Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEMIKIRAN MUHAMMAD SYAHRUR

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Islam Inter-Multidisipliner

Dosen Pengampuh :

Dr. H. Pujiono, M.Ag.

Dr. Uun Yusufa, M.Ag.

Oleh ;

FATHUL GHAFFARI
NIM : 233206080011

PRODI STUDI ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ
JEMBER 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas

segala taufiq dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini

dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah sejarah pemikiran islam pada semester

1 Program Pascasarjana Studi Islam di UIN KH. ACHMAD SHIDDIQ Jember.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada sang junjungan kita

Nabi Muhammad SAW. Yang telah mampu menuntun kita dari masa kelam

menuju masa yang penuh dengan sinar-sinar keindahan dan keselamatan dalam

beragama.

Dan tidak lupa kami ucapkan terimakasi kepada bapak Dr. Aslam Sa’ad,

M.Ag dan Prof. Dr. H. Miftah Arifin, M.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah

Sejarah Pemikiran Islam yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan

tugas makalih ini.

Penulis sangat menyadari dengan sepenuh hati makalah ini tidak akan

luput dari salah dan jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritikan yang

konstruktif edukatif sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah berikutnya.

Selanjutnya penulis berdoa dengan hati yang ikhlas dan penuh dengan

keyakinan semoga makalah ini bermanfaat.

Situbondo, 03 Oktober 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia keilmuan dalam keislaman sangatlah luas karenanya memang di


dalam kitab umat islam sendiri mengandung hal yang sangat cocok di setiap
zaman dan tempat. Dogma teologis yang dimiliki kitab umat islam yaitu Al-
qur’an adalah Al-qur’an shalihun li kulli zaman wa makan yang artinya Al-qur’an
selalu sesuai pada setiap waktu dan tempat. Agama islam sendiri sudah
diperkenalkan oleh Nabi Muhammad SAW. Sejak abad ke-7 masehi, pada saat ini
sudah ada di zaman 21 maka dari zaman Nabi awal mula agama islam muncul
sampai sekarang sekitar 15 abad lamanya.
Tidak sedikit dari umat islam sendiri yang menyandang gelar sebagai
ilmuan islam. Munculnya ilmuan islam sangatlah erat hubungannya dengan waktu
dan tempat. Di era sekarang sendiri masih banyak bermunculan ilmuan islam yang
biasa disebut dengan pemikir islam modern. Sebutan pemikir kontemporer dan
modern berhubungan dengan waktu atau zaman. di zaman modern ini, memang
banyak ditemukan berbagai pemikiran tentang keislaman, baik untuk melengkapi
atau bahkan merubahnya, sebut saja dalam sebuah pemikiran yang sudah di
anggap tidak relefan di era global. Sehingga butuh produk-produk pemikiran yang
baru untuk dapat mengikuti perkembangan zaman. Dengan demikian pemikiran
islam modern dan kontemporer harus benar-benar bisa memberikan kontribusi
yang mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di tengah
gempuran modernitas.
Sumber utama dari sebuah pemikiran tentang islam adalah Al-qur’an, di
mana Al-qur’an sebagai pusat wacana keislaman. Sehingga menurut pemikir
modern yaitu Muhammad syahrur dalam memahami Al-qur’an harus dengan
berbagai pendekatan dan metodologi yang terus dikembangkan dan tidak boleh
stagnan. Salah satunya adalah melakukan rekonstruksi terhadap konsep
pengkajian Al-qur’an yang sudah dianggap klasik, demi memenuhi
perkembangajn zaman.1
Selama 20 tahun Muhammad syahrur merasa kajian keislaman yang
dilakukannya tidak membuahkan hasil, dan tidak ada teori yang baru yang
diperolehnya. Dia merasa selama itu terkurung dalam literature-literatur keislman
klasik yang cenderung memandang “islam” sebagai idiologi, baik dalam bentuk
pemikiran kalam maupun fikih. Sebagai konsekuensinya, maka pemikiran
memahami Al-qur’an akan mengalami stagnasi dan nyaris hanya jalan di tempat,
sebab selama ini seolah pemikiran dalam memahami Al-qur’an dianggap sudang
final.
Oleh karna itu tak jarang Muhammad syahrur membedai pendat pemikir
kontemporer. Karena syahrur sendiri tidak terpaku dalam metodologi yang sudah
dianggap final akan tetapi dia mencoba keluar dari dogma tersebut untuk
menjawab sebuah permasalahan yang menurutnya tidak dapat terpecahkan hanya
dengan metode yang telah di rumuskan pemikir terdahulu akan tetapi perlu
menggunakan metode dan pendekatan yang sekiranya sesuai dengan era saat ini.
Pada makalah ini akan di paparkan mengenai pemikiran-pemikiran Muhammad
syahrur tentang keislaman.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan urain singkat dari latar belakang masalah di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pemikiran Muhammad Syahrur dalam dinua keislaman ?
2. Bagaimana pembacaan Muhammad Syahrur terhadap Teks-teks keagamaan ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penyusunan
makalah kali ini adalah sebagai berikut:

