LANDASAN TEORI
penelitian yang dilakukan oleh Mochammad Ilham, Mohamad Sahril dan Nini
adalah Kajian Semiotik dalam Karya Sastra Roman Bumi Manusia, Karya
dihadapkan pada budaya Indonesia khususnya budaya Jawa. Dimana, dalam novel
Bumi Manusia, budaya orang Jawa disimbolkan sebagai pemalu, rendah ilmu
pengetahuan, hukum yang mengedepankan etika dan nurani, dan selalu menunggu
hasil dari Eropa, hal ini tentu sangat bertentangan dengan simbol-simbol budaya
Eropa.1
bahwa, kajian semiotik pada naskah lakon Malam Jahanam karya Motinggo
1
Dikutip dari Http://Contoh.In/Wpcontent/Uploads/Downloads/2012/06/Kajian_Semiotik_Bumi-
Manusia_Pramoedya.Pdf.
1
semiotik, sedangkan perbedaan dalam penelitian ini adalah terletak pada objek
yang diteliti.
dan cara bagaimana suatu makna ditarik dari tanda-tanda itu. Hal senada
dikatakan oleh Ullmann (1972:14) bahwa ilmu yang khusus mempelajari sistem
tanda adalah semiotik atau semiologi. Istilah kata “semiologi” digunakan oleh
Barthes, Umberto Eco, sedangkan istilah kata “semiotik” lazim dipakai oleh
ilmuwan Amerika, seperti Charles Sanders Peirce, Charles Williams Morris dan
Marcel Danesi.
Telah dikatakan bahwa semiotik adalah teori tentang sistem tanda, nama
lainnya semiologi2 yang berasal dari bahasa Yunani Semeion yang bermakna
tanda, mirip dengan istilah semiotik (Lyons, 1977:100). Semiotik atau semiologi
macam asalnya, ada tanda yang berasal dari manusia yang berwujud lambang dan
bertanya”. Ada tanda yang berasal dari hewan misalnya; “burung Kuak menukik
di depan rumah tanda akan mendapat musibah”, dan ada tanda yang diciptakan
oleh manusia, misalnya; rambu-rambu lalu lintas, serta ada pula tanda yang
dihasilkan oleh alam, misalnya; “langit mendung menandakan hujan akan turun”.
Semiotik juga meliputi analisis sastra sebagai sebuah penggunaan bahasa yang
2
Merupakan terminologi dari kata semiotika; sama-sama mengkaji tentang ilmu tanda [penerj].
2
bergantung pada konvensi tambahan dan menyebabkan bermacam-macam makna,
hampir sebagian besar menyebutkan bahwa ilmu semiotik bermula dari dua aliran.
Kedua aliran tersebut hidup sezaman di Benua yang berbeda, dan diantara
Modern, 1857-1913), dari Benua Eropa yang lahir di Jenewa pada tahun 1857.
linguistik, tetapi juga banyak dirujuk sebagai tokoh semiotik. Kekhasan teorinya
3
Buku-buku yang menyatakan antara lain: (1). Serba-Serbi Semiotik (1992) oleh P. Sudjiman & A. Art Van
Zoest, (2). Semantik Leksikal (2001) oleh M. Pateda, (3). Metode Penelitian Sastra (2001) oleh Pradopo,
Dkk, (4). Prinsip-Prinsip Kritik Sastra, (2007) oleh Pradopo (5). Filsafat Bahasa (2009) oleh Hidayat.
3
dalam sebuah teori yang lebih umum, dan untuk itu ia mengusulkan nama
semiologi, linguistik hanyalah bagian dari ilmu umum. Menurutnya hukum yang
akan ditemukan oleh semiologi untuk dapat diterapkan pada linguistik, dan
linguistik akan berkaitan dengan suatu bidang yang sangat khusus di dalam
mendalam. Sementara itu, sampai kini orang hampir selalu menelaah bahasa
masyarakat luas, yakni masyarakat melihat bahasa sebagai suatu tata nama,
ditempelkan pada benda atau padanan mental yang semuanya sama. Hal itu
2009: 133).
penanda dan petanda. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Saussure bahwa,
tanda merupakan suatu kesatuan dari penanda dan petanda. Petanda adalah bunyi
yang memiliki makna, sedangkan penanda adalah aspek material dari bahasa.
Petanda tidak akan ada artinya tanpa penanda, karena itu bukan sebuah tanda.
sama lain.
4
Pembagian atas dua kelompok yang saling bertentangan akan tetapi tidak dapat dipisahkan [penerj].
4
Saussure (dalam Marianto, 2002:35-36), menjelaskan pemahaman
itu dengan selembar kertas. Satu sisi kertas adalah penanda, sisi lainnya adalah
petanda, dan kertas itu sendiri adalah tanda. Lebih lanjut Saussure mengatakan
bahwa kita tidak dapat memisahkan penanda dan petanda dari tanda itu sendiri.
Saussure:
Tanda
Penanda Petanda
Lebih dalam Saussure menjelaskan bahwa, ada beberapa poin yang perlu
dicatat dalam ilmu tanda. Penanda dan petanda tidak dapat dipisahkan, mereka
ada secara serentak sebagaimana yang ditunjukan dalam diagram di bawah ini:
Penanda
Tanda Pemaknaan
Petanda
5
Sumber: Http://www.google.com/imgres?hl=id&sa=X&tbo=d&biw=1280&bih=670&tbm=isch&tbnid=u4
8LsJss_cjX2M:&imgrefurl=http://sherlyfirismapraselin.student.esaunggul.ac.id/tugas/tugas-3/2-dikotomi-
signifiant-penanda-dan-signifie.
