Dosen Pengampuh :
Oleh ;
FATHUL GHAFFARI
NIM : 233206080011
segala taufiq dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah sejarah pemikiran islam pada semester
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada sang junjungan kita
Nabi Muhammad SAW. Yang telah mampu menuntun kita dari masa kelam
menuju masa yang penuh dengan sinar-sinar keindahan dan keselamatan dalam
beragama.
Dan tidak lupa kami ucapkan terimakasi kepada bapak Dr. Aslam Sa’ad,
M.Ag dan Prof. Dr. H. Miftah Arifin, M.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah
Penulis sangat menyadari dengan sepenuh hati makalah ini tidak akan
luput dari salah dan jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritikan yang
Selanjutnya penulis berdoa dengan hati yang ikhlas dan penuh dengan
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan urain singkat dari latar belakang masalah di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pemikiran Muhammad Syahrur dalam dinua keislaman ?
2. Bagaimana pembacaan Muhammad Syahrur terhadap Teks-teks keagamaan ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penyusunan
makalah kali ini adalah sebagai berikut:
1
Ulfiyati, Nur Shofa. "Pemikiran Muhammad Syahrur (Pembacaan Syahrur Terhadap Teks-Teks
Keagamaan)." Et-Tijarie: Jurnal Hukum Dan Bisnis Syariah 5.1 (2018).
1. Agar supaya lebih mengenal Muhammad Syahrur sebagai pembaharu
pemikiran dalam islam
2. Agar supaya mengetahui bagaimana pemikiran Muhammad syahrur tentang
keislam
3. Agar menambah wawasan dalam dunia pemikiran keislaman Kontemporer
BAB II
PEMBAHASAN
2
Muamar, Afif. "Rekonstruksi Hukum Waris Islam (Telaah Pemikiran Muhammad
Syahrur)." Mahkamah: Jurnal Kajian Hukum Islam 2.2 (2017).
3
M. Aunul „Abied Shah dan Hakim Taufik, “Tafsir Ayat-ayat Gender dalam al-Qur‟an; Tinjauan
terhadap Pemikiran Muhammad Syahrur dalam “Bacaan Kontemporer”, dalam M. Aunul „Abied
Shah, et.al., Islam Garda Depan Mosaik Pemikiran Islam Timur Tengah (Bandung: Mizan, 2001),
237
4
Muamar, Afif." Mahkamah: Jurnal Kajian Hukum Islam 2.2 (2017).
(1990). Dimana buku tersebut sangat kontroversial sekaligus mengangkat
namanya di deretan pemikir islam terkemuka.5
Kesungguhan Syahrur di bidang keislaman ditujang oleh penguasaan
bahasa meliputi inggris, rusia dan arab. Bermodal inilah Syahrur banyak belajar
tentang filsafat humanism, filsafat bahasa dan semantika bahasa arab. Syahrur
sendiri berkeyakinan bahwa metode apa pun dan dari mana pun layak diuji dan
dipakai sebagai alat bantu dalam memahami teks-teks keagamaan.
Berkat kesungguhan yang dilakukannya berbuah hasil mengesankan.
Dikatakan, ia sangat concern dalam mengkaji Al-qur’an dan filsafat bahasa. Pada
akhirnya, ia berhasil menulis karya yang monumental dan juga kontroversi, yaitu
Al-kitab wa Al-qur’an: Qira’ah Mu’asyirah. Salah satu penyebab karya ini
menjadi kontroversi adalah adanya pengaruh dari pemikiran tokoh-tokoh
linguistic sebelumnya.6
Di lingkup hukum islam, Syahrur disebut sebagai tokoh utama yang
memiliki konsep pembaharuan ilmu ushul fikih paling revolusioner dan inovatif.
Pemikiran Syahrur dianggap mampu menjawab berbagai persoalan dalam hukum
islam kontemporer, termasuk mengatasi problem pemahaman hukum islam dalam
teori double movement-nya fazlur rahman, yang menurut hallaq memiliki
kelemahan pada gerak kedua, yaitu pada bagian bagaimana persisnya cara
menderivasikan ideal moral yang telah ditemukan sebelumnya melalui gerak
pertama kedalam kasus yang terjadi saat ini.7
Selain terkenal sangat produktif dalam menulis dan mempublikasikan
karya-karyanya, ia bahkan boleh disebut sebagai pemikir yang berani tampil
berbeda. Walaupun dikenal sebagai ahli di bidang eksakta, hal itu tidak menutup
niatnya untuk melakukan kajian keislaman yang ditorehkan dalam karya-karyanya
yang monumental. Beberpa karya kajian keislamannya sebagai berikut;
1. Kitab al-Kitāb wa al-Qur’ān; Qirā’ah Mu’āshirah
2. Kitab Dirāsah Islāmiyah Mu’āshirah fī al-Daulah wa al-Mujtama’
5
Muamar, Afif." Mahkamah: Jurnal Kajian Hukum Islam 2.2 (2017).