1
Ulfiyati, Nur Shofa. "Pemikiran Muhammad Syahrur (Pembacaan Syahrur Terhadap Teks-Teks
Keagamaan)." Et-Tijarie: Jurnal Hukum Dan Bisnis Syariah 5.1 (2018).
1. Agar supaya lebih mengenal Muhammad Syahrur sebagai pembaharu
pemikiran dalam islam
2. Agar supaya mengetahui bagaimana pemikiran Muhammad syahrur tentang
keislam
3. Agar menambah wawasan dalam dunia pemikiran keislaman Kontemporer
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi singkat Muhammad Syahrur


Muhammad Syahrur dilahirkan di Damaskus, Syiria, pada 11 April 1938
M. Ayahnya bernama Deib Ibn Syahrur dan ibunya Siddiah binti Salih Filyun.
Syahrur menikah dengan Azizah dan memperoleh lima anak (Tariq, Lays, Rima,
Basil, dan Masun) dan dua cucu (Muhammad dan Kinan).2 Karir intelektual
Syahrur dimulai dari pendidikan dasar dan menengah yang ditempuhnya di
lembaga pendidikan Abdurrahman al-Kawakibi, Damaskus (selesai tahun 1957
M). Setelah itu, tepatnya Maret 1957 M, Ia melanjutkan studi dalam bidang
Teknik Sipil ke Moskow, Uni Soviet (sekarang Rusia) dengan beasiswa dari
pemerintah Syiria.3 Di Moskow, Ia mulai berkenalan dengan teori dan praktik
Marxis: dialektika materialisme dan materialisme historis dan tradisi Formalisme
Rusia yang berakar pada Strukturalisme Linguistik. Di Moskow pula, Ia mengaku
dipengaruhi oleh pemikiran Friedrich Hegel dan Alfred North Whitehead. Syahrur
sendiri meraih gelar diploma di bidang tersebut pada tahun 1964. Sementara
program Megister dan doktor di bidang mekanika pertanahan dan teknik
bangunan didapat dari University College, Dublin, Irlandia. Hingga kini, Syahrur
masih tercatat menjadi salah satu staf pengajar di Fakultas Teknik Sipil
Universitas Damaskus dalam bidang Mekanika Tanah dan Geologi.4
Meski demikian, almamater keilmuan syahrur adalah di bidang teknik,
namun tidak menghalanginya untuk mempelajari keilmuan lain seperti filsafat.
Terutama di ketika ia bertemu dengan teman sealmamater di syiria dan seprofesi
di damaskus yaitu ja’far dakk al-bab. Pertemuan itu sangat memberikan arti cukup
besar pada pemikirannya dalam Al-kitab wa Al-qur’an: Qira’ah Mu’asyirah

