Anda di halaman 1dari 56

IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK RANAH AFEKTIF

DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

DI KELAS XI SEMESTER GANJIL SMA NU GENTENG BANYUWANGI

TAHUN PELAJARAN 2020-2021

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:
Andi Ariansyah

NIM: 2016390100216
NIMKO: 2016.4.039.0101.1.003746

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY

GENTENG BANYUWANGI
2020
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1


A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................4
D. Manfaat Penelitian ...............................................................................................5
E. Definisi Konsep dan Operasional .........................................................................6
1. Definisi Konsep ............................................................................................ 6

2. Definisi Operasional ..................................................................................... 8

BAB II KAJIAN TEORI............................................................................................. 10


A. Kajian Teori ...................................................................................................... 10
1. Implementasi ............................................................................................... 10

2. Penilaian ........................................................................................................ 11

3. Penilaian Autentik ......................................................................................... 11

a). pengertian penilaian autentik ............................................................ 11

b). Karakteristi penilaian autentik .......................................................... 12

c). Jenis-jenis penilaian autentik ............................................................ 13

3. Penilaian Autentik Ranah Afektif ................................................................... 17

a. Pengertian Penilaian Autentik Ranah Afektif .......................................... 18

b. Karakteristik Penilaian Autentik Ranah Afektif ...................................... 19

c. Instrumen Penilaian Aitentik Ranah Afektif ............................................ 19

2. Sejarah Kebudayaan Islam ........................................................................... 20

a. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam .................................................... 20

b. Tujuan dan Fungsi Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) ...... 22

c. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) ........... 23

B. Kajian Teori dalam Perspektif Islam .................................................................. 23


1. Penilaian Autentik Ranah Afektif ................................................................ 23

i
C. Kajian Penelitian Yang Relefan ......................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................. 25
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ......................................................................... 25
B. Kehadiran Peneliti ............................................................................................. 26
C. Subjek Penelitian ............................................................................................... 26
D. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................ 27
E. Sumber Data...................................................................................................... 27
F. Prosedur Pengumpulan Data .............................................................................. 28
G. Teknik Analisis Data ......................................................................................... 33
H. Pengecekan Keabsahan Data.............................................................................. 34
I. Tahap-Tahap Penelitian Data ............................................................................. 35

DAFTAR PUSTAKA 36

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi untuk memiliki spiritual ke agama, pengolaan diri,
kepribadian kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan yang diperlukan
masyarakat, bangsa dan Negara. Abdul Rahman ( 2005: 37)
Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang urgen bagi manusia.
Pendidikan diakui sebagai salah satu jalan yang dapat menambah
pengetahuan seseorang. Karena pendidikan merupakan suatu bidang yang
dapat menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, terdidik
dan mampu menjadi manusia yang berpikir, serta dengan dibantu pendidikan
seseorang dapat lebih berkembang dan berproduktif. UUD (2013: No. 20)
Pendidikan menjadi tujuan pembangunan nasional Negara Indonesia,
sebagaimana yang tercantum dalam UUD alinea ke-4 yaitu ingin
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan menurut UU No.20 pasal 1 ayat
1 Tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendaliaan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. UUD
(2013: No. 20)
Pendidikan merupakan syarat mutlak menuju pembangunan manusia
seutuhnya. Kemudian pendidikan sangat menjadi perhatian bagi masyarakat
maupun pemerintah, karena melalui pendidikan akan dapat menuju kehidupan
yang lebih baik dan dapat mencerdaskan bangsa, karena dan pembangunan
kita tidak hanya membangun dibidang fisik saja, akan tetapi di bidang akhlak

1
dan sejarah tidak kalah pentingnya, sehingga pembangunan manusia
seutuhnya dapat tercapai. Kunandar (2015: 36)
Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat
hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera
dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Pendidikan
merupakan salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan
nasional, dijadikan andalan utama untuk berfungsi semaksimal mungkin
dalam upaya kualitas hidup manusia, dimana iman dan taqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa menjadi sumber motivasi kehidupan segala bidang.
Kunandar (2015: 36)
Munculnya kurikulum 2013 mempertegas adanya pergeseran dalam
pelaksanaan sistem penilaian yakni dari sistem penilaian yang hanya
menggunakan tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil
saja), menuju penilaian autentik (mengukur kompetensi sikap, keterampilan,
dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil). Kunandar (2015: 36)
Terkait dengan implementasi kurikulum, penilaian merupakan bagian
terpenting dalam perangkat kurikulum yang dilakukan untuk mengukur dan
menilai tingkat pencapaian kompetensi. Penilaian juga seharusnya digunakan
untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam proses pembelajaran.
Sebuah proses pembelajaran yang bermakna memerlukan sistem penilaian
yang baik, terencana dan berkesinambungan. Ridwan Abdullah Sani (2016:
1)
Munculnya kurikulum 2013 mempertegas adanya pergeseran dalam
pelaksanaan sistem penilaian yakni dari sistem penilaian yang hanya
menggunakan tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil
saja), menuju penilaian autentik (mengukur kompetensi sikap, keterampilan,
dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil). Kunandar (2015: 36)
Penilaian autentik akan membawa pengaruh positif bagi berlangsungnya
pembentukan karakter peserta didik yang berlangsung secara terintegritas.
Manfaat penilaian autentik antara lain, ketika melakukan penilaian, banyak
kegiatan yang akan lebih jelas apabila diniai langsung umpamanya

2
kemampuan berargumentasi atau berdebat, keterampilan melaksanaan
percobaan dan dapat mengetahui tingkat pencapaian kompetensi siswa,
memberikan umpan balik bagi siswa. Penilaian autentik dilakukan pada saat
proses pembelajaran berlangsung, maka nilai yang didapatkan sesuai dengan
kemampuan siswa. Abdul Majid (2015: 58)
Salah satu tugas utama dari seorang guru selain mengajar dikelas yaitu
melakukan penilaian. Penilaian pembelajaran merupakan bagian integral dari
keseluruhan proses pembelajaran sehingga kegiatan penilaian harus dilakukan
guru atau pengajar sepanjang rentang waktu berlangsung pada proses
pembalajaran. Kemampuan untuk melakukan penilaian merupakan
kemampuan yang dipersyaratkan bagi setiap pengajar yang menjadi salah satu
indikator kualitas kompetensi guru.
Permasalahan yang dihadapi dalam upaya perbaikan penilaian proses dan
hasil belajar adalah dari kesulitan mengubah paradigma guru tentang
penilaian yang seharusnya dilakukan. Pada umumnya, guru di Indonesia
hanya mengenal instrumen penilaian berupa tes dan menganggap bahwa
penilaian hanya perlu dilakukan setelah peserta didik menyelesaikan proses
belajar. Tidak mudah bagi guru untuk memberi kesempatan pada peserta
didik untuk terlibat dalam proses penilaian.
Dalam evaluasi pelaksanaan Kurikulum 2013 pada tingkat SMA pada
tahun 2014 menunjukkan bahwa salah satu kesulitan guru dalam
melaksanakan Kurikulum 2013 adalah dalam melaksanakan penilaian. Lebih
dari 50% responden guru menyatakan bahwa mereka belum dapat merancang,
melaksanakan, dan mengolah hasil penilaian dengan baik. Kesulitan yang
utama adalah dalam merumuskan indikator, menyusun butir-Butir instrumen
dan melaksanakan penilaian sikap dengan berbagai macam teknik. Selain itu,
banyak di antara guru yang kurang percaya diri dalam melaksanakan
penilaian keterampilan. Mereka belum sepenuhnya memahami bagaimana
menyusun instrumen dan rubrik penilaian keterampilan. Akhmad Derajat
Guru telah terbiasa menggunakan penilain hanya dengan menggunakan
angka saja, sehingga penilaian secara kualitatif yang mencakup informasi

