atas menandakan bahwa pragmatik
METODE merupakan ilmu kebahasaan yang
Metode penelitian yang digunakan membahas masalah kebahasaan secara
yakni metode deskriptif kualitatif.Penelitian kontekstual bergantung pada penutur.
ini dikatakan deskriptif karena hasil Menurut Rahardi dalam Noberty
penelitian berupa pendeskripsian.Menurut (2016:7),konteks tuturan dapat diartikan

50 ISSN 0854-6126 (Cetak); 2580-5886 (Online)


Parafrase Vol. 18 No.01 Mei 2018 Khusnul Khotimah

sebagai latar belakang pengetahuan yang yakni deiksis ruang yang berupa leksem
diasumsikan sama-sama dimiliki dan demonstratif meliputi kata ini dan itu, dan
dipahami bersama oleh mitrat tutur atas deiksis ruang yang berupa lokatif meliputi
apa yang dimaksud oleh si penutur di kata sini, sana, dan situ.
dalam keseluruhan proses bertutur. Lebih lanjut Purwo dalam Noberty
Pernyataan Rahardi tersebut menjelaskan bahwa leksem yang termasuk
menandakan bahwa konteks tuturan ke dalam deiksis waktu, antara lain (1) )
memiliki arti penting dalam situasi Minggu (yang) lalu, (hari) Kamis (yang) lalu,
komunikasi antara penutur dan mitra tutur. bulan (yang) lalu, bulan April (yang) lalu,
Konteks tuturan tersebut ditandai dengan tahun 1951 (yang lalu), minggu ini, (hari)
kesamaan pemahaman antara kedua pihak, Kamis ini, bulan ini, (bulan) April ini, tahun
sehingga terjalin hubungan komunikasi ini, (tahun) 1983 ini, kemarin dulu, kemarin,
saling timbal-balik. sekarang, besok, luas, dulu, tadi, nanti, kelak.
Menurut Purwo dalam Noberty Purwo dalam Noberty (2016:23)
(2016:7), bahwa sebuah kata dikatakan menyebutkan salah satu akibat dari
bersifat deiksis apabila referennya penyusunan kontituen-konstituen bahasa
berpindah-pindah atau berganti-ganti, secara linear adalah kemungkinan adanya
bergantung pada saat dan tempat kontituen tertentu yang sudah disebutkan
dituturkannya kata itu. sebelumnya disebut ulang pada penyebutan
Pernyataan tersebut menandakan selanjutnya, entah itu dengan bentuk
bahwa deiksis merupakan kata dengan pronominal entah tidak kedua kontituen itu
acuan yang berganti-ganti berdasarkan karena kesamaannya lazim dikatakan
konteks tuturan. Oleh karena itu, acuan sebagai dua konstituen yang berkorelasi.
dalam deiksis tidak selalu sama. Acuan Kekorelasian semacam ini, dan yang
bersifat kontekstual bergantung pada situasi pronomina biasa disebut anafora.
tuturan tersebut. Lebih lanjut Purwo dalam Noberty
Menurut Purwo dalam Noberty (2016) menjelaskan bahwa suatu leksem mengacu
deiksis terdiri atas dua jenis, yaitu deiksis pada konstituen di sebelah kanannya
luar-tuturan (eksofora) dan deiksis dalam- disebut katafora. Hal yang diacu tersebut
tuturan (endofora). Deiksis luar-tuturan baik di sebelah kiri maupun sebelah kanan
memiliki tiga bagian penting, yaitu deiksis dinamakan titik tolak. Titik tolak bisa
persona, deiksis ruang, dan deiksis waktu. berupa kata, frasa, kalimat, atau wacana,
Lebih lanjut Purwo dalam Noberty berupa unsur dalam bahasa.
(2016) mengatakan bahwa deiksis persona
dibedakan atas deiksis persona pertama, Berdasarkan uraian teori di atas dapat
deiksis persona kedua, dan deiksis persona diaplikasikan pada objek pembahasan
ketiga. Deiksis persona pertama dapat dalam bahasa teks.Yakni pada kolom opini
dikatakan sebagai rujukan pembicara Jawa Pos edisi 29 Maret 2017.
kepada dirinya sendiri. Deiksis persona
kedua dapat dikatakan sebagai rujukan 1. Deiksis Eksofora
pembicara kepada pendengar. Deiksis Jenis deiksis yang ditemukan dalam
persona ketiga dapat dikatakan sebagai kolom opini Jawa Pos edisi 29 Maret 2017
rujukan pembicara kepada orang yang adalah deiksis eksofora dan deiksis
tidak berperan sebagai pembicara dan endofora. Deiksis eksofora terdiri atas
lawan bicara. deiksis persona, deiksis ruang, dan deiksis
Menurut Purwo dalam Noberty (2016) waktu. Deiksis pertama yang ditemukan
deiksis ruang dibedakan menjadi dua jenis,