2
Muamar, Afif. "Rekonstruksi Hukum Waris Islam (Telaah Pemikiran Muhammad
Syahrur)." Mahkamah: Jurnal Kajian Hukum Islam 2.2 (2017).
3
M. Aunul „Abied Shah dan Hakim Taufik, “Tafsir Ayat-ayat Gender dalam al-Qur‟an; Tinjauan
terhadap Pemikiran Muhammad Syahrur dalam “Bacaan Kontemporer”, dalam M. Aunul „Abied
Shah, et.al., Islam Garda Depan Mosaik Pemikiran Islam Timur Tengah (Bandung: Mizan, 2001),
237
4
Muamar, Afif." Mahkamah: Jurnal Kajian Hukum Islam 2.2 (2017).
(1990). Dimana buku tersebut sangat kontroversial sekaligus mengangkat
namanya di deretan pemikir islam terkemuka.5
Kesungguhan Syahrur di bidang keislaman ditujang oleh penguasaan
bahasa meliputi inggris, rusia dan arab. Bermodal inilah Syahrur banyak belajar
tentang filsafat humanism, filsafat bahasa dan semantika bahasa arab. Syahrur
sendiri berkeyakinan bahwa metode apa pun dan dari mana pun layak diuji dan
dipakai sebagai alat bantu dalam memahami teks-teks keagamaan.
Berkat kesungguhan yang dilakukannya berbuah hasil mengesankan.
Dikatakan, ia sangat concern dalam mengkaji Al-qur’an dan filsafat bahasa. Pada
akhirnya, ia berhasil menulis karya yang monumental dan juga kontroversi, yaitu
Al-kitab wa Al-qur’an: Qira’ah Mu’asyirah. Salah satu penyebab karya ini
menjadi kontroversi adalah adanya pengaruh dari pemikiran tokoh-tokoh
linguistic sebelumnya.6
Di lingkup hukum islam, Syahrur disebut sebagai tokoh utama yang
memiliki konsep pembaharuan ilmu ushul fikih paling revolusioner dan inovatif.
Pemikiran Syahrur dianggap mampu menjawab berbagai persoalan dalam hukum
islam kontemporer, termasuk mengatasi problem pemahaman hukum islam dalam
teori double movement-nya fazlur rahman, yang menurut hallaq memiliki
kelemahan pada gerak kedua, yaitu pada bagian bagaimana persisnya cara
menderivasikan ideal moral yang telah ditemukan sebelumnya melalui gerak
pertama kedalam kasus yang terjadi saat ini.7
Selain terkenal sangat produktif dalam menulis dan mempublikasikan
karya-karyanya, ia bahkan boleh disebut sebagai pemikir yang berani tampil
berbeda. Walaupun dikenal sebagai ahli di bidang eksakta, hal itu tidak menutup
niatnya untuk melakukan kajian keislaman yang ditorehkan dalam karya-karyanya
yang monumental. Beberpa karya kajian keislamannya sebagai berikut;
1. Kitab al-Kitāb wa al-Qur’ān; Qirā’ah Mu’āshirah
2. Kitab Dirāsah Islāmiyah Mu’āshirah fī al-Daulah wa al-Mujtama’

5
Muamar, Afif." Mahkamah: Jurnal Kajian Hukum Islam 2.2 (2017).
6
Fatah, Abdul. "Konsep Sunnah Perspektif Muhammad Syahrur." Diroyah: Jurnal Studi Ilmu
Hadis 4.1 (2019): 23-36.
7
Muamar, Afif." Mahkamah: Jurnal Kajian Hukum Islam 2.2 (2017).
3. Kitab Naḥwa Ushūl al-Jadīdah li al_Fiqh al-Islāmī; Fiqh al-Mar’ah
4. Kitab Tajfīf Manābi’ al-Tarhīb
5. Kitab al-Sunnah al-Rasūliyyah wa al_Sunnah al-Nabawiyyah; Ru’yah
Jadīdah
6. Kitab al-Islām wa al-Īmān; Manzhūmah al-Qiyām.8

A. Pemikiran Muhammad Syahrur

Pemikiran dalam islam memiliki sebuah peran penting untuk menjaga


keberlangsungan dalam beragama. Gunanya agar bisa menjawab berbagai
permasalahan yang ada. Oleh karena itu seorang pemikir harus mampu menjawab
permasalah yang berkaitan dengan keislaman dengan menggunakan metode yang
sudah ada atau bahkan menciptakan sebuah konsep pemikiran baru dalam
menjawab permasalahan yang ada di era global ini guna untuk mengikuti
perkembangan zaman sehingga islam sendiri dianggap sebagai agama yang
relefan di setiap waktu dan tempat. Maka tak sulit ditemukan di setiap masa pasti
memiliki pembaharuan dalam pemikiran tentang keislaman. Selama tidak keluar
dari garis-garis yang sudah ditentukan oleh Al-qur’an dan Hadist.

Muhammad Syahrur adalah salah satu pemikir pembaharu dalam islam, ia


merumuskan epistemologi, metode dan pendekatan sendiri. Sehingga kajian-
kajian keislaman yang dilakukan menjadi reformatif dan unik dibandingkan
dengan kajian yang dilakukan pemikir lain. keunikan tersebut dikarenakan latar
belakang pendidikan formal yang ia tempuh. Berbeda dengan pemikir islam yang
lain yang memang memiliki latar belakang pendidikan keislaman, sehingga sangat
mempengaruhi pada produk-produk pemikirannya.

