Anda di halaman 1dari 10

METAFORA KONSEPTUAL PADA NOVEL PULANG KARYA TERE LIYE:

KAJIAN SEMANTIK KOGNITIF

Rachmad Hidayat Putra


Universitas Muhammadiyah Malang
rachmadhidaputa03@gmail.com

Abstract: This research is an analysis of conceptual metaphors and uses descriptive


qualitative methods. The problem studied in this study is the category of conceptual
metaphors, namely, structural metaphors, orientational metaphors and ontological metaphors.
The theory used is from Lakoff and Johnson (2003) as the main theory and the image scheme
from Cruse & Croft (2004). The data in the form of sentences comes from the novel Pulang
by Tere Liye. Based on the analysis found 18 conceptual metaphors with details. Eleven
structural metaphors, one orientational metaphor, and six ontological metaphors. The image
schemas found are object existence, process existence, and suitability identity schemes.
Keywords: metaphor, conceptual meaning, semantics

Abstrak: Penelitian ini merupakan analisis metafora konseptual dan menggunakan metode
kualitatif deskriptif. Masalah yang dikaji pada penelitian ini adalah kategori metafora
konseptual yaitu, metafora struktural, metafora orientasi dan metafora ontologis. Teori yang
digunakan adalah dari Lakoff dan Johnson (2003) sebagai teori utama dan skema citra dari
Cruse & Croft (2004). Data berupa kalimat berasal dari novel Pulang karya Tere Liye.
Bedasarkan analisis ditemukan 18 metafora konseptual dengan rincian. Sebelas metafora
struktural, satu metafora orientasional, dan enam metafora ontologis. Skema citra ditemukan
adalah skema keberadaan objek, keberadaan proses, dan identitas kesesuaian.
Kata kunci: metafora, makna konseptual, semantik

A. PENDAHULUAN

Bahasa adalah alat komunikasi yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia,
dalam bentuk lisan maupun tulisan. Kajian linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa
dari bunyi, tata bahsasa dan makna bahasa itu sendiri. Kajian tentang makna ini tidak bisa
dipisahkan dengan wacana sebagai bagian dari linguistik. Makna bahasa lahir dari
kesepakatan para penutur bahasa itu sendiri.

Bahasa dan manusia merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan, karena bahasa
menjadi unsur penting dalam kehidupan untuk komunikasi. Selain menjadi alat komunikasi,
Keraf (1994) menjelaskan bahwa ada empat fungsi bahasa yakni, alat ekspresi, alat
komunikasi, alat mengadakan intregasa dan adaptasi sosial sebagai alat untuk mengadakan
kontrol sosial. Terdapat emat keterampilan berbahasa yaitu, menyimak, berbicara, membaca
dan menulis.

Membaca merupakan bagian dari hidup manusia untuk mendapatkan informasi.


Selain itu, membaca juga bisa menjadi sarana hiburan bagi manusia. Misalnya, novel, cerita
pendek dan lainnya menjadi kebutuhan manusia sebagai hiburan yang menarik. Dalam
penulisannya biasanya penulis secara sadar ataupun tidak menggunakan metafora dalam
karyanya. Penggunaan metafora dalam penulisannya membuat pembaca memiliki bacaan
yang menarik dan tidak monoton. Menganalisis makna konseptual dalam wacana yang
mengandung metafora di dalamnya akan sangat menarik untuk mengungkapkan maksud dari
penulis.

Semantik merupakan salah satu cabang ilmu dari ilmu linguistik. Semantik telah
dipahami sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari tentang
tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya (Dessiliona & Nur, 2018). Maka
darinya, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu
salah satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan semantik (Chaer, 2007).

Semantik kognitif merupakan pendekatan berdasarkan eksperimental, yaitu


bagaimana bahasa digunakan dan dialami senyatanya (Arimi dalam Nuryadin dan Nur,
2021). Prinsip analisis semantik kognitif menurut Evans & Green (2006) dalam Nuryadin dan
Nur (2021) berupa pembentukan konsep, struktur semantik, representasi makna, dan
pembentukan makna. Dari paparan tersebut dapat dikatakan bahwa metafora konseptual
adalah salah satu dari kajian semantik kognitif.