ISSN 0854-6126 (Cetak); 2580-5886 (Online) 51


Khusnul Khotimah Parafrase Vol. 18 No.01 Mei 2018

adalah deiksis persona yang dapat dilihat Kalimat tersebut mengandung deiksis
pada kutipan berikut. eksofora persona pertama jamak. Hal
tersebut ditandai dengan kata “kami”.
(1) “Anda tipe gampang menyerah? Penggunaan kata tersebut menandakan
Atau tipe yang suka menyiasati bahwa sudut pandang yang diambil adalah
keadaan (dalam artian curang)? sudut pandang seorang penutur, dalam hal
Kalau jawabannya iya, ini penulis kolom Opini. Karena itu, kata
bagaimana?” “kami” termasuk ke dalam deiksis persona
pertama. Penggunaan kata tersebut juga
Kalimat di atas termasuk ke dalam menandakan bahwa orang yang
deiksis eksofora persona kedua tunggal. memaparkan pendapat mewakili orang
Hal tersebut dapat diamati dalam banyak. Karena itu, kata “kami” bersifat
penggunaan kata “Anda”. Kata tersebut jamak.
mengacu kepada satu orang yang diajak Deiksis eksofora lain yang ditemukan
berbicara. Konteks dalam tuturan ini adalah deiksis ruang, yang dapat dibaca
adalah konteks tulisan. Karena itu, orang pada kutipan berikut.
yang diajak berbicara adalah pembaca.
Kata “Anda” merujuk pada para pembaca. (4) “Semua mendaftar untuk ikut
Kata tersebut termasuk ke dalam deiksis ‘sengsara’, merasakan beratnya
karena keberagaman orang yang membaca tanjakan menuju Wonokitriitu.”
kolom opini edisi 29 Maret 2017.Deiksis
persona lainnya ditemukan dalam kalimat Kalimat tersebut termasuk ke dalam
berikut. deiksis eksofora ruang demonstratif.
Deiksis eksofora ruang ditandai dengan
(2) “Melihat itu semua, kata “itu” yang merujuk pada tempat, yaitu
saya hanya bisa geleng- kata tanjakan.Deiksis eksofora ruang lain
geleng kepala.” juga ditemukan pada kutipan berikut.