Dalam metode yang Muhammad syahrur gunakan ada dua metode inti
dalam melakukan istinbat hukum, yaitu: pertama, analisis linguistik dan semantic
dan kedua, teori limit atau teori batas (Nazhariyyat Al-hudud) yang berangkat dari
ilmu eksakta yang kemudian dirumuskan sebagai metode untuk penggalian
hukum islam.
8
Fatah, Abdul." Diroyah: Jurnal Studi Ilmu Hadis 4.1 (2019): 23-36.
Berkaitan dengan metode yang pertama yaitu metode analisis linguistic
dan semantic dalam penafsirannya ada tiga asumsi yang ia gunakan, yaitu: 9
Pertama, Syahrur adalah anti sinonimitas, sebuah prinsip al-jurjani dalam sebuah
ekspektasi puitik terhadap teks Al-qur’an. Syahrur mengatakan tidak ada kata
dalam Al-qur’an yang dapat diganti dengan kata yang lain. Setiap kata dalam Al-
qur’an memiliki makna yang tersendiri, maka jika satu kata dalam Al-qur’an
dirubah akan mengurangi kekuatan dari bentuk linguistic dan akan merubah
makna dari suatu ayat. Berangkat dari pendapat ini dia berusaha menjelaskan
perbedaan dari makna kata/ istilah popular yang sebelumnya dianggap sama
seperti, furqan dengan qur’an, inzal dengan tanzil, uluhiyah denggan rububiyah
dan lain-lainnya.

Kedua, Syahrur tidak setuju dengan atomisasi, dalam setiap penafsiran


ayat Al-qur’an. karena dia berlandasan pada setiap ayat dimiliki oleh sebuah unit
tunggal yang ayat tersebut dalam sebuah kesatuan unit yang lebih besar dalam Al-
qur’an. Metode ini yang biasa dikenal dengan metode tematik. Metode ini
menggabungkan atau mengkomparasikan satu ayat dengan ayat yang lain yang
memiliki kesamaan topic. Metode ini juga disebut dengan metode
intratekstualitas. Syahrur mendefinisikan ayat-ayat berdasarkan metafisiknya
melalui ragam tematik tersebut, baik yang bersifat absolut, kekal, abadi dan
memiliki kondisi subjektif, memiliki kebenaran yang bersifat relative dan
temporal.

Ketiga, Syahrur juga menggunakan komposisi (al-nazm), dimana prinsip


ini juga dipakai al-jurjani dalam menganalisis sebuah karya puisi. Menurut al-
jurjani, suatu unsur yang tidak penting maka tidak akan muncul di permukaan.
Sekecil apapun unsur yang ada dalam puisi tidak boleh diabaikan. Apabila
diabaikan maka akan merusak dan menyebabkan kesalah yang fatal dan akan
mengalami kegagalan dalam mengartikan dan memahami struktur makna yang
adalam di dalamnya.

9
Muhammad Syahrur, Prinsip Dan Dasar Hermeneutika Al-Quran Kontemporer (Yogyakarta:
eLSAQ Press, 2008), 26
Sementara berkaitan dengan metode yang kedua, syahrur merumuskannya
berangkat dari ilmu eksakta yang dipahaminya terutama ilmu matematika dan
fisika yang merupakan sebuah konsentrasi keilmuan yang ditekuninya. Kemudian
rumusannya dijadikan sebuah teori yang diberi nama teori limit/ teori batas.10

Teori limit atau teori batas adalah metode penafsiran Al-qur’an yang
dirumuskan oleh Syahrur yang berlatar belakang teori sains (matematika dan
fisika). Metode limit ini tidak terkenal luas sebagai metode dalam menafsirkan Al-
qur’an, sebab pada umumnya para mufassir tradisional (klasik) menggunakan
ilmu-ilmu yang sudah dikenal halak luas dalam penafsiran Al-qur’an seperti ilmu
riwayat, munasabah, ilmu asbab nurul, nasikh-mansukh, kaidah bahasa arab dan
lain-lainnya.

