Anda di halaman 1dari 12

Muhammad Syahrur

Biografi dan analisis pemikiran Muhammad Syahrur

Dosen Pengampu : Mahillah, M.Fil.I.

Disusun Oleh Kelompok 5:

1. Erna Widiyawati (U20194056)


2. Mohamad Zainul Arifin (U20194057)
3. Hilmi Disa-Ae (U20194084)
4. Khosiatin Muyassyaroh (U20194004)
5. Naila Afnin Rona S. (U20194040)

SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH. AHMAD SIDDIK JEMBER

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengen
tepat waktu. Kedua kalinya sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan
kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Karena berkat beliau kami bisa menimba ilmu pengetahuan, yakni dengan adanya
agama islam. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yakni dapat membantu mahasiswa
dalam menambah wawasan dan semoga bermanfaat, juga selain itu untuk memenuhi tugas
mata kuliah Sejarah Pemikiran Intelektual Islam yang diampu oleh Ibu Mahillah, M.Fil.I.

Kami penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir, semoga Allah SWT senantiasa meridhoi
segala usaha kita. Amin Ya Robbal ‘Alamin.

Jember, 30 Mei 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................

KATA PENGANTAR..............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................

A. Latar Belakang Masalah.................................................................................


B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan Masalah..............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................

A. Biografi Singkat ........................................... ..............................................


B. Analisis pemikiran Muhammad Syahrur tentang konsep hudud...................

BAB III PENUTUP..................................................................................................

Kesimpulan................................................................................................................

Daftar Pustaka.............................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu faktor yang memungkinkan terjadinya perubahan hukum Islam
adalah pengaruh kemajuan dan pluralitas sosial-budaya dan politik dalam
masyarakat dan negara. Perubahan sosial yang dihadapi oleh umat Islam di masa
modern ini telah menimbulkan sejumlah masalah serius yang berkaitan dengan
hukum Islam. Di lain pihak metode yang dikembangkan para pembaru dalam
menjawab permasalahan tersebut terlihat belum cukup memuaskan.
Salah satu tokoh pemikir kiri islam yang pernah menggoncangkan dunia
pemikiran arab ini mempunyai nama lengkap Muhammad Syahrur bin Daid. Ia
lahir di Shalihiyyah Damaskus, Syria, pada 11 April 1938, ketika negeri tersebut
dijajah oleh Negara Pranci, meskipun sudah mendapatkan status setengah
merdeka. Ayah beliau bernama Deib ibnu Deib Syahrur dan ibu beliau bernama
siddiqah binti Salih Filyun. Muhammad Syahrur adalah anak kelima. Pendidikan
tingkat ibtida’ dan i’dad-nya dimulai dari Madrasah Damaskus. Sementara
pendidikan tingkat tsanawiyah-nya diperoleh dari Madrasah Abdurrahman al-
Kawakibi Damaskus, sebuah madrasah yang namanya diambil dari nama seorang
penulis Arab terkenal yang hidup pada 1849-1903 dan gigih menyerukan
perlawanan bangsa arab atas bangsa Turki yang korup.

B. Rumusan Masalah
1. Biografi Muhmmad Syahrur?
2. Bagaimana pengertian konsep hudud Muhammad Syahrur?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka penyusuna makalah
ini bertujuan untuk:
1. Menjelaskan bagaimana biografi Muhammad Syahrur
2. Menjelaskan bagaimana pengertian konsep hudud Muhammad Syahrur
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Muhammad Syahrur

Muhammad Syahrul adalah salah satu tokoh pemikir kiri atau Islam liberal yang
memiliki nama asli Muhammad Syahrul Ibnu Dayb, beliau lahir di perempatan Salihiyah,
Damaskus, Syria pada tanggal 11 April 1938.1 Syiria merupakan salah satu negara yang
pernah mengalami masalah modernitas khususnya benturan keagamaan dengan gerakan
modernisasi Barat. Masalah ini muncul dikarenakan Syria pernah diinvasi oleh negara
Perancis akibat dari gerakan modernisasi Turki, karena Syria pernah menjadi region atau
wilayah bagian dari dinasti Ustmani Turki.

