Anda di halaman 1dari 4

MIMPI NABI YUSUF DALAM SURAT YUSUF AYAT 4

(TEORI REFERENSIAL DAN KONTEKSTUAL)

Oleh: Muhammad Rifqi Al Hanif

Sumber: www.ipmdinamika.co

Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang di dalamnya terkadung berbagai macam ilmu di
dalamnya. Ilmu-ilmu tersebut dikonsep dalam kajian Sejarah, hukum, dan lain sebagainya.
Banyaknya ilmu di dalam Al-Qur’an, membuat kitab tersebut menjadi perbincangan keraguan
akan kemurniannya. Di antara keraguan tersebut adalah pada surat Yusuf ayat 4. Banyak dari
masyarakat awam yang memaknai ayat tersebut, sebatas pada makna tekstualnya saja. Sehingga
dapat menimbulkan pemaknaan yang tidak sesuai dengan makna kontekstualnya.

Akan tetapi, terdapat beberapa hal yang dapat membuktikan akan kemurnian isi dari kitab Al-
Qur’an, salah satunya adalah ilmu semantik. Ilmu semantik adalah salah satu cabang dari ilmu
linguistik. Semantik bertugas untuk mencari dan menelisik makna yang terkandung dalam suatu
tatanan bahasa. Dalam pencarian makna tersebut, semantik tentunya akan bersumber atau
bersinggungan dengan sistem-sistem bahasa lainnya
Teori semantik mempunyai cabang-cabang teori lainnya yang bermacam-macam, di antaranya
adalah: teori behavioristik, teori referensial, teori kontekstual, dan lain sebagainya. Teori-teori
tersebut mempunyai ciri khas masing-masing dalam mengkaji dan mendalami suatu objek, salah
satunya adalah ayat Al-Qur’an.

Makna Teori Referensial dan Kontekstual

Teori referensial adalah teori semantic yang kemunculannya paling awal dalam menjelaskan dan
mengurai makna. Teori ini menjelaskan bahwa makna diartikan sebagai label yang berada dalam
kesadaran manusia untuk merujuk dunia luar. Maksudnya, karena ada kesadaran pengamatan
terhadap fakta dan penarikan kesimpulan yang keselurahannya berlangsung, baik secara objektif
maupun subjektif. Referen atau acuan dapat berupa entitas benda, peristiwa, proses, atau
kenyataan. Referen adalah entitas yang ditunjuk oleh lambang. Dalam teori ini, terdapat dua
pendapat, yaitu: makna sebuah kalimat terdapat pada apa yang ditunjuk dan makna adalah
hubungan antara kata dengan bendanya.

Sedangkan teori kontekstual adalah teori yang menyatakan bahwa makna kata perlu menentukan
seperangkat konteks yang menyertainya. Teori ini dikembangkan oleh John Ruperth Firth. Teori
John dianggap ampuh dalam mengurai makna. Banyaknya konsep yang ditunjukkan oleh kata
berarti ia mempunyai makna sentral, sehingga cara paling ampuh untuk menghindari dan
menghilangkan kekaburan makna adalah dengan melihat kesesuaian konteks linguistik.

Pendekatan yang digunakan teori ini merupakan pendekatan yang tema-temanya paling banyak
digunakan dalam analisis semantic. Hal itu dikarenakan teori ini menyediakan sebuah model
dalam menentukan makna struktur bahasa. Perkembangannya dianggap berhasil, sebab teori ini
tidak hanya terpaku pada aspek internal linguistik, tetapi juga menyentuk beberapa aspek lainnya.

Tafsir Surat Yusuf Ayat 4 (Tafsir al-Mishbah)

‫ِإۡذ َقاَل ُيوُس ُف َأِلِبيِه َٰٓيَأَبِت ِإِّني َر َأۡي ُت َأَح َد َع َش َر َكۡو َكٗب ا َو ٱلَّش ۡم َس َو ٱۡل َقَم َر َر َأۡي ُتُهۡم ِلي َٰس ِج ِد يَن‬
“(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: ‘Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi
melihat sebelas Bintang, matahari, dan bulan, kulihat semuanya sujud kepadaku”

Pada suatu ketika Nabi Yusuf A.S memberitahukan kepada ayahnya Nabi Yaqub, bahwasanya ia
bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan. Semuanya tunduk dan sujud kepadanya.
Tentu saja sujud ini bukan mempunyai arti menyembah, tetapi arti kiasan dari tunduk dan patuh.
Setelah mendengar cerita itu, Nabi Yaqub menyadari bahwa mimpi anaknya bukanlah mimpi
biasa, tetapi merupakan ilham dari Allah Swt sebagaimana kerapkali dialami oleh para Nabi
sebelumnya.