Sementara dalam perkembangan di era modern saat ini, seperti linguistic


modern dan sains belum pernah dijadikan sebuah pendekatan dalam menafsirkan
Al-qur’an. Sehingga sebagian para pemikir islam kontemporer menganggap
bahwa dalam penafsiran masih mengalami kekuran dan keterbatasan. Kekuran
dan keterbatasan ini yang oleh syahrur mencoba untuk ditutupi dengan
menawarkan metode limit dalam menafsirkan Al-qur’an dengan maksud untuk
mengembangkan pemikir tafsir di era kontemporer. Teori tersebut dipopulerkan
Syahrur kurang lebih selama 20 tahun yakni pada tahun 1970-1990 yang tertuang
dalam al-kitab wa al-qur’an; qira’ah mu’ashirah. Teori limit adalah sebuah
konsekuensi logis yang digunakan syahrur dalam menjelaskan istilah kitab al-
risalah dan kitab an-nubuwwah atau al-kitab dan al-qur’an. Metode ta’wil
digunakan memahami ayat mutasyabihat. Sementara metode ijtihad untuk
memahhami ayat hukum atau muhkamat.11

Menurut Syahrur perintah tuhan yang digunakan dalam Al-qur’an dan


Sunnah mengatur ketentuan-ketentuan yang menjadi batas terendah/ al-had al
adna dan batasan tertinggi/ al-had al a’ala kepada seluruh perbuatan manusia.
10
Toni Pransiska, “Rekonstruksi Konsep Poligami Ala Muhammad Syahrur: Sebuah Tafsir
Kontemporer,” HIKMAH: Journal of Islamic Studies 12, no. 2 (2016): 194–96
11
Mustaqim, “Teori Hudûd Muhammad Syahrur Dan Kontribusinya Dalam Penafsiran
Al_Qur’an,” 5.
Batasan terendah merupakan ketetapan hukum minimal dalam sebuah kasus
hukum dan batasan tertinggi merepakan ketetapan hukum maksimal dalam kasus
hukum. Maka tidak ada ketetapan hukum yang lebih rendah dari batas minimum
dan tidak ada ketetapan hukum yang lebih tinggi dari batas maksimumnya.12

B. Pembacaan Teks-teks keagamaan Muhammad Syahrur

Pembacaan ulang teks-teks keagamaan Syahrur lakukan dengang


menggunakan ilmu filsafat dan pengetahuannya tentang berbagai bahasa dunia,
meliputi bahasa arab, inggris dan rusia. Syahrur beranggapan bahwa standar
sebuah metode dalam memahami teks keagamaan tidak tertentu hanya dengan
latar belakang ideologis dan geneologis metode tersebut, melainkan oleh
kontemporelitas dan relevansi metode tersebut dengan karakter teks secara
umum.13

Dengan demikian maka persoalan yang mendasar mendorong Syahrur


berupaya melakukan kajian keislaman. Dalam hal ini dibedakan dalam dua aspek
yang saling berkaitan yaitu; pertama, realitas masyarakat islam kontemporer, dan
kedua, realitas doktrin dan turast dalam islam. Dari dua hal inilah yang
menjadikan keresahan pemikiran dalam diri Syahrur. Syahrur melihat bahwa
msyarakat kontemporer telah mengalami polarisasi ke dalam dua sket. Pertama,
mereka yang berpegang secara ketat kepada arti literal dari tradisi. Mereka
memiliki keyakinan bahwa warisan tersebut kebenarannya dinilai absolut. Apa
yang dinilai cocok dalam komunitas awal dari orang-orang yang ada di zaman
Nabi SAW juga cocok untuk diterapkan untuk semua orang-orang yang beriman
di zaman kapanpun. Keyakinan ini sudah menjadi sesuatu yang dianggap absolut
dan final. Kedua, mereka yang cenderung untuk menyerukan sekulerisme dan
modernitas, menolak semua warisan islam termasuk Al-qur’an sebagai dari tradisi

12
Muhammad Syahrur, Prinsip Dan Dasar Hermeneutika Hukum Islam Kontemporer (Yogyakarta:
eLSAQ Press, 2007), 6.
13
Ulfiyati, Nur Shofa. "Pemikiran Muhammad Syahrur (Pembacaan Syahrur Terhadap Teks-Teks
Keagamaan)." Et-Tijarie: Jurnal Hukum Dan Bisnis Syariah 5.1 (2018), 63.
yang diwarisi, yang hanya menjadi narkotik pada pendapat umum. Mereka
beranggapan ritual adalah sebuah gambaran ketidak jelasan. 14