3
tentang kelemahan dan kelebihan peserta didik sangat sulit dilakukan.
Ridwan Abdullah Sani (2016: 1)
Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat masalah
penelitian yang berjudul “Implementasi Penilaian Autentik Ranah Afektif
dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di SMA NU Genteng
Banyuwangi Kelas Xi Semester Ganjil Tahun Ajaran 2019-2020”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan di angkat menjadi topik permasalahan dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan penilaian autentik ranah afektif dalam
Pembelajaran Pada Mata Pelajaran SKI di SMA NU Genteng
Banyuwangi?
2. Apa saja faktor pendukung dalam pelaksanaan evaluasi autentik ranah
afektif pada mata pelajaran SKI di SMA NU Genteng Banyuwangi?
3. Apa saja faktor penghambat dalam Pelaksanaan Penilaian autentik ranah
afektif dalam pembelajaran di SMA NU Genteng Banyuwangi?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum untuk menggali informasi tentang Pelaksanaan
Evaluasi pembelajaran SKI di SMA NU Genteng Banyuwangi yaitu sebagai
berikut:
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan penilaian autentik ranah
afektif pembelajaran pada mata pelajaran SKI di SMA NU Genteng
Banyuwangi.
2. Untuk mengetahui factor pendukung dalam pelaksanaan evaluasi
pembelajaran pada mata pelajaran SKI di SMA NU Genteng
Banyuwangi.
3. Untuk mengetahui factor penghambat dalam pelaksanaan evaluasi
autentik ranah afektif pada mata pelajaran SKI di SMA NU Genteng
Banyuwangi.

4
D. Manfaat
1. Secara Teoretis
a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi sebagai
masukan bagi lembaga-lembaga pendidikan yang telah menerapkan
kurikulum 2013 yang berguna untuk meningkatkan mutu pendidikan,
khususnya bagi para pendidik
b. Diharapkan dapat memberikan sumbangan teori tentang evaluasi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, khususnya pada mata
pelajaran SKI
c. Memperkaya khasanah pustaka teori tentang pendidikan Islam.
2. Secara Praktis
a. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan sehingga
aktivitas belajar siswa meningkat dan tercapai tujuan belajar.
b. Bagi Guru
Diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan proses
belajar mengajar (PMB), pendidikan yang mereka hadapi dan
mendapat tambahan wawasan serta keterampilan pembelajaran yang
dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di SMA NU
Genteng Banyuwangi
c. Bagi Sekolah
dapat memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran di Sekolah. Dari hasil penelitian ini di harapkan dapat
memberikan sumbangan keilmuan bagi para guru di SMA NU
Genteng Banyuwangi sehingga dapat memaksimalkan evaluasi dalam
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
d. Bagi peneliti
sebagai tambahan khazanah keilmuan dan memperkaya wawasan
tentang pelaksanaan penilaian autentik ranah afektif.

5
E. Deskripsi Konsep Dan Oprasional
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan oleh peneliti, agar tidak meluas
dan terjadi penyimpangan maka perlu pembatasan mengenai judul skripsi
yang telah di ajukan. Berikut beberapa istilah yang akan ditentukan dalam
penelitian yang berkaitan dengan judul skripsi:
1. Definisi konsep
a. Implementasi penilaian autentik ranah afektif dalam pembelajaran
sejarah kebudayaan islam
1) Implementasi
Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan,
atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan
sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk
mencapai tujuan kegiatan”(Usman 2002:70).
2) Penilaian Autentik
Menurut Abdul Majid dalam Supardi mendefinisikan Penilaian
autentik merupakan penilaian yang sebenarnya terhadap hasil
belajar siswa. Penilaian yang sebenarnya tidak hanya melihat
hasil akhir, tetapi kemajuan hasil belajar siswa dinilai dari proses
hingga dalam penilaian sebenarnya tidak bisa dilakukan hanya
dengan satu cara tetapi menggunakan berbagai ragam cara
penilaian. Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan oleh
guru untuk mengumpulkan sebuah informasi tentang
perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa. Supardi (2015:
24)
3) Autentik Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan
nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan,
minat, sikap, emosi atau nilai. Kemampuan afektif berhubungan
dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab,

6
kerja sama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai
pendapat orang lain dan kemampuan mengendalikan diri.
Kunandar (2015: 104)
Menurut Sudjana afektif merupakan ranah/aspek yang
berhubungan erat pada nilai dan sikap. Mardapi (2018: 30)
4) Instrumen Autentik Ranah Afektif
Menurut dr. Kunandar Instrument yang digunakan dalam
penilaian sikap yaitu
a) Observasi atau pengamatan perilaku dengan alat lembar
pengamatan atau observasi
b) Penilaian diri
c) Penilaian teman sejawat oleh peserta didik
d) Jurnal
e) Wawancara dengan alat bantu pertanyaan-pertanyaan
lansung. Kunandar (2015: 119)
5) Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Menurut Oemar Hamalik (2013: 57) pembelajaran adalah
suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan
sejarah kebudayaan Islam adalah peristiwa-peristiwa yang
sungguh terjadi pada masa lampau yang seluruhnya berkaitan
dengan agama Islam. Cakupan dari sejarah kebudayaan Islam
berkaitan dengan sejarah proses petumbuhan, perkembangan dan
penyebaran Islam, tokoh-tokoh yang melakukan perkembangan
dan penyebaran agama Islam, sejarah kemajuan dan kemunduran
yang dicapai umat Islam dalam berbagai bidang, seperti dalam
bidang ilmu pengetahuan agama dan umum, seni tingkah laku
kehidupan, pemerintahan, peperangan, pendidikan dan lain
sebagainya.

7
1. Definisi Operasional

Definisi operasional atau istilah yang diperlukan apabila diperkirakan

akan timbul perbedaan pengertian atau kekurangan kejelasan makna,

maka dalam definisi operasional ini, peneliti memaparkan proses

berpikir afektif

1. Kemampuan Menerima

Kemampuan menerima adalah kepekaan seseorang dalam

menerima rangsangan atau stimulus dari luar yang datang kepada

dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain- lain.

Dalam kegiatan belajar hal itu dapat ditunjukkan dengan adanya

suatu kesenangan dalam diri peserta didik terhadap suatu hal yang

menyangkut belajar, misalnya senang mengerjakan soal-soal,

senang membaca, dan senang menulis. Contoh hasil belajar afektif

jenjang menerima adalah peserta didik menyadari bahwa disiplin

wajib ditegakkan, sifat malas dan tidak disiplin harus disingkirkan

jauh-jauh.

2. Kemampuan Merespons

Kemampuan merespon adalah kemampuan yang dimiliki oleh

seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam

fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah

satu cara. Misalnya senang membaca buku, senang bertanya,

senang membantu teman, senang dengan kebersihan dan kerapian.

Contoh hasil belajar afektif jenjang menanggapi adalah peserta

8
didik tumbuh hasrat nya untuk mempelajari lebih jauh atau

menggali lebih dalam lagi tentang konsep disiplin. (Abdul Majid,

2014:48)

3. Kemampuan Menilai

Kemampuan menilai adalah kemampuan memberikan nilai atau

penghargaan suatu kegiatan atau objek, sehingga kegiatan itu tidak

dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.

