Anda di halaman 1dari 14

PEMIKIRAN MODERN RASYID RIDHA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Pemikiran Modern Dalam Islam

Disusun oleh:
EPA SUHARTIA (2021010007)
PIPIH NURUL HAPIPAH (2021010034)
ROBY SUGARA (2021010039)
SITI MASNONEH (2021010049)

Dosen Pengampu:
Dr. FAUZI AL-MUBAROK, M.Ag.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS CENDEKIA ABDITAMA
TANGERANG – BANTEN
OKTOBER 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur atas kehadirat Allah Swt. yang telah


memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, tak lupa juga
sholawat beriring salam kita haturkan kepada baginda kita Nabi Muhammad saw.
beserta keluarganya dan para sahabatnya.
Makalah yang kami susun ini berjudul “Pemikiran Modern Rasyid Ridha”.
Dalam kesempatan yang baik ini kami mengucapkan terimakasih kepada yang
terhormat bapak Dr. Fauzi Al-Mubarok, M.Ag. selaku dosen pengampu mata
kuliah Pemikiran Modern Dalam Islam, serta rekan-rekan mahasiswa PAI malam
semester tujuh. Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan serta pengalaman bagi pembaca.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami sangat menyadari sepenuhnya
bahwa ada banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa, pembahasan,
maupun segi lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka kritik
dan saran demi perbaikan makalah yang telah kami buat. Kami sangat berharap
makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
mengenai pemikiran modern Rasyid Ridha. Semoga makalah ini dapat
memberikan informasi dan dapat dipahami oleh siapapun yang membacanya.

Tangerang, 22 Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Biografi Muhammad Rasyid Ridha..............................................................3
B. Pemikiran Muhammad Rasyid Ridha...........................................................4
C. Ide-Ide Pemikiran Muhammad Rasyid Ridha...............................................6
BAB III PENUTUP...............................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................................10
B. Saran............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan pemikiran Islam membawa dampak yang signifikan
dalam sejarah peradaban modern saat ini, baik dalam segi keilmuan dan
teknologi. Melalui pemikiran yang dibawa Muhammad Rasyid Ridha
menandakan bahwa agama Islam dapat mengikuti perkembangan zaman
tanpa adanya pengaruh dari bangsa Barat. Sebab, sejatinya Ridha berhasil
mengimplementasikan hasil pemikirannya ke dalam beberapa aspek
diantaranya ijtihad, pendidikan, dan bahkan politik.
Kajian pemikiran Rasyid Ridha merubah umat Islam yang enggan
menerima modernitas ilmu pengetahuan dengan alasan takut masuknya
paham Barat kedalam agama, dengan penolakan ini Islam berada dalam
kejumudan dan mengikuti tradisi-tradisi yang kontra akan perkembangan
zaman.
Dalam pembahasan ini, jelaslah bahwa sasaran pemikiran yang
dibawa Rasyid Ridha menjurus pada 3 aspek; ijtihad, pendidikan dan
politik. Pertama, perlu adanya rekonstruksi hukum dengan cara
mengembalikannya ke dalam Syaria’t sebagaimana yang diajarkan oleh
Rasullullah. Kedua, pendidikan berbasis Islam merupakan solusi dari
konteks pluralistas yang ada di Indonesia, hal ini selaras dengan pendapat
Nuryanto bahwa dengan pendidikan Islam umat Muslim dapat membuka
dan proporsional melihat perbedaan keyakinan. Ketiga, ditengah maraknya
isu Pluralisme politik Islam dapat dijadikan sebagai solusi penegakan
hukum, karena sejatinya Islam menjunjung tinggi aspek keadilan dan
mengedepankan sesetaraan kedudukan di muka undang-undang.
Dari berbagai masalah-masalah yang terjadi, pemuka Islam mulai
memikirkan cara untuk mengatasi hal tersebut. Dengan cara menimbulkan
ide-ide yang dapat membawa pembaharuan dikalangan umat Islam. Salah
satu pemuka Islam yang resah terhadap kemunduran Islam pada masa itu

