A. FASHOHAH
Fashohah menurut bahasa adalah : kalimat yang
menunjukkan arti jelas.
Dikatakan : "Seorang anak telah fasih dalam perkataannya"
jika memang ucapannya sudah jelas.
Fashohah dalam istilah, itu menjadi sifat pada kalimah, kalam,
dan mutakallim.
a.Fashohatul Kalimah .
adalah : Terhidarnya suatu kalimah dari Tanafur Huruf,
Mukholafatul Qiyas, dan Ghorobah.
- Tanafur huruf adalah: Suatu sifat pada kalimah yang
menyebabkan beratnya kalimah pada lidah dan sulit
mengucapkannya.
Contoh :
ُّظش َ ال: tempat yang kasar.
ال ِه ْع ِخ ُّْع: tanaman hitam, untuk penggembalaan unta
ُّ َ النق: air tawar yang jernih
ِاح
ال ُم ْستَس ِْز ُِّر : benang yang tepintal
Penjelasan :
Tanafur terbagi mejadi 2 yaitu :
1. Tanafur yang sangat berat terbatas. Contoh :
ُّظش َ ال: tempat yang kasar.
ال ِه ْع ِخ ُّْع: tanaman hitam, untuk penggembalaan unta
Lafadz ُّال ِه ْع ِخ ْعini dikatakan tanafur karena kesemuanya huruf
berasal dari satu makhroj yaitu huruf halaq.
Contoh lain :
ُّال ُم ْست َ ْش ِز ِر
: benang yang tepintal
Lafadz ini dikatakan tanafur karena Huruf Syin (bersifat Hams
dan Rokhwah) menengahi antara huruf ta' (bersifat Hams dan
Syadidah) dan huruf za' (bersifat Jahr).
Contoh lain:
ُّبُّقَب ُْر َ ْسُّقُ ْر
ٍ بُّقَب ِْرُّ َح ْر َ ُُّّ َولَي-ُّانُّقَ ْف ٍر ٍ ُُّّ َو َقب ُْرُّ َح ْر
ٍ بُّ ِب َم َك
" kuburan musuh harus ditempat yang sunyi, dan tiada
kuburan lain dekat kuburan itu"
Penjelasan :
Tanafur ini juga terbagi mejadi 2 yaitu :
1. Tanafur Syadid / A'la; yang sangat berat
pengucapannya
Penjelasan :
Kecacatan pada syair tersebut itu dari sisi Dhomirnya lafadz
ُِّ َ أَبَا ُّال ِغ ْيالyang merupakan
ُبَنُ ْوهyang kembali pada lafadz ن
lafadz yang diakhirkan secara Lafadz dan tingkatan.
Penjelasan :
Pada syair tersebut, dikatakan Ta'kid lafdhy karena :
1. Memisah antara fi'il dan lafad yang berta'alluq padanya
(muta'alliq) )َُّتُّ ِب ِهم ْ ( َجفَخdengan lafadz lain yaitu : وهُ ْمُّالَُّيَ ْجفَ ُخ ْونَُّ ِب َها.
َ
2. Mengakhirkan lafadzُّدَالَئِ ُلdari lafadz yang berta'alluq padanya :
ُّّ ِ بُّاألَغ
َر ِ سَ َعلَىُّال َح.
3. Memisah antara Na'at dan man'utnya :ل ُُّ ِ ِش َيم ُّدَالَئdengan
lafadz :
ُّّ ِ بُّاألَغ
َر ِ سَ َعلَىُّال َح
Dan adakalanya dari aspek makna disebabkan adanya
penggunaan majaz dan Kinayah yang Murodnya tidak bisa
dipahami. hal ini disebut Ta'kid Ma'nawy.