Dalam kegiatan belajar dapat ditunjukkan antara lain melalui rajin,

tepat waktu, disiplin, mandiri, objektif dalam melihat dan

memecahkan masalah. Valuing merupakan tingkatan afektif yang

lebih tinggi lagi dari pada receiving dan responding. Contoh hasil

belajar afektif tumbuhnya kemauan yang kuat pada diri peserta

didik untuk berlaku disiplin, baik di sekolah, rumah maupun

masyarakat. (Kunandar, 2015:110-111)

4. Kemampuan Mengatur atau Mengorganisasikan

Kemampuan megatur atau mengorganisasikan artinya

menyatukam nilai- nilai yang berbeda,

menyelesaikan/memecahkan masalah, membentuk suatu sistem

nilai. Contoh hasil belajar afektif pada jenjang kemampuan

mengorganisasikan adalah peserta didik mendukung penegakan

disiplin. (Abdul Majid, 2014:48)

9
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori
1. Implementasi
Menurut Mulyadi (2015:12), implementasi mengacu pada tindakan
untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu
keputusan. Tindakan ini berusaha untuk mengubah keputusan-keputusan
tersebut menjadi pola-pola operasional serta berusaha mencapai
perubahanperubahan besar atau kecil sebagaimana yang telah diputuskan
sebelumnya. Implementasi pada hakikatnya juga merupakan upaya
pemahaman apa yang seharusnya terjadi setelah program dilaksanakan.
Dalam tataran praktis, implementasi adalah proses pelaksanaan
keputusan dasar. Proses tersebut terdiri atas beberapa tahapan yakni:
a. Tahapan pengesahan peraturan perundangan.
b. Pelaksanaan keputusan oleh instansi pelaksana.
c. Kesediaan kelompok sasaran untuk menjalankan keputusan.
d. Dampak nyata keputusan baik yang dikehendaki maupun tidak.
e. Dampak keputusan sebagaimana yang diharapkan instansi pelaksana.
f. Upaya perbaikan atas kebijakan atau peraturan perundangan.
Proses persiapan implementasi setidaknya menyangkut beberapa
hal penting yakni:
a. Penyiapan sumber daya, unit dan metode.
b. Penerjemahan kebijakan menjadi rencana dan arahan yang dapat
diterima dan dijalankan.
c. Penyediaan layanan, pembayaran dan hal lain secara rutin
Menurut Usman (2002: 70) implementasi adalah bermuara pada
aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu. Implementasi
bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan terencara untuk mencapai
tujuan kegiatan.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), implementasi
mengandung arti pelaksanaan atau penerapan. Artinya yaitu yang
dilakukan dan diterapkan adalah kurikulum yang telah dirancang atau di
desain yang kemudian dijalankan sepenuhnya.
Implementasi disamping dipandang sebagai sebuah proses,
implementasi juga dipandang sebagai penerapan sebuah inovasi dan

10
senantiasa melahirkan adanya perubahan kearah inovasi atau perbaikan,
implementasi dapat berlangsung terus menerus sepanjang waktu. Nana
Syaodih sebagaimana dikutip oleh Syaifuddin mengemukakan bahwa
proses implementasi setidaknya ada tiga tahapan atau langkah yang harus
dilaksanakan, yaitu: tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
(Syaifudin, 2006: 100).
Menurut Oemar Hamalik (2007: 237) implementasi merupakan
suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam bentuk
tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan
pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap. Implementasi
biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap fix..
2. Penilaian
Assessment ialah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa
memastikan bahwa sisa mengalami proses pembelajaran dengan benar.
Trianto (2013:118)
Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud
Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Menurut
Permendikbud tersebut standar penilaian pendidikan adalah kriteria
mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar
peserta didik. (Undang-undang No. 66 Tahun 2013)
Penilaian adalah mengambil suatu keputusan,terhadap sesuatu
dengan mengacu kepada ukuran tertentu seperti baik dan buruk, pandai
atau bodoh, ringgi atau rendah dan lain sebagainya. Supardi (2016: 11)
3. Penilaian Autentik
Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang
menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil
dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan
kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti
(KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Kunandar (2015: 35)
Menurut Abdul Majid dalam Supardi mendefinisikan Penilaian
autentik merupakan penilaian yang sebenarnya terhadap hasil belajar
siswa. Penilaian yang sebenarnya tidak hanya melihat hasil akhir, tetapi
kemajuan hasil belajar siswa dinilai dari proses hingga dalam penilaian
sebenarnya tidak bisa dilakukan hanya dengan satu cara tetapi
menggunakan berbagai ragam cara penilaian. Penilaian nyata adalah
proses yang dilakukan oleh guru untuk mengumpulkan sebuah informasi
tentang perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa. Supardi (2016:
24)

11
Menurut Puckett dan Black, penilaian autentik bertujuan untuk
menyediakan informasi yang valid dan akurat mengenai hal yang benar-
benar diketahui dan dapat dilakukan oleh peserta didik. Aktivitas peserta
didik terdiri atas aktivitas nyata yang dapat diamati dan aktivitas
tersembunyi yang tidak dapat diamati seperti berpikir, dan tanggapannya
peserta didik terhadap pengalaman tertentu. Aktivitas ini dapat meliputi
keduanya baiknya nyata maupun tersembunyi yang pada dasarnya
mencakup 3 aspek : kognitif yaitu proses mengetahui dan berpikir, afektif
atau perasaan dan emosi, serta psikomotor atau keterampilan. Undang
Rosidin (2016: 1-2)
Elin Rosalin dalam Supardi menyebutkan bahwa penilaian autentik
ini merupakan penilaian yang sebenarnya terhadap perkembangan belajar
peserta didik sehingga penilaian tidak dilakukan dengan satu cara tetapi
bisa menggunakan berbagai cara. (Supardi 2016: 25)
Dari beberapa definisi diatas peneliti dapat mengambil kesimpulan
dari pengertian penilaian autentik adalah penilaian yang sebenarnya.
Penilaian suatu proses yang dilakukan guru dalam mengumpulkan
informasi tentang perkembangan belajar dan perubahan tingkah laku yang
telah dimiliki siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu
diketahui oleh guru agar dapat memastikan bahwa siswa mengalami
proses pembelajaran dengan baik dan benar
a. Karakteristik Penilaian Autentik
Karakteristik adalah sebagai berikut:
1) Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif. Artinya,
penilaian autentik dapat dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi terhadap satu atau beberapa kompetensi dasar
(formatif) maupun pencapaian kompetensi terhadap standar
kompetensi atau kompetensi inti dalam satu semester (sumatif).
2) Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta.
Artinya. Penilaian autentik itu ditujukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi yang menekankan aspek keterampilan
(skill) dan kinerja (performance), bukan hanya mengukur
kompetensi yang sifatnya mengingat fakta (hafalan dan ingatan).
3) Berkesinambungan dan terintegrasi.
Artinya, dalam melakukan penilaian autentik harus secara
berkesinambungan (terus-menerus) dan merupakan satu kesatuan

12
secara utuh sebagai alat untuk mengumpulkan informasi terhadap
pencapaian kompetensi peserta didik.
4) Dapat digunakan sebagai feedback.
Artinya, penilaian autentik yang dilakukan oleh guru dapat
digunakan sebagai umpan balik terhadap pencapaian kompetensi
peserta didik secara komprehensif. (Supardi 2016: 27)
b. Jenis-jenis Penilaian Autentik
Terdapat beberapa jenis penilaian autentik diantaranya adalah tes
tertulis, tes lisan, pengamatan sikap, penilaian diri, produk, unjuk
kerja, proyek, dan portofolio.
1) Tes Tertuli
Teknik ini dapat dilakukan dengan cara uraian (essay) maupun
objektif, seperti: benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan
melengkapi. (Abdul Majid 2015: )
2) Tes Lisan
Teknik ini menuntut jawaban lisan dari peserta didik.Untuk itu,
dalam pelaksanaannya pendidik harus bertatap muka secara
langsung dengan peserta didik.Pendidik juga harus membuat daftar
pertanyaan dan pedoman penskoran. (Supardi 2016: 28-23)
3) Pengamatan Sikap
Secara umum, pengertian pengamatan adalah cara menghimpun
bahan- bahan keterangan atau data yang dilakukan dengan
mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
Sedangkan sikap bermula dari perasaan yang terkait dengan
kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu atau objek.
Teknik penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa
cara.Teknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan
langsung, dan laporan pribadi. (Supardi 2016: 28-23)
4) Penilaian Diri
Penilaian diri (self assessment) merupakan suatu teknik penilaian
di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri
berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi
yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.Teknik penilaian
diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif,
dan psikomotorik. (Abdul Majid 2015: 66)
5) Penilaian Produk