1
adalah Rasyid Ridha. Rasyid Ridha ingin mengadakan pembaharuan
disegala bidang. Rasyid Ridha melihat umat Islam banyak mengikuti
peradaban Barat dan banyak meninggalkan nilai-nilai keIslaman serta
banyak umat Islam yang terpecah belah oleh perebutan kekuasaan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Muhammad Rasyid Ridha?
2. Apa Pemikiran Muhammad Rasyid Ridha?
3. Apa Saja Ide-Ide Pemikiran Muhammad Rasyid Ridha?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Biografi Muhammad Rasyid Ridha.
2. Untuk mengetahui Pemikiran Muhammad Rasyid Ridha.
3. Untuk mengetahui Ide-Ide Pemikiran Muhammad Rasyid Ridha.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dalam makalah ini yaitu untuk
menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis maupun para pembaca
mengenai pemikiran modern Rasyid Ridho.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Muhammad Rasyid Ridha


Memiliki nama lengkap Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin
Syamsudin bin Baha’udin Al-Qolmuni Al-Husaini, dilahirkan di Qalamun,
Kota Libanon pada tahun 1282 H/1865 M-1354 H/1935 H. Adapaun saat
itu daerah Libanon merupakan wilayah dari Kerajaan Turki Utsmani.
Rasyid Ridha adalah seorang intelektual muslim dari Suriah yang
mengembangkan gagasan modernisme Islam yang awalnya digagas oleh
Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh. Orang tua Rasyid Ridha
berasal dari keturunan al-Husayn putra Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah
Putri Rasulullah. Oleh sebab itu, Rasyid Ridha mendapatkan gelar Sayyid
di depan namanya karena ayah beliau yaitu al-Sayyid Ali Ridha yang
merupakan seorang Sunni bermadzhab Syafi’i.
Pendidikannya diawali dengan membaca al-Qur’an, menulis dan
berhitung di kampungnya, Qalamun, Suriah. Berbeda dengan anak-anak
seusianya, Muhammad Rasyid Ridha lebih senang menghabiskan
waktunya untuk belajar dan membaca buku daripada bermain. Sejak kecil
ia telah memiliki kecerdasan yang tinggi dan kecintaan terhadap ilmu
pengetahuan (Keislaman, n.d.). Riwayat pendidikan beliau dimulai ketika
ia lancar membaca kemudian masuk di Madrasah al-Rasyidiyah, yaitu
sekolah milik pemerintah di kota Tripoli. Didalam sekolah tersebut, M.
Rasyid Ridha belajar beberapa diantaranya; berhitung, bahasa (qowai’d),
ilmu bumi, dan agama. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya ke
Madrasah al-Wathaniyah al-Islamiyyah yang didirikan oleh Syekh Husein
al-Jisr ketika umur 18 tahun. Di Madrasah ini lebih maju dengan
pendidikan Rasyid Ridha sebelumnya, sebab ia mulai belajar mantik,
matematika, filsafat dan ilmu agama lainnya. Gurunya Syekh Husein al-
Jisr sangat berjasa terhadap pemikiran yang telah digagas Rasyid Ridha
kelak, karena ia yang mengantarkannya bertemu dengan 2 tokoh

