Anda di halaman 1dari 21

SEMIOTIKA PADA KUMPULAN PUISI LUKA KATA KARYA

CANDRA MALIK

NURUL AINI SUDIRMAN


NPM 216210449

PEMBIMBING

Dr. RIKA NINGSIH,. S,Pd,. M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA


INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM
RIAU
2023

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karya sastra menggambarkan berbagai fenomena yang terjadi di


masyarakat. Manusia menggunakan sastra sebagai alat untuk mengungkapkan
suatu ide, pengalaman, pemikiran. Beberapa orang menuangkan imajinasinya ke
dalam karya seni yang dibuat seperti puisi. Hamidy d(2012 : 7) mengemukakan
“Karya sastra ialah karya kreatif imajinasi yang memiliki bentuk sedemikiran
rupa, sehingga unusr-unsur estetiknya merupakan bagian yang dominan. Daya
kreatif seseorang dapat melihat beberapa kemungkinan, daripada apa yang telah
pernah ada”. Mengapresiasi sebuah karya sastra tidak hanya dari sudut
penghayatan dan pemahaman semata, tetapi karya sastra mempengaruhi tingkat
kemampuan seseorang mengenai kepekaannya terhadap perasaan, nalar serta
kepekaan, karya sastra meliputi novel,cerpen, dan karya lainnya.
Untuk menganalisis karya sastra, khususnya puisi penulis dapat
menggunakan teori semiotika. Semiotika adalah studi tanda-tanda yang di
dalamnya ada upaya untuk mencari hubungan penanda dan petanda. Menurut
(Lontawa, 2017:3) penanda adalah suara berarti atau makna grafiti. Sedangkan
tanda atau penanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier)
dengan sebuah ide atau penanda (signified). Jadi penanda adalah lambang bunyi,
sedangkan petanda adalah konsep dari penanda.
Menurut Hoed dalam Nurgiyantoro (2013:67) semiotika adalah ilmu
atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda adalah sesuatu yang mewakili
sesuatu yang dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan dan lain-
lain”.
Untuk mempelajari semiotika sastra berarti juga mempelajari bahasa
yang artinya merupakan sistem sebuah komunikasi bagi setiap manusia. Jadi
ketika kita mempelajari bahasa akan bersinggungan dengan semiotika,
begitupun sebaliknya. Selain itu, ketika belajar mengenai sastra akan
menemukan penanda pada karya tersebut, penanda itu bisa berupa penciptaan
makna dan pergantian makna. Penanda-penanda tersebut bisa ditemukan pada
semua karya sastra, terutama sajak atau puisi.
Alasan peneliti mengambil judul semiotika untuk dapat menemukan
makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi dibalik sebuah tanda (teks,
iklan, berita). Penulis tertarik melakukan penelitian ini dengan judul “Analisis
Semiotika Pada Kumpulan Puisi Luka Kata Karya Candra Malik” karena
antologi puisi ini banyak mengandung unsur semiotika seperti ikon, indeks, dan
simbol. Alasan penulis memilih puisi dalam Analisis Semiotika Pada Kumpulan
Luka kata Karya Candra Malik sebagai objek kajian karena karya-karya yang
dihasilkan banyak terdapat hubungan antara penanda (teks) dengan petanda
(konteks) yang berkaitan dengan ikon, indeks dan simbol.

1.2 Fokus Masalah

Kajian ini membahas tentang analisis semiotika Menurut Pradopo


(2012:121) dalam semiotika terdapat tiga jenis tanda yang pokok, yaitu Ikon,
Indeks, dan Simbol. Penelitian ini membahas kutipan puisi tanda tersebut yang
terdapat dalam kumpulan puisi Luka Kata Karya Candra Malik.
1.3 Rumusan Masalah

Penelitian ini berkenaan dengan Analisis Semiotika Kumpulan Puisi


Luka Kata Karya Candra Malik, secara rinci masalah penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah analisis semiotika pada aspek Ikon dalam Kumpulan
Puisi Luka Kata Karya Candra Malik?
2. Bagaimanakah analisis semiotika pada aspek Indeks dalam Kumpulan
Puisi Luka Kata Karya Candra Malik?
3. Bagaimanakah analisis semiotika pada aspek Simbol dalam Kumpulan
Puisi Luka Kata Karya Candra Malik?
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan, menganalisis, dan menginterpretasikan Ikon


dalam Kumpulan Puisi Luka Kata Karya Candra Malik ;
2. Mendeskripsikan, menganalisis, dan menginterpretasikan Indeks
dalam Kumpulan Puisi Luka Kata Karya Candra Malik;
3, Mendeskripsikan, menganalisis, dan menginterpretasikan Simbol
dalam Kumpulan Puisi Luka Kata Karya Candra Malik.
1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini secara teori dapat memberikan wawasan dan ilmu


bagi perkembangan teori sastra;
b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman bagi penelitian
terhadap objek yang sama dengan permasalahn yang berbeda.
2. Manfaat Praktis

c. Penelitian ini memberikan pengetahuan dan pemahaman bagaimana


semiotika dalam ilmu sastra;
d. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu bagi guru untuk
mengajarkan sastra disekolah.
1.6 Definisi Istilah