Muhammad Syahrul menempuh pendidikan dasar dan menengahnya di Syria hingga


memperoleh ijazah Sekolah Menengah pada tahun 1957 dari lembaga pendidikan formal
Abdur Rahman Al-Kawakibi Damaskus.2 Pada tahun 1958 Muhammad Syahrul
memperoleh beasiswa pendidikan dari pemerintah Syria dan berangkat ke Saratov
Moskow, Uni Soviet untuk mempelajari ilmu teknik sipil dan mampu menyelesaikan
pendidikannya pada tahun 1964 dengan gelar Diploma teknik sipil, dan pada tahun 1965
Muhammad Syahrul kembali ke Syiria dengan gelar sarjana teknik sipil dan mulai
mengajar di fakultas teknik sipil universitas Damaskus.3

1
Hendri Hermawan Ardiansyah dkk “Reaktualisasi Hukum Islam di Indonesia (Analisis terhadap teori hudud
Muhammad Syahrur) Universitas Dian Nusantoro, IAIN Pekalongan, UIN semarang. 1 maret 2018.
2
Hendri Hermawan Ardiansyah dkk “Reaktualisasi Hukum Islam di Indonesia (Analisis terhadap teori hudud
Muhammad Syahrur) Universitas Dian Nusantoro, IAIN Pekalongan, UIN semarang. 1 maret 2018.
3
Ahmad Fatah, Hermenuitika Muhammad Syahrur (telaah tentang teori hudud) STAIN Kudus 2017.
Pada tahun 1968 Muhammad Syahrul oleh Universitas dikirim ke Irlandia tempatnya
di Ireland National University untuk meneruskan pendidikannya hingga memperoleh
gelar magister pada tahun 1969 dan Doktor pada tahun 1972 dengan spealisasi mekanika
pertahanan dan fondasi, yang kemudian membuat beliau diangkat menjadi Profesor
Teknik Sipil di Universitas Damaskus pada tahun 1972-1999.4

Selama masa mengajarnya di universitas, Muhammad Syahrur banyak berkenalan


dengan pemikir-pemikir Islam lainnya yang mengajar di sana juga dan memiliki corak
pemikiran marxisme, seperti: Adonis, Yus al Hafiz, Alis Markuz dan lainnya. Selain
menjadi seorang dosen di Universitas Damaskus, Muhammad Syahrur juga menjadi
insinyur dalam mekanika pembangunan, dimana beliau terlibat dalam lebih dari 2000
pembangunan di Syiria.

Meskipun dari segi latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang nyaris tidak
bersentuhan dengan bidang keagamaan, akan tetapi Muhammad Syahrur tetap tertarik
untuk melakukan studi dan penelitian terhadap agama Islam. Adapun yang di jadikan
landasan dalam melakukan studi tentang agama di dapat dari beberapa filsafat, teori,
ataupun pemikiran yang mempengaruhi Muhammad Syahrul, seperti filsafat Hegelian
yang diketahui saat belajar di Dublin, pemikiran Alfred White Northead tentang filsafat
proses, filsafat marxisme dan komunisme saat belajar di Syiria, dan pengaruh dari
temannya, Ja’far Dak Al-Bab.

B. Analisis pemikiran Muhammad Syahrur tentang konsep hudud

Hudud secara bahasa adalah jamak dari kata had yang berarti memisahkan salah satu
barang (sesuatu) agar tidak tercampur dengan yang lain, atau salah satunya tidak
melampaui batas yang lainnya.5 Secara etimologi dapat dirumuskan bahwa hudud adalah
suatu pemisah atau pembatas yang tidak boleh dilewati karena suatu pelanggaran yang
mempunyai hukum.

Jenis-jenis hudud sebagaimana diklasifikasikan oleh fuquha adalah: perzinahan, qazaf


(menuduh berzinah), pencurian, hirabah (pengacau), dan bughat (makar), murtad, serta
peminum khamar.