3
pembaharuan dunia Islam yang sangat dikagumi yaitu Muhammad Abduh
dan Jamaluddin al-Afghani di Mesir. Melalui surat kabar berbahahasa
Arab bernama “al-‘Urwah al-Wusqa”, ia juga banyak belajar dan
mengenal mereka berdua. Setelah kepergian guru Rasyid Ridha yang
bernama Jamaluddin al-Afghani, ia kemudian pergi ke Kairo pada tahun
1897 dengan tujuan mengikuti tokoh ilmuan terkenal yaitu Muhammad
Abduh. Hingga pada akhirnya, Lewat bimbingan Muhammad Abduh,
Rasyid Ridha menafsirkan Al-Qur’an sesuai tuntunan zaman kemudian
diterbitkan kedalam majalah “al-Manar” hingga dibukukan menjadi
“Tafsir al-Manar” sampai saat ini.
Sayid Muhammad Rasyid Ridha meninggal pada Kamis, 23
Jumadil U’la 1354 H atau bertepatan dengan 22 Agustus 1935. Semasa
hidupnya, beliau telah mengarang beberapa kitab diantaranya;
1. Al-Hikmah asy-Syar’iyah fi Muhakamat al-Dariyah wa al-Rifai’yah
merupakan karya beliau yang pertama ketika belajar.
2. Al-Azhar dan al-Manar yang berisi tentang Al-Azhar di Kairo.
3. Tarikh al-Ustadz al-Imam berisi guru beliau yaitu Muhammad Abduh.
4. Nida’ li al-Jins al-Lathif berisi tentang hak dan kewajiban wanita.
5. Zikra al-Maulid anNabawi,
6. Risalatul Hujjah al-Islam alGhazali,
7. Al-Sunnah wa al-Syia’h,
8. AlWahdah al-Islamiyyah,
9. Haqiqah ar-Riba,
10. Majalah al-Manar,
11. Tafsir al-Manar,
12. Tafsir surah-surah al-Ikhlas, al-Kafirun dan al-Mu’awwidzatin.
(Rasyid, n.d.)

B. Pemikiran Muhammad Rasyid Ridha


Muhammad Rasyid Ridha sangat terpengaruh oleh Ihya Ulum ad-
Din karya al-Ghazali. Kitab Ihya Ulum ad-Din membantu membentuk

4
pandangannya bahwa umat muslim harus secara sadar menghayati
(menginternalisasikan) keimanannya, dan melampaui ketaatan-ketaatan
lahiriyah belaka, serta harus selalu menyadari implikasi etis dari tindakan-
tindakannya. Kitab Ihya Ulum ad-Din mendorong Muhammad Rasyid
Ridha muda untuk berkonsentrasi kepada persiapan spiritual untuk
kehidupan akhirat. Kitab tersebut tidak hanya menarik minatnya untuk
berulang kali membacanya, tetapi telah menjadi gurunya yang pertama
dalam membentuk kepribadiannya. Sewaktu dalam pengaruh al-Ghazali
itulah, kata Muhammad Rasyid Ridha ia mengikuti tarekat
Naqsyabandiyyah, mengamalkan ajaran-ajarannya, dan melaksanakan
latihan- latihan ‘uzlah yang sangat berat.
Beberapa tahun kemudian setelah tekun menjalani kehidupan sufi
dan mengamalkan ajaran-ajaran tarekat, Muhammad Rasyid Ridha
menyadari banyakanya bidah dan khurafat yang terdapat dalam ajaran-
ajaran tasawuf dan tarekat tersebut. Karena itu, ajaran-ajaran tersebut
ditinggalkannya. Bahkan, sikapnya terhadap ajaran-ajaran tasawuf dan
tarekat, tidak hanya sampai disitu, tetapi ia membimbing masyarakatnya
agar meninggalkan ajaran-ajaran yang telah bercampur baur dengan bidah
dan khurafat tersebut. Yaitu dengan membuka pengajian untuk kaum pria
dan pengajian untuk kaum wanita, menebang pohon- pohon yang dianggap
keramat dan membawa berkah, dan melarang masyarakat mencari berkah
dari kuburan-kuburan para wali atau bertawasul dengan para wali yang
telah wafat.
Perubahan sikap Muhammad Rasyid Ridha terhadap ajaran
tasawuf dan tarekat muncul setelah ia mempelajari kitab-kitab hadits
dengan tekun. Perubahan sikapnya terhadap ajaran-ajaran tersebut semakin
terlihat dengan jelas setelah ia terpengaruh oleh ide-ide pebaharuan Syekh
Jamal al-Din al-Afghani dan Syekh Muhammad Abduh yang dimuat
dalam majalah al-‘Urwah al-Wutsqa yang mereka terbitkan di Paris,
Prancis. Muhammad Rasyid Ridha mulai membaca majalah tersebut
ketika ia masih belajar di Tripoli.