Penelitian ini menggunakan istilah-istilah yang sesuai dengan pengkajian


yang akan diteliti, istilah-istilah yang digunakan sangat erat hubungannya
dengan variabel-variabel penelitian, untuk menghindari kesalahan dalam
penafsiran makan penulis akan menjelaskan istilah-istilah tersebut:
1. Analisis Semiotika dalam Kumpulan Puisi Luka Kata Karya Candra Malik
adalah analisis mengenai tanda Ikon, Indeks, dan Simbol yang terdapat di dalam
Kumpulan Puisi Luka Kata Karya Candra Malik.
2. Ikon adalah tanda hubungan antara penanda dan petandanya yang bersifat
alamiah antara penanda dan petandanya hubungan ini adalah hubungan
persamaan (Pradopo, 2012:121).
3. Indeks adalah tanda yang menunjukkan hubungan kausal atau sebab akibat.
Misalnya asap menandai api, suara itu menandai orang atau sesuatu yang
mengeluarkan suara (Pradopo, 2012:121).
4. Simbol merupakan hubungan yang telah terbentuk secara konvensi di dalam
masyarakat. Antara tanda dan objek tidak memiliki hubungan kemiripan atau
kedekatan, melainkan terbentuk karena kesepakatan (Nurgiyantoro,2013:69).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori

Teori yang penulis gunakan dalam penelitian ini merujuk kepada


beberapa teori. Teori tersebut digunakan sebagai landasan dalam mengkaji
beberapa permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Teori yang digunakan
adalah Pradopo (2012), Emzir dan Rohman (2015), Nurgiyantoro (2013),
Sudjiman, Panuti dan Zoest (1996), dan beberapa teori pendukung lainya.
Adapun teori-teori sebagai berikut :
2.1.1 Semiotika
Menurut Hoed dalam Nurgiyantoro (2013:67) “semiotika adalah ilmu
atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda adalah sesuatu yang mewakili
sesuatu yang dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan dan lain-
lain”. Jadi yang dapat menjadi tanda sebenarnya bukan hanya bahasa saja,
melainkan berbagai hal yang melingkupi kehidupan ini walau harus diakui
bahwa bahasa adalah sistem tanda yang paling lengkap dan sempurna. “Menurut
Sudjiman dan Zoest, (1996:5) Semiotika adalah studi tentang tanda dan segala
yang berhubungan dengan: cara berfungsinya, hubungannya dangan tanda-tanda
lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya.
Secara etimologi istilah semiotika berasal dari kata Yunani, “Semion”
yang berarti tanda. Semiotika ilmu mengenai tanda-tanda. Selanjutnya Peirce
dalam Sudjiman dan Zoest, (1996:43) menyatakan bahwa semiotika adalah
suatu tindakan (acttion), pengaruh (influence), atau kerja sama tiga subjek, yaitu
tanda (sign), objek (object), dan interpretan (interpretant).

Menurut Emzir dan Rohman (2015:48) tanda adalah sesuatu yang


berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indra manusia dan merupakan
sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal ini di luar tanda itu sendiri.
Tanda tidak hanya meliliki satu macam tanda, tetapi ada berbagai macam tanda
berdasarkan tanda dan penandanya. Penanda dapat dikatan sebagai lambang
bunyi dan petanda adalah sebuah konsep makna dari sebuah penanda, hubungan
antara keduanya sama-sama memiliki kata-kata lain dalam suatu sistem.

1
Jenis-jenis tanda yang utama ialah ikon, indeks, dan simbol. Sedangkan
menurut De Saussure dalam Teeuw (2013:36) mengatakan beberapa aspek tanda
yang khas. Tanda adalah arbitrer, konvensional, dan sistematik.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli penulis dapat menyimpulkan
bahwa semiotika merupakan ilmu yang mempelajari mengenai tanda. Segala
aktivitas yang dilakukan manusia dianggap sebagai sistem tanda, sehingga dapat
dipelajari dalam semiotika. Hubungan atara penanda dan petanda itu terdiri atas
tiga jenis yaitu ikon, indeks, dan simbol.

