Anda di halaman 1dari 15

HAK ASASI MANUSIA DALAM RULE OF LAW DI INDONESIA

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu: Mujiburrahman, M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Diah Irtah Nihlati (206141008)


2. Naafilatujjihaan (206141012)

BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN BAHASA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hak Asasi Manusia merupakan hak-hak yang dimiliki manusia sejak ia lahir, yang
berlaku seumur hidupdan tidak dapat diganggu gugat siapapun. Hak asasi merupakan
sebuah bentuk anugerah dari Tuhan sebagai sesuatu karunia yang paling mendasar dalam
hidup manusia. Hak asasi dilandasi dengan sebuah kebebasan setiap individu dalam
menentukan jaln hidupnya, namun tentunya hak asasi juga tidak lepas dari dasar norma-
norma yang telah ditetapkan. Dalm kehidupan sehari-hari kita tidak dapat terlepas dari
hukum, mulai dari norma, nilai, tata karma, hingga hukum perundang-undangan dalam
peradilan.
Negara Indonesia adalah negara hukum, dalam Undang-Undang Dasar (UUD)
1945. Artinya, segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara diatur menurut hukum yang berlaku atau rule of law.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud rule of law?
2. Apa yang dimaksud Hak Asasi Manusia?
3. Bagaimana perkembangan pemikiran Hak Asasi Manusia di Indonesia?
4. Bagaimana Hak Asasi Manusia di Indonesia?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Rule Of Law
1. Definisi Rule Of Law
Rule of law adalah suatu legalisme hukum yang mengandung suatu gagasan
bahwa keadilan dapat dilayani dengan cara pembuatan sistem peraturan dan juga
prosedur yang objektif, tidak memihak, juga tidak personal dan otonom.
Rule of law merupakan suatu konsep common law atau juga civil law yang
dapat membuat seluruh lapisan yang ada di dalam masyarakat serta kelembagaan
yang mengedepankan supremasi hukum yang dilandasi dengan prinsip keadilan dan
juga egalitarian.
Rule of law dapat disebut juga dengan Penegakan Aturan Hukum yang
merupakan proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-
norma hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku dalam lalu lintas atau hubungan-
hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pengertian
penegakan hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut obyeknya, yaitu dari segi
hukumnya. Penegakan hukum itu mencakup nilai-nilai keadilan yang terkandung
didalamnya bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam
masyarakat. Bahkan timbul dalam Bahasa Inggris sendiri dengan istilah "the rule of
law‟ yang terkandung makna pemerintahan oleh hukum, tetapi bukan dalam artinya
yang formal, melainkan mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung
didalamnya.
Dalam sejarahnya merupakan suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada
abad ke 19, bersamaan dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. Ia lahir
sejalan dengan tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatnya peran parlemen dalam
penyelenggaraan negara dan sebagai reaksi terhadap negara absolut yang berkembang
sebelumya.
Friedman (1995), membedakan pengertian rule of law menjadi dua bagian,
yaitu secara formal dan secarahakiki. Pengertian secara formal yaitu sebagai
kekuasaan umum yang terorganisasi, misalnya negara. Sementara pengertian secara
hakiki yaitu sebagai penegakan aturan hukum yang mana menyangkut ukuran dalam
sistem hukum yang baik atau buruk, dan terkait erat dengan keadilan.
2. Prinsip Rule Of Law
a. Prinsip-prinsip secara formal di Indonesia
Prinsip-prinsip rule of law secara formal di Indonesia tertera dalam
pembukaan UUD 1945 yang menyatakan:
1) Bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa,karena tidak sesuai
dengan peri kemanusiaan dan “peri keadilan”,
2) Kemerdekaan Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, “adil” dan
makmur,
3) Untuk memajukan “kesejahteraan umum”, dan mencerdaskan “keadilan
sosial”,
4) Disusunlah kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu “Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia”,
5) Kemanusiaan yang “adil” dan beradab,
6) Serta dengan mewujudkan suatu “keadilan sosial” bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Dengan demikian inti rule of law adalah jaminan adanya keadilan bagi
masyarakat terutama keadilan sosial.
Penjabaran prinsip-prinsip Rule of Law secara formal termuat di dalam pasal-
pasal UUD 1945, yaitu:
1) Negara Indonesia adalah Negara hukum (pasal 1 ayat 3),
2) Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggaraakan peradilan guna menegakan Hukum dan keadilan
(pasal 24 ayat 1),
3) Segala warga Negara bersamaan kedudukanya didalam Hukum dan
pemerintahan, serta menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya (pasal 27 ayat 1),
4) Dalam Bab X A Tentang Hak Asasi Manusia, memuat 10 pasal, antara
lain bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan
dan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang sama dihadapan
hokum (pasal 28 D ayat 1),
5) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja (pasal 28 D ayat 2).
b. Prinsip-prinsip secara hakiki di Indonesia