ْ ِنَش ََرُّال َم ِلكُ ُّأ َ ْل ِسنَتهُُّف
Seperti Ucapanmu :يُّال َم ِد ْينَ ُِّة
Dengan menghendaki arti dari:ُّ ُسنَته ِ أ َ ْلsebagai "Mata-mata".
dan yang benar adalah menggunakan lafadz : ُ عي ُْون ُّه ُ
dan Seperti juga Ucapan dari Penyair ( Abbas bin Ahnaf ) :
َعُّ ِلتَ ْج ُم ُّد
َ َايُّالد ُم ْو
َ ع ْين
َ ُّب َ ع ْن ُك ْمُّ ِلتَ ْق ُرب ُْو
ُ اُُّّوت َ ْس ُك َ َُّّار
ُِّ بُّبُ ْعدَُّالد ْ َ سأ
ُ ُ طل َ
"Aku mencari tempat tinggal jauh dari kalian, agar kalian
kelak menjadi dekat denganku, dan kedua mataku
mencucurkan air mata karena bahagia".
Penyair membuat kinayah (kata konotasi) pada lafad الجمود
dengan arti bahagia, padahal lafadz tersebut biasa digunakan
untuk sebuah kinayah (kata konotasi) untuk arti: "sulit
meneteskan air mata pada saat menangis (susah)". Yaitu
waktu susah ketika berpisah dengan kekasih, dan inilah yang
seketika dipaham dari lafad الجمود, bukan kebahagiaan
seperti yang dikehendaki oleh Penyair,
Untuk mengartikan sesuai yang dikehendaki Penyair itu
membutuhkan perantara yang banyak yaitu : lafad الجمود
diartikan dengan : keringnya mata dari air mata, lalu diganti
dengan arti : tidak ada air mata ketika menangis, lalu
diartikan : tidak adanya air mata secara muthlaq, lalu
diartikan : tidak adanya kesusahan, lalu baru diartikan
dengan : kebahagiaan. Oleh sebab itu dikatakan sebagai Ta’kid.
C. Fashohatul Mutakallim.
Adalah: Suatu sifat yang melekat pada seseorang (bakat) yang
bisa menyampaikan suatu maksud dengan perkataan yang
fashih pada semua tujuan yang ada (seperti memuji atau
menghina).
B. BALAGHOH
Balaghoh menurut bahasa : Sampai , Tuntas.
Menurut Istilah itu menjadi sifat pada kalam dan Mutakallim.
Balaghotul Kalam
adalah : Kesesuaian suatu kalam pada Muqtadhol Hal
(tuntutan keadaan) serta fashohahnya kalam itu.
Hal disebut juga Maqom adalah : Perkara yang mendorong
Mutakkalim untuk mendatangkan perkataan pada bentuk
tertentu.
Al-Muqtadho disebut juga I'tibar Munasib adalah : suatu
bentuk tertentu yang didatangkan suatu ibarat untuk
menyampaikannya.
Seperti :
Pujian adalah Suatu keadaan yang mendorong untuk
mendatangkan ibarat dengan bentuk Ithnab (memanjangkan
kalimat).
Cerdasnya Mukhotob adalah suatu keadaan yang mendorong
untuk mendatangkan ibarat dengan bentuk Ijaz (menyingkat
kalimat).
Pujian dan Cerdasnya Mukhotob disebut Hal, sedangkan
Ithnab dan Ijaz disebut Muqtadho.
sedangkan mendatangkan kalam dalam bentuk Ithnab dan Ijaz
dinamakan menyesuaikan pada Al-Muqtadho (tuntutan).
ILMU MA'ANI
BAB I
KHOBAR DAN INSYA'
Kalam Insya' adalah : Kalam yang tidak sah secara logika untuk
dikatakan pada Pengucapnya bahwa Ia adalah Orang yang
benar atau Dusta. Seperti Ucapan Seseorang :
ُُّسا ِف ْرُّ َيازَ ْيد
َ = Pergilah hai Zaid !
َ ُّأَقِ ْمُّيَا
ُّع ِلي = Tinggallah hai Ali !
Si Pengucap tersebut tidak bisa dikatakan sebagai Orang Jujur
atau Orang yang Dusta karena ia hanya memerintahkan pada
zaid atau ali.