13
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan
hasil (kualitas) suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian
kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan
seni. Teknik penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik
dan analitik.
a) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya
dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua
tahap proses pengembangan.
b) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari
produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal. (Abdul
Majid 2015: 66)
6) Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu.
Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian
kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu
seperti: praktek di laboratorium, praktek shalat, presentasi, dan
lain-lain. Teknik penilaian kinerja menggunakan daftar cek (check-
list) dan skala penilaian (rating scale). (Abdul Majid 2015: 66)
7) Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu
tugas yang harus diselesaikan dalam periode atau waktu
tertentu.Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui
pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan
penyelidikandan kemampuan menginformasikanpeserta didik pada
mata pelajaran tertentu.Penilaian proyek dilakukan mulai dari
perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. (Abdul
Majid 2015: 66)
8) Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang
didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan
perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode
tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya dari proses
pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik, hasil tes
(bukan nilai) atau bentuk informasi lain yang terkait dengan
kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran. Teknik penilaian

14
portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai
berikut:
a) Menjelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan
portofolio, tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja
pesertadidik yang digunakan oleh pendidik untuk penilaian,
tetapi dapat digunakan juga oleh peserta didik sendiri untuk
mengetahui kemampuan, keterampilan, dan minatnya.
b) Bersama peserta didik, tentukan sampel-sampel portofolio apa
saja yang akan dibuat.
c) Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap peserta didik,
dalam satu map atau folder dirumah masing-masing atau di
loker masing-masing di madrasah.Berilah tanggal pembuatan
pada setiap bahan informasi perkembangan peserta didik
sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu kewaktu.
d) Sebaiknya tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan
bobotnya dengan para peserta didik sebelum mereka membuat
karyanya.
e) Meminta peserta didik menilai karyanya secara
berkesinambungan.
f) Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio.
Kunandar (2015: 38)
c. Ruang Lingkup Penilaian Autentik
Ruang lingkup yang menjadi aspek penilaian dalam penilaian
autentik adalah aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dilakukan secara berimbang. Dalam penilaian setiap aspek
disesuaikan dengan teknik dan instrumen yang akan digunakan agar
hasil yang diperoleh dapat valid dan sesuai dengan apa yang
diharapkan. Undang Majid Rosidin (2016: 4)

Teknik dan instrument yang digunakan dalam setiap aspek adalah


sebagai berikut:

1) Penilaian Pengetahuan (kognitif)


Kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir yang
menurut Taksonomi Bloom secara hirarkis meliputi berbagai

15
tingkah laku dari tingkatan terendah sampai tertinggi, yaitu
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension),
penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis),
dan evaluasi (evaluation). Abdul Majid (2015: 152-154)
Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab
pertanyaan berdasarkan hafalan saja. Pada tingkat pemahaman,
peserta didik dituntut untuk menyatakan jawaban atas pertanyaan
dengan kata-katanya sendiri. Pada tingkat aplikasi, peserta didik
dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam suatu situasi
yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk
menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan
asumsi, membedakan fakta dan pendapat, dan menemukan
hubungan sebab akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik
dituntut merangkum suatu cerita, komposisi, hipotesis, atau
teorinya sendiri, dan mensintesiskan pengetahuan.Pada tingkat
evaluasi ,peserta didik mengevaluasi informasi seperti bukti
sejarah, editorial, teori-teori, dan termasuk di dalamnya
melakukan pertimbangan (judgment) terhadap hasilanalisis untuk
membuat keputusan. Abdul Majid (2015: 152-154)
Guru menilai kompetensi pengetahuan melalui: (a) Tes
tertulis dengan menggunakan butir soal, (b) Tes lisan dengan
bertanya langsung pada peserta didik menggunakan daftar
pertanyaan, (c) Penugasan atau proyek dengan lembar kerja
tertentu yang harus dikerjakan peserta didik dalam kurun waktu
tertentu. Abdul Majid (2015: 152-154)
Berdasarkan uraian diatas, penilaian kognitif berkaitan
dengan kecakapan intelektual. Pembelajaran kognitif memerlukan
penilaian kognitf yang didukung dengan instrumen penilaian,
pedoman penskoran, sampai dengan laporan hasil belajar pada
buku rapor.
2) Penilaian Sikap (afektif)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, afektif adalah
berkenaan dengan rasa takut atau cinta, mempengaruhi keadaan,
perasaan, dan emosi serta mempunyai gaya atau makna yang
menunjukkan perasaan. ( KBBI: 2016)
Menurut taksonomi Kratwohl, ranah afektif ini meliputi
berbagai tingkah laku dari tingkatan terendah sampai tertinggi,
yaitu penerimaan (receiving), partisipasi (responding), organisasi
(organization), dan pembentukan pola hidup (characterization by
a value or valuecomplex).

16
Dengan demikian, ranah afektif mengukur minat dan sikap
yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerja sama, disiplin,
komitmen, percaya diri, jujur dan menghargai pendapat orang
lain.
3) Penilaian Keterampilan (psikomotorik)
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill). Kunandar (2015: 119)
Menurut Mardapi bahwa pembejaran psikomotorik
meliputi:
gerakan refleks, gerakan dasar, gerakan persepsi(perceptual
abilities), gerakan terampil (skilled movements), gerakan indah
dan kreaktif (nondiscursive communication) Supardi (2016: 179)
Teknik dan instrumen penilaian yang ada dalam aspek
keterampilan berupa:
a) Penilaian unjuk kerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta
didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu
menggunakan tes praktik dengan menggunakan instrumen
lembar pengamatan (observasi).
b) Penilaian Proyek dengan menggunakan instrumen lembar
penilaian dokumen laporan proyek.
c) Penilaian portofolio dengan menggunakan lembar penilaian
dokumen kumpulan portofolio dan penilaian produk dengan
menggunakan instrumen lembar penilaian produk. Instrumen
yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating
scale) yang dilengkapi rubrik. (Kunandar, 2015 :263)
4. Penilaian Autentik Ranah Afektif
a. Pengertian Penilaian Autentik Ranah Afektif
Sebelum menjelaskan pengertian penilaian sikap perlu dijelaskan
terlebih dahulu pengertian sikap. Sikap bermula dari perasaan (suka
atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam
merespon sesuatu atau objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-
nilai atau pandangan hidup yang dimiliki seseorang. Sikap mengacu
kepada perbuatan atau prilaku seseorang, tetapi tidak berarti semua
perbuatan identik dengan sikap. Perbuatan seseorang mungkin saja
bertentangan dengan sikapnya. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi
prilaku atau tindakan yang diinginkan (Kunandar, 2013:99).

17
Ranah sikap berkaitan dengan hal-hal yang berkenaan dengan
sesuatu yang emosional, seperti perasaan, nilai-nilai, apresiasi,
antusiasme, motivasi, dan sikap. ( Prastowo, 2015:37)
Ranah sikap itu termasuk faktor-faktor seperti motivasi pebelajar,
sikapnya, persepsi, perasaan stereotipnya, dan nilai-niainya. Guru
dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran siswa degan
meperhatikan ranah sikap dalam perencanaaan pembelajaran serta
pada saat kegiatan belajar mengajar, bahkan saat menilai hasil belajar
siswa. ( Prastowo, 2015:37)
Kemampuan ranah sikap berhubungan dengan minat dan sikap
yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerja sama, disiplin,
komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan
kemampuan mengendalikan diri. Semua kemampuan ini harus
menjadi bagian dari tujuan pembelajaran di sekolah, yang akan
dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang tepat. Dari penjelasan
tersebut, dapat dikemukakan bahwa penilaian ranah sikap adalah
penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian
kompetensi sikap dari peserta didik yang meliputi aspek menerima
atau memperhatikan (receiving atau attending), merespons atau
menangapi (responding), menilai atau menghargai (valuing),
mengorganisasi atau mengelola (organization), dan berkarakter
(characterization). ( Prastowo, 2015:37)
Wood (1996) menyatakan bahwa penilain sikap adalah setiap
metode yang digunakan untuk mengungkapkan bagaimana seorang
siswa merasakan tentang dirinya, persepsi tentang citra dirinya, apa
yang berpengaruh terhadap prilakunya didalam masyarakat, kelas, dan
rumahnya (Basuki dan Haryanto, 2015:184).
b. Ruang Lingkup Penilaian Kompetensi Afektif
Pembelajaran yakni berkaitan dengan sikap yang terdiri atas lima :
(1) menerima atau memerhatikan (receiving atau attending), (2)
merespon atau menanggapi (responding), (3) menilai atau menghargai
(valuing), (4) mengorganisasi atau mengelola (organization), dan (5)
berkarakter (characterization).
Berikut ini penjelasan masing- masing proses berpikir afektif,
yakni
1) Kemampuan Menerima
Kemampuan menerima adalah kepekaan seseorang dalam
menerima rangsangan atau stimulus dari luar yang datang kepada
dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain- lain. Dalam
kegiatan belajar hal itu dapat ditunjukkan dengan adanya suatu