Metafora berkaitan dengan pemakaian bahasa dalam mengekspresikan makna.


Menurut Lakoff dan Johnson (2003) metafora adalah sebuah hal yang memiliki makna lain
dan fungsi utamanya yaitu untuk memahami. Dapat diartikan bahwa metafora adalah bahasa
ekspresif yang membandingkan satu hal dengan hal lainnya dalam suatu konsep. Teori ini
adalah teori metafora Lakoff dan Johnson yang lebih dikenal dengan teori metafora
konseptual.

Peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai metafora dalam novel Pulang
karya Tere Liye. Pulang adalah salah satu novel populer karya Tere Liye yang mulai terbit
tahun 2015. Novel Pulang dipilih karena ada beberapa metafora didalamnya yang bertujuan
untuk menjelaskan suatu konsep dan dihubungkan dengan emosi pembaca.
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah, (1) Bagaimana jenis metafora yang digunakan
pada novel Pulang karya Tere Liye? (2) Bagaimana skema citra yang muncul akibat metafora
pada novel Pulang karya Tere Liye?

B. LANDASAN TEORI
1. Metafora Konseptual

Lakoff & Johnson (2003) mengemukakan bahwa metafora konseptual adalh hasil dari
konstruksi mental bedasarkan prinsip analogi yang melibatkan konseptualisasi suatu
unsur pada unsur yang lain. Dalam konsep ini Lakoff dan Johnson (2003) menjelaskan
bahwa terdat dua ranah konseptual, yaitu ranah sumber dan ranah sasaran.

Ranah sumber bersifat konkret dan dapat ditemukan sehari-hari. Sedangkan, ranah
sasaran bersifat abstrak. Maka, ranah sumber digunakan untuk memhami konsep abstrak
dalam ranah sasaran.

Menurutt Lakoff dan Johnson metafora konseptual dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu
metafora struktural, metafora orientasional, dan metafora ontologis. Metafora struktural
adalah konsep yang dibentuk secara metaforis menggunakan konsep lain. Metafora
struktural berdasar pada korelasi sistematis dalam pengalaman sehari-hari.

Metafora orientasional adalah metafora yang berhubungan dengan orientasi ruang.


metafora ini berdasar pada pengalaman fisik manusia dalam mengatur orientasi arah
sehari-hari. Metafora orientasional menggambarkan konsep yang berbeda menurut
pengalaman fisik atau budaya masyrakatnya (Lakoff & Johnson, 2003). Oleh sebab itu,
metafora orientasional memiliki perbedaan disetiap budaya, karena pikiran, pengalaman,
dan perbuatan seseorang dalam budaya yang berbeda. Sedangkan, Metafora ontologis
adalah metafora yang melihat kejadian, emosi, dan ide sembagai entitas dan substansi.
Metafora ontologis mengkonseptualisasikan pikiran, pengalaman dan hal abstrak pada
sesuatu yang memiliki fisik.

2. Skema Citra

Saeed (2009) dalam Nuryadin dan Nur (2021) menjelasakan bahwa skema citra
merupakan bentuk penting dari struktur konseptual semantik kognitif. Selain itu, skema
citra merupakan makna yang didapat dari pengalman yang dihasilkan tubuh untuk
berinteraksi pada dunia. Skema citra menurut Cruse dan Croft (2004) terbagi atas tujuh
bagian seperti tabel di bawal.
Space Up-Down, Front-Back, Left-Right, Near-far, Center-Periphery, Contact
Scale Path
Container Containment, In-Out, Surface, Full-Empty, Content
Force Balance, Counterforce, Compulsion, Restraint, Enablement, Blockage,
Diversion, Attraction.
Unity Merging, Collection, Splitting, Ireration, Part-Whole, Mass-Count, Link
Identity Matching, Superimposition
Excistenc Removal, Bounded Space, Cycle, Object, Process
e

C. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat analisis deskriptif. Menurut
Sugiyono (2016) penelitian kualitatif adalah penelitian yang lebih menekankan pada
informasi dan data yang terkumpul berbentuk dalam kata-kata sehingga tidak fokus pada
angka. Penelitian ini mendeskripsikan data yang mengandung ungkapan metaforis. Jenis data
penelitian ini adalah data tulis. Data dan sumber data dalam penelitian ini adalah semua data
yang mengandung ungkapan metafora dalam novel Pulang karya Tere Liye.

