Anda di halaman 1dari 13

HORMAT KEPADA ORANG TUA DAN GURU

4.1 Menjelaskan isi Q.S Al-Isra / 17:23-24


Al-Quran Surat Al-Isra (17) ayat 23-24.



Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
satu seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada kepada
keduanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia.
(Qs. Al Israa [17]:23)
.


Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah, Wahai Tuhanku,kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku waktu kecil.
(Qs. Al Israa [17]:24)
Surat Al-Isra ayat 23-24 memiliki kandungan mengenai pendidikan berkarakter. Definisi
dari karakter adalah satu kesatuan yang membedakan satu dengan yang lain atau
dengan kata lain karakter adalah kekuatan moral yang memiliki sinonim berupa moral,
budipekerti, adab, sopan santun dan akhlak. Akhlak dan adab sumbernya adalah wahyu
yakni berupa Al-Quran dan Sunah. Sedangkan budi pekerti, moral, dan sopan santun
sumbernya adalah filsafat. Kembali kepada pengertian dari Surah Al-Isra ayat 23
disebutkan bahwa yang pertama Allah memerintahkan kepada hamba-hambanya untuk
menyembah Dia semata, tidak ada sekutubagi-Nya.yang kedua, kita harus berbakti

kepada orang tua. Lalu pada ayat 24 disebutkan bahwa anak hendaknya mendoakan
kedua orang tuanya. Ulama menegaskan bahwa doa kepada kedua orang tua yang
dianjurkan adalah bagi yang muslim, baik yang masih hidup atau telah meninggal.
Sedangkan bila ayah atau ibu yang tidak beragama islam telah meninggal, maka
terlarang bagi anak untuk mendoakannya. Dari penjelasan di atas sangat jelas bahwa
ketika kita menghargai dan menyayangi orang tua kita dengan baik maka akan
menumbuhkan akhlak serta moral yang baik pula bagi anak sedangkan jikalau kita acuh
maka akan timbuh akhlak dan moral yang tidak baik. Dengan kata lain, hal ini sangat
berpengaruh dalam pendidikan karakter. Antara orangtua sebagai pendidik dan anak.
Segala sesuatu yang diajarkan dengan baik pada mulanya akan menanamkan karakter
yang baik pula pada anak. Untuk itu berbakti kepada orang tua merupakan suatu cara
yang harus dilakukan.
4.2 Menjelaskan isi hadis-hadis yang terkait dengan hormat dan
patuh kepad orang tua dan guru
1. Hadis Abdullah ibnu Umar tentang ridho Allah terletak pada
ridho orang tua.


:
( )
Artinya: dari Abdullah bin Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah
bersabda: Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan
murka Allah itu terletak pada murka orang tua. ( H.R.A t-Tirmidzi. Hadis ini
dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim)[1][1]

1. Hadis Abu Hurairah tentang siapakah yang berhak dipergauli


dengan baik.

( ) : : : : : : :

Artinya: dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: Suatu saat ada seorang laki-laki
datang kepada Rasulullah SAW, lalu bertanya: Wahai Rasulullah, siapakah
yang berhak aku pergauli dengan baik? Rasulullah menjawab : Ibumu!,
lalu

siapa?

Rasulullah

menjawab:

Ibumu!,

lalu

siapa?

Rasulullah

menjawab: Ibumu!. Sekali lagi orang itu bertanya: kemudian siapa?