Prinsip-prinsip rule of law secara hakiki di Indonesia sangat erat dengan


(pelaksanaan/penyelenggaraan yang menyangkut ketentuan-ketentuan hukum)
“the enforcement of the rules of law” dalam penyelenggaraan pemerintahan,
terutama dalam penegakan hukum dan implementasi prinsip-prinsip rule of law.
Berdasarkan pengalaman berbagai Negara dan hasil kajian, menunjukan
keberhasilan “the enforcement of the rules of law” bergantung pada kepribadian
nasional setiap bangsa (Sunarjati Hartono: 1982). Hal ini didukung kenyataan
bahwa rule of law merupakan institusi sosial yang memiliki struktur sosiologis
yang khas dan mempunyai akar budayanya yang khas pula. Karena bersifat
legalisme maka mengandung gagasan bahwa keadilan dapat dilayani dengan
pembuatan sistem peraturan dan prosedur yang sengaja bersifat objektif, tidak
memihak, tidak personal dan otonom. Secara kuantitatif, peraturan perundang-
undangan yang terkait rule of law telah banyak dihasilkan di Indonesia, tetapi
implementasinya belum mencapai hasil yang optimal sehingga rasa keadilan
sebagai perwujudan pelaksanaan rule of law belum dirasakan oleh sebagian besar
masyarakat.

3. Strategi Rule Of Law


Agar pelaksanaan Rule of Law bisa berjalan dengan yang diharapkan, maka:
a. Keberhasilan “the enforcement of the rules of law” harus didasarkan pada corak
masyarakat hukum yang bersangkutan dan kepribadian masing-masing setiap
bangsa.
b. Rule of law yang merupakan intitusi sosial harus didasarkan pada budaya yang
tumbuh dan berkembang pada bangsa.
c. Rule of law sebagai suatu legalisme yang memuat wawasan sosial, gagasan
tentang hubungan antar manusia, masyarakat dan negara, harus ditegakan secara
adil juga memihak pada keadilan.

Untuk mewujudkannya perlu hukum progresif (Setjipto Raharjo: 2004), yang


memihak hanya pada keadilan itu sendiri, bukan sebagai alat politik atau keperluan
lain. Asumsi dasar hukum progresif bahwa ”hukum adalah untuk manusia”, bukan
sebaliknya. Hukum progresif memuat kandungan moral yang kuat. Arah dan watak
hukum yang dibangun harus dalam hubungan yang sinergis dengan kekayaan yang
dimiliki bangsa yang bersangkutan atau “back to law and order”, kembali pada
hukum dan ketaatan hukum negara yang bersangkutan itu. Adapun Negara yang
merupakan negara hukum memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Ada pengakuan dan perlindungan hak asasi.