Yang dimaksud dari Kebenaran Khobar adalah : Kesesuaian
Khobar pada Faktanya. Sedangkan Kedustaan khobar adalah :
tidak sesuainya Khobar pada Faktanya.
Pada Jumlahُّي ُّ ُم ِقيْم
ٌّ ع ِل
َ , itu jika nisbat kalam yang dipahami
(tetapnya Sifat Muqim bagi Ali) dari jumlah itu sesuai dengan
kenyataannya maka dikatakan Khobar yang Benar, jika tidak
benar maka dikatakan Khobar yang dusta.
Kalam Khobar
Khobar itu adakalanya berupa Jumlah Fi'liyyah dan adakalanya
berupa Jumlah Ismiyyah.
Jumlah Fi'liyyah adalah : Jumlah yang difungsikan untuk
memberikan faidah suatu kejadian pada zaman tertentu serta
ringkas (tidak butuk Qorinah seperti : Sekarang, Kemarin, atau
besok).
dan terkadang berfaidah Istimror tajaddudy (Berlansung terus
menerus secara bertahap) disebabkan adanya indikasi
(qorinah) dengan syarat jika berupa Fi'il Mudhori' seperti
ucapan Thorif bin Tamim Al-Anbary yang menyifati dirinya
sendiri dengan seorang pemberani.
َ أ َ َو ُكلَّ َم
َّ اُّو َردَ ْتُّ ُع َكا ُظُّقَبِ ْيلَةُُُُّّّّبَعَث ُ ْواُّإِلَ َّيُّ َع ِر ْيفَ ُه ُّْمُّيَُّت َ َو
ُّس ُم
"Apakah (orang Arab telah mendatangi pasar Ukadz),
bilamana suatu Qobilah dari mereka sampai dipasar Ukadz,
Maka mereka mengirimkan pemimpin mereka padaku untuk
meneliti satu persatu (apakah aku ikut bersama mereka atau
tidak?) ".
Jumlah Ismiyah adalah : Jumlah yang difungsikan hanya murni
menetapkan hukum musnad pada musnad ilaih. seperti :
ُّض ْيئَة ِ سُّ ُمُ ش ْمَّ = الMatahari itu menerangi.
dan terkadang berfaidah Istimror (terus menerus) sebab
adanya indikasi (qorinah), jika khobarnya tidak berupa kalimah
fi'il. contoh :
ُّ = ال ِع ْل ُمُّنَافِعIlmu itu bermanfaat.
Secara asal, Khobar itu disampaikan dengan bertujuan :
1. Memberi faidah kepada Mukhotob tentang hukum yang
terkandung dalam jumlah itu. seperti dalam perkataan kita :
ُّض َرُّاأل َ ِمي ُْرَ = َحPemimpin itu telah hadir.
karena kita bertujuan menyampaikan kepada Mukhotob
bahwa tetapnya kehadiran pemimpin itu telah terwujud dan
nyata sesuai faktanya.
2. Memberikan faidah bahwa Mutakallim itu mengetahui khobar
itu. contoh :
ُّ ِ تُّأ َ ْم
س َ ض ْر َ تُّ َحَ = أ َ ْنengkau telah hadir kemarin.
Karena kehadirannya itu telah diketahui oleh Mutakallim
sendiri sebelum diberitahu.
Macam-macam Khobar.
Sekiranya tujuan Mukhbir (orang yang menyampaikan berita)
itu memberi faidah pada Mukhotob, maka sebaiknya kalam itu
diringkas menurut kadar kebutuhan karena dikhawatirkan
adanya Al-Laghwu (Ucapan yang sia-sia).
Jika Mukhotob merupakan Kholi Dzihny (orang yang hatinya
sepi dari membenarkan atau mendustakan khobar/ belum
tahu sama sekali tentang khobar) dari hukum, maka khobar
disampaikan tanpa menggunakan taukid (kata
penguat).contoh :
ُّ = أ َ ُخ ْو َكُّقَادِمSaudaramu (lk) datang.