6
Fatah, Abdul. "Konsep Sunnah Perspektif Muhammad Syahrur." Diroyah: Jurnal Studi Ilmu
Hadis 4.1 (2019): 23-36.
7
Muamar, Afif." Mahkamah: Jurnal Kajian Hukum Islam 2.2 (2017).
3. Kitab Naḥwa Ushūl al-Jadīdah li al_Fiqh al-Islāmī; Fiqh al-Mar’ah
4. Kitab Tajfīf Manābi’ al-Tarhīb
5. Kitab al-Sunnah al-Rasūliyyah wa al_Sunnah al-Nabawiyyah; Ru’yah
Jadīdah
6. Kitab al-Islām wa al-Īmān; Manzhūmah al-Qiyām.8
Dalam metode yang Muhammad syahrur gunakan ada dua metode inti
dalam melakukan istinbat hukum, yaitu: pertama, analisis linguistik dan semantic
dan kedua, teori limit atau teori batas (Nazhariyyat Al-hudud) yang berangkat dari
ilmu eksakta yang kemudian dirumuskan sebagai metode untuk penggalian
hukum islam.
8
Fatah, Abdul." Diroyah: Jurnal Studi Ilmu Hadis 4.1 (2019): 23-36.
Berkaitan dengan metode yang pertama yaitu metode analisis linguistic
dan semantic dalam penafsirannya ada tiga asumsi yang ia gunakan, yaitu: 9
Pertama, Syahrur adalah anti sinonimitas, sebuah prinsip al-jurjani dalam sebuah
ekspektasi puitik terhadap teks Al-qur’an. Syahrur mengatakan tidak ada kata
dalam Al-qur’an yang dapat diganti dengan kata yang lain. Setiap kata dalam Al-
qur’an memiliki makna yang tersendiri, maka jika satu kata dalam Al-qur’an
dirubah akan mengurangi kekuatan dari bentuk linguistic dan akan merubah
makna dari suatu ayat. Berangkat dari pendapat ini dia berusaha menjelaskan
perbedaan dari makna kata/ istilah popular yang sebelumnya dianggap sama
seperti, furqan dengan qur’an, inzal dengan tanzil, uluhiyah denggan rububiyah
dan lain-lainnya.
9
Muhammad Syahrur, Prinsip Dan Dasar Hermeneutika Al-Quran Kontemporer (Yogyakarta:
eLSAQ Press, 2008), 26
Sementara berkaitan dengan metode yang kedua, syahrur merumuskannya
berangkat dari ilmu eksakta yang dipahaminya terutama ilmu matematika dan
fisika yang merupakan sebuah konsentrasi keilmuan yang ditekuninya. Kemudian
rumusannya dijadikan sebuah teori yang diberi nama teori limit/ teori batas.10
Teori limit atau teori batas adalah metode penafsiran Al-qur’an yang
dirumuskan oleh Syahrur yang berlatar belakang teori sains (matematika dan
fisika). Metode limit ini tidak terkenal luas sebagai metode dalam menafsirkan Al-
qur’an, sebab pada umumnya para mufassir tradisional (klasik) menggunakan
ilmu-ilmu yang sudah dikenal halak luas dalam penafsiran Al-qur’an seperti ilmu
riwayat, munasabah, ilmu asbab nurul, nasikh-mansukh, kaidah bahasa arab dan
lain-lainnya.
12
Muhammad Syahrur, Prinsip Dan Dasar Hermeneutika Hukum Islam Kontemporer (Yogyakarta:
eLSAQ Press, 2007), 6.
13
Ulfiyati, Nur Shofa. "Pemikiran Muhammad Syahrur (Pembacaan Syahrur Terhadap Teks-Teks
Keagamaan)." Et-Tijarie: Jurnal Hukum Dan Bisnis Syariah 5.1 (2018), 63.
yang diwarisi, yang hanya menjadi narkotik pada pendapat umum. Mereka
beranggapan ritual adalah sebuah gambaran ketidak jelasan. 14
1. Dari sisi kuantitas, pada ayat QS. 4:3 berbicara tentang pernikahan dengan
redaksi “fangkihu” yang kemudian mengawali jumlah istri dengan angka dua.
Maka batas minimal istri difahami satu orang perempuan, dan batas
maksimalnya adalah empat orang perempuan. Proses peningkatan dari dua,
tiga dan empat dalam hitungan bilangan bulat karena manusia tidak dapat
dihitung dengan angka pecahan. Batas minimal jumlah perempuan yang
dinikahi adalah satu dan batas maksimalnya adalah empat. Penyebutan satu
persatu jumlah perempuan dalam redaksi ayat adalah dipahami sebagai
penyebut bilangan bulat secara berurutan, sehingga tidak dapat difahami
sebagai dua + tiga + empat yang kemudian menghasilkan angka sembilan.