18
kesenangan dalam diri peserta didik terhadap suatu hal yang
menyangkut belajar, misalnya senang mengerjakan soal-soal,
senang membaca, dan senang menulis. Contoh hasil belajar afektif
jenjang menerima adalah peserta didik menyadari bahwa disiplin
wajib ditegakkan, sifat malas dan tidak disiplin harus disingkirkan
jauh-jauh.
2) Kemampuan Merespons
Kemampuan merespon adalah kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam
fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah
satu cara. Misalnya senang membaca buku, senang bertanya,
senang membantu teman, senang dengan kebersihan dan kerapian.
Contoh hasil belajar afektif jenjang menanggapi adalah peserta
didik tumbuh hasrat nya untuk mempelajari lebih jauh atau
menggali lebih dalam lagi tentang konsep disiplin. (Abdul Majid,
2014:48)
3) Kemampuan Menilai
Kemampuan menilai adalah kemampuan memberikan nilai atau
penghargaan suatu kegiatan atau objek, sehingga kegiatan itu tidak
dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.
Dalam kegiatan belajar dapat ditunjukkan antara lain melalui rajin,
tepat waktu, disiplin, mandiri, objektif dalam melihat dan
memecahkan masalah. Valuing merupakan tingkatan afektif yang
lebih tinggi lagi dari pada receiving dan responding. Contoh hasil
belajar afektif tumbuhnya kemauan yang kuat pada diri peserta
didik untuk berlaku disiplin, baik di sekolah, rumah maupun
masyarakat. (Kunandar, 2015:110-111)
4) Kemampuan Mengatur atau Mengorganisasikan
Kemampuan megatur atau mengorganisasikan artinya menyatukam
nilai- nilai yang berbeda, menyelesaikan/memecahkan masalah,
membentuk suatu sistem nilai. Contoh hasil belajar afektif pada
jenjang kemampuan mengorganisasikan adalah peserta didik
mendukung penegakan disiplin. (Abdul Majid, 2014:48)
c. Instrumen Ranah Afektif
Guru melakukan penilaian kopetensi sikap melalui
1. Observasi atau pengamatan perilaku dengan alat lembar
pengamatan atau observasi
2. Penilaian diri

19
3. Penilaian teman sejawat oleh peserta didik
4. Jurnal
5. Wawancara dengan alat panduan atau pedoman wawancara
(pertanyaan-pertanyaan)langsung (Kunandar, 2015:119)
d. Sejarah Kebudayaan Islam
1) Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
Sejarah dalam bahasa Arab berasal dari kata sajaratun yang
berarti pohon. Apa yang terjadi pada masa lampau merupakan
cerminan atau pelajaran masa kini dan yang akan datang. Sejarah
dalam pandangan Islam tidak hanya berbicara masalah data dan
fakta, akan tetapi sejarah merupakan dialektikal nilai, pertarungan
nilai. Karena sejarah membawa identitas sebuah identitas
masyarakat akan masa lalu nya (Darwin, 2013: 1). Jadi sejarah
adalah peristiwa atau kejadian masa lalu tidak hanya sekedar
memberi informasi tentang terjadinya peristiwa, tetapi juga
memberi interpretasi atas peristiwa yang terjadi dengan melihat
pada hukum sebab akibat.
Kata peradaban secara etimologi adalah terjemah dari kata
Arab al- hadharah. Istilah Arab ini juga sering diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia dengan “kebudayaan” Padahal istilah
kebudayaan dalam bahasa Arab adalah al-atsaqafah. Di Indonesia
sebagaimana juga di Arab dan Barat masih banyak yang
menyamakan dua kata “kebudayaan” al-tsaqafah (Arab) dan
culture (Inggris) dengan “peradaban” al-hadharah (Arab)
dan civilization (Inggris) sebagai istilah baku kebudayaan. Dalam
perkembangan ilmu antropologi kedua istilah itu dibedakan,
Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat
mendalam suatu masyarakat. Sedangkan manifestasi-manifestasi
kemajuan teknis dan teknologi lebih berkaitan dengan peradaban.
Kebudayaan lebih banyak difleksikan dalam seni, sastra, agama
dan moral, maka peradaban terfleksi dalam politik, ekonomi dan

20
teknologi. Kata “kebudayaan” berasal dari bahasa sansekerta
“budhayah”, ialah bentuk jamak dari “budhi” yang berarti
“budhi” atau “akal”. Demikian, kebudayaan itu dapat diartikan
hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Disamping itu
ada pula ahli yang berpendapat bahwa kata “kebudayaan” berasal
dari kata “budi” dan “daya”. Budi berarti “akal-fikiran” dan daya
berarti “tenaga, kekuatan dan sanggupan”. Maka kebudayaan
mengandung makna leburan daripada dua makna tadi, dan artinya
himpunan segala usaha dan daya yang dikerjakan dengan
menggunakan hasil pendapat budi, untuk memperbaiki sesuatu
dengan tujuan mencapai kesempurnaan (Fadli, 2008: 11).
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa kebudayaan sering
diartikan sama dengan peradaban. Kebudayaan sebagai bentuk
ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat.
Sedangkan peradaban sebagai bentuk manifestasi-manifestasi
kemajuan teknis dan teknologi.
Pada umumnya para ahli membagi agama menjadi 2,
yaitu: agama samawi (wahyu) dan agama ardhi (budaya). Agama
samawi adalah agama ciptaan Allah yang kemudian melalui
utusannya disampaikan kepada umat manusia. Sedangkan agama
ardhi adalah agama yang diciptakan manusia.
Definisi agama, Sidi Gazalba berpendapat bahwa agama
Islam adalah: “Kepercayaan kepada Allah dan melakukan ibadah
kepada-Nya berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist, yang membentuk
taqwa”. Hakikat definisi tersebut adalah hablum minAllah
(hubungan manusia dengan Allah). Jadi apabila didefinisikan
dengan kebudayaan Islam. Kebudayaan Islam ialah cara berfikir
dan cara merasa taqwa yang menyatakan diri dalam seluruh aspek
kehidupan sekumpulan manusia dengan membentuk masyarakat.
Esensi definisi kebudayaan Islam ialah cara hidup, dan esensi
definisi kebudayaan Islam ialah cara hidup taqwa.

21
Landasan peradaban Islam adalah kebudayaan Islam
terutama wujud idealnya, sementara landasan kebudayaan Islam
adalah agama. Jadi dalam Islam, tidak seperti pada masyarakat
yang menganut agama bumi (ardhi), agama bukanlah
kebudayaan tetapi dapat melahirkan kebudayaan. Jika
kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, maka
agama Islam adalah wahyu dari Tuhan (Yatim, 2011: 2).
Dari definisi sejarah, kebudayaan, Islam dapat disimpulkan
bahwa sejarah kebudayaan Islam adalah peristiwa atau kejadian
umat-umat Islam terdahulu yang dijadikan sebagai kemaslahatan
hidup dan kehidupan manusia saat ini sebagai pedoman untuk
menjadi lebih baik serta bahagia dunia akhirat.
2) Tujuan Sejarah Kebudayaan Islam
Tujuan mempelajari sejarah kebudayaan Islam sebagai
berikut:
a) Untuk menyelidiki dan mengetahui sejauh mana kemajuan
yang telah dicapai oleh Umat Islam terdahulu dalam
lapangan peradaban.
b) Untuk mengetahui perkembangan peradaban Islam
diberbagai negara, terutama negara-negara Islam.
c) Untuk menggali dan meninjau kembali faktor-faktor apa
yang menyebabkan kemajuan Islam dalam lapangan
peradaban dan faktor apa pula yang menyebabkan
kemundurannya, yang kemudian menjadi cermin bagi
masa- masa sesudahnya.
d) Untuk mengetahui dan memperbandingkan antara
peradabaan yang dijiwai oleh Islam dengan peradaban
yang lepas dari jiwa Islam, dan dari sini akan diketahui
mana peradaban Islam dan mana pula peradaban nonIslam
yang dicetuskan oleh hasil karya umat Islam.