2.1.2 Ikon
Ikon merupakan sebuah tanda yang menggambarkan objek meskipun
objek tersebut tidak hadir. Menurut Pradopo (2012:121) ikon adalah tanda
hubungan antara penanda dan petandanya yang bersifat alamiah antara penanda
dan petandanya hubungan ini adalah hubungan persamaan. Misalnya gambar
bunga sebagai penanda yang menandai bunga (petanda) sebagai artinya. Potret
menandai orang dipotret. Gambar pohon menandai pohon.
Ikon adalah tanda-tanda yang mempunyai kekuatan “perayu” yang
melebihi tanda lainnya (Sudjiman, panuti dan Van Zoest, 1996:10). Ikon adalah
tanda yang mengandung kemiripan “rupa” (resemblance) sebagaimana dapat
dikenali oleh para pemakainya. Dalam ikon hubungan antara representamen dan
objeknya terwujud sebagai “kesamaan dalam beberapa kualitas”. Sesuatu peta
atau lukisan, misalnya, memiliki hubungan ikonnik dengan objeknya sejauh di
antara keduanya terdapat keserupaan (Budiman, 2011:17).
Ikon menggambarkan secara jelas maksud dari ciri objeknya.
Nurgiyantoro (2013:68) mengatakan bahwa “ikon jika ia berhubungan dengan
kemiripan”. Misalnya kesamaan sebuah foto dengan objek yang sedang difoto.
Jadi ikon dapat dikatan sebuah hubungan yang mengenai kemiripan yang
menggambarkan secara jelas dari sebuah objeknya. Ikon dapat dikatakan sangat
tinggi kesamaannya antara yang diajukan sebagai penanda dan yang diterima
langsung oleh pembaca sebagai hasil penandaannya.
Contoh ikon pada puisi “Kulukis Alamat-Mu” Karya Herlela Ningsih

2
Akulah pengembara mengukir Alamat-Mu

Ikon dalam puisi “Kulukis Alamat-Mu” terdapat pada kata “akulah”.


Akulah merupakan tanda yang menandai aku mewakili orang yang menulis puisi
(petanda). Aku adalah kata ganti orang pertama tunggal atau diri sendiri, aku
merupakan gambaran langsung ikon dari petanda. Meskipun objeknya tidak
dihadirkan, kata aku pada puisi ini adalah tanda yang dapat mewakili perasaan
orang yang menulis puisi. Kata aku memiliki hubungan kemiripan dengan apa
yang diwakilinya yaitu sebagai diri si penyair puisi tersebut (Dorianti,2019).

2.1.3 Indeks
Menurut Pradopo (2012:121) indeks adalah tanda yang menunjukkan
hubungan kausal atau sebab akibat. Misalnya asap menandai api, suara itu
menandai orang atau sesuatu yang mengeluarkan suara. Menurut Budiman
(2011:20) indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau
eksistensial di antara reprentamen dan objeknya. Di dalam indeks hubungan
antara tanda dan objeknya konkret, aktual, dan biasanya melalui suatu cara yang
sekuensial atau kausal.
Menurut Sobur (2009:159) indeks adalah tanda yang hadir secara
asosiatif akibat terdapatnya hubungan ciri acuan yang sifatnya tetap. Kata rokok,
misalnya memiliki indeks asap. Hubungan indeksikal antara rokok dengan asap
terjadi karena terdapatnya hubungan ciri yang bersifat tetap antara “rokok”
dengan “asap”.
Indeks merupakan hubungan kedekatan eksistensi. Tanda yang berupa
indeks misalnya, asap hitam tebal melambung menandai kebakaran. Wajah yang
terlihat muram menandai hati yang sedih Nurgiyantoro (2013:120)
Contoh Indeks pada puisi Kusebut Engkau Karya Cecen Cendrahati

Gigi sayapku takkan sampai padamu (sebab) maka kupelihara letih ini
(akibat) (Dorianti,2019)
Indeks dalam puisi Kusebut Engkau terdapat pada kata gigi sayapku
takkan sampai padamu (sebab), maka kupelihara letih ini (akibat). Kutipan gigi

3
sayapku takkan sampai padamu merupakan sebab terjadi sesuatu sebagai
ungkapan penulis tentang masalah yang ada di dalam kehidupannya yang
berhubungan dengan keinginan atau harapan cita-cita yang ingin diwujudkan
oleh penulis namun tidak kunjung tercapai. Kutipan maka kupelihara letih ini
merupakan akibat dari sebab, sebagai ungkapan tentang kepasrahan yang
dilakukan oleh penulis akibat keinginan atau harapan yang tidak kunjung

terwujud. Hal ini menunjukkan hubungan anatara penanda: gigi sayapku


takkan sampai padamu (sebab) sebagai keterbatasan si aku dalam menghadapai
masalah kehidupannya. Oleh karena itu, maka kupelihara letihmu adalah
sebagai akibat dari keterbatasan di aku tersebut.