4
Ahmad Fatah, Hermenuitika Muhammad Syahrur (telaah tenteng teori hudud) STAIN Kudus 2017.
5
Muhammad bin Mukarram bin Mansyur. 1409. Lisan al-Arab. Juz III. Bairut: Dar sadir.
Had zina (hukum zina) ditegakkan untuk menjaga keturunan dan nasab. Had al-
Qadzaf (hukuman orang menuduh zina tanpa bukti) untuk menjaga kehormatan dan harga
diri, Had as-Sariqah (hukuman mencuri) untuk menjaga harta. Had al-Hirabah (hukuman
para perampok) untuk menjaga jiwa, harta dan harga diri kehormatan. Had al-Baghi
(hukuman pembangkang) untuk menjaga agama dan jiwa. Had ar-Riddah (hukuman
orang murtad) untuk menjaga agama. Had peminum khamar untuk menjaga akal.6

Menurut Muhammad Syahrur (L. 1938 Di Damaskus) Teori batas (hudud) yang
ditetapkannya antara lain:

1. Poligami

Ayat tentang poligami adalah Q.S an-Nisa [4]: 3:

"Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap perempuan (yatim), maka
nikahilah yang kamu senangi dari wanita-wanita (lain): dua, tiga, atau empat. Lalu jika
kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka seorang saja atau hamba sahaya wanita
yang kamu miliki, yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya."

Ayat-ayat poligami yang termasuk ayat-ayat hududiyah ini memberikan batas


maksimal dan minimal baik dari segi jumlah, kuatitas maupun kualitas.7

a) Batas-batas Kuantitas

Muhammad Syahrur (L. 1938 di Damaskus) menyatakan bahwa ayat ini membicarakan
pernikahan dengan redaksi fankihu yang kemudian mengawali jumlah istri dengan angka 2
(matsna). Batas minimal istri adalah 1 orang perempuan dan batas maksimalnya adalah 4
orang perempuan. Proses peningkatan jumlah ini diawali dengan dua, tiga, dan terakhir
empat. Dalam hubungan bilangan bulat, karena manusia tidak dapat dihitung dengan angka
pecahan.

Poligami dibolehkan selama berada pada batasan hukum tersebut, yaitu antara satu
sampai empat. Orang yang menikah dengan satu istri berarti dia telah mengikuti batas
minimal hukum Allah, dan yang menikahi empat istri, dia juga tetap dalam batasan maksimal
hukum Allah secara kuantitatif

6
Kholid Syamsuddin. Taukah anda apa itu Hudud?. Dikutip oleh website: http://ekonomisyariat.com/belajar-
islam/taukah-anda-apa-itu-hudud.html
7
Muhammad Syahrur. 1997. Al-Kitab wa Al-Qur'an. Maktabah Wahbah
b) Batas-batas dari sisi kualitas

Syahrur (L. 1938 di Damaskus) menekankan pemahaman munasabah ayat dalam konteks
syarat dan jawab sayarat. Jadi dibolehkannya menikah sampai empat istri merupakan jawab
syarat dari ayat sebelummnya dan menjelaskan tentang keadilan pada anak yatim. Hal ini
menunjukkan bahwa pernikahan kedua sampai keempat berkaitan erat dengan memelihara
anak yatim. Dengan kata lain, wanita yang boleh dinikahi sebagai istri kedua, ketiga, atau
keempat, itu adalah ibu anak-anak yatim (janda) dan tidak dibolehkan menikahi wanita
perawan.8

2. Kewarisan

Qur'an surah an-Nisa [4]: 11.

"Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu, yaitu


bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua anak perempuan".