Kalimat di atas berisikandeiksis (5) “Mereka memilih naik mobil dulu


persona pertama tunggal. Hal tersebut sampai kaki tanjakan, lalu baru
dapat diamati dalam penggunaan kata memulai bersepeda ketika
“saya”. Kata tersebut mengacukepada satu rombongan sudah sampai di
orang penutur, dalam hal ini Azrul sana.”
Ananda. Kata “saya” termasuk ke dalam
deiksis karena memiliki acuan yang Kalimat tersebut termasuk ke dalam
berbeda-beda. Artinya, ketika penulis deiksis eksofora ruang lokatif. Kata “sana”
kolom opini tersebut bukan Azrul Ananda menunjukkan suatu tempat, yaitu jalan
melainkan, misalnya, Dahlan Iskan, maka dekat garis finis. Azrul Ananda dalam
kata “saya” tidak lagi merujuk pada Azrul kalimat tersebut mengkritik para pesepeda
Ananda tetapi merujuk pada Dahlan yang tidak ingin bekerja keras, tetapi
Iskan.Deiksis persona lain yang ditemukan melakukan kecurangan dengan menaiki
dapat dibaca pada kutipan berikut. mobil terlebih dahulu menjelang garis akhir
arena perlintasan.
(3) “Bersama puluhan teman menjadi Deiksis eksofora lain yang ditemukan
road captain, kami bekerja seperti adalah deiksis eksofora waktu. Deiksis
gembala.” eksofora waktu dapat berupa menit, jam,
hari, bulan, tahun, dan berbagai bentuk

52 ISSN 0854-6126 (Cetak); 2580-5886 (Online)


Parafrase Vol. 18 No.01 Mei 2018 Khusnul Khotimah

waktu lainnya. Penjelasan tersebut bersepeda yang menggunakan cara curang


dapatditerangkan pada contoh berikut. untuk mencapai garis finis. Orang-orang
yang dimaksud berada di dalam teks
(6) “Dari desa Puspo, rombongan sehingga kalimat tersebut termasuk ke
diberangkatkan pukul 10.15 pagi dalam kalimat endofora. Hal itu ditandai
itu.” pada kalimat sebelum kata “mereka”, yakni
klausa “ada pula yang mulai ‘mencari
Kalimat tersebut berisikan deiksis bantuan’ mobil atau motor pendamping”.
eksofora waktu yang merujuk kepada jam. Klausa tersebut terdapat dalam paragraf
Frasa “pukul 10.15 pagi itu” menjadi yang sama dengan kutipan di atas.
deiksis karena acuan waktunya dapat Deiksis bukan persona juga ditemukan
berubah-ubah. Deiksis waktu laintidak dalam kolom opini edisi 29 Maret 2017.
hanya ditemukan pada rujukan jam, tetapi Deiksis tersebut dapat dibaca pada kutipan
juga ditemukan pada rujukan hari, tanggal, berikut.
dan bulan. Hal itu dapat dilihat pada
kutipan berikut. (9) “Mereka yang ‘tanggung’, itu
yang menarik untuk dibahas.”
(7) “Sabtu, 25 Maret lalu, saya
bertemu dan berkenalan dengan Kalimat di atas memilikideiksis
begitu banyak orang baru.” endofora anafora bukan persona. Hal itu
ditandai pada imbuhan “itu” yang
Kalimat tersebut memiliki deiksis menjelaskan frasa “mereka yang
eksofora hari, tanggal, dan bulan. Kalimat tanggung”. Ciri deiksis endofora anafora
tersebut berisi penjelasan Azrul Ananda dalam kalimat tersebut adalah acuan
tentang waktu pelaksanaan acara Cycling to “mereka yang tanggung” berada di sebelah
Bromo yang diselenggarakan oleh Jawa Pos. kiri kata “itu”. Jika acuan “mereka yang
tanggung” berada di sebelah kiri, maka
2. Deiksis Endofora kalimat dalam kutipan termasuk ke dalam
Deiksis endofora berbeda dengan kalimat endofora. Kata “itu” dalam
deiksis eksofora. Deiksis endoforadapat kutipan di atas tidak merujuk pada orang.
disebut sebagai deiksis dalam-tuturan. Dengan demikian, kalimat tersebut
Deiksis tersebut digolongkan menjadi termasuk ke dalam kalimat endofora
deiksis endofora anafora persona atau anafora bukan persona.
bukan persona, dan deiksis endofora Deiksis endofora katafora tidak
katafora persona atau bukan persona. ditemukan di kolom Opini edisi 29 Maret
Deiksis pertama yang ditemukan adalah 2017 berjudul Tipe Menyerah atau Curang
deiksis endofora anafora persona yang karya Azrul Ananda. Hal itu dikarenakan
dapat dibaca pada kutipan beirkut. dua kemungkinan. Pertama, peneliti secara
kebetulan tidak mendapat kolom opini
(8) “Lalu, ketika mendekati finis, yang mengandung deiksis endofora
mereka kembali mengayuh katafora karena objek penelitian yang
sepeda, sehingga seolah-olah finis diambil hanya satu kolom opini. Kedua,
beneran.” penulis Azrul Ananda dimungkinkan
sering atau tidak sama sekali menggunakan
Kalimat tersebut termasuk ke dalam deiksis endofora katafora dalam tulisan-
deiksis endofora anafora persona. Kata tulisannya, khususnya dalam bentuk kolom
“mereka” mengacu kepada orang-orang opini.