2.1.4 Simbol
Menurut Nurgiyantoro (2013:69) simbol merupakan hubungan yang
telah terbentuk secara konvensi di dalam masyarakat. Antara tanda dan objek
tidak memiliki hubungan kemiripan atau kedekatan, melainkan terbentuk karena
kesepakatan. Misalnya, berbagai gerakan (anggota) badan menandakan maksud-
maksud tertentu, warna tertentu (misalnya putih, hitam, merah, kuning, hijau)
menandai (melambangkan) sesuatu yang tertentu pula, dan bahasa. Bahasa
merupakan simbol terlengkap (dan terpenting) karena amat berfungsi sebagai
sarana untuk berpikir dan berasa. Simbol merupakan jenis tanda yang bersifat
arbitrer dan konvensional.
Tanda-tanda kebahasaan pada umunya adalah simbol-simbol Budiman
(2011:20). Simbol diartikan sebagai tanda yang mengacu pada objeknya tertentu
di luar tanda itu sendiri. Hubungan antara simbol sebagai penanda dengan
sesuatu yang ditandainya (petanda) sifatnya konvensional. Berdasarkan
konvensi itu pula masyarakat pemakainya menafsirkan ciri hubungan antara
simbol dengan objek yang diacu dan menafsirkan maknanya. Dalam arti
demikian, kata misalnya, merupakan salah satu bentuk simbol karena hubungan
kata dengan dunia acuannya yang ditentukan berdasarkan kaidah
kebahasaannya. Kaidah kebahasaan itu secara arifisial dinyatakan ditentukan
berdasarkan konvensi masyarakat Sobur, 2009:165)

4
Pada budaya melayu banyak mengandung simbl-simbol. Misalnya
simbol dalam pakaian yang dikenakan orang melayu. Contoh motif corak,
warnna dan cara memakai pakaian yang memiliki simbol tertentu, Motif corak
bunga-bunga corak ini dikaitkan dengan simbol keindahan, kecantikan dan
kesucian. Warna hijau dan putih digunakan untuk alim ulama sebagai lambang
agama islam dan cara memakai pakaian bagi perempuan dan laki laki. Bagi
yang gadis memakai kepala kainnya diepan sedangkan yang tua memakai
kesamping. Sedangkan untuk laki laki biasanya bagi raja, kepala kainnya boleh
ditempatkan dimana saja (bebas) tapi lazimnya sebelah belakang berat kedepan
dan bagi orang awam, kepala kainnya dibelakang penuh.
Selain itu ada juga simbol rumah yaitu selembayung. Selembayung
diletakkan pada posisi yang paling tinggi dengan syarat simbol dan makna.
Selembayung menjadi tajuk rumah bangunan Melayu dengan nilai kebudayaan
yang sangat tinggi. Ukiran tombak yang ada pada selembayung menjadi simbol
wibawa dan keperkasaan. Demikian juga motif selembayung berupa motif
bunga, dedaunan dan lainnya yang umumnya merupakan simbol alam, memiliki
makna keharmonisan dan kasih sayang kehidupan yang beragam di masyarakat
Melayu.Ukiran pada selembayung adalah pucuk pakis. Bentuknya yang
bersilang melambangkan tadahan doa si pemilik rumah untuk kebahagiaan,
kelanggengan dan upaya meneruskan generasi melalui keturunan. Pengertian
lain adalah melambangkan bulan sabit yang memberikan penerangan ke seisi
rumah. Sementara itu, sebagian lainnya menyebut ukiran selembayung
melambangkan tanduk kerbau, hewan yang banyak membantu penduduk dalam
mengolah pertaniannya (Depdikbud,1987:122 dalam Salam, 2017:30)

Simbol adalah tanda yang mewakili acuannya (referennya) secara


semena

–mena dan konvensional. Indikator simbol sebagai berikut:

1. Simbol berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal

5
kepada seseorang.
2. Proses kerja dari simbol dapat dipelajari (Sobur, 2009:155)
Contoh Simbol pada puisi “Merangkul Kasih”
Menggeliat kalbu mendaki buku-buku keinsyafan