Jika Mukhotob merupakan orang yang ragu-ragu serta
berusaha untuk mengetahui khobar, maka sebaiknya
menguatkan khobar. seperti :
َ = ِإ َّنُّأَخSesungguhnya Saudaramu (lk) datang.
َُّاكُّقَادِم
Jika Mukhotob merupakan orang yang mengingkari khobar
(berkeyakinan sebaliknya), maka harus mendatangkan khobar
dengan satu penguat atau dua penguat atau lebih dengan
melihat tingkatan ingkarnya. seperti :
َ = إِ َّنُّأَخSesungguhnya Saudaramu (lk) datang.
َُّاكُّقَادِم
َ = ِإ َّنُّأَخSesungguhnya Saudaramu (lk) benar-benar
َُّاكُّلَقَادِم
datang.
َ ُّ ِإ َّنُّأَخ،هللا
َُّاكُّلَقَادِم ِ َو
Demi Allah, Sesungguhnya Saudaramu (lk) benar-benar
datang.
Amar (Perintah).
yaitu : Menuntut suatu pekerjaan dengan ucapan tertentu
secara Isti'la' (merasa tinggi derajatnya).
amar memiliki 4 macam Shigot (bentuk kalimat) yaitu :
a. Fi'il Amar, Contoh =
ٍُّابُّ ِبقُ َّوة
َ َ = ُخذُِّال ِكتAmbilah Kitab itu (Taurot) dengan sungguh-
sungguh.(Surat Maryam : 12)
b. Fi'il Mudhori yang bersamaan dengan Lam amar, Contoh :
ِليُ ْن ِف ْقُّذُو
Hendaklah orang yang mampu itu menafkahkan menurut
kemampuannya . (Surat Ath-Tholaq : 7)
c. Isim Fi'il Amar, Contoh :
ُّْ َعلَىُّالفَال
ح َ ُّي َّ = َحmarilah menuju kebahagiaan.
d. Isim Masdar yang menjadi pengganti dari Fi'il Amar, contoh :
ُِّ س ْعيًاُّفِ ْيُّال َخي
ْر َ = Sungguh berusahalah dalam melakukan
kebaikan
Dan terkadang Sighot Amar itu keluar dari arti aslinya menjadi
arti yang lain yang bisa dipahami dengan alur pembicaraan
(Siyaqul kalam) dan Indikasi keadaan. seperti :
a. Do'a, (yaitu : menuntut suatu pekerjaan dengan cara
merendah atau sopan, baik orang yang menuntut itu rendah
atau tinggi ataupun sama derajatnya) contoh :
َُّ َ أ َ ْو ِز ْع ِن ْيُّأ َ ْنُّأ َ ْش ُك َرُّ ِن ْع َمت
ك = mohon Berikan Ilham padaku
untuk mensyukuri nikmat-Mu (Surat An-Naml : 19) .
b. Iltimas (yaitu : menuntut suatu pekerjaan secara halus tanpa
adanya Isti’la’ atau merendahkan diri baik orang yang
memerintah itu lebih tinggi derajatnya, atau lebih rendah atau
sama). seperti ucapanmu terdapap teman sebayamu :
َُّ َ ْط ِن ْيُّال ِكُّت
اب ِ = أَعberikan padaku kitab itu.
c. Tamanni (yaitu : Perintah suatu perkara yang disenangi tanpa
adanya sifat toma'), contoh :
ُُّّم ْن َك
ِ ص َبا ُح
ْ ُّو َماُّاإل ُ ُُّالط ِو ْيلُُّأَالَُّا ْن َج ِل ْيُُُُّّّّ ِب
َ ٍصبْح ّ أَالَُّأَي َهاُّاللَّ ْيل
ُِّ َِبأ َ ْمث
ل
Ingatlah, wahai Sang malam yang panjang!, tampakkanlah
dengan waktu shubuh, dan tiadalah kenampakan waktu
shubuh darimu itu lebih utama (disisiku).