Dalam pengumpulan data, metode yang digunakan adalah metode menyimak yang
dilanjutkan mencatat data. Dalam pengumpulan data ini, objek yang disimak adalah semua
tulisan yang mengandung ungkapan metaforis. Teknik catat digunakan untuk mencatat semua
data yang terkumpul dan selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan penjenisan metafora oleh
Lakoff & Johnson dan jenis skema citra menurut teori Cruse & Croft (2004). Selanjutnya
mengkaji makna konseptual menggunakan teori Lakoff & Johnson (2003).

D. PEMBAHASAN

Hasil penilitian ini disusun bedasarkan kategori metafora konseptual yang ditemukan.
Hasil penelitian secara umum menunjukan bahwa metafora struktural banyak ditemukan
berjumlah sebelas temuan, metafora orientasional berjumlah satu temuan, dan metafora
ontologis berjumlah enam temuan.

1. Metafora Struktural ‘
Metafora struktural adalah konsep metafora yang dibentuk pada konsep lain.
Metafora ini berdasar pada hubungan sistematis dalam pengalaman sehari-hari.
Metafora struktural didasarkan dua ranah yaitu ranah sumber dan ranah sasaran.

Berikut ini adalah temuan kalimat dari novel Pulang karya Tere Liye yang
memuat metafora struktural.

(1) Hutan Sumatra yang berselimut lumut nan gelap, sesosok monster
mengerikan telah mengambil rasa takutku.

Pada data (1) kata berselimut disandingkan dengan lumut nan gelap. Padahal
secara leksikal berselimut memiliki arti memakai selimut atau berselubung.
Namun kata berselimut dipinjam dan digunakan secara metaforis yang
mengartikan bahwa hutan Sumatra yang dipenuhi oleh lumut. Adapun skema citra
keberadaan yang berkaitan dengan objek.

(2) Hutan lebat mengadang di atasnya, berselimutkan kabut.

Pada data (2) kata berselimutkan disandingkan dengan kata kabut. Padahal,
arti leksikal dari berselmutkan adalah memakai selimut adau berselubung. Kata
berselimutkan dipinjam dan disandingkan dengan kata kabut mengartikan bahwa
padat dengan kabut. Kata berselimutkan memiliki skema keberadaan yang
berkaitan dengan objek.

(3) Satu mobilku juga hampir terguling ditelan lembah gelap.

Pada data (3) kata ditelan disandingkan dengan lembah gelap. Secara leksikal
ditelan artinya dimasukkan ke dalam kerongkongan. Kata tersebut dipinjam dan
disandingkan dengan kata lembah gelap yang artinya mobil itu hampir terguling
dikarenakan lembah gelap. Kata ditelan memiliki skema keberadaan yang
berkaitan dengan ruang.

(4) Tidak mengapa semua kebencian itu, aku bisa mengunyahnya.

Pada data (4) kata mengunyah biasanya dipakai untuk makanan. Namun pada
kalimat ini mengunyah dipakai untuk mengunyah kebencian yang artinya dia bisa
menerima semua kebencian yang ditujukan padanya. Kata mengunyahnya
memiliki skema citra kekuatan yang bercirikan containment.

(5) Lantas hari-hari melesat cepat.


Pada data (5) kata melesat biasanya dipakai untuk lari atau sesuatu yang cepat.
Dalam kalimat ini melesat disandingkan dengan cepat dan hari-hari. Arti dari
kalimat ini adalah hari-hari yang berganti dengan cepat. Kata melesat memiliki
skema keberadaan proses.

(6) Matahari terbit terasa berbeda, tetap mendung di atasnya, ada kabut muram
menetupi.

Pada data (6) muram biasanya dipakai untuk menjelaskan sifat manusia yang
sedang bersedih. Kata muram disandingkan dengan kabut yang mengartikan
bahwa adanya kabut gelap yang menutupi.

(7) Bulan sabit yang tergantung bersama satu dua titik bintang.

Pada data (7) tergantung biasanya digunakan untuk barang yang sudah
disangkutkat pada sesuatu, misalnya sudah bertahun-tahun gambar itu tergantung
di dinding. Makna dari kalimat tersebut adalah bulan sabit diatas bersama satu
titik dua bintang. Kata tergantung memiliki skema keberadaan objek.