b. Ada peradilan yang bebas dan tidak memihak serta tidak terpengaruh oleh
kekuasaan atau kekuatan apapun.
c. Legalitas terwujud dalam segala bentuk.
B. Hak Asasi Manusia
1. Definisi Hak Asasi Manusia (HAM)
Hak Asasi Manusia (HAM) dalam bahasa inggris human ringts dalam bahasa
prsncis droits de i’homme jadi Hak asasi manusia adalah konsep hukum dan normatif
yang menyatakan bahwa manusia memiliki hak melekat pada dirinya karna ia adalah
seorang manusia. Hak asai manusia berlaku kapanpun, dimanapun, dan kepada
siapapun, sehingga sifatnya universal. HAM pada prinsipnya tidak dapat dicabut, juga
tidak dapat dibagi-bagi, saling berhubungan dan saling bergantung.
Secara konseptual, hak asasi manusia dapat dilandaskan pada keyakinan
bahwa hak tersebut ‘’dianugerahkan secara alamiah" oleh alam semesta, Tuhan, atau
nalar. Sementara itu, mereka yang menolak penggunaan unsur alamiah meyakini
bahwa hak asasi manusia merupakan pengejawantahan nilai-nilai yang disepakati
oleh masyarakat. Ada pula yang menganggap HAM sebagai perwakilan dari klaim-
klaim kaum yang tertindas, dan pada saat yang sama juga terdapat kelompok yang
meragukan keberadaan HAM sama sekali dan menyatakan bahwa hak asasi manusia
hanya ada karena manusia mencetuskan dan membicarakan konsep tersebut. Dari
sudut pandang hukum internasional, hak asasi manusia sendiri dapat dibatasi atau
dikurangi dengan syarat-syarat tertentu. Pembatasan biasanya harus ditentukan oleh
hukum, memiliki tujuan yang sah, dan diperlukan dalam suatu masyarakat
demokratis. Sementara itu, pengurangan hanya dapat dilakukan dalam keadaan
darurat yang mengancam "kehidupan bangsa", dan pecahnya perang pun belum
mencukupi syarat ini. Selama perang, hukum kemanusiaan internasional berlaku
sebagai lex specialis. Walaupun begitu, sejumlah hak tetap tidak boleh
dikesampingkan dalam keadaan apapun, seperti hak untuk bebas dari perbudakan
maupun penyiksaan.
Pengertian HAM menurut para ahli, yaitu:
Hak asasi manusia sudah memiliki cabang ilmu sendiri untuk mempelajarinya.
Untuk itu ada beberapa pengertian hak asasi manusia dari para ahli yang
mengemukakan cabang ilmu tentang hak asasi manusia.
a. HAM menurut Jhon Locke Hak asasi manusia adalah hak yang langsung di
berikan Tuhan kepada manusia sebagai hak yang kodrati. Oleh sebab itu tidak ada
kekuatan di dunia ini yang bisa mencabutnya. HAM memiliki sifat yang mendasar
dan suci.
b. HAM Menurut Jan Materson Jan Materson adalah anggota komisi HAM di PBB.
Menurutnya HAM adalah hak-hak yang ada pada setiap manusia yang tanpanya
manusia mustahil hidup sebagai manusia.
c. HAM menurut miriam budiarjo HAM adalah hak yang dimiliki setiap orang sejak
lahir didunia. Hak itu sifatnya universal,karna hak dimiliki tanpa adanya
perbedaan. Baik itu ras, jenis kelamin, suku dan agama.
d. HAM menurut Prof. Koentjoro Poerbopranoto HAM adalah suatu hak yang
bersipat mendasar. Hak yang dimiliki manusia sesuai dengan kodratnya yang
pada dasarnya tidak bisa dipisahkan.
e. HAM menurut undang-undang nomer 39 tahun 1999 HAM adalah seperangkat
hak yang melekat pada diri manusia sebagai ciptaan tuhan yang maha esa. Hak
tersebut merupakan anugrah yang wajib dilindungi dan dihargai oleh setiap
manusia. Kesimpulan dari berbagai pengertian HM diatas adalah suatu kebutuhan
mendasar yang harus dimiliki oleh manusia sejak dirinya dalam kandungan.
2. Macam-Macam Hak Asasi Manusia (HAM)
a. Hak Asai Pribadi (Personal Human Rights) Hak ini merupakan hak yang
berhubungan dengan kehidupan pribadi setiap orang. Contoh dari personal human
rights ini adalah kebebasan untuk menyampaikan pendapat ,kebebasan untuk
berpergian, bergerak , berpindah keberbagai tempat dan lain sebagainya.
b. Hak Asasi Politik (Politic Rights) Ini merupkan hak asasi dalam kehidupan politik
seseorang . contohnya hak dipilih dan memilih ,hak dalam keikutsertaan kegiatan
pemerintah, hak dalam membuat petisi dan sebagainya.
c. Hak Asasi Ekonomi (property rights) Hak ini menyangkut hak individu dalam hal
perekonomian. Contohnya kebebasan dalam hal jual-beli,perjanjian
kontrak,penyelenggaraan sewa-menyewa,memiliki sesuatu dan memiliki
pekerjaan yang pantas.
d. Hak Asasi Peradialan (procedural rights) Hak dalam memperoleh perlakuan sama
dalam tata cara pengadilan. Contonya adalah hak untuk mendapatkan pembelaan
hokum, hak untuk mendapatkan perlakuan pemeriksaan, penyidikan,
penangkapan, penggeledahan, dan penyidikan antar muka.
e. Hak Asasi Sosial Budaya Hak terkait dalam kehidupan masyarakat. Contonya
adalah hak untuk menentukan,memilih,dan melakukan pendidikan.hak untuk
pengajaran untuk mendapatkan budaya sesuai dengan bakat dan minat.
f. Hak Asasi Hukum (legal equality rights) Hak untuk mendapatkan kependudukan
yang sama dalam hal hukum dan pemerintahan. Contohnya adalah mendapatkan
perlakuan yang sama dalam bidang hukum dan pemerintahan, menjadi pegawai
sipil, perlindungan, dan pelayaan hukum.
3. Ciri-Ciri Hak Asasi Manusia (HAM)
a. HAM tidak diberikan kepada seseorang, melainkan merupakan hak semua orang,
baik itu hak sipil, politik, ekonomi, soasial, dan hak budaya.
b. HAM tidak dapat dicabut, dihilangkan atau diserahkan.
c. HAM bersifat hakiki yaitu hak yang sudah dan sejak manusia dalam kandungan.
d. HAM sifatnya universal sehingga berlaku bagi semua manusia tanpa memandang
status, suku, gender, dan perbedaan lainya.
C. Perkembangan Pemikiran Hak Asasi Manusia Di Indonesia