Simbol dalam puisi “Merangkul Kasih” terdapat pada frasa buku-buku


keinsyafan. Frasa pada buku-buku keinsyafan adalah tanda yang menandai
tentang kitab suci. Frasa tersebut memiliki hubungan dengan apa yang ingin
disimbolkan oleh si penulis yaitu tentang penjelasan kitab suci yang dilantunkan
dengan doa- doa kepada tuhan sang penciptanya, maka makna dari frasa buku-
buku keinsyafan adalah berbentuk kitab ataupun ayat-ayat suci yang dilantunkan
untuk sang pencipta (Dorianti,2019).
Pada dasarnya simbol dapat dibedakan (Hartoko & Rahmanto dalam
sobur 156-157 ) :
1. Simbol-simbol universal, berkaitan dengan arketipos, misalnya
tidur sebagai lambing kematian
2. Simbol kultural yang dilatarbelakangi oleh suatu kebudayaan
tertentu (misalnya keris dalam kebudayaan jawab)
3. Simbol individual yang biasanya dapat ditafsirkan dalam
konteks keseluruhan karya seseorang pengarang

2.2 Penelitian Relevan

Penelitian Relavan yang pertama dilakukan oleh Lesi Mardiana dalam skripsi
yang dicetak pada tahun 2023 yang berjudul “Analisis Semiotika pada Kumpulan Puisi
Gazal Hamzah Karya Marhalim Zaini” Permasalahan dalam penelitian ini adalah
(1)Bagaimanakah analisis semiotika pada aspek Ikon dalam Kumpulan Puisi Gazal
Hamzah Karya Marhalim Zaini?, (2)Bagaimanakah analisis semiotika pada aspek
Indeks dalam Kumpulan Puisi Gazal Hamzah Karya Marhalim Zaini?, dan
(3)Bagaimanakah analisis semiotika pada aspek Simbol dalam Kumpulan Puisi Gazal
Hamzah Karya Marhalim Zaini?. Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori
semiotika menurut pendapat Pradopo (2012). Pendekatan penelitian yang digunakan
adalah pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil

6
dari penelitian ini bahwa dalam Kumpulan Puisi Gazal Hamzah Karya Marhalim Zaini
tersebut masih banyak terdapat ikon, indeks dan simbol. Adapun jumlah data aspek ikon
adalah sebanyak 22 data contohnya kata ia merupakan penanda yang menandai
seseorang yaitu sebagai kata ganti orang ketiga tunggal yang digunakan oleh pembicara
untuk menunjuk seseorang atau sesuatu yang sedang dibicarakan. Kata ia merupakan
gambaran langsung (ikon) dari petanda, meskipun objeknya tidak dihadirkan dalam
puisi (petanda), kata ia pada puisi ini adalah tanda yang dapat mewakili seseorang yang
terdapat dalam puisi. kemudian indeks sebanyak 19 data contohnya Pada kutipan
apabila buih pecah merupakan sebab terjadinya suatu peristiwa yang terjadi akan
kembali kepada asalnya yang diungkapkan oleh penulis (Penanda). Kutipan kembalilah
kepada air merupakan akibat dari sebab terjadinya ungkapan sebagai pengingat bagi
seseorang sebelum melakukan sesuatu dikarenakan apapun bentuk yang akan dilakukan
pastilah kembali kepada asalnya (Petanda), dan aspek simbol sebanyak 26 data
contohnya keris telah lama ia tanam seperti menanam sebuah dendam (Penanda) yang
menandai tentang adanya benda berharga (Petanda). Benda berharga adalah suatu benda
yang memiliki nilai tinggi dan butuh sedikit upaya atau pengorbanan untuk
mendapatkannya. Kutipan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai simbol kultural
dikarenakan keris melambangkan suatu benda tradisional yang berharga yang disimpan
dalam waktu yang cukup lama yang tiada akhirnya.

Penelitian kedua dilakukan oleh Riyadi dalam skripsi yang dicetak pada tahun
2022 yang berjudul “Analisis Semiotik Mantra Suku Duanu Desa Paglima Raja
Kecamatan Concong Kabupaten Indragiri Hilir” yang mendapati masalah yaitu, (1)
Bagaimanakah ikon yang terdapat pada Mantra Suku Duano Desa Panglima Raja
Kecamatan Concong Kabupaten Indragiri Hilir. (2) Bagaimanakah indeks yang terdapat
pada Mantra Suku Duano Desa Panglima Raja Kecamatan Concong Kabupaten
Indragiri Hilir. (3) Bagaimanakah simbol yang terdapat pada Mantra Suku Duano Desa
Panglima Raja Kecamatan Concong Kabupaten Indragiri Hilir. Penelitian ini bertujuan
mendiskripsikan (1) Ikon yang terdapat pada Mantra Suku Duano Desa Panglima Raja
Kecamatan Concong Kabupaten Indragiri Hilir. (2) Indeks yang terdapat pada Mantra
Suku Duano Desa Panglima Raja Kecamatan Concong Kabupaten Indragiri Hilir. (3)
Simbol yang terdapat pada Mantra Suku Duano Desa Panglima Raja Kecamatan
Concong Kabupaten Indragiri Hilir. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif.