ISSN 0854-6126 (Cetak); 2580-5886 (Online) 53


Khusnul Khotimah Parafrase Vol. 18 No.01 Mei 2018

tulisannya. Khususnya dalam bentuk


SIMPULAN kolom opini.
Peneliti menyimpulkan bahwa
terdapat deiksis eksofora dan deiksis DAFTAR PUSTAKA
endofora dalam kolom Opini Jawa Pos Ananda, Azrul. 2017. “Tipe Menyerah
berjudul Tipe Menyerah atau Curang karya atau Curang”, (Online),
Azrul Ananda. Deiksis eksofora yang (http://www.jawapos.com/,
diakses pada 19 April 2017).
ditemukan berupa deiksis eksofora persona,
waktu, dan ruang. Deiksis endofora yang Noberty, Teresia. 2016. “Fenomena
ditemukan berupa deiksis anafora persona Deiksis pada Rubrik Kolom di
atau bukan persona. Harian Jawa Pos Edisi September-
Data kolom Opini yang diteliti tidak Desember 2015”. Skripsi.
menunjukkan adanya deiksis endofora Yogyakarta: Fakultas Keguruan
katafora. Hal itu dikarenakan dua dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma.
kemungkinan. Pertama, peneliti secara
kebetulan tidak mendapat kolom opini Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
yang mengandung deiksis endofora Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
katafora karena objek penelitian yang Bandung: ALFABETA.
diambil hanya satu kolom opini. Kedua,
penulis Azrul Ananda dimungkinkan Yule, George. 2006. Pragmatik.
sering atau tidak sama sekali menggunakan Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
deiksis endofora katafora dalam tulisan-

54 ISSN 0854-6126 (Cetak); 2580-5886 (Online)


Parafrase Vol. 18 No.01 Mei 2018
Halaman 49 – 56
https://doi.org/10.30996/parafrase.v18i01.1382