22
e) Dengan mempelajari sejarah peradaban Islam kita akan
mengetahui sumbangan Islam dan umat Islam dalam
lapangan peradaban umat manusia di permukaan bumi ini
(fadli, 2008: 33).
3) Fungsi sejarah kebudayaan islam
Sebagai sebuah mata pelajaran yang diajarkan di madrasah,
sejarah kebudayaan islam mempunyai fungsi yang sangat penting
bagi pendidikan anak. Berikut dipaparkan fungsi Sejarah
kebudayaan islam:
a) Membantu peningkatan iman siswa dalam rangka
pembentukan pribadi muslim, disamping memupuk rasa
kecintaan dan kekaguman terhadap islam dan
kebudayaannya.
b) Memberi bekal kepada siswa dalam rangka melanjutkan
pendidikannya ketingkat yang lebih tinggi atau bekal
untuk menjalani kehidupan pribadi mereka, bila mereka
putus sekolah.
c) Mendukung perkembangan islam masa kini dan
mendatang, disamping meluaskan cakrawala
pandangannya terhadap makna islam bagi kepentingan
kebudayaan umat.
B. Kajian Teori berdasarkan Perspektif Islam
1. Penilaian autentik ranah afektif

C. Kajian Penelitian yang Relevan

No. Nama dan Judul Persamaan Perbedaan

23
1. Abdul Zen, Peneliti ini sama- Penelitian abdul Zen
“Penilaian Autentik sama melakukan menerapkan
Ranah Sikap pada Mata penelitian dengan penilaian autentik
Pelajaran Pndidikan menerapkan ranah afektif
Agama Islam Dan Budi penilaian autentik difokuskan pada
Pekerti Di Sd Pilot Project ranah afektif dan upaya meningkatkan
Kurikulum 2013 menggunakan hasil belajar siswa di
Kabupaten Purbalingga” jenis penelitian SD sedangkan
kualitatif deskriptif peneliti ini
memfokuskan pada
implementasi
penilaian autentik
ranah afektif di
SMA
2. WAHYU NITA, RATNA Peneliti ini sama- Penelitian WAHYU
and Dr. Wiwi Wikanta, sama melakukan NITA, RATNA and
M.Kes and Dra. Yuni penelitian dengan Dr. Wiwi Wikanta,
Gayatri, M.Pd menerapkan M.Kes and Dra.
“Identifikasi Dan penilaian autentik Yuni Gayatri, M.Pd
Pemetaan Bentuk Dan ranah afektif dan menggunakan
Ranah Kompetensi menggunakan penilaianj autentik
Instrumen Asesmen Mata jenis penelitian ranah afektif
Pelajaran Biologi Sma kualitatif deskriptif difokuskan pada
Muhammadiyah Se- upaya meningkatkan
Surabaya” meningkatkan
kinerja guru
sedangkan pada
ppenelitian penilaian
autentuk ranah
afektif difokuskan
pada implementasi

24
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Metode penelitian adalah rangkaian kegiatan pelaksanaan
penelitian, pengumpulan data dan analisis data dilakukan secara ilmiah,
baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif, eksperimental maupun non
eksperimental. Metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah
penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme atau enterpretif, digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci, Teknik pengumpulan data dilakukan secara
trianggulasi (gabungan observasi, wawancara dan dokumentasi), data
yang diperoleh cenderung data kualitatif, analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif bersifat untuk memahami
makna, memahami keunikan, mengkonstruksi fenomena, dan menemukan
hipotesis (Sugiyono, 2018: 9-10).
Melalui metode penelitian, peneliti mampu memahami dan
mendalami objek yang akan diteliti. Selain itu, peneliti mampu
memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi melalui
fakta itu dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud
mendapatkan fakta agar dapat memahami, menjelaskan. Melalui metode
penelitian, peneliti mampu memahami dan mendalami objek yang akan
diteliti.
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif peneliti berusaha
mendapatkan informasi yang selengkap mungkin terkait Implementasi Penilaian
Autentik Ranah Afektif Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Di Kelas
Xi Semester Ganjil Sma Nu Genteng Banyuwangi. Proses yang diterapkan dalam
penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi merupakan
tindakan-tindakan yang utama dan penting untuk menjadi sebuah rujukan untuk
pengumpulan data.

25
B. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti di lapangan dalam penelitian kualitatif adalah
suatu yang mutlak dan wajib, karena peneliti bertindak sebagai instrumen
penelitian sekaligus pengumpul data. Dalam penelitian ini peneliti
berperan sebagai partisipan dan juga pengamat penuh dalam penerapan
penilaian autentik ranah afektif yang diterapkan dalam proses
pembelajaran SKI di kelas XI SMA NU Genteng.
Sesuai dengan penelitian kualitatif, kehadiran peneliti di lapangan
adalah sangat penting dan diperlukan secara optimal. Peneliti merupakan
instrument kunci utama dalam mengungkapkan makna dan sekaligus
sebagai alat pengumpul data. Oleh karena itu peneliti juga harus terlibat
dalam kehidupan orang-orang yang diteliti sampai pada tingkat
keterbukaan antara kedua belah pihak. Oleh karena itu dalam penelitian ini
peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengamati dan mengumpulkan
data yang dibutuhkan.
Manfaat yang didapat dari kehadiran peneliti sebagai instrumen
adalah subjek lebih tanggap akan kehadiran dari peneliti, setiap keputusan
yang berhubungan dengan penelitian dapat diambil dengan cepat dan
terarah sesuai aturan, dengan demikian pula dengan informasi dapat
diperoleh melalui sikap dan cara informan dalam memberikan informasi.
Menurut Sugiyono (2008 : 306), penelitian kualitatif sebagai
human instrument, berfungsi menetapkanfokus penelitian, memilih
informan sumber data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat atas
temuannya

C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah beberapa pihak-pihak yang dapat
memberikan informasi sesuai dengan yang di butuhkan oleh penulis dalam
melakukan suatu penelitian. Subjek penelitian dapat dikatakan sebagai
subjek yang akan di tuju untuk diteliti oleh penulis. Dalam penelitian
kualitatatif penentuan subjek ditentukan dengan purposive sampling dan

26
snowball sampling. Purposive sampling adalah Teknik pengambilan
sampel yang didasarkan atas pertimbangan tertentu. Sedangkan snowball
sampling adalah sampel yang jumlahnya semakin lama semakin besar,
tetapi juga dipilih secara purposive. Jumlah sampel dan siapa yang akan
digunakan sebagai sampel, akan berkembang selama dilapangan, dan
pengambilan sampel akan dihentikan kalau datanya sudah jenuh
(Sugiyono, 2018: 24-25). Adapun subjek penelitian dalam penelitian ini
diambil melalui Teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel
yang didasarkan atas pertimbangan tertentu, maka subjek penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1 Guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Kelas Xi Semester Ganjil Sma
Nu Genteng Banyuwangi
2 Peserta didik atau siswa kelas XI Semester Ganjil Sma Nu Genteng
Banyuwangi

D. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di SMA NU Genteng Banywangi
dikhususkan kepada siswa dan siswi kelas XI tahun pelajaran 2020/2021
pada pembelajaran Sejararah Kebudayaan Islam semester dua atau
semester genap. Pemilihan siswa kelas XI sebagai objek peneitian karena
kelas XI adalah kelas tengah pada sekolah tingkat SMA yang menjadi
sorotan dalam penilaian sikap, maka dengan menerapkan penilaian
autentik ranah afektif sangatlah baik untuk menjadi patokan untuk lebih
baik pada kelas atasnya. Dan penelitian ini akan dilakasanakan pada bulan
agustus sampai dengan oktober 2020.