Syahrur (L. 1938 di Damaskus) menyatakan bahwa ayat waris ini menjelaskan
tentang batasan maksimal yang berlaku bagi laki-laki dan batasan minimal bagi perempuan.
Jika beban ekonomi keluarga sepenuhnya atau seratus persen ditanggung pihak laki-laki.
Sedangkan pihak perempuan sama sekali tidak terlibat atau nol persen, dalam kondisi ini
batasan hukum Allah dapat diterapkan yaitu memberikan dua bagian pada laki-laki dan satu
bagian bagi perempuan. Selanjutnya Syahrur menyatakan bahwa dari sisi presentase, bagian
minimal bagian perempuan adalah 33.3%, sedangkan bagian maksimal bagi laki-laki adalah
66.6%. Oleh karena itu jika memberi laki-laki sebesar 75% dan perempuan diberi 25%, maka
telah melanggar batasan yang telah ditetapkan oleh Allah, namun jika membagi 60% bagi
laki-laki dan 40% bagi perempuan, maka tidak melanggar batasan hukum Allah karena masih
berada dalam lingkup batas hukum Allah.9

3. Pakaian Wanita dan Hijab

Al-Qur'an surah An-Nur ayat 31:

8
Sahiron Syamsuddin dan Burhanuddin Zaki. 2007. Prinsip dan Dasar Hermeneutik Hukum Islam Kontemporer.
Yoyakarta: ELSAQ Press.
9
"Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan
kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali (yang biasa)
nampak daripadanya, dan hedaklah mereka menutupkan kain kudung ke dalamnya dan
janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka atau ayah mereka,
atau ayah suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara
laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam,
atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai
keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita, dan
janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan
dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu
beruntung".

Q.S al-Ahzab: 59:

"Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang
mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka". Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena mereka itu diganggu, dan
Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".

Muhammad Syahrur mengungkapkan tentang makna juyub dan khimar. Allah


menggunakan alyadhriba bikhumurihinna 'ala juyubihinna. Ayat ini menjelaskan bahwa
wanita muslim hendaklah menutup juyubnya. Muhammad Syahrur (L. 1938 di Damaskus)
menjelaskan kata tersebut melalui kajian linguistik. Kata al-juyub berasal dari kata ja-ya-ba
yang berarti lubang yang terletak pada sesuatu. Istilah al-juyub pada tubuh perempuan
memiliki dua tingkatan sekaligus sebuah lubang yang secara rinci berupa bagian antara dua
payudara, bagian bawah ketiak, kamaluan dan pantat, semua bagian ini disebut juyub yang
wajib ditutupi oleh perempuan.10 Oleh karena itu Allah berfirman wal-yadhribna
bikhumurihinna 'ala juyubihinna (dan hendaklah mereka mengulurkan kerudung mereka di
atas bagian juyub mereka). Kata al-khimar berasal dari kha-ma-ra yang berarti tutup. Istilah
al-khimar bukan hanya berlaku bagi pengertian penutup kepala saja, tetapi semua bentuk
tutup baik bagi kepala atau selainnya. Oleh karena itu Allah memerintahkan perempuan yang
beriman untuk menutup bagian tubuh mereka yang termasuk kategori al-juyub yaitu

10
perhiasan yang bersembunyi secara fisik dan melarang mereka memberlihatkan bagian
tersebut.

Muhammad Syahrur menjelaskan bahwa agar manusia tidak berlebih-lebihan dalam


berpakaian, maka Nabi menetapkan batasan maksimal dalam berpakaian bagi perempuan
melalui sabdanya kullu al-mar'ah 'auratun ma 'ada wajihiha wa kaffaiha (seluruh tubuh
perempuan adalah aurat selain wajah dan kedua telapak tangannya). Disamping itu perlu
dicatat bahwa sabda Nabi ini tidak bersifat abadi. Dalam hadist ini, Nabi telah membolehkan
bagi perempuan untuk menutup seluruh tubuhnya sebagai batas maksimal, tetapi Nabi tidak
membolehkan bagi perempuan, tetapi Nabi tidak membolehkan perempuan dalam kondisi
bagaimanapun (maksudnya dalam aktivitas sosial) untuk menutup wajah dan keduan telapak
tangannya, karena wajah manusia adalah ciri khasnya. Jika perempuan keluar dengan hanya
berpakaian yang menutup daerah intim bagian bawahnya saja (juyubiha al-supliyah), maka
dia telah keluar dari batasan Allah. Dan jika ia keluar tanpa memperlihatkan sedikitpun dari
anggota tubuhnya bahkan hingga wajah dan telapak tangannya, maka dia telah keluar dari
batasan Rasulullah Saw.