Pemikiran HAM periode sebelum kemerdekaan yang paling menonjol pada


Indische Partij adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan
perlakukan yang sama hak kemerdekaan.Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang
di Indonesia telah berlaku 3 UUD dalam 4 periode, yaitu:

1. Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD 1945.


2. Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku konstitusi Republik
Indonesia Serikat.
3. Periode 17 Agustus sampai 5 Juli 1959, berlaku UUD 1950.
4. Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku Kembali UUD 1945.
D. Hak Asasi Manusia Di Indonesia
1. Permasalahan dan Penegakannya.

Sejalan dengan amanat konstitusi, Indonesia perpandangan bahwa pemajuan


dan perlindungan HAM harus didasarkan pada prinsip bahwa hak-hak sipil, politik,
ekonomi, dan sosial budaya, hak dan pembangunan merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan, baik dalam penerapan, pemantauan, dan pelaksanaannya.

HAM di Indonesia didasarkan pada konstitusi NKRI, yaitu: Pembukaan UUD


1945 (alenia 1), Pancasila ke-4, Batang tubuh UUD 1945 (pasal 27,29,dan 30), UU
No.39 Tahun 1999 tentang HAM, dan UU No.26 Tahun 2000 Tentng pengadilan
HAM. HAM di Indonesia menjamin hak untuk hidup, hak berkeluarga dan
melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak atas
kebebasan, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam
pemerintahan, hak wanita dan hak anak.

Program penegakan hukum dan HAM (PP No.7 tahun 2005) meliputi
penberantasan koropsi, antiterorisme, dan pembasmian penyalah gunaan narkotika
dan obat berbahaya. Oleh sebab itu, penegakan hukum dan HAM harus dilakukan
secara tegas, tidak diskriminatif, dan konsisten.
2. Lembaga penegak HAM.