Rasulullah menjawab: Bapakmu!(H.R.Bukhari).[1][2]
1. Hadis Abdullah bin Masud tentang amal yang paling disukai
Allah SWT.
: :
:
( ) : :
Artinya: dari Abdullah bin Masud r.a. ia berkata: Saya bertanya kepada
Nabi saw: amal apakah yang paling disukai oleh Allah Taala? beliau
menjawab: shalat pada waktunya. saya bertanya lagi: kemudian apa?
beliau menjawab: berbuat baik kepada kedua orang tua. saya bertanya
lagi: kemudian apa? beliau menjawab: berjihad(berjuang) di jalan Allah.
(H.R. Bukhari dan Muslim).[1][3]
1. Hadis Al-Mughirah bin Subah tentang Allah mengharamkan
durhaka kepada ibu, menolak kewajiban, meminta yang bukan
haknya.
:
( )
Artinya: dari Al-Mughirah bin Syuban r.a. ia berkata, Nabi Saw telah
bersabda: Sungguh Allah taala mengharamkan kalian durhaka kepada ibu,
menolak kewajiban, meminta yang bukan haknya dan mengubur hiduphidup anak perempuan. Allah juga membenci orang yang banyak bicara,
banyak pertanyaan dan menyia-nyiakan harta. (H.R.Bukhari).[1][4]
1. Hadis Abdullah ibnu Umar tentang dosa-dosa besar.
:
) : . .
(

Artinya: dari Abdullah bin amr bin al-ash ia berkata, Rasulullah Saw telah
bersabda: diantara dosa-dosa besar yaitu seseorang memaki kedua orang
tuanya. para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, apakah ada seseorang
yang memaki kedua orang tuanya? Beliau menjawab: Ya, apabila
seseorang memaki ayah orang lain, kemudian orang itu membalas memaki
ayahnya kemudian ia memaki ibu orang lain, dan orang itu memaki ibunya.
(H.R. Bukhari).[1][5]
4.3 Menunjukkan contoh perilaku yang mencerminkan hormat dan
patuh kepada orang tua dan guru
PEMBAHASAN
A.

Birrul Walidain
1. Pengertian Birrul Walidain

Istilah Birrul

Walidain terdiri

dari

kata Birru dan al-Walidain. Birru atau al-

birru artinya kebajikan dan al-walidain artinya kedua orang tua atau ibu bapak.
Jadi, Birrul Walidain adalah berbuat kebajikan terhadap kedua orang tua.
2. Kedudukan Birrul Walidain
Birrul Walidain mempunyai kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Allah dan
Rasul-Nya menempatkan orang tua pada posisi yang sangat istimewa, sehingga
berbuat baik pada keduanya juga menempati posisi yang sangat mulia, dan sebaliknya
durhaka kepada keduanya menempati posisi yang sangat hina. Karena mengingat jasa
ibu bapak yang sangat besar sekali dalam proses reproduksi dan regenerasi umat
manusia.
Secara khusus Allah juga mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan seorang ibu
dalam mengandung, menyusui, merawat dan mendidik anaknya. Kemudian bapak,
sekalipun tidak ikut mengandung tapi dia berperan besar dalam mencari nafkah,
membimbing, melindungi, membesarkan dan mendidik anaknya, sehingga mempu
berdiri bahkan sampai waktu yang sangat tidak terbatas.
Berdasarkan semuanya itu, tentu sangat wajar dan logis saja, kalau si anak dituntut
untuk berbuat kebaikan kepada orang tuanya dan dilarang untuk mendurhakainya.[1][6]
3. Bentuk-Bentuk Birrul Walidain
Adapun bentuk-bentuk Birrul Walidain di antaranya:

1. Taat dan patuh terhadap perintah kedua orang tua, taat dan patuh
orang tua dalam nasihat, dan perintahnya selama tidak menyuruh
berbuat maksiat atau berbuat musyrik, bila kita disuruhnya berbuat
maksiat atau kemusyrikan, tolak dengan cara yang halus dan kita
tetap menjalin hubungan dengan baik.
2. Senantiasa berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap hormat,
sopan santun, baik dalam tingkah laku maupun bertutur kata,
memuliakan keduanya, terlebih di usia senja.[1][7]
3. Mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek
kehidupan, baik masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh, maupun
masalah lainnya. Selama keinginan dan saran-saran itu sesuai dengan
ajaran Islam.
4. Membantu Ibu Bapak secara fisik dan materil. Misalnya, sebelum
berkeluarga dan mampu berdiri sendiri anak-anak membantu orang
tua terutama ibu. Dan mengerjakan pekerjaan rumah.
5. Mendoakan Ibu Bapak semoga diberi oleh Allah kemampuan, rahmat
dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirta.
6. Menjaga kehormatan dan nama baik mereka.
7. Menjaga, merawat ketika mereka sakit, tua dan pikun.
8. Setelah orang tua meninggal dunia, Birrul Walidain masih bisa
diteruskan dengan cara antara lain:

Mengurus jenazahnya dengan sebaik-baiknya

Melunasi semua hutang-hutangnya

Melaksanakan wasiatnya

Meneruskan sillaturrahmi yang dibinanya sewaktu hidup

Memuliakan sahabat-sahabatnya

Mendoakannya.

