Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Islam
Oleh :
Nur Laili Husnina (2022010020)
Asy Sifa Patricia Pratama (2022010021)
Nur Maulidina Zahrotul Afiyah (2022010031)
Daftar Isi........................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................2
A. Biografi Haidar Baghir...........................................................................2
B. Pemikiran Filsafat Islam Haidar Bagir...................................................2
C. Karya-Karya Haidar Baghir...................................................................6
BAB III PENUTUP.......................................................................................................8
1. Kesimpulan.............................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................9
i
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan ditulisnya makalah ini adalah untuk mengetahui biografi dari Haidar Bagir,
mengetahui pemikiran filsafat islam menurut pandangan Haidar Bagir, serta mengetahui
karya-karya yang di buat oleh Haidar Bagir.
BAB II
1
Hsyimsyah Nasution, filsafat islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999)h.9
1
PEMBAHASAN MASALAH
Haidar Bagir lahir di Solo, 20 februari tahun 1957. Seorang pengusaha, filantropis,
penulis, dosen, dan presiden direktur Mizan Group yang berdiri pada tahun 1983. Haidar
Baghir meraih S-1 jurusan teknologi industri ITB bandung pada tahun 1982, S-2 dari pusat
studi timir tengah, Harvard University, AS pada tahun 1992, dan S-3 dari jurusan filsafat
Universitas Indonesia. juga dosen di Islamic college for advanced studies (ICAS) Jakarta.
ketua yayasan Lazuardi Hayati (organisasi induk yang menaungi jaringan sekolah dari TK
sampai SMA di beberapa kota di Indonesia). pendiri YASMIN (Yayasan Manusia Indonesia)
lembaga filantropis yang melayani santunan pendidikan dan kesehatan di Jakarta, ketua
IIMAN (pusat tasawuf postif). 2
Haidar Baghir juga merupakan penerima tiga beasiswa fullbright selama beberapa tahun
berturut-turut masuk di dalam daftar 500 most influential muslim (Islamic strategic center)
tahun 2011. Haidar Baghir juga menjadi kordinator regional International Society for Islamic
Philosophy untuk wilayah Indonesia, Australia, dan Selandia baru. Haidar Baghir cinta dan
spiritualis Islam kepada masyarakat muslim.
2
Filsafat bisa mengambil peranan, yaitu untuk membuka wawasan berpikir umat untuk
bersikap lebih sophisticated, adil, dan apresiatif dalam meneliti berbagai agama dan
kepercayaan yang dianut oleh berbagai kelompok manusia4.
Filsafat Islam pada akhirnya bisa dilihat sebagai gabungan antara pemikiran liberal dan
agama. Filsafat bisa disebut sebagai liberal dalam hal pengandalan nya pada kebenaran-
kebenaran primer dan metode demonstrasional untuk membangun argumentasi-
argumentasinya. Sejak awal sejarah filsafat Islam ketika pengaruh Aristoteliansme masih
kuat dalam bentuk mistisme, iluminsime, teosofi, dan hikmah ('aql) selalu dipahami secara
bertingkat-tingkat, dari akal material hingga "akal suci".
Akal dalam aktualisasi nya dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan kontak
(itthisal) dengan akal aktif (' aql al-fa'al).
Dalam kebebasan berpikir tidak sama dengan kebebasan berbuat. Berpikir itu secara
kodrati bersifat bebas, dan kebebasan berpikir ini menjadi suatu fitrah yang sudah semestinya
terjadi pada manusia. Kebebasan berpikir tidak perlu ditakuti, karena dalam taraf berpikir
tidak bisa dikenakan sanksi moral apapun. Sanksi moral hanya dapat digunakan pada suatu
tindakan atau perbuatan yang dilakukan penuh kesadaran. Oleh karena itu, kesalahan dalam
berpikir tidaklah kriminal, bukan suatu kejahatan.
Menurut Haidar Bagir filsafat adalah suatu disiplin ilmu mengenai hakikat tentang segala
sesuatu dengan penerapan metode secara ilmiah. Filsafat itu metodologinya sangat ketat dan
semuanya dapat dipertanggungjawabkan secara intelektual dan ilmiah. Pembahasan filsafat
ini mecakup tentang Tuhan, psikolog, metafisika, kosmologi dan segala sesuatu yang ada
didunia ini. Haidar Bagir juga menyebutkan peranan penting filsafat yaitu agar membuka
wawasan atau cara berfikir kita untuk bersikap adil dalam penelitian.
3
Filsafat islam bukan filsafat yang dibangun dari tradisi filsafat Yunani yang bercorak
rasionalistik, tetapi dibangun dari sunnah Nabi dalam berpikir yang rasional dan transdental.
Ada juga yang menamakan filsafat islam dengan filsafat arab, sebab yang melakukan
aktivitas filsafat adalah orang-orang yang berasal dari kebangsaan arab dengan menggunakan
bahasa arab.
Dalam khazanah filsafat Islam, pengenalan model pengetahuan yang bersifat rasional
tidak berhenti dalam alur metodologi berfikir, melainkan berlanjut dalam pemaknaan
spiritualis. makna spiritualis hadir bersamaan dengan telaah reflektif-kontemplatif.