E. Sumber Data
Menurut Sujarweni (2015: 73-74), sumber data adalah subjek dari
mana asal data penelitian itu diperoleh, apabila peneliti misalnya
menggunakan kuisioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya,

27
maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau
menjawab pertanyaan baik tertulis maupun lisan.
Berdasarkan sumbernya data dibagi menjadi:
1 Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui
kuisioner, kelompok focus dan panel atau juga data hasil wawancara
peneliti dengan narasumber, data yang diperoleh dari data primer ini
harus diolah lagi, sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Yang menjadi sumber data primer dalam penelitian
ini yaitu: Guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Kelas Xi Semester
Ganjil Sma Nu Genteng Banyuwangi dan sempel Peserta didik atau siswa
kelas XI Semester Ganjil Sma Nu Genteng Banyuwangi
2 Data sekunder
Data yang diperoleh dari data sekunder ini tidak perlu diolah lagi,
sumber yang langsung tidak memberikan data pada pengumpulan
data, data sekunder didapati dari catatan, buku majalah berupa laporan
keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, artikel, buku-
buku sebagai teori dan lain sebagainya, sumber data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu: dokumen sekolah, daftar nama
siswa, buku dan jurnal.
Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder,
karena kedua data tersebutb sangat penting dan saling berkaitan dalam
proses penyusunan penelitian ini.

F. Prosedur Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah sebuah rancangan atau tahapan yang
dilakukan dalam mengumpulkan segala data dan informasi-informasi yang
dibutuhkan yang nantinya akan ditata menjadi sebuah konsep untuk
menjadikannya sebuah rujukan pembuatan kesimpulan. Prosedur atau
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan

28
menggunakan 3 (teknik), yaitu: pengamatan atau observasi, wawancara,
dan dokumentasi.
1 Observasi
Nasution dalam Sugiyono (2018:106) menyatakan bahwa,
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya
dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan
yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering
dengan bantuan dan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga
benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang
sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.
Sanafiah Faisal dalam Sugiyono (2018: 106) mengklasifikasikan
observasi menjadi observasi berpartisipasi, observasi terang-terangan
dan tersamar, dan observasi yang tak berstruktur. Selanjutnya berikut
penjelasan dari ketiga observasi tersebut:
a. Observasi Partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-
hari orang yang sedang diamati atau yang sedang digunakan
sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan
pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh
sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan
observasi parsitipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih
lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna
dari setiap perilaku yang Nampak.
b. Observasi Terus Terang Atau Tersamar
Dalam hal ini, peneliti, dalam melakukan pengumpulan data
menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang
melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui
sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi
dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar
dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data
yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.

29
Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka
peneliti tidaka akan diijinkan untukn melakukan observasi.
c. Observasi Tak Berstrutur
Observasi dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak
berstruktur, karena fokus penelitian belum jelas. Fokus
observasi akan berkembang selama kegiatan observasi
berlangsung. Kalau masalah penelitian sudah jelas seperti
masalah dalam penelitian kuanititatif, maka observasi dapat
dilakukan secara berstruktur dengan menggunakan pedoman
observasi.
Dalam penelitian ini, peneliti melaksanakan observasi
menggunakan observasi tak berstruktur. Kegiatan observasi dalam
penelitian ini bertujuan untuk mengamati langsung pelaksanaan terkait
Implementasi Penilaian Autentik Ranah Afektif Dalam Pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam di Kelas Xi Semester Ganjil Sma Nu Genteng
Banyuwangi. Pada pembelajaran SKI.
2 Wawancara
Esterberg dalam Sugiyono (2018: 115-116) menyatakan bahwa,
wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar infprmasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topik tertentu. Esterberg mengemukakan beberapa macam
wawancara, yaitu: wawancara terstruktur, semistruktur, dan tidak
terstruktur.
a. Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai Teknik
pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara,
pengumpul data telah melakukan menyiapakn instrument
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
alternatif jawabanya pun telah disiapkan. Dengan wawancara

30
terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama,
dan pengumul data mencatatnya. Dengan wawancara
terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat menggunakan
beberapa pewawancara sebagain pengumpul data, supaya
setiap pwewanwacara mempunyai ketrerampilan yang sama,
maka diperlukan training bagi calon pewawancara.
b. Wawancara semiterstruktur
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth
interview, dimana dalam pelaksanaanya lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari
wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan
secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara
diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan
wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan
mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
c. Wawancara tak berstruktur
Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas di
mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan
hanya berupa garis-garis besar pertanyaan yang akan
ditanyakan.
Jadi jenis wawancara yang akan digunakan oleh peneliti adalah
wawancara semiterstruktur, tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka dan mendalam.
3 Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya catatan harian,sejarah kehidupan, ceritera, biografi,
peraturan dan kebijakan.

31
Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup,
sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya seni misalnya
karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatatif, karena hasil
dari observasi dan wawancara, akan lebih kredibel atau dapat
dipercaya kalau didukung oleh dokumen- dokumen baik yang berupa
dokumen yang berbentuk tulisan dan dokumen yang berbentuk
gambar (Sugiyono, 2018: 124).

G. Teknik Analisa Data


Data dalam penelitian kualitatif, diperoleh dari dari berbagai
sumber dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-
macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus hingga data
mencapai titik jenuh (Sugiyono, 2008 : 333). Data dalam penelitian
kualitatif terdiri atas : 1) deskripsi yang rinci mengenai situasi, peristiwa,
orang, interaksi, dan perilaku; 2) pernyataan seseorang tentang
pengalaman, sikap, keyakinan, dan pikirannya serta dari dokumen-
dokumen. Selama proses pengamatan ada analisis konsep atau tahapan
yang akan dilakukan oleh peneliti pada tahapan selanjutnya.Proses analisis
data tersebut digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1 Komponen dalam Analisis data (interactive model) Sumber:


Sugiyono (2008 : 338).

32
1 Pengumpulan Data
Kegiatan utama pada setiap penelitian adalah mengumpulkan data.
dalam penelitian kualitatif pengumpulan data dengan observasi,
wawancara mendalam dan dokumentasi, atau gabungan ketiganya
(triangulasi) pengumpulan data dilakukan berhari-hari, mungkin berbulan-
bulan sehingga data yang diperoleh akan banyak. Pada tahanp awal
peneliti melakukan penjelajahan secara umum terhadap situasi
sosial/obyek yang diteliti, semua yang dilihat dan didengar direkam
semua. Dengan demikian peneliti akan memperoleh data yang sangat
banyak dan sangat bervariasi (Sugiyono, 2018: 134).
2 Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan,
semakin lama peneliti kelapangan, maka jumlah data akan semakin
banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis
data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih
dan memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dam mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti
computer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu
(Sugiyono, 2018: 134-135).
3 Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langakah selanjutnya adalah
menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakuakan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan anatar kategori,
flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles Huberman dalam Sugiyono
(2018) menyatakan bahwa yang paling sering digunakan dalam
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif (Sugiyono, 2018: 137).

33
4 Penarikan kesimpulan dan Verifikasi
Langkah keempat dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti Kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel
(Sugiyono, 2018: 141-142).

H. Pengecekan Keabsahan Data


Pengecekan keabsahan data dilakukan untuk menjamin keabsahan
data. Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan keabsahan data
menggunakan Teknik triangulasi. Teknik triangulasi sendiri menurut
Sugiyono (2018: 125) triangulasi diartikan sebagai Teknik pengumpulan
data yang bersifat menggabungkan dari berbagai Teknik pengumpulan
data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan
pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti
mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas, yaitu mengecek
kredibilitas data dengan berbagai Teknik pengumpulan data dan berbagai
sumber data. Triangulasi Teknik, berarti peneliti menggunakan Teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari
sumber sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara
mendalam dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara
serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari
sumber yang berbeda-beda dengan Teknik yang sama.
Dalam Teknik triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang
beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti
terhadap apa yang telah ditemukan dan akan lebih meningkatkan kekuatan
data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan. Maka dalam penelitian

34
ini pengecekan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber yaitu
mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan Teknik yang
sama.