11 bintang adalah 11 saudara, matahari adalah bapak Nabi Yusuf, dan bulan adalah ibu Nabi
Yusuf. Artinya mereka menjadi tahu bahwa Nabi Yusuf yang akan menerima warisan Nubuwwat
dan Risalah, sehingga saudara-saudaranya akan datang bersujud kepadanya. Mereka telah dengki
kepada Nabi Yusuf. Jika saudara-saudaranya mendengar mimpi itu, maka akan semakin
bertambah rasa dengkinya. Sebab di antara mereka sudah pasti ada yang mengharaokan bahwa
merekalah yang akan menerima warisan tersebut. Dan jika rasa dengki sudah memuncak, maka
bisa saja para saudaranya mencoba menyingkirkan Nabi Yusuf dengan segala tipu daya.

Relevansi Surat Yusuf ayat 4 dengan Teori Referensial dan Kontekstual

Pada ayat tersebut, terdapat kata ‫ َٰٓيَأَبِت‬yang mempunyai dhamir “ti”. Dhamir itu mempunyai
makna “ku”. Pemaknaan tersebut merujuk kepada ayah dari Nabi Yusuf, yaitu Nabi Yaqub.
Penggunaan kata ganti seperti ini adalah termasuk cara menggunakan teori referensial. Kata ganti
ini mereferensi kepada Nabi Yaqub sebagai orang tuanya.

Kemudian kata ‫ َأَح َد َع َش َر َكۡو َكٗب ا َو ٱلَّش ۡم َس َو ٱۡل َقَم َر‬dikaji menggunakan teori kontekstual. Secara
makna asli, ‫ َأَح َد َع َش َر َكۡو َكٗب ا َو ٱلَّش ۡم َس َو ٱۡل َقَم َر‬mempunyai makna “sebelas bintang, matahari, dan
bulan”. Akan tetapi, kata tersebut jika dimaknai dengan teori kontekstual maka mempunyai
makna kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya yang tunduk di hadapannya.

Jika lafal kata dalam ayat ini dibahas dengan gaya bahasa, maka mempunyai arti yang sangat
indah, yaitu lafal kata ‫َٰٓيَأَبِت‬, yang menunjukkan suatu panggilan kasih sayang, rasa patuh, dan
hormat kepada seorang ayah. Kemudian lafal kata ‫ِإِّني َر َأۡي ُت َأَح َد َع َش َر َكۡو َكٗب ا َو ٱلَّش ۡم َس َو ٱۡل َقَم َر َر َأۡي ُتُهۡم‬

‫ِلي َٰس ِج ِد يَن‬, jika dibahas dengan segi karakter, maka mempunyai maksud tentang seorang anak
kecil yang belum baligh (masih kecil) sedang bercerita ke ayahnya tentang apa yang dia
mimpikan saat tidur. Namun jika dibahas dari segi waktu, maka mempunyai maksud tentang
seorang anak yang bercerita kepada ayahnya tentang mimpi tidurnya saat waktu pagi.

Kesimpulan

Berdasarkan penafsiran tafsir al-Mishbah dan kajian 2 teori semantik (teori referensial dan teori
kontekstual), dijelaskan bahwa surat Yusuf ayat 4 mempunyai makna asli dari kiasan “11
bintang, matahari, dan bulan”. Kiasan tersebut bermakna 11 saudara Nabi Yusuf, Ayah, dan
Ibunya. Ayat tersebut juga menjelaskan mengenai sebutan ‫ َٰٓيَأَبِت‬, yang secara tidak langsung
tertuju kepada ayahnya, yaitu Nabi Yaqub. Sebutan tersebut mempunyai makna kasih sayang
yang cukup tinggi yang ditujukan kepada seorang ayah.

Sedangkan kata ‫ِإِّني َر َأۡي ُت َأَح َد َع َش َر َكۡو َكٗب ا َو ٱلَّش ۡم َس َو ٱۡل َقَم َر َر َأۡي ُتُهۡم ِلي َٰس ِج ِد يَن‬, mempunyai makna
tersendiri, yaitu adanya ketundukan dari para keluarga kecilnya. Ketundukan ini dikarenakan dua
warisan penting Nabi Yaqub terhadap Nabi Yusuf. Sehingga dengan pemberian warisan tersebut,
maka akan bisa mengakibatkan sifat iri dan dengki bagi saudara-saudaranya.

Anda mungkin juga menyukai