7
Teori yang digunakan dalam penelitian adalah: Pusat Bahasa (2008: 1263), Pradopo
Rachmat Djoko (2007: 225), Djoko Rachmat Pradopo (2010: 121). Dari hasil penelitian
ini mantra yang mengandung unsur ikon 35 mantra, indeks 22 mantra, simbol 14
mantra.

Penelitian Relavan Ketiga dilakukan oleh Ika Mustika dan Heri Isnaini dalam
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 6, No. 1, terbit pada
Maret 2021 yang berjudul “Konsep Cinta Pada Puisi-Puisi Karya Sapardi Djoko
Damono: Analisis Semiotika Carles Sanders Pierce “ Artikel ini membahas konsep cinta
pada puisi-puisi karya Sapardi Djoko Damono. Konsep cinta seperti yang dikemukakan
oleh Erich Fromm merupakan jawaban atas masalah pada eksistensi manusia. Konsep
cinta yang universal dapat dilihat sebagai seni kehidupan (art of life) yang meliputi:
cinta manusia kepada manusia, cinta manusia kepada alam, dan cinta manusia kepada
tuhan. Masalah yang muncul dalam artikel ini adalah: bagaimana konsep cinta
direpresentasi dalam puisi-puisi karya Sapardi Djoko Damono; serta bagaimana
pemaknaan konsep cinta tersebut dilihat dari penggunaan tanda-tanda di dalam puisi.
Berdasarkan permasalahan tersebut, konsep cinta akan dibahas pada kekuatan tanda
yang hadir di dalam puisi. Tanda-tanda tersebut kemudian dianalisis berdasarkan teori
semiotika yang dikemukakan oleh Pierce, yakni dengan memperhatikan representament,
object, dan interpretant. Di samping itu, artikel ini juga menunjukkan hubungan (relasi)
tanda dengan teks lain dan penggunaan gaya bahasanya. Pembahasan-pembahasannya
kemudian bermuara pada pemaknaan konsep cinta yang terdapat pada puisi-puisi karya
Sapardi Djoko Damono. Akhirnya, pemaknaan konsep cinta ini dapat dilihat sebagai
konsep universal yang merujuk pada keperiadaan manusia sebagai bentuk eksistensinya
di dunia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep cinta pada puisi-puisi Sapardi
Djoko Damono ditemukan dalam tataran diksi, citraan, dan gaya bahasa. Konsep cinta
yang ditemukan pada tataran struktur tersebut menjadi bagian penting dalam memahami
puisi secara keseluruhan dan memaknai puisi-puisi tersebut.

Penelitian Relevan Keempat yang dilakukan oleh Jetri Ramasyahri,Sumiharti,


dan Erlina Zahar dalam jurnal Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Vol. 1 No.2 terbit pada April 2018 yang berjudul “Analisis Semiotik Dalam
Kumpulan Sajak Ketika Jarum Jam Leleh Dan Lelah Berdetak Karya Dimas Arika
Mihardja” Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan semiotika dalam

8
Ketika Jarum Jam Leleh dan Antologi Lelah Berdetak karya Dimas Arika Mihardja.
Penelitian ini mengidentifikasi tanda-tanda makna dan interpretasi terhadap pendekatan
hermeneutika. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Populasi penelitian ini adalah
syair Ketika Jarum Jam Leleh dan Antologi Lelah Berdetak karya Dimas Arika
Mihardja. Dalam pengumpulan datanya bersifat purposive pengambilan sampel
digunakan. Data primer diambil dari data verbal berupa kata-kata dalam Ketika
Antologi Jarum Jam Leleh dan Lelah Berdetak karya Dimas Arika Mihardja, sedangkan
Data sekunder diambil dari teori semiotika dan beberapa buku sastra. Berdasarkan
hasilnya dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat tanda-tanda dalam Ketika
Jarum Jam Leleh dan Lelah Berdetak karya Dimas Arika Mihardja, itulah antologi
Penikmat kehidupan, mereka adalah; manusia yang hidup di dunia ini. Manusia yang
penuh cerita, manusia yang ingin hidup bahagia dengan memiliki kebebasan tanpa
memikirkan hal tersebut konsekuensinya akhirnya menjadi tercela. Menjadi tercela
dengan apa yang telah mereka lakukan tidak berguna yang membuat mereka merasa
menyesal.