Syahrur sebagai pemikir muslim kontemporer di ketika mencoba


menjelaskan masalah poligami melalui penafsirannya terhadap ayat poligami yang
berbeda dengan pemnafsiran ulama/ mufassir pada umumnya. Syahrur
mengawalinya dengan mengkaji ayat-ayat poligami yang dianggapnya sebagai
ayat-ayat hududiyyah yang memberikan batasan maksimal dan batasan minimal,
baik jika dilihat dari sisi jumlah/kuantitas maupun kualitas, sebagaimana berikut:

1. Dari sisi kuantitas, pada ayat QS. 4:3 berbicara tentang pernikahan dengan
redaksi “fangkihu” yang kemudian mengawali jumlah istri dengan angka dua.
Maka batas minimal istri difahami satu orang perempuan, dan batas
maksimalnya adalah empat orang perempuan. Proses peningkatan dari dua,
tiga dan empat dalam hitungan bilangan bulat karena manusia tidak dapat
dihitung dengan angka pecahan. Batas minimal jumlah perempuan yang
dinikahi adalah satu dan batas maksimalnya adalah empat. Penyebutan satu
persatu jumlah perempuan dalam redaksi ayat adalah dipahami sebagai
penyebut bilangan bulat secara berurutan, sehingga tidak dapat difahami
sebagai dua + tiga + empat yang kemudian menghasilkan angka sembilan.
Maka jika poligami tidak diperbolehkan maka tetap bisa mengamalkan ayat
ini karena mengandung batasan minimal. Juga sebaliknya, jika seandainya
poligami di perbolehkan dan seseorang menikahi empat perempuan, maka ia
tetap berada dalam lingkup pengamalan ayat tersebut, karena dalam ayat
tersebut juga mengandung batas maksimal dalam hal ini adalah empat
perempuan.
2. Dari sisi kualitas, yang dimaksud syahrur adalah apakah istri kedua dan
seterusnya adalah perempuan yang janda atau perawan. Dan jika janda,
apakah janda yang memiliki anak atau tidak sama sekali ? masih menurut
syahrur, jika kita hanya terfokus pada ayat yang menjelaskan dari sisi
kuantitas tanpa melihat sisi kualitasnya. Bagaimana dapat memahami

14
Ulfiyati, Nur Shofa. " Et-Tijarie: Jurnal Hukum Dan Bisnis Syariah 5.1 (2018), 63-64.
hubungan redaksi ayat yang berbentuk jawaban dari persyaratan yang di
sebutkan oleh ayat sebelumnya (pola kalimat jawab al-syarti antara ayat
fangkihu ma thaba lakum min al-nisa’ dengan ayat wain khiftum alla tuqsitu
fil yatama). Pada kontek ini kita harus memahami hubungan syarat dengan
jawab syarat, sehingga akan memperoleh pemahaman : ayat ini menyebutkan
syarat kualitas bagi istri kedua, ketiga dan keempat tidak pada sitri yang
pertama. Sehingga ayat ini memberikan keluasan pada istri pertama dengan
membebaskannya dari syarat kualitas akan tetapi memberikan syarat pada
selain itu. Kemudian muncul kemungkinan apakah ia seorang perawan, janda
dengan anak atau janda tanpa anak. Agar terjadi kesetaraan antara redaksi
jawab syarat (fangkihu) dan redaksi syaratnya, yaitu keadilan kepada anak
yatim, ayat ini harus difahami sedang membicarakan para ibu janda dari
anak-anakyatim, sehingga dapat disimpulkan bahwa ayat ini memberi
kelonggaran dari segi jumlah hingga empat istri, akan tetapi menetapkan
persyaratan bagi istri kedua, ketiga dan keempat harus seorang perempuan
yang berstatus janda yang memiliki anak. Konsekuensinya, seorang laki-laki
yang menikahi janda harus memelihara anak-anak yang ikut bersamanya
sebagaimana ia memelihara dan mendidik anaknya sendiri.15

Pembacaan masalah teks ayat poligami yang dilakukan Syarhru


sebagaimana yang disebutkan di atas merupakan pengkajian ayat-ayat Al-qur’an
mengggunakan pendekatan filsafat bahasa, dalam arti dia meneliti
secaramendalam kata-kata kunci yang terdapat pada ayat tersebut, baik
menggunakan pendekatan paradigmatik dan sintagmatis. Pendekatan paradigmatik
memandang bahwa terma tertentu tidak dapat dipahami secara komprehensif,
kecuali jika konsep tersebut dihubungkan dengan konsep terma-terma lain, baik
antonim/ berlawanan maupun yang berdekatan maknya. Sedangkan pendekatan
sintagmatis adalah memandang arti setiap kata pasti dipengaruhi oleh kata-kata
sebelum dan sesudahnya yang terdapat dalam satu rangkaian ujaran, melalui