4. Doa Anak untuk Orang Tua


Seorang anak yang ingin mendoakan kedua orang tuanya dapat mengambil contoh dari
ayat suci Alquran yaitu, doa Nabi Ibrahim as ketika mengajukan permohonan kepada
Allah Swt agar dapat lah kiranya Allah memberi ampunan pada kedua orang tuanya dari
dosa-dosa yang telah mereka perbuat.
Doa Nabi Ibrahim as dalam Q.S.Ibrahim:41
41.

Ya Tuhan Kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan

sekalian

orang-orang

mukmin

pada

hari

terjadinya

hisab

(hari

kiamat).
Permohonan Nabi Ibrahim dalam Q.S. Al-Israa: 24
24.

dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan

penuh kesayangan dan ucapkanlah: Wahai Tuhanku, kasihilah mereka


keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil.
1. Uququl Walidain
Uququl Walidain artinya mendurhakai kedua orang tua. Durhaka kepada kedua orang
tua adalah dosa besar yang dibenci oleh Allah Swt, sehingga adzabnya disegerakan
oleh Allah di dunia ini. Hal ini mengingat betapa istimewanya kedudukan kedua orang
tua dalam ajaran Islam dan juga mengingat betapa besarnya jasa kedua orang tua
terhadap anaknya, jasa itu tidak bisa diganti dengan apapun.
Adapun bentuk pendurhakaan terhadap orang tua bermacam-macam dan bertingkattingkat, mulai dari mendurhaka di dalam hati, mengomel, mengatakan ah ( uffin,
berkata kasar, menghardik, tidak menghiraukan panggilannya, tidak pamit, tidak patuh
dan bermacam-macam tindakan lain yang mengecewakan atau bahkan menyakitkan
hati orang tua.) di dalam Q.S. A-Israa:23 di ungkapkan oleh Allah dua contoh
pendurhakaan kepada orang tua yaitu, mengucapkan kata uffin dan menghardik
( lebih-lebih lagi bila kedua orang tua sudah berusia lanjut)
Akhlak Kepada Guru

Guru adalah orang tua kedua, yaitu orang yang mendidik muridmuridnya untuk menjadi lebih baik sebagaimana yang diridhoi
Alloh azza wa jalla. Sebagaimana wajib hukumnya mematuhi kedua
orang tua, maka wajib pula mematuhi perintah para guru selama
perintah tersebut tidak bertentangan dengan syariat agama.

Di antara akhlaq kepada guru adalah memuliakan, tidak menghina

atau mencaci-maki guru, sebagaimana sabda Rosululloh saw :










Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan
tidak menyayangi orang yang lebih muda. ( HSR. Ahmad dan At-Tirmidzi )

Di antara akhlaq kepada guru adalah mendatangi tempat belajar


dengan ikhlas dan penuh semangat, sebagaimana sabda Rosululloh

saw :












Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu padanya, Alloh mudahkan
baginya dengannya jalan menuju syurga. ( HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, AtTirmidzi dan Ibnu Majah )

Di antara akhlaq kepada guru adalah datang ke tempat belajar dengan

penampilan yang rapi, sebagaimana sabda Rosululloh saw :



Sesungguhnya Alloh itu indah dan suka kepada keindahan.( HR. Ahmad, Muslim dan
Al-Hakim )

Di antara akhlaq kepada guru yaitu diam memperhatikan ketika guru

sedang menjelaskan, sebagaimana hadits Abu Said Al-Khudri ra :