5
Melalui surat kabar ini, Muhammad Rasyid Ridha mengenal
gagasan dua tokoh pembaharu yang sangat dikaguminya, yaitu Jamaluddin
Al-Afghani, seorang pemimpin pembaharu dari Afghanistan, dan
Muhammad Abduh, seorang pembaharu dari Mesir. Ide-ide brilian yang
dipublikasikan itu begitu berkesan dalam dirinya dan menimbulkan
keinginan kuat untuk bergabung dan berguru pada kedua tokoh itu.
Keinginan untuk bertemu dengan Al-Afghani ternyata belum
tercapai, karena tokoh ini lebih dahulu meninggal dunia. Namun, ketika
Muhammad Abduh dibuang ke Beirut pada akhir 1882, Muhammad
Rasyid Ridha berkesempatan berdialog serta saling bertukar ide dengan
Abduh. Pertemuan dan dialog dengan Muhammad Abduh semakin
menumbuhkan semangat juang dalam dirinya untuk melepaskan umat
Islam dari belenggu keterbelakangan dan kebodohannya.
Di Libanon, Muhammad Rasyid Ridha mencoba menerapkan ide-
ide pembaruan yang diperolehnya. Namun, upayanya ini mendapat
tentangan dan tekanan politik dari Kerajaan Turki Usmani yang tidak
menerima ide-ide pembaruan yang dilontarkannya. Akibat semakin
besarnya tentangan itu, akhirnya pada 1898 M, Muhammad Rasyid Ridha
pindah ke Mesir mengikuti gurunya, Muhammad Abduh, yang telah lama
tinggal di sana.
Di kota ini, Muhammad Rasyid Ridha langsung menemui
Muhammad Abduh dan menyatakan keinginannya untuk menjadi murid
dan pengikut setia Abduh. Rasyid Ridha tidak hanya menjadi murid yang
paling dekat dan setia kepada Abduh tetapi menjadi mitra, penerjemah,
dan pengulas pemikiran-pemikirannya. (Muhammad et al., 2018)

C. Ide-Ide Pemikiran Muhammad Rasyid Ridha


Pada tahun 1898 Rasyid Ridha hijrah ke Kairo dengan maksud
berguru dan bergabung dengan Muhammad Abduh. Langkah pertama
yang dilakukan Rasyid di Mesir adalah mendesak Abduh untuk
menerbitkan sebuah majalah sebagai corong mereka. Menurut Rasyid, hal