Penelitian kelima dilakukan oleh Arisni Kholifatu Amalia Shofian dalam Jurnal
Pendidikan Tambusai Halaman 3934-3939 Volume 5 Nomor 2 terbit Tahun 2021 yang
berjudul “Kajian Semiotik Charles Sanders Peirce pada Kumpulan Puisi: Kita Pernah
Saling Mencinta Karya Felix K.Nesi” Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
makna dan tanda yang berada pada kumpulan puisi Kita Pernah Saling Mencinta
(KPSM) karya Felix K. Nesi dengan menggunakan kajian semiotik Charless Sander
Peirce untuk mencari ikon, indeks, dan simbol. Penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian kualitatif. Data penelitian ini berupa kata, frasa, kalimat atau paragaraf yang
berada di dalam kumpulan puisi KPSM karya Nesi yang berupa ikon, indeks, simbol.
Teknik analisis data dilakukan dengan mengidentifikasi data pada kumpulan puisi
KPSM karya Nesi dan selanjutnya data dianalisis sesuai kajian semiotik beruoa
konsep,ikon, indeks, dan simbol, kemudian menyimpulkan dari ketiga konsep tersebut
yang dominan. Berdasarkan hasil penelitian data dalam teks kumpulan puisi KPSM
karya Nesi terdapat makna ikon, indeks, dan simbol namun yang dominan adalah
konsep simbol.

Penelitian Relevan yang keenam dilakukan oleh Mila Marliani dalam Jurnal
Bahasa, Sastra, Budaya, dan Pengajarannya (Protasis) yang terbit pada Maret 03, 2022.

9
Penelitian yang berjudul “SEMIOTICS ANALYSIS OF POETRY IN THE POETRY
COLLECTION "APA YANG DIHARAPKAN REL KERETA API" BY MOON
CHANGGIL “penelitian ini bertujuan membahas analisis penanda pada kumpulan puisi
Karya Moon Changgil dengan menggunakan teori semiotik Charles Sanders Peirce
berdasarkan objeknya berupa ikon , indeks, dan simbol. Pembahasan tulisan ini
berfokus pada aspek tanda yang muncul pada keseluruhan puisi tersebut. Selain itu
pembahasan puisi akan memperhatikan relasi (hubungan-hubungan) di antara tanda-
tanda yang muncul sehingga dapat menunjukkan tanda (sign) yang mempresentasikan
sesuatu yang tidak hadir. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif . Puisi yang
dikaji yaitu 3 puisi “Benteng’’, “Bayangan”, dan “Kembang Unifikasi”.Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah teknik membaca dan mencatat. Berdasarkan
hasil analisis data yang didasarkan subjek berupa ikon, indeks.

2.3 Kerangka Konseptual

Bagan 1
Kerangka
Konseptual

Analisis Kumpulan Puisi Gazal Hamzah ,


Semiotika Ikon

Indeks

Simbol

10
Berdasarkan kerangka konseptual di atas penelitian yang berjudul
Analisis Semiotika Kumpulan Puisi Luka Kata Karya Candra Malik dengan
menggunakan kajian teori semiotika. Semiotika adalah ilmu yangmempelajari
dan mengkaji tentang penanda dan petanda. Pada penelitian ini penulis
mengambil teori pierce yaitu berdasarkan aspek Ikon, Indeks dan simbol.
Menurut prodopo (2012:121) Ikon adalah tanda hubungan antara penanda dan
petandanya yang bersifat alamiah antara penanda dan petandanya hubungan ini
adalah hubungan persamaan. Pradopo (2012:121) mengatakan Indeks adalah
tanda yang menunjukkan hubungan kausal atau sebab akibat. Menurut
Nurgiyantoro (2013:69) Simbol merupakan hubungan yang telah terbentuk
secara konvensional di dalam masyarakat.

11
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian


3.1.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan


kualitatif. Menurut Sugiyono (2019: 9) penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan) analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
pada generalisasi. Penulis menggunakan pendekatan kualitatif untuk memahami
unsur semiotika (Ikon, Indeks, Simbol) yang terdapat dalam Kumpulan Puisi
Luka Kata karya Chandra Malik.

3.1.2 Metode penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Menurut
Creswell dalam Sudaryono (2017:82) metode deskriptif yaitu penelitian yang
berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek apa adanya. Adapun
menurut Cooper dalam Sudaryono (2017:82) penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik suatu
variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau
menghubungkan dengan variabel yang lain.

12
3.1.3 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian kepustakaan (library reseach). Penelitian kepustakaan yaitu suatu
penelitian yang dilakukan untuk memperoleh informasi dengan menggunakan
buku-buku atau alat-alat visual yang lainnya. Data penelitian ini di dapat
langsung dari melalui bahan perpustakaan tentang Kumpulan Puisi Luka Kata
karya Chandra Malik. Menurut Semi (2012; 8) “penelitian perpustakaan
(library reseach), yakni penelitian yang dilakukan di kamar kerja peneliti atau di
ruangan perpustakaan, di mana peneliti memperoleh data dan informasi tentang
objek telitiannya lewat buku-buku atau alat-alat audiovisual lainnya”.