15
Ulfiyati, Nur Shofa. " Et-Tijarie: Jurnal Hukum Dan Bisnis Syariah 5.1 (2018), 65.
pendekatan ini, suat konsep terma tertentu dapat diidentifikasi dengan memahami
kata-kata yang berada di sekelilingnya.16

16
Ulfiyati, Nur Shofa. " Et-Tijarie: Jurnal Hukum Dan Bisnis Syariah 5.1 (2018), 66.
BAB III

PEMUTUP

A. Kesimpulan
Muhammad Syahrur adalah salah satu dari pemikir muslim dimasa
kontemporer. Syahrur dinilai sebagai pemikir muslim yang unik karena berbeda
dengan mayoritas pemikir islam yang lain, hal ini dikarenakan dia memiliki latar
belakang keilmuan yang berda. Syahrur memiliki gelar megister dan doktor di
bidang mekanik pertahanan dan teknik bangunan. Akan tetapi dengan gelar
tersebut dia tak patah semangat dalam mendalami keilmuan agama islam. Gelar
pemikir muslim syahrur dapatkan setelah dia mempelajari filsafat dan didukung
dengan penguasaannya dalam beberapa bahasa dunia meliputi, bahasa arab,
bahasa rusia dan bahasa inggris. Dengan bermodal penguasaannya dalam berbagai
bahasa dunia lah ia dapat banyak belajar tentang filsafat humanisme, filsafat
bahasa dan semantik arab.
Dengan latar belakang keilmuan yang unik ini, mempengaruhi pola pikir
dan produk-produk pemikiran yang syahrur peroleh. Sehingga syahrur berhasil
memadukan keilmuan yang dia punya dengan ilmu keislam. Salah satunya dalam
menafsirkan Al-qur’an. Syahrur berhasil merumuskan dua metode baru dalam
penafsiran. Pertama, metode analisis linguistik dan semantik. Kedua, teori limit
atau dikenal dengan teori batas (nazhariyyah al-hudud).
Dengan dua metode penafsiran yang syahrur rumuskan tersebut, dia
membedai dengan ulama tafsir pada umumnya dalam mengkaji ayat-ayat Al-
qur’an. Syahrur mengkaji ayat yang bersifat hududiyyah dengan tidak hanya
melihat dari sisi kuantitas saja melainkan juga di kaji dari sisi kualitasnya.
DAFTAR PUSTAKA

Fatah, Abdul. "Konsep Sunnah Perspektif Muhammad Syahrur." Diroyah:

Jurnal Studi Ilmu Hadis 4.1 (2019)

M. Aunul „Abied Shah dan Hakim Taufik, “Tafsir Ayat-ayat Gender

dalam al-Qur‟an; Tinjauan terhadap Pemikiran Muhammad Syahrur dalam

“Bacaan Kontemporer”, dalam M. Aunul „Abied Shah, et.al., Islam Garda Depan

Mosaik Pemikiran Islam Timur Tengah (Bandung: Mizan, 2001).

Muamar, Afif. "Rekonstruksi Hukum Waris Islam (Telaah Pemikiran

Muhammad Syahrur)." Mahkamah: Jurnal Kajian Hukum Islam 2.2 (2017).

Muhammad Syahrur, Prinsip Dan Dasar Hermeneutika Al-Quran

Kontemporer (Yogyakarta: eLSAQ Press, 2008)

Mustaqim, “Teori Hudûd Muhammad Syahrur Dan Kontribusinya Dalam

Penafsiran Al_Qur’an,”

Toni Pransiska, “Rekonstruksi Konsep Poligami Ala Muhammad Syahrur:

Sebuah Tafsir Kontemporer,” HIKMAH: Journal of Islamic Studies 12, no. 2

(2016)

Ulfiyati, Nur Shofa. "Pemikiran Muhammad Syahrur (Pembacaan Syahrur

Terhadap Teks-Teks Keagamaan)." Et-Tijarie: Jurnal Hukum Dan Bisnis

Syariah 5.1 (2018).

Anda mungkin juga menyukai