(8) Perang sudah menjadi makanan biasa antar keluarga

Pada data (8) Secara leksikal makanan memeiliki arti segala sesuatu yang
dapat dimakan. Tapi, dalam kalimat ini makanan ditujukan kepada kata perang.
Kata makanan dipinjam, sehingga kalimat ini memeliki arti perang sudah menjadi
kebiasaan antar keluarga. Kata makanan memiliki skema keberadaaan siklus.

(9) Dia Berangkat mamalm itu juga, dan aku menyusul diantar ke bandar pagi-
pagi buta, membawa tiket, dokumen perjalanan dan koper-koperku.

Pada data (9) buta memiliki makna leksikal orang yang tidak bisa melihat. Pada
data ini kata buta ditujukan pada kata pagi-pagi. Maka, artinya pagi-pagi disaat
matahari belum terbit dan masih gelap. Kata buta memiliki skema keberadaan
objek.

(10) Setiap kali mendengar adzan Shubuh, maka hatiku seperti diiris sembilu,
sakit sekali

Pada data (10) diiris sembilu memiliki makna leksikal diiris dengan kulit buluh
yang tajam seperti pisau. Frasa diiris sembilu dipinjam untuk menggambarkan
kesakitan dan kesedihan. Maka makna kalimat tersebut adalah setiap kali
mendengan adzan shubuh, maka hatiku sangat sedih dan sakit. Diiris sembilu
memiliki skema keberadaan objek.

(11) Panggilan sholat itu menusuk-nusuk kepalaku.

Pada data (11) menusuk-nusuk memiliki makna leksikal mencocok dengan


barang yang runcing berulang kali. Kata menusuk-nusuk dipinjam dan
disandingkan dengan kepalaku untuk menggambarkan sakit kepala atau pusing.
Menusuk-nusuk memiliki skema keberadaan proses.

2. Metafora Orientasional

Metafora orientasional berhubungan dengan pengalaman fisik manusia dalam


mengatur kehidupan. Pengalaman tersebut menyatu dalam pikiran manusia sehingga
mengkongkretkan suatu yang abstrak menjadi nyata. Berikut adalah temuan kalimat
pada novel Pulang karya Tere Liye yang memuat metafora orientasional.

(12) Mulai menemui pahit kehidupan

Pada data (12) kata pahit biasanya digunakan pada ungkapan rasa makanan.
Dalam kalimat ini pahit disandingkan dengan kehidupan, bukan berarti bahwa
kehidupan memiliki rasa yang pahit. Arti kalimat ini adalah menemui kehidupan
yang sangat sulit dan menyedihkan. Kata pahit memiliki skema keberadaan objek.

3. Metafora Ontologis

Metafora ontologis adalah metafora yang mengkonsepkan pikiran, pengalaman, dan


proses hal abstrak pada sesuatu yang memiliki sifat fisik. Metafora ontologis melihat
hal abstrak tersebut sebagi entitas dan substansi. Berikut temuan kalimat dari novel
Pulang karya Tere Liye yang memuat metafora ontologis.

(13) Kami bukan lagi tikus busuk di got, menjual ganja atau organ tubuh ilegal

Pada data (13) tikus busuk mempunyai makna metafora yang berarti
menjijikkan, memuakkan atau sesuai dengan sifat tikus. Tikus busuk dipinjam
untuk menjelaskna bahwa mereka tidak lagi berbuat menjijikkan, seperti menjual
ganja atau organ tubuh ilegal. Tikus busuk memiliki skema identitas kesesuaian.

(14) Kami bagai gurita, menguasai hampir seluruh aspek ekonomi.


Pada data (14) gurita memiliki makna leksikal salah satu jenis hewan laut.
Kata gurita dipinjam untuk menggambarkan mereka tidak terdeteksi, seperti gurita
yang memiliki kemampuan adaptasi mengeluarkan tinta dari dalam tubuhnya untuk
kabur dari lawan. Kata gurita memiliki skema identitas kesesuaian.

(15) Itu adalah masa lalu shadow economy, ketika mereka menjadi kecoa haram
dan menjijikkan dalam sistem ekonomi dunia.