Nahi (Larangan)
Adalah : tuntutan meninggalkan suatu pekerjaan secara Isti'la'
(merasa tinggi derajatnya).
Nahi memiliki 1 macam Shigot (bentuk kalimat) yaitu : Fi'il
Mudhori' yang bersamaan dengan La nahi.
Dan terkadang Sighot Nahi itu keluar dari arti aslinya menjadi
arti yang lain yang bisa dipahami dari maqom/Keadaan dan
alur pembicaraan (Siyaqul kalam). seperti :
a. Do'a, (yaitu : tuntutan untuk meninggalkan suatu pekerjaan
dengan cara merendah atau sopan) contoh pada Firman
Allah :
يُّاأل َ ْعدَا َُّء ْ = فَالَُّت ُ ْش ِمMohonJanganlah kau membuat
َ ِتُّب
gembira para musuh dengan melihatku (Surat Al-A’rof : 150).
ُّه َْل
berfungsi untuk menuntut Tasdhiq saja.
Contoh :
ص ِد ْيقُ َكُّ؟َ ُّ = ه َْلُّ َجا َءApakah temanmu telah datang?.
jawabnya adalah ya atau tidak.
maka dari itu tidak perlu menyebutkan Lafadz pembanding.
maka tidak boleh diucapkan :
عدُو َكُّ؟ َ ُّص ِد ْيقُ َكُّأ َ ْم
َ ُّ = ه َْلُّ َجا َءApakah temanmu telah datang
ataukah musuhmu?.
ُّْ هitu disebut Bashithoh, jika yang ditanyakan mengenai
َل
wujudnya sesuatu pada dzatnya. contoh :
= ه َْلُّال َع ْنقَا ُءُّ َم ْو ُج ْودَةُّ؟Apakah burung Anqo' itu ada?.
dan disebut Murokkabah, jika yang ditanyakan mengenai
wujudnya sesuatu pada sesuatu yang lain. Contoh :
ُّوت ُ ْف ِر ُخُّ؟
َ ْضُّال َع ْنقَا ُء
ُ =ه َْلُّتَ ِبيApakah burung Anqo'itu bertelur
dan menetas ?
َما
berfungsi untuk menuntut penjelasan suatu nama.
Contoh :
= َماُّال َع ْس َجد ُُّ؟Apa ‘asjad itu?. (Maka dijawab : itu adalah
emas)
= َماُّالل َجي ُْنُّ؟Apa Lujain itu?. (Maka dijawab : itu adalah
perak)
atau berfungsi untuk menanyakan tentang hakikat suatu nama
benda. Contoh :
ُ س
انُّ؟ َ َماُّاإل ْن
= Apa hakikat Manusia itu? (dengan
menanyakan hakikat perorangan pada manusia, maka
dijawab : bahwa perorangan manusia tidak bisa bertambah
pada hakikatnya kecuali adanya hal-hal yang baru) .
َمتَى
berfungsi untuk menuntut kejelasan tentang waktu yang telah
lewat atau yang akan datang (atau yang terjadi sekarang).
Contoh :
ُّئت
َ تىُّج
ِ َم = Kapan Engkau datang ? (maka dijawab :
Waktu sahur)
ُ = ََ َمتىُّتَذهKapan kamu akan pergi?(maka dijawab :
َبُّ؟
sekarang atau besok).
َ َّأَي
ان
berfungsi khusus untuk menuntut kejelasan masa yang akan
datang. dan Lafadz ان َ َّأَيdigunakan pada tujuan Tahwil
(memandang besar suatu perkara).
Seperti Firman Allah :
يَسْألُُّأَيَّانَ ُّيَ ْو ُمُّال ِقيَا َم ِةُّ؟ = Ia bertanya : kapankah Hari
kiamat itu ?.
ف
َ كَي
berfungsi untuk menuntut kejelasan tentang suatu keadaan.
Contoh :
َ ْفُّأ َ ْن
تُّ؟ َ = َكيBagaimana keadaanmu?.