Orang-orang pun diam seakan-akan ada burung di atas kepala mereka. ( HR. AlBukhori )

Imam Sufyan Ats-Tsauri rohimahullohberkata : Bila kamu melihat ada


anak

muda

yang

bercakap-cakap

padahal

sang

guru

sedang

menyampaikan ilmu, maka berputus-asalah dari kebaikannya, karena


dia sedikit rasa malunya.( AR. Al-Baihaqi dalam Al-Madkhol ilasSunan )

Di antara akhlaq kepada guru adalah bertanya kepada guru bila ada

sesuatu yang belum dia mengerti dengan cara baik. Alloh berfirman :

Bertanyalah kepada ahli dzikr ( yakni para ulama ) bila kamu tidak tahu.( Qs. An-Nahl :
43 dan Al-Anbiya : 7 )

Rosululloh saw bersabda :













Mengapa mereka tidak bertanya ketika tidak tahu ? Bukankah obat dari ketidaktahuan
adalah bertanya ? ( HSR. Abu Dawud )

Dan menghindari pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada faedahnya,


sekedar mengolok-olok atau yang dilatarbelakangi oleh niat yang

buruk, oleh karena itu Alloh berfirman :



Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menanyakan sesuatu yang bila
dijawab niscaya akan menyusahkan kalian. ( Qs. Al-Maidah : 101 )

Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda :
























Sesungguhnya orang muslim yang paling besar dosanya adalah orang yang bertanya
tentang sesuatu yang tidak diharamkan, lantas menjadi diharamkan lantaran
pertanyaannya itu. ( HR. Ahmad, Al-Bukhori dan Muslim )

Ketika bertanya mestinya dilakukan dengan cara dan bahasa yang


bagus.

Berkata Imam Maimun bin Mihron : Pertanyaan yang bagus menunjukkan separuh dari
kefahaman. ( AR. Al-Khothib Al-Baghdadi dalam Al-Jami )

Di antara akhlaq kepada guru adalah menegur guru bila melakukan


kesalahan dengan cara yang penuh hormat, sebagaimana sabda
Rosululloh :











: ,



Agama adalah nasihat. Kami ( Shahabat ) bertanya : Untuk siapa ? Beliau menjawab

: Untuk mentaati Alloh, melaksanakan Kitab-Nya, mengikuti Rosul-Nya untuk para


pemimpin kaum muslimin dan untuk orang-orang umum. ( HR. Ahmad, Muslim, Abu
Dawud, At-Tirmidzi dll )
1. Akhlak terhadap orang tua menurut etika :
Orang tua adalah oran yang telah merawat kita, menjaga, memelihara, dan
mendidik kita sejak kecil hingga kita menjadi dewasa. Mereka melakukannya secara
sunguh-sungguh dan penuh kasih sayang demi mengharapkan kehidupan kita yang
lebih baik. Bahkan orang tua dengan susah payah bekerja mencari nafkah untuk
membahagiakan kita.
Sedemikian besar peran orang tua dalam hidup kita, sehingga sudah sepantasnya kita
sebagai orang yang berpengetahuan haruslah menjaga etika kita terhadap orang tua.
Diantara bentuk-bentuk perbuatan kita yang sesuai dengan etika adalah :
1. Selalu taat kepada keduanya dan menjalankan segala perintahnya,
asalkan perintah itu tidak bertentangan dengan ajaran agama dan
tidak melanggar hukum yang berlaku di suatu tempat. Meskipun orang
tua kita berbuat aniaya kepada kita, tetaplah kita tidak boleh
menyinggung perasaan mereka ataupun membalas perbuatan yang
mereka terhadap kita. Baik bagaimanapun mereka tetaplah orang tua
kita yang telah merawat kita semenjak kita kecil.
Menurut ukuran umum, orang tua tidak akan berbuat aniaya kepada anaknya sendiri.
Jikalau terjadi aniaya, biasanya disebabkan oleh perbuatan si anak yang berbuat
keterlaluan kepada orang tua.
2. Jika hendak pergi hendaklah meminta izin kepada keduanya. Apabila
tidak diizinkan kita harus menerimanya dengan lapang dada.