LAMPIRAN 1

Azrul Ananda Mereka yang ’’tanggung’’, itu yang


Happy Wednesday 116 menarik untuk dibahas.Melihat pemandangan
Tipe Menyerah atau Curang dan ulah-ulah manusia di tanjakan panjang itu,
RABU, 29 MAR 2017 06:19 sayamembayangkan seharusnya banyak dosen
psikologi mengajak pelajar-pelajarnya untuk
ANDA tipe gampang menyerah?Atau tipe ikut mengamati.Karena di saat menghadapi
yang suka menyiasati keadaan (dalam artian tantangan berat seperti itulah, sifat-sifat
curang)?Kalau jawabannya iya, bagaimana? manusia bisa kelihatan.Dan belum tentu sifat
*** yang baik.
Saya beruntung bekerja di media. Tidak Sayadan sejumlah road captain
pernah ada dua hari yang sama, tidak pernah memutuskan untuk berangkat agak belakang di
ada rutinitas. Bertemu banyak macam orang, bagian terakhir event.Yaitu, 17 km terakhir
bekerja dengan berbagai tipe manusia. yang terberat, dari Desa Puspo menuju
Sayajuga bersyukur bisa menekuni Wonokitri.
sejumlah hobi.Selalu belajar sesuatu yang Kalau sehat, sayasaja butuh sekitar 1 jam
baru.Selalu berkenalan dengan orang dan 20 menit untuk menyelesaikan bagian akhir
baru.Selalu belajar tentang atau dari orang- itu. Kebanyakan cyclist yang tergolong mampu
orang baru itu. menanjak akan membutuhkan waktu 1 jam 30
Sabtu, 25 Maret lalu, sayabertemu dan menit hingga 2 jam. Mereka yang tergolong
berkenalan dengan begitu banyak orang sangat kuat atau atlet akan membutuhkan
baru.Ketika menyelenggarakan event bersepeda waktu di kisaran 1 jam.
Jawa Pos Cycling Bromo 100 Km, dari Dari Desa Puspo, rombongan
Surabaya menanjak ke Wonokitri, Bromo, via diberangkatkan pukul 10.15 pagi itu. Kelompok
Pasuruan. sayabaru berangkat sekitar 20 menit
Bersama puluhan teman menjadi road kemudian.Selain untuk menjadi alat ukur waktu
captain, kami bekerja seperti gembala. panitia, juga untuk melihat situasi dari sudut
Membawa total 1.170 cyclist dari 15 negara, pandang belakang.
termasuk yang mewakili 109 kota di berbagai Plus, badan sayawaktu itu juga tidak fit,
penjuru Indonesia. beberapa hari sebelum event mengalami radang
Semua mendaftar untuk ikut ’’sengsara’’, tenggorokan (beberapa yang lain sama).
merasakan beratnya tanjakan menuju Pemandangan dari belakang benar-benar
Wonokitri itu. Total tanjakannya hampir 40 seru.Ratusan peserta kami lalui dalam 17 km
km, menantang ketahanan fisik dan mental, tersebut.
dengan bagian akhir paling menyiksa: Tanjakan Sekitar 8 km sebelum finis, sudah banyak
miring sampai 18 persen pada sekitar 250 meter yang bergelimpangan di pinggir jalan.Entah
memasuki Pendapa Wonokitri, di ketinggian karena kram, atau murni karena lelah.Bau
2.000 meter di atas permukaan laut. balsam juga mulai tercium dari mereka.
Bagi kami cyclist di Jawa Timur (cyclist Tidak sedikit di antara mereka yang
beneran yang tidak takut menanjak, bukan menyerah.Memilih berputar balik turun ke
cyclist-cyclist-an yang hanya bike-to-eat), bawah dan pulang.Atau naik mobil
tanjakan menuju Wonokitri itu sudah berkali- pendamping untuk pulang.
kali kami lalui.Tapi, tidak pernah sekali pun Ada yang tetap bertekad untuk mencapai
terasa makin gampang. finis dengan segala kekuatan.Walau kadang
Bahkan, kalau badan sedikit saja tidak fit, harus berjalan menuntun sepeda. Dan mereka
sangat mungkin tidak akan berhasil finis. terus berusaha mencapai finis sampai jam
Nah, membayangkan ada lebih dari seribu berapa pun, walau time limit sudah terlewati
orang mencoba menaklukkannya, dengan dan segala acara di puncak telah selesai.
berbagai macam kemampuan, akan Bagi saya, ini yang tergolong ’’terhormat’’,
memberikan pemandangan seru. karena tetap berupaya finis menggunakan
Mereka yang kuat, tidak perlu tenaga sendiri.
diperhatikan.Itu merupakan hasil semangat dan Ada pula yang mulai ’’mencari bantuan’’
dedikasi untuk berlatih, menjadikan diri mobil atau motor pendamping.Caranya tetap
semakin kuat dan tangguh. duduk di atas sepeda, tapi tangannya
Ada pula mereka yang tahun-tahun memegangi mobil atau motor sehingga dapat
sebelumnya gagal finis, dan telah rutin berlatih ’’tenaga lain’’.Lalu, ketika mendekati finis,
supaya tahun ini bisa finis. mereka kembali mengayuh sepeda, sehingga
seolah-olah finis beneran.