أَي َن
berfungsi untuk menuntut kejelasan tentang suatu tempat.
Contoh :
ُ = أَيْنَ ُّت َ ْذهke mana engkau akan pergi?.
َبُّ؟
أَنى
berfungsi seperti Kaifa contoh :
= أنىُّي ُْحيُِّهذهُّهللاُُّبَ ْعدَُّ َم ْو ِت َهاُّ؟Bagaimana Allah
menghidupakan negeri ini setelah matinya (Ahli Qoryah) ?.
(Surat Al-Baqoroh : 259).
أَي
berfungsi untuk menuntut perbedaan salah satu dari dua
perkara yang berkumpul dalam satu perkara yang mencakup
keduanya.
Contoh :
أَيُّالفَ ِر ْيقَي ِْنُّ َخيْرُّ َمقَا ًماُّ؟ = Manakah Dua kelompok (Kafir
dan Mu’min) yang lebih baik tempat tinggalnya ?. (Surat
Maryam : 73)
Tamanni (Berharap)
Adalah : Menuntut sesuatu yang disukai yang tidak bisa
diharapkan terwujudnya karena merupakan hal yang mustahil
atau sulit terjadinya.
Contoh ucapan Penyair :
ُ ابُّ َيعُ ْودُُّ َي ْو ًماُُُُّّّّفَا ُ ْخ ِب ُرهُُّ ِب َماُّفَ َع َلُّال َم ِشي
ُّْب َ أَالَُّلَي
َّ ْتُّال
َ َشب
Ingatlah, seandainya pada suatu hari masa muda itu kembali,
maka akan aku ceritakan padanya atas sesuatu yang telah
dilakukan oleh masa tua.
Dan seperti ucapan orang miskin :
َُّار َ ْتُّ ِل ْيُّأ َ ْل
ٍ فُّ ِد ْين َ لَي
Seandainya aku mempunyai uang seribu dinar !
1. َ لَي
ُّْت
Sedangkan yang tiga adalah Kata tidak Ashli yaitu :
ُُُّّّلَعَ ِلّ ْيُّإِلَىُّ َم ْنُّقَدُّْه ََويْتُ ُّأ َ ِطي ُْر-ُُّطاُّ َم ْنُّيُ ِعي ُْرُّ َجنَا َحه َ أَس ِْر
َ َبُّالق
Wahai Segerombol burung Qotho’, Siapakah yang mau
meminjamkan sayapnya?, Seandainya aku bisa terbang
menuju orang yang aku cintai
ُ ُُّّربْعٍُّقَ ْل ِب ْي
ُ س َّك
ُُّّان َ اكُّتَيَقَّنُ ْواُُُُُّّّّّ ِبأَنَّ ُك ْمُّفِ ْي ُ َأ
ِ س َّكانَ ُّنَ ْع َمانَ ُّاأل َ َر
Wahai Penduduk Na’man Arok (Lembah antara makkah dan
Thoif), percayalah kalian bahwa kalian itu berada pada
tempat hatiku.
BAB II
DZIKR (PENYEBUTAN KATA) DAN HADZFU (PEMBUANGAN
KATA)
Penjelasan :
Pada ayat diatas disebutkan Isim Isyaroh yang kedua karena
adanya tujuan tersebut dengan memberi faidah tentang
keistimewaan mereka sebagai masing-masing dari
keberuntungan diakhirot, dan mendapat petunjuk didunia,
Seandainya tidak disebutkan maka akan menimbulkan
persepsi bahwa keistimewaan mereka itu secara kompleks.
BAB IV
QOSHOR
Qoshor adalah : Mengkhususkan suatu perkara dengan
perkara yang lain dengan menggunakan metode / cara
tertentu.
Qoshor terbagi menjadi 2 bagian : Qoshor Haqiqi dan Qoshor
Idhofy.