3. Berbicaralah dengan lemah lembut, bermuka manis, dan berseri-seri.


Janganlah meninggikan suara ketika berbicara kepada orang tua dan
jangan pula menggunakan kata-kata yang kasar kepada keduanya.
4. Perhatikan

nasihat-nasihat

orang

tua

dan

janganlah

memotong

pembicaraannya.
5. Membantu pekerjaan orang tua dengan sekuat tenaga, terutama jika
orang tua sudah berusaha lanjut.
6. Selalu bersikap baik dan sopan santun baik dalam perbuatan maupun
perkataan.
7. Selalu menyambung silaturahim kepada keduanya meskipun kita
dalam perantauan ataupun kita sudah memiliki keluarga sendiri, selalu
menepati janji kita, dan menghormati sahabat-sahabat orang tua
dengan baik.
8. Selalu mendoakan orang tua agar diampuni dosa-dosanya oleh Allah
swt.
Sementara itu menurut imam al-Ghazali, etika anak terhadap orang tuanya adalah
sebagai berikut:
1. Mendengarkan pembicaraannya.
2. Melaksanakan perintahnya.
3. Tidak berjalan di depannya.
4. Tidak mengeraskan suara ketika berbicara kepadanya.
5. Menjawab panggilannya.
6. Berkemauan keras menyenangkan hatinya.
7. Menundukkan badannya.
8. Tidak mengungkit kebaikan kita terhadap mereka.
9. Tidak memandang dengan mata melotot dan tidak menatap matanya.
Itulah sebagian kecil bentuk akhlak anak terhadap orang tua menurut etika
1. Akhlak Kepada Guru Menurut Etika
Murid adalah orang yang sedang belajar dan menuntut ilmu kepada seorang guru.
Demi untuk keberkahan dan kemudahan dalam meraih dan mengamalkan ilmu atau

pengetahuan yang telah diperoleh dari seorang guru, maka seorang murid haruslah
memiliki akhlak atau etika yang benar terhadap gurunya.
Beberapa contoh etika murid terhadap guru (Muallim), diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Seorang murid hendaklah hormat kepada guru, mengikuti pendapat
dan petunjuknya.
2. Seorang murid hendaklah memberi salam terlebih dahulu kepada guru
apabila menghadap atau berjumpa dengan beliau.
3. Seorang murid hendaklah memandang gurunya dengan keagungan
dan meyakini bahwa gurunya itu memiliki derajat kesempurnaan,
sebab hal itu lebih memudahkan untuk mengambil manfaat dari
beliau.
4. Seorang murid hendaklah mengetahui dan memahami hak-hak yang
harus diberikan gurunya dan tidak melupakan jasanya.
5. Seorang murid hendaklah bersikap sabar jika menghadapi seorang
guru yang memiliki perangai kasar dan keras.
6. Seorang murid hendaklah duduk dengan sopan di hadapan gurunya,
tenang,

merendahkan

diri,

hormat

sambil

mendengarkan,

memperhatikan, dan menerima apa yang disampaikan oleh gurunya.


Jangan duduk sambil menengok kanan kiri kecuali untuk suatu kepentingan.
7. Seorang murid hendaklah ketika mengadap gurunya dalam keadaan
sempurna dengan badan dan pakaian yang bersih.
8. Seorang murid hendaklah jangan banyak bicara di depan guru ataupun
membicarakan hal-hal yang tidak berguna.
9. Seorang murid hendaklah jangan bertanya dengan tujuan untuk
mengujinya dan menampakkan kepandaian kepada guru.
10.

Seorang murid hendaklah jangan bersenda gurau di hadapan

guru
11.

Seorang murid hendaklah jangan menanyakan masalah kepada

orang lain ditengah majlis guru.

12.

Seorang murid hendaknya tidak banyak bertanya, apalagi jika

pertanyaan itu tidak berguna


13.

Jika guru berdiri, Seorang murid hendaklah ikut berdiri sebagai

penghormatan kepada beliau.


14.