Hak asasi manusia merupakan hak yang harus dilindungi, baik oleh individu,
masyarakat maupun oleh negara. Hal ini dikarenakan hak asasi manusia merupakan
hak paling asasi yang dimiliki oleh manusia sebagai anugerah yang di berikan oleh
Tuhan. Oleh sebab itu HAM harus dijaga, dihormati dan ditegakkan dalam kehidupan
bermasyrakat dan bernegara.

Untuk merealisasikan penegakkan HAM di Indonesia,di Indonesia telah


dibentuk suatu komisi mengenai hak asasi manusia. Dasar hukum bagi penegakan
HAM di Indonesia sudah sangat jelas, baik melalui UUD, ketetapan MPR maupun
perundang-undangan, baik yang sudah disahkan maupun ratifikasi dan konversi hak
asasi manusia yang ada di dunia internasional.

3. Komisi Nasional (Komnas) HAM.

Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat dengan


lembaga negara lainnya yang berfungsi untuk melaksanakan perjanjian, penelitian
penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia.

4. Tujuan Komnas HAM.


a. Mengembangkan kodisi yang kondosif bagi pelaksanaan hak asasi manusia
sesuai dengan pancasila, UUD 1945, dengan piagam PBB, serta deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia.
b. Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna
berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya
berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.
5. Wewenang Komnas HAM.
a. Wewenang dalam bidang pengkajian penelitian.
b. Wewenang dalam bidang penyuluhan.
c. Wewenang dalam bidang mediasi.
6. Pengadilan HAM.
Dalam rangka penegakan HAM, komnas HAM melakukan pemanggilan saksi
dan pihak kejaksaan yang melakukan penuntutan di pengadilan HAM. Menurut pasal
104 UU HAM,untuk mengadili pelanggaran hak asasi manusia yang berat, dibentuk
pengadilan HAM dilingkungan peradilan umum, yaitu pengadilan negeri dan
pengadilan tinggi.
7. Pelanggaran Hak Asasi Manusia.

Menurut UU No.26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM, yang dimaksud


dengan pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau sekelompok orang,
termasuk aparat negara, baik disengaja atau kelalaian yang secara hukum
mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia
seseorang atau sekelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang ini, dan tidak
didapatkan,atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil
dan benar berdasarkan hukum mekanisme yang berlaku.

Dengan demikian, pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran


kemanusiaan, baik dilakukan oleh individu maupun oleh institusi negara atau institusi
lainnya terhadap hak asasi individu lain tanpa ada dasar atau alasan yuridis dan alasan
rasional yang menjadi pijakannya.

Pelanggaran HAM dikelompokkan dalam dua bentuk pelanggaran, yaitu


pelanggaran HAM berat dan pelanggaran HAM ringan. Pelanggaran HAM berat
meliputi kejahatan genocide dan kejahatan kemanusiaan, sedangkan pelanggaran
HAM ringan adalah selain dari dua bentuk pelanggaran HAM berat itu.

Menurut UU No.26 Tahun 2000,yang dimaksud kejahatan genocede adalah


setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau
memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, dan
kelompok agama. Kejahatan genocide dilakukan dengan cara:

a. Membunuh anggota kelompok.


b. Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-
anggota kelompok.
c. Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akam mengakibatkan
kemusnahan fisik baik seluruh atau sebagiannya.
d. Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran didalam
kelompok.
e. Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu kekelompok yang
lain.
Sementara itu, kejahatan kemanusiaan menurut UU No.26 tahun 2000
merupakan salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang
meluas atau sitematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditunjukkan secara
langsung terhadap penduduk sipil berupa:
a. Pembunuhan,
b. Pemusnahan,
c. Pebudakan,
d. Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa,
e. Perampasan kemerdekaan atau perampasan fisik lain secara sewena-wenang yang
melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional,
f. Penyiksaan,
g. Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan,
pemanduan atau strilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain
yang setara,
h. Penganiyaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari
persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin
atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang
menurut hukum internasional,
i. Penghilangan orang secara paksa,
j. Kejahatan apartheid.
Pelanggaran hak asasi manusia dapat dilakukan, baik secara aparatur negara
(state actor) maupun bukan aparatur negara. Oleh karena itu, penindakan terhadap
pelanggaran hak asasi manusia tidak boleh hanya ditunjukan terhadap aparatur
negara, tetapi juga pelanggaran yang bukan dilakukan oleh aparatur negara.
Penindakkan terhadap pelanggar hak asasi manusia dilakukan melalui suatu
proses peradilan HAM mulai dari penyelidukan, penyidikan, penuntutan dan
persidangan terhadap pelanggaran yang terjadi harus bersifat nondiskriminatif dan
berkeadilan. Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di
lingkungan peradilan umum.
Untuk proses pemeriksaan dan pemutusan perkara pelanggaran HAM yang
berat, pemerintah atas usul DPR membentuk pengadilan ad hoc yang berada
dilingkungan peradilan umum. Disamping adanya pengadilan HAM ad hoc, dalam
UU ini disebutkan juga keberadaan Komisi kebenaran dan Rekonsiliasi sebagaimana
dimaksud dalam ketetapan MPR RI No.V/MPR/2000 tentang persiapan dan kesatuan
nasional.
Komisi kebenaran dan Rekonsiliasi yang akan di bentuk dengan Undang-
undang sebagai lembaga ekstra yudisial yang dim tetapkan dengan undang-undang
bertugas untuk menetapkan kebenaran dengan mengunkapkan penyalahgunaan
kekuasaan dan pelanggaran hak asasi manusia pada masa lampau, sesuai dengan
ketentuan hukum dan perundangan yang berlaku dan melaksanakan Rekonsiliasi
dalam perspekif kepentingan bersama sebagai bangsa.
Pengadilan HAM bertugas memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak
asasi manusia yang berat. Sementara itu, wewenangnya adalah memeriksa dan
memutuskan perkara pelanggaran HAM yang berat yang dilakukan seseorang yang
berumur dibawah 18 tahun pada saat kejahatan dilakukan. Dalam pelaksanaan
peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum
acara pengadilan HAM sebagaimana terdapat dalam UU peradilan HAM.
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Rule of law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke-19,
bersamaan dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. Ia lahir sejalan dengan
tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatnya peran parlemen dalam penyelenggaraan
negara dan sebagai reaksi sebagai negara absolut yang berkembang sebalumnya.

Friedman (1995) membedakan rule of law menjadi dua, yaitu pengertian secara
formal dan pengertian secara hakiki. Secara formal, rule of law diartikan sebagai
kekuasaan umum yang terorganisasi. secara hakiki, rule of law terkait dengan penegakan
rule of law karena menyangkut ukuran hukum yang baik dan buruk. Rule of law terkait
erat dengan keadilan sehingga rule of law harus menjamin keadilan yang dirasakan oleh
masyarakat/bangsa.

Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-


undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh
seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu negara akan diadili dalam
pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui
hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan
HAM.

HAM di Indonesia didasarkan pada konstitusi NKRI, yaitu: Pembukaan UUD


1945 (alenia 1), Pancasila ke-4, Batang tubuh UUD 1945 (pasal 27, 29 dan 30), UU
No.39 Tahun 1999 tentang HAM, dan UU No.26 Tahun 2000 tentng pengadilan
HAM. HAM di Indonesia menjamin hak untuk hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan
keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak atas kebebasan, hak
atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, hak wanita
dan hak anak.
DAFTAR PUSTAKA

Herdiawan, Heri dan Hamdayama Jumaanta. Cerdas, Kritis, dan Aktif Berwargannegara.
Jakarta: Erlangga. 2010.
Djamali, Abdul. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: Rajawali Press. 1984.
Asri Wijayanti 2008. Sejarah perkembangan, Hak Asasi Manusia,
http://kumpulanmakalhttps://makalah-update.blogspot.com/2015/11/makalah-hak-
asasi-manusia.

Anda mungkin juga menyukai