Maka jika poligami tidak diperbolehkan maka tetap bisa mengamalkan ayat
ini karena mengandung batasan minimal. Juga sebaliknya, jika seandainya
poligami di perbolehkan dan seseorang menikahi empat perempuan, maka ia
tetap berada dalam lingkup pengamalan ayat tersebut, karena dalam ayat
tersebut juga mengandung batas maksimal dalam hal ini adalah empat
perempuan.
2. Dari sisi kualitas, yang dimaksud syahrur adalah apakah istri kedua dan
seterusnya adalah perempuan yang janda atau perawan. Dan jika janda,
apakah janda yang memiliki anak atau tidak sama sekali ? masih menurut
syahrur, jika kita hanya terfokus pada ayat yang menjelaskan dari sisi
kuantitas tanpa melihat sisi kualitasnya. Bagaimana dapat memahami
14
Ulfiyati, Nur Shofa. " Et-Tijarie: Jurnal Hukum Dan Bisnis Syariah 5.1 (2018), 63-64.
hubungan redaksi ayat yang berbentuk jawaban dari persyaratan yang di
sebutkan oleh ayat sebelumnya (pola kalimat jawab al-syarti antara ayat
fangkihu ma thaba lakum min al-nisa’ dengan ayat wain khiftum alla tuqsitu
fil yatama). Pada kontek ini kita harus memahami hubungan syarat dengan
jawab syarat, sehingga akan memperoleh pemahaman : ayat ini menyebutkan
syarat kualitas bagi istri kedua, ketiga dan keempat tidak pada sitri yang
pertama. Sehingga ayat ini memberikan keluasan pada istri pertama dengan
membebaskannya dari syarat kualitas akan tetapi memberikan syarat pada
selain itu. Kemudian muncul kemungkinan apakah ia seorang perawan, janda
dengan anak atau janda tanpa anak. Agar terjadi kesetaraan antara redaksi
jawab syarat (fangkihu) dan redaksi syaratnya, yaitu keadilan kepada anak
yatim, ayat ini harus difahami sedang membicarakan para ibu janda dari
anak-anakyatim, sehingga dapat disimpulkan bahwa ayat ini memberi
kelonggaran dari segi jumlah hingga empat istri, akan tetapi menetapkan
persyaratan bagi istri kedua, ketiga dan keempat harus seorang perempuan
yang berstatus janda yang memiliki anak. Konsekuensinya, seorang laki-laki
yang menikahi janda harus memelihara anak-anak yang ikut bersamanya
sebagaimana ia memelihara dan mendidik anaknya sendiri.15
15
Ulfiyati, Nur Shofa. " Et-Tijarie: Jurnal Hukum Dan Bisnis Syariah 5.1 (2018), 65.
pendekatan ini, suat konsep terma tertentu dapat diidentifikasi dengan memahami
kata-kata yang berada di sekelilingnya.16
16
Ulfiyati, Nur Shofa. " Et-Tijarie: Jurnal Hukum Dan Bisnis Syariah 5.1 (2018), 66.
BAB III
PEMUTUP
A. Kesimpulan
Muhammad Syahrur adalah salah satu dari pemikir muslim dimasa
kontemporer. Syahrur dinilai sebagai pemikir muslim yang unik karena berbeda
dengan mayoritas pemikir islam yang lain, hal ini dikarenakan dia memiliki latar
belakang keilmuan yang berda. Syahrur memiliki gelar megister dan doktor di
bidang mekanik pertahanan dan teknik bangunan. Akan tetapi dengan gelar
tersebut dia tak patah semangat dalam mendalami keilmuan agama islam. Gelar
pemikir muslim syahrur dapatkan setelah dia mempelajari filsafat dan didukung
dengan penguasaannya dalam beberapa bahasa dunia meliputi, bahasa arab,
bahasa rusia dan bahasa inggris. Dengan bermodal penguasaannya dalam berbagai
bahasa dunia lah ia dapat banyak belajar tentang filsafat humanisme, filsafat
bahasa dan semantik arab.
Dengan latar belakang keilmuan yang unik ini, mempengaruhi pola pikir
dan produk-produk pemikiran yang syahrur peroleh. Sehingga syahrur berhasil
memadukan keilmuan yang dia punya dengan ilmu keislam. Salah satunya dalam
menafsirkan Al-qur’an. Syahrur berhasil merumuskan dua metode baru dalam
penafsiran. Pertama, metode analisis linguistik dan semantik. Kedua, teori limit
atau dikenal dengan teori batas (nazhariyyah al-hudud).
Dengan dua metode penafsiran yang syahrur rumuskan tersebut, dia
membedai dengan ulama tafsir pada umumnya dalam mengkaji ayat-ayat Al-
qur’an. Syahrur mengkaji ayat yang bersifat hududiyyah dengan tidak hanya
melihat dari sisi kuantitas saja melainkan juga di kaji dari sisi kualitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
“Bacaan Kontemporer”, dalam M. Aunul „Abied Shah, et.al., Islam Garda Depan
Penafsiran Al_Qur’an,”
(2016)