Seorang murid hendaklah tidak bertanya suatu persoalan kepada

guru ketika sedang di tengah jalan.


15.

Seorang murid hendaklah tidak menghentikan langkah guru di

tengah jalan untuk hal-hal yang tidak berguna.


16.

Seorang murid hendaklah tidak berburuk sangka terhadap apa

yang dilakukan oleh guru ( guru lebih mengetahui tentang apa yang
dikerjakannya).
17.

Seorang murid hendaklah tidak

mendahului jalannya ketika

sedang berjalan bersama.


18.

Ketika guru sedang memberi penjelasan/ berbicara hendaklah

murid tidak memotong pembicaraannya. Kalaupun ingin menyanggah


pendapat beliau maka sebaiknya menunggu hingga beliau selesai
berbicara

dan

hendaknya

setiap

memberikan

sanggahan

atau

tanggapan disampaikan dengan sopan dan dalam bahasa yang baik.


19.

Apabila ingin menghadap atau bertemu untuk sesuatu hal maka

sebaiknya murid memberi konfirmasi terlebih dahulu kepada guru


dengan

menelphon

atau

mengirim

pesan,

untuk

memastikan

kesanggupannya dan agar guru tidak merasa terganggu.


20.

Murid haruslah berkata jujur apabila guru menanyakan suatu hal

kepadanya.
21.

Seorang

murid

hendaklah

menyempatkan

diri

untuk

bersilaturahim ke rumah guru di waktu-waktu tertentu, sebagai bentuk


rasa saying kita terhadap beliau.
22.

Meskipun sudah tidak dibimbing lagi oleh beliau ( karena sudah

lulus) murid hendaklah tetap selalu mengingat jasanya dan tetap terus
mendoakan kebaikan kebaikan atas mereka.
Bagaimanapun juga guru merupakan orang tua kedua kita setelah orang tua kita yang
di rumah. Mereka adalah orang tua kita saat kita berada di luar rumah. Jadi

sebagaiman kita menghormati orang tua kandung kita, maka kitapun juga harus
menghormati guru kita.
Sebagaimana disyiratkan dalam sabda Rasulullah SAW :
Tidak termasuk umatku orang yang tidak menghormati orang yang lebih tua dari kami,
tidak mengasihi orang yang lebih kecil dari kami dan tidak mengetahui hak orang alim
dari kami. (HR.Ahmad, Thabrani, dan Hakim dari Ubadah bin Shamit Ra.)
Pelajarilah oleh kalian ilmu, pelajarilah oleh kalian ilmu(yang dapat menumbuhkan)
ketenangan, kehormatan, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang yang kalian
menuntut ilmu darinya. (HR. Thabrani dari Abu Hurairah. Ra)
1. Kedudukan Guru
Bapak Guru lebih mulia dari bapak kandung . Sebab, Ibu Bapak itu mendewasakan
dari segi jasmani yang bersifat material, sedangkan Bapak/Ibu Guru mendewasakan
dari segi rohani yang bersifat spiritual dan universal.
Para Guru, Ustadz, Ustadzah, atau Mualim, Mursyid, selain mengantarkan kita menjadi
orang yang beramal sholih, mereka termasuk pewaris Nabi-Nabi, justru merekalah
penyalur pusaka dalam menjalankansyariat, akhlak, aqidah, dan mereka pula contoh
yang terdekat dengan kita. Berkaitan dengan hal tersebut, Nabi bersabda :
Ulama adalah penerima pusaka Nabi-Nabi. (HR. al-Tirmizi dan Abu Daud).
Sehubungan dengan hadist tersebut, maka kita diperintahkan untuk menghormati para
Ulama, meski bukan Guru kita. Begitupula dengan para DaI dan Muballigh selaku
penyalur risalah kenabian, yang kini disebut Dawah atau Kulyah Agama. Adapun
Ulama yang sebenarnya adalah yang berilmu, dan beramal dengan ilmunya itu, serta
ilmudan amalanya tersebut sesuai dengan Al-Quran dan Hadist.

Anda mungkin juga menyukai