Pada data (15) kecoa memiliki makna leksikal salah satu jenis hewan. Kecoa
haram pada data (15) bertujuan untuk menggambarkan ketidaksukaan pada
sesuatu, seperti kecoa yang menjijikkan dan tidak disukai oleh manusia. Pada
kalimat ini berarti itu adalah masa lalu shadow economy, ketika mereka tidak
disukai dan menjijikkan dalam sistem ekonomi dunia. Kecoa haram memiliki
skema identitas kesuaian.

(16) Shadow economy adalah ekonomi yang berjalan di ruang hitam, dibawah
meja.

Pada data (16) ruang hitam memiliki makna leksikal sebuah ruangan yang
berwarna hita. Pada data (16) ruang hitam ditujukan untuk sifat dari shadow
economy yaitu gelap dan tidak terdeteksi. Ruang hitam memiliki skema identitas
kesesuaian.

(17) Lama-lama kau mirip kelambit yang selalu mendekam di kamar sepanjang
siang.

Pada data (17) kelambit memiliki makna leksikal kelelawar besar. Pada data
(17) kata kelambit dipinjam untuk menjelaskan sifat seseorang yang seperti
kelambit, takut pada matahari dan selalu tidur saat siang hari. Kelambit memili
skema identitas kesesuaian.

(18) Dia membawaku ke rumah Keluarga Tong setelah mengambilku dari jalanan
yang hina dan tanpa masa depan.

Pada data (18) hina memiliki makna leksikal keji, tercela, dan tidak baik.
Kata hina ini dipinjam untuk menjelaskan sebuah jalanan. Makna konseptual dari
kata tersebut adalah jalanan yang dipenuhi pengangguran, pencopet, penjambret
dan kegiatan jahat lainnya. Kata hina memiliki skema identitas kesesuaian.
Dari hasil penelitian diatas dapat dikatakan bahwa metafora pada novel Pulang karya
Tere Liye bertujuan untuk menjelaskan suatu konsep. Kebanyakan metafora pada novel
Pulang karya Tere Liye menjelaskan konsep keberadaan objek pada tulisannya. Selain itu
metafora pada novel Pulang karya Tere Liye juga menjelaskan keberadaan proses dan
identitas kesesuaian. Metafora pada novel Pulang karya Tere Liye membuat karya tersebut
semakin hidup dan menarik, serta membantu memahami kata atau kalimat yang sukar
dimengerti.

E. PENUTUP

Metadora pada novel Pulang karya Tere Liye digunakan untuk menjelaskan suatu
konsep. Metadora tersebut membuat karya semakin lebih hidup dan menarik, serta membantu
memahami suatu konsep yang sukar dimengerti. Hasil pada temuan ini dikategorikan menjadi
tiga yaitu, metafora struktural berjumlah sebelas temuan, metafora orientasional berjumlah
sau temuan dan metafora ontologis berjumlah enam temuan. Skema citra yang timbul akibat
proses metafora pada novel Pulang karya Tere Liye adalah keberadaan objek, keberadaan
proses dan identitas kesesuaian.
DAFTAR PUSTAKA

Croft, W., & Cruse, D. A. (2004). Cognitive Linguistics. Cambridge: Cambridge University
Press.
Dessiliona, T., & Nur, T. (2018). Metafora Konseptual dalam Lirik Lagu Band
Revolverheld Album in Farbe. Sawerigading, 24(2), 177–184.
https://doi.org/10.26499/sawer.v24i2.524

Lakoff, G., & Johnson, M. (2003). Methaphors We Live By. Chicago: The University of
Chicago Press.

Nuryadin, T. R., & Nur, T. (2021). Metafora Konseptual Bertema Rihlah (Jalan-Jalan) pada
Majalah Gontor: Analisis Semantik Kognitif. Diglosia: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra, dan
Pengajarannya, 4(1), 91-100. https://doi.org/10.30872/diglosia.v4i1.72

Sugiyono. (2016). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.
Wiradharma, G., & Tharik WS, A. (2016). Metafora dalam Lirik Lagu Dangdut: Kajian
Semantik Kognitif. Arkhais: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Indonesia, 7(1), 5–14.
https://doi.org/10.21009/ARKHAIS.071.02

Anda mungkin juga menyukai