3.1 Data dan Sumber Data


Berdasarkan judul penelitian ini, maka data penelitian ini adalah seluruh
kutipan yang terdapat di dalam Kumpulan puisi Luka Kata karya Chandra Malik
yang mengandung unsur khususnya Ikon, Indeks, dan Simbol.
Menurut Arikunto (2010:172) sumber data dalam penelitian adalah
subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data penelitian ini adalah buku
Kumpulan Puisi Luka Kata karya Chandra Malik yang diterbitkan pada tahun
2019 (cetakan kedua) oleh Penerbit Grasindo .Kumpulan puisi ini terdiri dari
150 Halaman dengan puisi berjumlah 110 judul puisi Penulis menganalisis
sebanyak dari 22 puisi berjudul :
Lebih Baik Pergi, Puisi Ketika Tak Hadir, Di Masa Murung, Taman
Rumah Cahaya, Kelam Pustaka, Amsal Tak Lagi Berpuisi, Pena Air Mata, Tak
Punya Air Sajak,Lebih Baik Pergi, Luka Kata, Lubuk Paling Kudus, Percuma
Omong Kosong, Mukjizat Kata, Hal-Hal Tak Terkatakan, Kau Diami Diamku,
Rumus Mengukur Perasaan, Setakut-Takut Nyali, Aku Tentangmu, Tamat
Sudah, Menyapih Kalbu, Jauh Jauhlah Dariku,Percuma Memelihara Omong
Kosong.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

13
Untuk mengumpulkan data penelitian, maka penulis menggunakan teknik
Hermeneutik. Menurut Hamidy (2003:24) “Teknik Hermeuneutik merupakan teknik
baca, catat, dan simpulkan”. Teknik Hermeneutik biasanya untuk kajian sastra yang
menelaah puisi, roman, novel, dan cerpen. Langkah-langkah yang peneliti lakukan
sebagai berikut :
1. Teknik baca maksudnya penulis membaca seluruh Kumpulan Puisi Luka
Kata karya Chandra Malik berulang kali.
2. Catat maksudnya penulis mencatat hal-hal yang penting yang berkaitan
dengan penelitian yang penulis lakukan mengenai Ikon, Indeks, dan
Simbol yang terdalam dalam kumpulan Puisi Luka Kata karya Chandra
Malik. Pada teknik catat ini penulis menandai kata dengan pensil yang
berkaitan dengan rumusan masalah.

3.4. Teknik Analisis Data

Teknik yang penulis gunakan adalah teknis. Adapun cara menganalisis data penelitian
tentang “Analisis Semiotika Kumpulan Puisi Puisi Luka Kata karya Chandra Malik”,
penulis menggunakan analisis teks, langkah kerjanya dilakukan untuk menganalisis data
ini adalah sebagai berikut :

1. Setelah melakukan pengumpulan data, maka data dari ini diklasifikasikan sesuai
dengan masalah penelitian yakni jenis tanda yang terdiri dari Ikon, Indeks, dan Simbol.

2. Setelah data diklasifikasikan, selanjutnya penulis melakukan analisis semiotika


secara konten analisis yang sesuai dengan teori-teori agar relevan dengan masalah
penelitian berdasarkan dengan Ikon, Indeks, dan Simbol. Interpretasi data sesuai dengan
analisis yang diteliti yaitu ikon, indeks, dan simbol.

4. Menyimpulkan teknik penelitian berdasarkan analisis data.

3.5 Teknik Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data, peneliti menggunakan tektik triagulasi. Menurut


Moleong (2017:30) “Triangulasi ialah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

14
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai perbandingan terhadap data itu”. Sedangan menurut Denzin dalam Danim
2002:37) triangulasi adalah aplikasi yang menggunakan multimetode untuk menelaah
fenomena yang sama.

Triangulasi dibedakan sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan


penggunaan metode, sumber data, dan teori. Menurut Paton dalam Bungin (2007:265)
Triangulasi dengan menggunakan motede menggunakan stategi (1) pengecekan
kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data, (2)
pengecekan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Triangulasi ini dilakukan
untuk melakukan pengecekan terhadap penggunaan metode pengumpulan data, apakah
informasi yang didapat dengan metode interview sama dengan metode observasi, atau
apakah hasil observasi sesuai dengan informasi yang diberikan ketika diinterview.

15
16

Anda mungkin juga menyukai