ISSN 0854-6126 (Cetak); 2580-5886 (Online) 55


Khusnul Khotimah Parafrase Vol. 18 No.01 Mei 2018

Ada lagi yang tidak punya akses terhadap memilih jalan pintas –yang sering tidak
mobil atau motor pendamping, lalu terhormat– daripada bersusah-susah payah?
memutuskan mencari cara lain. Yaitu: Melobi Bagi mereka-mereka itu, sayahanya bisa
motor-motor penduduk untuk mau membantu berdoa dan berharap.Semoga hati mereka
mereka naik ke puncak. Alias ngojek.Teman dibuka, diberi kekuatan, supaya terpacu untuk
saya yang tinggal di kawasan itu bilang, Sabtu berlatih dengan sungguh-sungguh.Supaya kelak
itu ojek laku keras. tidak harus curang, tidak harus mencari jalan
Melihat itu semua, saya hanya bisa geleng- pintas.
geleng kepala. Mau kuat?Ya latihan.Saya dulu juga
Panitia sudah menyediakan banyak truk tertatih-tatih kok kali pertama menanjak
dan pikap untuk mengevakuasi peserta-peserta Bromo.Harus berhenti belasan kali sebelum
yang melewati time limit. Tapi, banyak yang benar-benar sampai ke atas.Tapi, waktu itu
tetap memilih pakai ojek atau bantuan pihak tidak mau menyerah.Harus bisa finis dengan
lain. kekuatan sendiri.
Jangan-jangan, mereka malu kalau Saya tidak finis juga pernah saat
diangkut pakai mobil resmi.Dan merasa lebih latihan.Dan itu tidak apa-apa.Karena kaki
gagah atau bergengsi kalau menggunakan cara- sudah kram tidak mungkin dipaksakan lagi.
cara ’’alternatif’’ tersebut. Saya juga berdoa dan berharap supaya
Dan di berbagai cycling event di event seperti Bromo 100 Km itu bisa menjadi
Indonesia, trik-trik itu sudah sangat lazim. pelajaran untuk tidak menjadi cyclist yang
Pernah waktu di kawasan Jogjakarta, ada ’’manja’’.Yang ke mana-mana minta dikawal,
peserta dari Jawa Tengah yang sengaja tidak membawa mobil pendamping.
ikut start dengan peserta lain. Mereka memilih Ikut event-event serupa di luar negeri,
naik mobil dulu sampai kaki tanjakan, lalu baru sepeda-sepedanya tidak seheboh atau semahal
memulai bersepeda ketika rombongan sudah di Indonesia.Tapi, pesertanya mandiri-mandiri,
sampai di sana. bisa mengganti ban sendiri atau menyelesaikan
Hadeh-hadeh… Lha gitu itu maksudnya masalah sendiri.
apa? Semoga kelak di Indonesia juga sama.
Ulah-ulah orang-orang itu benar-benar Karena itu cerminan masyarakatnya juga.Yang
bikin geleng-geleng kepala, dan bahkan tangguh-tangguh, tidak manja-manja.Yang
menggelikan. tidak mencoba mengakali situasi.
Mereka orang dewasa.Kebanyakan Selamat berlatih.Sampai jumpa di event
berpendidikan.Banyak yang tergolong berikutnya.Dan semoga di event berikutnya itu
mampu.Tapi tetap memilih cara-cara seperti itu. semua semakin kuat. Semangat! (*)
Dan kalau dipikir-pikir, bukankah itu
cerminan banyak masyarakat Indonesia?Yang

56 ISSN 0854-6126 (Cetak); 2580-5886 (Online)

Anda mungkin juga menyukai