Nama lengkapnya adalah Toshihiko Izutsu lahir di Tokyo pada tanggal 4 Mei 1914 dan
meninggal di Kamakura pada tanggal 7 Januari 1993. Izutsu berasal dari keluarga yang taat
akan agama, terbukti sedari kecil Izutsu sudah mengamalkan ajaran Zen Buddhisme. Bahkan
pengalaman kontemplasi dan bertafakur dari praktik ajaran Zen sangat mempengaruhi
pikirannya dalam mencari relung terdalam filsafat serta mistisme. Sejak kecil pula, Izutsu
dibiasakan dengan cara berpikir Timur yang berpijak pada ketiadaan (nothingness).
Tetapi, dalam perjalanan hidupnya, Izutsu juga membaca karya-karya yang ditulis oleh
ahli mistik Barat. Pengalaman inilah yang mengantarkan beliau pada pemahaman yang sangat
bertentangan dengan keyakinan sebelumnya. Kalau masa mudanya ia asyik dengan
spiritualisme Timur, kemudian beralih pada spiritualisme Barat dan mencurahkan
perhatiannya pada kajian filsafat Yunani. Dari pengalaman berpikir tentang filsafat Yunani
seperti Socrates, Aristoteles dan Plotinos, yakni sejenis mistisisme, ditemukan sumber
pemikiran filsafat dan sekaligus sebagai kedalaman filsafatnya.
Secara etimologi, semantik berasal dari bahasa Yunani, yaitu sema (tanda atau
lambang), semanteme (makna), semaino (menandai atau melambangkan), dan semantike
(memaknai). Ferdinand de Saussure menyatakan pandangannya, bahwa tanda atau lambang
yang dimaksud adalah tanda linguistik, terdiri dari komponen yang mengartikan serta
berwujud dari bentuk-bentuk bunyi bahasa dan komponen yang diartikan atau sebagai makna
dari komponen yang pertama.
Semantik secara terminologi menurut para linguis adalah studi tentang makna, yakni
menelaah tanda-tanda atau lambang-lambang yang menyatakan makna. Tugasnya adalah
mencari bagaimana asal mula dari suatu makna, perkembangannya, hubungan makna yang
satu dengan yang lain, mengapa terjadi perubahan makna dalam bahasa, dan apa pengaruhnya
terhadap manusia dan masyarakat. Sebagai istilah teknis, semantik adalah kajian analitik
terhadap istilah-istilah kunci suatu bahasa dengan suatu pandangan yang akhirnya sampai
pada pengertian konseptual dari masyarakat pengguna bahasa tersebut. Pandangan ini tidak
saja sebagai alat berbicara dan berpikir, tetapi lebih penting lagi, pengonsepan dan penafsiran
dunia yang melingkupinya.
Pemikiran Tafsir Semantik Toshihiko Izutsu
Dalam pengertian ini, makna dasar disamakan dengan makna leksikal (kosa kata).
Sedangkan makna relasional hampir mendekati makna gramatikal (kebahasaan). Beberapa
ahli bahasa berpendapat bahwa “arti” dibedakan dari “makna”, yang mana “arti” adalah apa
yang disebut sebagai arti leksikal, sedangkan “makna” adalah hubungan yang ada di antara
satuan bahasa. Arti leksikal dapat berubah ke makna gramatikal, atau dari arti denotatif ke
dalam makna konotatif akibat dari ditambahkannya komponen makna lain pada arti kognitif.
Menurut Izutsu, denotasi sebuah kata adalah sesuatu atau peristiwa yang mana kata tersebut
digunakan dan termasuk kategori referensi nonlinguistik. Sebaliknya, konotasi sebuah kata
adalah seperangkat karakteristik sifat tertentu dimana kata diterapkan hanya untuk peringkat
referensi ini.
Izutsu menggambarkan dua makna ini dengan mengambil contoh kata kitab. Kata kitab
memiliki makna dasar kitab. Dalam konteks Al-Quran, kata kitab mempunya makna yang
luar biasa penting sebagai isyarat konsep religius yang sangat khusus yang dilingkupi oleh
cahaya kesucian, hal ini bisa dilihat dari kenyataan bahwa kata kitab dalam konteks ini
berdiri dalam hubungan yang sangat dekat dengan wahyu Ilahi. Makna kata sangat
dipengaruhi oleh kata kata yang berada di sekitarnya, dipengaruhi oleh keseluruhan sistem
dimana kata tersebut berada. Dengan kata lain, makna relasional sebuah kata lebih penting
kedudukannya dibanding makna dasar. Bahkan makna yang dibangun dari relasi makna antar
kata itu dapat menghilangkan makna dasarnya.
To be continue...