Selanjutnya Muhammad Syahrur melihat bahwa pakaian mayoritas penduduk bumi


berada pada wilayah antara batasan Allah dan batasan Rasul-Nya yang memang merupakan
fitrah manusia dalam berpakaian. Pada kondisi tertentu mereka berpakaian hingga mencapai
garis batas yang ditentukan baik maksimal maupun minimal dan pada kondisi yang lain
terkadang melanggar batasan tersebut.

Sebagai seorang intelektual, Muhammad Syahrur termasuk seorang penulis yang


produktif. Beberapa karya yang berhasil dia tulis adalah:

1. Al-Kitab wa al-Quran: Qira'ah Mu'ashirah


2. Dirasah Islamiyah Mu'ashirah fi ad-Daulah wa al-Mujtama'
3. Al-Islam wa al-Imam Manzumat al-Qiyam
4. Masyru' Misaq al-'Amal al-Islami
5. Nahwa Ushul Jadidah li al-Fiqh al-Islami.11

11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Muhammad Syahrul adalah salah satu tokoh pemikir kiri atau Islam liberal yang
memiliki nama asli Muhammad Syahrul Ibnu Dayb, beliau lahir di perempatan Salihiyah,
Damaskus, Syria pada tanggal 11 April 1938. Muhammad Syahrul menempuh pendidikan
dasar dan menengahnya di Syria hingga memperoleh ijazah Sekolah Menengah pada tahun
1957 dari lembaga pendidikan formal Abdur Rahman Al-Kawakibi Damaskus.

Hudud secara bahasa adalah jamak dari kata had yang berarti memisahkan salah satu
barang (sesuatu) agar tidak tercampur dengan yang lain, atau salah satunya tidak melampaui
batas yang lainnya. Secara etimologi dapat dirumuskan bahwa hudud adalah suatu pemisah
atau pembatas yang tidak boleh dilewati karena suatu pelanggaran yang mempunyai hukum.
Jenis-jenis hudud sebagaimana diklasifikasikan oleh fuquha adalah: perzinahan, qazaf
(menuduh berzinah), pencurian, hirabah (pengacau), dan bughat (makar), murtad, serta
peminum khamar.

Daftar Pustaka
Hendri Hermawan Ardiansyah dkk “Reaktualisasi Hukum Islam di Indonesia
(Analisis terhadap teori hudud Muhammad Syahrur) Universitas Dian Nusantoro,
IAIN Pekalongan, UIN semarang. 1 maret 2018
Hendri Hermawan Ardiansyah dkk “Reaktualisasi Hukum Islam di Indonesia
(Analisis terhadap teori hudud Muhammad Syahrur) Universitas Dian Nusantoro,
IAIN Pekalongan, UIN semarang. 1 maret 2018
Arifin: Ahmad Fatah, Hermenuitika Muhammad Syahrur (telaah tentang teori hudud)
STAIN Kudus 2017
Ahmad Fatah, Hermenuitika Muhammad Syahrur (telaah tenteng teori hudud) STAIN
Kudus 2017
Muhammad bin Mukarram bin Mansyur. 1409. Lisan al-Arab. Juz III. Bairut: Dar
sadir.
Kholid Syamsuddin. Taukah anda apa itu Hudud?. Dikutip oleh website:
http://ekonomisyariat.com/belajar-islam/taukah-anda-apa-itu-hudud.html
Muhammad Syahrur. 1997. Al-Kitab wa Al-Qur'an. Maktabah Wahbah.
Sahiron Syamsuddin dan Burhanuddin Zaki. 2007. Prinsip dan Dasar Hermeneutik
Hukum Islam Kontemporer. Yoyakarta: ELSAQ Press.

Anda mungkin juga menyukai