6
ini penting karena cara yang tepat untuk menyembuhkan penyakit umat
ialah pendidikan serta menyiarkan ide-ide yang pantas untuk menentang
kebodohan dan pikiran-pikiran yang mengendap dalam diri umat. Abduh
menyetujui saran muridnya itu, kemudian terbitlah sebuah majalah yang
diberi nama al-Manar. Nama yang diusulkan Rasyid dan disetujui Abduh.
Dalam terbitan perdananya dijelaskan bahwa tujuan al-Manar sama
dengan al-‘Urwah al-Wusqa, yakni sebagai media pembaharuan dalam
bidang agama, sosial, ekonomi, menghilangkan faham-faham yang
menyimpang dari agama Islam, peningkatan mutu pendidikan, dan
membela umat Islam dari kebuasan politik Barat.
1. Ide Pembaharuan Bidang Pendidikan
Erat kaitannya dengan konsep “jihad” yang dikemukakannya,
Rasyid menganjurkan umat Islam memiliki satu kekuatan untuk
menghadapi beratnya tantangan dunia modern. Kekuatan itu hanya
dapat dimiliki jika umat Islam bersedia menerima peradaban Barat.
Jalan untuk memperoleh peradaban Barat itu ialah berusaha
memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi Barat itu sendiri. Ilmu
pengetahuan dan teknologi tidak berlawanan dengan Islam, bahkan
umat Islam wajib mempelajari dan menerima ilmu pengetahuan dan
teknologi itu bila mereka ingin maju.
Dalam berbagai tulisannya, Rasyid mendorong umat Islam
untuk menggunakan kekayaannya dalam pembangunan lembaga-
lembaga pendidikan. Menurut Rasyid, membangun lembaga
pendidikan lebih baik dari membangun masjid. Baginya masjid
tidaklah besar nilainya apabila orang-orang yang shalat di dalamnya
hanyalah orang-orang bodoh. Dengan membangun lembaga
pendidikan, kebodohan dapat dihapuskan dan dengan demikian
pekerjaan duniawi dan ukhrawi akan menjadi baik. Satu-satunya jalan
menuju kemakmuran adalah perluasan pendidikan secara umum.
Di bidang pendidikan ia mendirikan sekolah sebagai misi Islam
dengan nama Madrasah al-dakwah Wa al-Irsyad di Kairo pada tahun

7
1912 M. Para alumni madrasah ini disebarkan ke berbagai dunia Islam.
Muhammad Rasyid Ridha sebagai penggerak pembaharuan Islam yang
masih condong pada ajaran-ajaran Ibnu Taimiyah. Ia sebagai
penyokong aliran Wahabi, karena dalam ajaran aliran tersebut
dikemukakan pengakuan bermazhab salaf yang bertujuan
mengembalikan ajaran Islam kepada al-Qur’an dan al-Hadis.
2. Ide Pembaharuan Bidang Agama
Ada beberapa faktor yang menyebabkan umat Islam lemah dan
jauh ketinggalan oleh orang Barat, di antaranya Islam telah kemasukan
ajaran-ajaran yang nampaknya Islam, tetapi sebenarnya bukan. Hal itu
menyebabkan umat Islam melaksanakan ajaran yang tidak sesuai lagi
dengan ajaran Islam sebenarnya.
Menurut Rasyid Ridha, umat Islam dapat mengejar
ketinggalannya dari bangsa Eropa, jika mereka kembali kepada ajaran
Islam sebenarnya sebagaimana telah diajarkan Nabi Muhammad saw.
dan dipraktekkan oleh sahabat. Dengan demikian, Rasyid
menganjurkan untuk menggali kembali teks al-Qur’an.
Ijtihad adalah modal awal demi keberlangsungan syariat Islam
yang memenuhi seluruh kebutuhan pembaruan karena syariat Islam
adalah syariat penutup dari Tuhan, dan hikmah dari semua itu adalah
bahwasanya Allah Swt., telah menyempurnakan agama ini dan
menjadikannya agama yang universal antara ruh dan jasad, dan
memberikan kesempatan seluas-luasnya pada umatnya untuk berijtihad
yang benar dan dalam mengambil istinbat. Kedua sisi ini sangat sesuai
dengan kemaslahatan manusia di setiap tempat dan waktu.
3. Ide Pembaharuan Bidang Politik dan Hukum
Walaupun Rasyid Ridha mengakui kemajuan peradaban Barat,
tetapi dia tidak setuju dengan ide kebangsaan yang dibawa bangsa
Barat. Menurut Rasyid, umat Islam tidak perlu meniru ide kebangsaan
Barat, karena dalam Islam rasa kebangsaan itu dibangun atas dasar
keagamaan. Sejalan dengan konsepnya ini, Rasyid merindukan