B
Wawancara

Gambar 3.1 Triangulasi Sumber

I. Tahap-Tahap Penelitian
1. Persiapan
a. Menyusun rancangan penelitian Penelitian yang akan dilakukan
berangkat dari permasalahan dalam lingkup peristiwa yang
sedang terus berlangsung dan bisa diamati serta diverifikasi
secara nyata pada saat berlangsungnya penelitian. Peristiwa-
peristiwa yang diamati dalam konteks kegiatan orang-orang atau
kelompok.
b. Memilih lapangan Sesuai dengan permasalahan yang diangkat
dalam penelitian, maka dipilih lokasi penelitian yang digunakan
sebagai sumber data, dengan mengasumsikan bahwa dalam
penelitian kualitatif, jumlah (informan) tidak terlalu berpengaruh
dari pada konteks. Selain didasarkan pada rekomendasi-
rekomendasi dari pihak yang terkait juga melihat dari keragaman
masyarakat yang berada di sekitar tempat yang menempatkan
perbedaan dan kemampuan potensi yang dimilikinya.
c. Menjajaki dan menilai keadaan Setelah kelengkapan administrasi
diperoleh sebagai bekal legalisasi kegiatan kita, maka hal yang

35
sangat perlu dilakukan adalah proses observasi lapangan dan
sosialisasi diri dengan keadaan, karena kitalah yang menjadi alat
utamanya maka kitalah yang akan menentukan apakah lapangan
merasa terganggu sehingga banyak data yang tidak dapat digali
atau tersembunyi atau disembunyikan, atau sebaliknya bahwa
lapangan menerima kita sebagai bagian dari anggota mereka
sehingga data apapun dapat digali karena mereka tidak merasa
terganggu.
d. Memilih dan memanfaatkan informan ketika kita menjajaki dan
mensosialisasikan diri di lapangan, ada hal penting lainnya yang
perlu kita lakukan yaitu menentukan partner kerja yang dapat
memberikan informasi banyak tentang keadaan lapangan.
Informan yang dipilih harus benar-benar orang yang independen
dari orang lain dan kita, juga independen secara kepentingan
penelitian atau kepentingan karier.
e. Menyiapkan instrumen penelitian Dalam penelitian kualitatif,
peneliti adalah ujung tombak sebagai pengumpul data
(instrumen). Peneliti terjun secara langsung ke lapangan untuk
mengumpulkan sejumlah informasi yang dibutuhkan.

Peneliti sebagai instrumen utama dalam penelitian kualitatif, meliputi ciri-


ciri sebagai berikut:

1 Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala


stimulus dan lingkungan yang bermakna atau tidak dalam suatu
penelitian;
2 Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri dengan aspek
keadaan yang dapat mengumpulkan data yang beragam sekaligus
3 Tiap situasi adalah keseluruhan, tidak ada instrumen berupa test
atau angket yang dapat mengungkap keseluruhan secara utuh;
4 Suatu interaksi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat di
fahami oleh pengetahuan semata-mata;

36
5 Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang
diperoleh;
6 Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan
dari data yang diperoleh;

Dalam rangka kepentingan pengumpulan data, teknik yang digunakan


dapat berupa kegiatan:

1 Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan langsung terhadap subjek (partner penelitian) di mana
sehari-hari mereka berada dan biasa melakukan aktivitasnya.
2 Wawancara
Wawancara yang dilakukan adalah untuk memperoleh makna yang
rasional, maka observasi perlu dikuatkan dengan wawancara.
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan
melakukan dialog langsung dengan sumber data, dan dilakukan
secara tak berstruktur, di mana responden mendapatkan kebebasan
dan kesempatan untuk mengeluarkan pikiran secara natural.
3 Dokumentasi
Peneliti akan berhubungan dengan orang-orang, baik secara
perorangan maupun secara kelompok atau masyarakat, akan
bergaul, hidup, dan merasakan serta menghayati bersama tata cara
dalam suatu latar penelitian. Persoalan etika akan muncul apabila
peneliti tidak menghormati, mematuhi dan mengindahkan nilai-
nilai masyarakat dan pribadi yang ada.
2. Lapangan
a. Memahami dan memasuki lapangan Memahami latar penelitian,
latar terbuka, di mana secara terbuka orang berinteraksi sehingga
peneliti hanya mengamati, latar tertutup di mana peneliti
berinteraksi secara langsung dengan orang.

37
b. Aktif dalam kegiatan (pengumpulan data) pendekatan kualitatif
yang dipergunakan beranjak dari bahwa hasil yang diperoleh
dapat dilihat dari proses secara utuh, untuk memenuhi hasil yang
akurat maka pendekatan ini menempatkan peneliti adalah
instrumen utama dalam penggalian dan pengolahan data-data
kualitatif yang diperoleh. Data diambil langsung dari seting
alami; penentuan sampel secara purposif; peneliti sebagai
instrumen pokok; lebih menekankan pada proses dari pada
produk.
3. Pengolahan Data
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang
terperinci. Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh
direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan
pada hal-hal yang penting.
b. Display Data
Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok
permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga
memudahkan peneliti untuk melihat pola-pola hubungan satu data
dengan data lainnya.
c. Analisis Data
Contoh analisis data yang dipergunakan seperti model Content
Analisis, yang mencakup kegiatan klarifikasi lambang- lambang
yang dipakai dalam komunikasi, menggunakan kriteria- kriteria
dalam klarifikasi, dan menggunakan teknik analisis dalam
memprediksikan. Adapun kegiatan yang dijalankan dalam proses
analisis ini meliputi: (1) menetapkan lambang-lambang tertentu;
(2) klasifikasi data berdasarkan lambang/simbol dan; (3)
melakukan prediksi atas data.
d. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi

38
Dari kegiatan-kegiatan sebelumnya, langkah selanjutnya adalah
menyimpulkan dan melakukan verifikasi atas data-data yang
sudah diproses atau ditransfer ke dalam bentuk-bentuk yang
sesuai dengan pola pemecahan permasalahan yang dilakukan.
Tahapan- tahapan penelitian ini yaitu: 1) pra-lapangan yaitu
diawali dengan menyusun rancangan dan memilih lapangan,
mengurus perijinan, menjajaki dan menilai keadaan, memilih dan
memanfaatkan informan kemudian menyiapkan instrumen, 2)
lapangan yaitu diawali dengan memahami dan memasuki
lapangan, dan pengumpulan data, 3) pengolahan data yaitu
diawali dengan reduksi data, display data, dan analisis dan
mengambil kesimpulan dan verifikasi.

39
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rachman Shaleh, 2005, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak


Bangsa, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Abdullah Sani, Ridwan. 2016. Penilaian Autentik. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Kunandar., (2015), Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik


Berdasarkan Kurikulum 2013),Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Majid, A., (2015), Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar, Penerbit PT
Remaja Rosda Karya, Bandung.

Hamalik, Oemar, 2007. Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung:


PT. Remaja Rosda Karya.

Basyiruddin Usman. 2002. Media Pendidikan. Jakarta: Ciputat Press.

Majid. A (2014). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyadi. 2014. Sistem Akuntansi. Cetakan Keempat. Jakarta : Salemba Empat.

Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Grasindo:


Jakarta.

Syaifudin, Sabda. 2006. Desain, pengembangan, dan Implementasi


model kurikulum terpadu iptek & imtaq. Jakarta: Quantum Teaching.

Trianto. (2013). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif,


Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Arikunto, Suharsimi, Suharjo, & Supardi. (2006). Penelitian


Tindakan kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Rosidin. http://www.academia.edu/download/54597335/6_irsad.pdf

Supardi https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpe/article/view/12897

Anda mungkin juga menyukai