5
Berdasarkan penjelasan di atas, penanda dan petanda nampak seperti dua
hal yang terpisah dari tanda, seolah-olah tanda dapat membuat pemisahan antara
keduanya. Namun sesungguhnya, penanda dan petanda hanyalah dua istilah yang
berguna untuk memberi penekanan bahwa ada dua hal yang berbeda yang menjadi
penanda dan petanda disebut pemaknaan atau makna yang diinginkan, dengan
berbeda dengan proses semiotik C.S. Peirce. Menurut Peirce (dalam Hidayat,
Model tanda yang dikemukakan oleh Peirce adalah trikotomi atau triadik6
dan tidak memiliki ciri-ciri struktural sama sekali. Prinsip dasarnya adalah bahwa
tanda bersifat representatif yaitu tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang
6
Pemisahan atau pembagian atas tiga golongan yang saling mengikat yakni, ikon, indeks dan simbol [penerj].
7
Sumber: Http://Ebookbrowse.Com/02-Peirce-Ppt-Pdf-D46676330. Hal. 19-20. Lihat juga dalam buku
Marcel Danesi (2010), tentang Pesan, Tanda dan Makna, hal. 33-34.
6
Tanda Ikon Indeks Simbol
Kalimat/Kata
Contoh Patung Pahlawan Nani Asap Api Gestur/Bahasa
Wartabone Gejala Penyakit Tubuh
O I
Keterangan:
R : Representamen (tanda)
O : Objek (sesuatu yang dirujuk)
I : Interpretan („hasil‟ antara representamen dan objek)
Proses pemaknaan tanda pada Peirce mengikuti hubungan antara tiga
arah anak panah, yaitu representamen (R), objek (O) dan interpretan (I). (R)
adalah bagian tanda yang dapat dipersepsi secara fisik atau mental, yang merujuk
pada sesuatu yang diwakili oleh (O), kemudian (I) adalah bagian dari proses yang
7
yang ekuivalen dengannya, atau dengan kata lain, sekumpulan interpretasi
sesuatu yang lain, hanya saja representamen muncul mendahului interpretan dan
Objek yang diacu oleh tanda atau sesuatu yang kehadirannya digantikan
oleh tanda adalah “realitas” atau apa saja yang dianggap ada. Artinya objek
tersebut tidak harus konkret atau real, bahkan yang abstrak, imajiner, dan fiktif.
2001:104) membagi tanda ke dalam tiga jenis, yakni ikon, indeks dan simbol.
Berikut penjelasannya:
1. Ikon
2. Indeks
8
Contoh, asap menandai api, mendung menandai hujan. Kalau di
adalah jenis dari tanda yang mencakup antara penanda dan petanda.
Contoh lain dari indeks adalah mengetuk pintu, penanda bahwa ada
3. Simbol
bunga Mawar adalah simbol cinta, dan burung adalah simbol dari
kebebasan.
9
Ke tiga jenis dari tanda tersebut, ada pula tanda yang disebut
itu sakit tetapi apakah sakit malaria, tifus, atau jarang mandi, belum
2009:122).
istrinya, Paijah dan anaknya Mat Kontan Kecil. Soleman, teman dekat Mat
menyombongkan burung perkututnya yang baru itu, juga istri dan anaknya.
Kontan ketika nyawanya hampir melayang karena terperosok ke dalam pasir. Mat
juga menuduh Soleman iri karena dia mempunyai istri yang cantik dan seorang
10
sekarang belum juga beristri. Mat Kontan masuk untuk melihat burung Beo
kesayangannya tapi tidak menemukannya. Utai, seorang warga kampung itu yang
setengah pandir, mengaku pernah melihat bangkai burung tersebut didekat sumur
dengan leher tergorok. Mat Kontan yang jadi marah besar mengajak Utai
pembunuhnya.
Istri Mat Kontan yang ketakutan bertanya pada Soleman, apa yang
Kontan, karena burung Beo itu sering mengejek mereka kala sedang berduaan dan
agar perselingkuhannya dengan Paijah tidak ketahuan, dan Soleman juga berjanji
Mat Kontan segera pulang karena tukang nujum (dukun) yang hendak
kekesalannya pada Mat Kontan yang tidak pernah memikirkan dan menyayangi
Soleman diam saja, Paijah sangat kecewa terhadap Soleman, sebab ia berjanji
Akhirnya Soleman pun mengaku bahwa dialah pembunuh burung Beo si Mat
11
Kontan dan mengakui bahwa dialah ayah dari anak Paijah, anak yang selama ini
mencabut goloknya, akan tetapi Soleman membuat Mat Kontan takut lagi dengan
mengingatkannya tentang saat dia terperosok ke dalam pasir. Mat Kontan pun
langsung membujuk kembali agar hal itu dirahasiakan. Tidak lama kemudian, ia
Ternyata, Mat Kontan dan Utai sudah menunggu dan menyiasati untuk
Api. Si Utai yang hendak menangkap Soleman, patah lehernya karena terkena
Tidak lama kemudian, Mat Kontan kembali ke rumahnya dan masih mau
hidup dengan Paijah serta anak dari Soleman itu. Ia bahkan mulai memperhatikan
anak itu dan pergi memanggil dukun untuk mengobati penyakit si Kecil.
Sayangnya, malam itu juga si bayi meninggal dunia akibat penyakitnya yang
bertambah parah, Paijah pun langsung menangis setengah berteriak sambil berlari
keluar rumah.
12