8
pulihnya kesatuan dan persatuan umat. Ia mengajak umat Islam untuk
bersatu kembali di bawah satu sistem hukum dan moral. Untuk
melaksanakan hukum harus ada kekuasaan dalam bentuk negara.
Negara yang dianjurkan Rasyid Ridha ialah negara dalam bentuk
kekhalifahan. Kepala negara dibantu oleh ulama-ulama pembantu.
Khalifah hendaklah seorang mujtahid, karena ia mempunyai kekuatan
legislatif. Di bawah kekhalifahan seperti inilah kesatuan dan kemajuan
umat dapat tercapai.
Konsep kekhalifahan yang diajukan Rasyid sebagai yang
termuat dalam buku al-Khalifah, kelihatannya semata-mata hasil
renungan dan pandangannya terhadap sejarah perjalanan khalifah al-
Rasyidin. Dia hanya melihat pada fungsi negara dengan
mengenyampingkan persepsi negara ditinjau dari sudut pertumbuhan
penduduk. Dengan kata lain, Rasyid kurang menghayati dinamika
sejarah pemerintahan Islam pada zaman klasik dan pertengahan.
Secara administrasi, sistem kekhalifahan itu memancing instabilitas
dan perebutan kekuasaan karena secara langsung menutup kreativitas
dan aspirasi rakyat. Tampaknya sistem kekhalifahan sudah tidak sesuai
lagi dengan perkembangan zaman. (Keislaman, n.d.)

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil simpulan sebagai berikut,
bahwa Muhammad Rasyid Ridha termasuk ulama yang produktif dalam
menulis gagasan-gagasan pembaharuan Islam dalam spektrum yang luas,
hingga saat ini karyanya masih banyak dikaji oleh para peminat kajian
Islam. Aspek-aspek pembaharuannya meliputi: (1) Dibidang pendidikan,
Rasyid Ridha sangat menginginkan adanya perpaduan antara pendidikan
agama dengan pendidikan umum, untuk membentuk generasi yang tidak
hanya mempunyai ilmu dan wawasan yang luas tetapi juga mempunyai
akhlak dan pribadi yang mencerminkan seorang pemimpin yang bersih.
Dan memusatkan perhatian pada reformasi intelektual Islam, pembaharuan
ilmu syari’at dan bahasa Arab serta membangkitkan lembaga-lembaga
yang membentuk pemikiran umat Islam. (2) Dibidang agama, Rasyid
Ridha menginginkan umat Islam menggali kembali teks al-Qur’an dan
Hadis dengan cara mempertahankan syari’at Islam beserta ilmu-ilmunya,
menyebarluaskan fatwa-fatwa kontemporer dan menetapkan al-Qur’an
antara fiqih kontemporer dan fiqih ahkam serta memberikan penerangan
kepada umat tentang perbedaan antara agama dan tradisi yang ada di
masyarakat. (3) Di bidang politik, Rasyid Ridha memberikan pemahaman
tentang persatuan umat.

B. Saran
Diharapkan kepada seluruh mahasiswa agar memahami tentang
pemikiran modern Rasyid Ridho, sehingga kita sebagai mahasiswa dapat
mengamalkan pengetahuan kita tentang materi ini. Semoga teman-teman
semakin meningkat minat bacanya agar tidak hanya puas pada makalah ini
saja dan akan mengeksplor referensi yang lebih luas lagi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Keislaman, T. J. (n.d.). TAZKIYA Jurnal Keislaman, Kemasyarakatan &


Kebudayaan 191, 191–204.
Muhammad, P., Ridha, R., Islam, P. P., Tarbiyah, F., Keguruan, D. A. N., Negeri,
U. I., & Lampung, R. I. (2018). RADEN INTAN LAMPUNG TAHUN 1439
H / 2018 M TAHUN 1439 H / 2018 M.
Rasyid, M. (n.d.). Ijtihad, Pendidikan, dan Politik dalam Pemikiran Muhammad
Rasyid Ridha.

11

Anda mungkin juga menyukai