Dalam contoh konkret adalah filsafat al-Farabi, yang tidak hanya sekedar berfilsafat
untuk menghantarkannya kepada pendalaman logika yang rasional, menyusun konsep-konsep
kefilsafatan, seperti teori emanasi dan teori ke negaraan, tetapi lebih jauh lagi ia masuk dalam
pengalaman spiritualitas menjalani kehidupan sufi.
Objek filsafat islam ialah objek kajian filsafat pada umumnya, yaitu realitas baik yang
material maupun yang ghaib. perbedaannya terletak pada subjek yang mempunyai komitmen
Qur'ani5. Filsafat Islam membahas hakikat semua yang ada, sejak dari tahapan ontologis,
hingga menjangkau dataran yang metafisis.
Kajian filsafat Islam terhadap obyeknya (obyek material), dari waktu ke waktu mungkin
tidak berubah, tetapi corak dan sifat serta dimensi yang menjadi tekanan atau fokus kajiannya
harus berubah dan menyesuaikan dengan perubahan, serta konteks kehidupan manusia dan
semangat baru dalam setiap perkembangan zaman6.
Filsafat abad pertengahan membedakan antara obyek material dan obyek formal. Objek
material mengarah pada keseluruhan eksistensi yang merupakan kedalaman subyek. Para
filosofis dan saintis berpendapat bahwa obyek material pengetahuan tidak lain adalah
manusia itu sendiri. Manusia sebagai wujud material bukan dalam pengertian matrealistis
metafisis sebagaimana feurbach mengartikan manusia merupakan entitas sempurna dari "ada"
nya di dunia7. Sementara obyek formal itu menyangkut ciri atau dimensi khas yang lebih
5
Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam. (Bandung, Pustaka Setia, 2009) hal. 32
6
Musa Asy'arie, Filsafat Islam sunah nabi dalam berpikir, (Yogyakarta: Lembaga studi filsafat islam,
2001), hal. 33
7
Dagobert D Runes, The Dictionary of Philosophy, New Jersey: Litlie Field, Adam& Company, 1967
4
dilihat sebagai watak karakteristik disiplin pengetahuan yang berbeda-beda. Obyek formal
inilah yang membedakan kekhususan masing-masing ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa objek filsafat itu sama dengan objek ilmu
pengetahuan, bila ditinjau secara material, dan berbeda bila secara formal. Adapun objek
kajian filsafat Islam itu sendiri mencakup Tuhan, Alam, dan manusia yang bersumber pada
Al-Qur'an, Hadist, dan Akal8.
Peripatetisme sendiri berasal dari sebuah kata Yunani (peripatos) yang berarti berjalan
mondar-mandir. Penggunaan isltilah ini merujuk pada kebiasaan Plato untuk berjalan
mondar-mandir ketika mengajar filsafat, meski penamaan ini sama sekali tidak tidak
menggambarkan ciri utama aliran ini, ia dengan jelas menunjukan pengaruh utama filsafat
Yunani atas peripatetisme islam ini. Peripatetisme Islam memang dibangun atas dasar
Aristotelianisme dan (Neo)-Platonisme. 10
Iluminisme dan teosofi adalah metode intuitif atau eksperiensial, peran intuisi ini pada
kenyataannya, tidak hanya ditemukan oleh para pemikir keagamaan, tetapi juga telah
dilontarkan Aristoteles jauh-jauh hari sejak abad ke-4. Prinsip dasar Iluminisme, seperti juga
8
Dedi Supriyadi, Pengantar Ilmu Filsafat islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hal. 33
9
Haidar Bagir, Buku Saku Filsafat Islam, ( Bandung: Mizan Pustaka, 2006), hal 91-92
10
Haidar Bagir, Buku Saku Filsafat Islam, ( Bandung: Mizan Pustaka, 2006), hal 91-9
5
sufisme adalah mengetahui bahwa segala sesuatu adalah untuk memperoleh suatu
pengalaman tentangnya, yang berarti intuisi langsung atas hakikat sesuatu.
Sedikit tentang ontologi, Peripatetisme islam tas secara khusus memberikan perhatian
pada aspek ontology. Ontologi iluminisme berlandaskan filsafat cahaya (nur), yakni
pengidentikkan wujud dengan cahaya, dan nonwujud atau niruwujud dengan kegelapan.
Diantara keduanya terdapat lapisan-lapisan wujud antara cahaya dan kegelapan.
6
7
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari pembahasan tentang pemikiran filsafat islam Haidar Baghir dapat disimpulkan
bahwa, filsafat islam adalah berfikir yang bebas, radikal, dan berada pada taraf makna.
Filsafat islam bukan filsafat yang dibangun dari tradisi filsafat Yunani yang bercorak
rasionalistik, tetapi dibangun dari sunnah Nabi dalam berpikir yang rasional dan transdental.
ada lima aliran dalam filsafat islam yaitu:
8
DAFTAR PUSTAKA
Bagir, Haidar. 2006. Buku Saku Filsafat Islam. Bandung: Mizan Pusataka.
Supriyadi, Dedi. 2009. Pengantar Ilmu Filsafat islam. Bandung: Pustaka Setia.
Dagobert D Runes, The Dictionary of Philosophy, New Jersey: Litlie Field, Adam& Company,
1967.
lampiran buku Islam Risalah Cinta dan Kebahagiaan oleh Haidar Bagir