Qoshor hakiki
adalah : Qoshor yang cara pengkhususannya dengan
memandang pada fakta dan hakikatnya, tidak memandang
pada keterkaitan dengan sesuatu yang lain. Contoh :
ُّي
ٌّ ع ِل َ ِالَُّ َكات
َ ُّبُّفِ ْيُّال َم ِد ْينَةُُِّّإال
= tidak ada Seorang Penulisspun di Madinah kecuali Ali.
Jika memang faktanya Di Madinah hanyalah Ali saja yang
menjadi seorang penulis.
Qoshor Idhofy
adalah : Qoshor yang cara pengkhususannya dengan
memandang pada keterkaitan (hubungan) dengan sesuatu
yang lain . Contoh :
ُّيُّإالُّقَائِم
ّ ع ِل
َ ُّ = َماtidalah ali kecuali orang yang berdiri.
artinya Ali itu Orang yang berdiri bukan duduk. Serta tidak ada
tujuan meniadakan semua sifat yang dimiliki Ali selain berdiri,
seperti membaca, menulis dll. tetapi tujuannya hanyalah
meniadakan sifat duduk saja.
Dari masing-masing qoshor Hakiki maupun Idhofi dengan
memandang pada fakta dan hakikatnya maka terbagi menjadi
2 macam yaitu : Qoshor Sifat ala Maushuf dan Qoshor
maushuf ala Sifat.
Qoshor Sifat Ala Maushuf
Qoshor Sifat ala Maushuf jika dinisbatkan pada Qoshor hakiki
adalah : menghukumi bahwa Sifat itu hanya dimiliki oleh
maushuf dan tidak menjalar pada Semua maushuf yang lain.
Contoh :
ُّي
ّ ع ِل
َ ُّسُّإال ِ َالَُّف
َ ار = Tidak ada Penunggang kuda kecuali
Ali.
Jika memang secara faktanya Ahli penunggang kuda hanya
dimiliki Ali saja.
BAB V
WASHOL DAN FASHOL
4. Jika ada jumlah yang didahului dua jumlah yang sah untuk
diathofkan pada salah satu dari dua jumlah itu karena adanya
kecocokan, dan tidak sah diathofkan pada jumlah yang
satunya.
Seperti Ucapan Penyair:
َّ س ْل َُّمىُّأَنَّنِ ْيُّأَبْغُِّ ِب َهاُُُُّّّّبَدَالًُّأ ُ َراهَاُّفِ ْيُّال
ُّضالَ ِلُّت َ ِه ْي ُم ُ َ َوت
َ ُّظن
Dan Salma menyangka bahwa aku mencari penggantinya.
Saya menyangka bahwa Ia sedang bingung dalam kesesatan.
pada Jumlah أ ُ َراهَاsah diathofkan pada jumlah :ُّظن ُ َ ت, tetapi ini
tercegah untuk diathofkan karena khawatir menimbulkan
kesalah pahaman bahwa lafadz أ ُ َراهَاdiathofkan pada jumlah
َّ أ ُ َراهَاُّفِ ْي ُّال
أَبْغِ ُّبِ َهاsehingga diartikan Jumlah ketiga ضالَ ِل ُّت َ ِه ْي ُُّم
merupakan isi dari Persangkaan Salma .
pada Jumlah ست َ ْه ِزئُُّبِ ِه ُّْم ْ َ هللاُُّيtidak sah diathofkan pada jumlah :
ِإ َّنُّ َم َع ُك ُّْم, karena akan memberikan statement bahwa lafadz ُُّهللا
َي ْست َ ْه ِزئُُّ ِب ِه ُّْمmerupakan isi dari ucapan mereka.
dan juga tidak sah diathofkan pada jumlah قَالُ ْواkarena
memberikan pemahaman bahwa Penghinaan Allah kepada
orang Munafiq hanya terbatas ketika mereka kembali pada
Pemimipin mereka saja.
Pada pembahasan ini, dikatakan bahwa antara dua jumlah
tersebut ada Tawashuth baina Kamalaini ().
BAB VI
IJAZ, ITHNAB, DAN MUSAWAH
2. Ijaz
Adalah : Menyampaikan tujuan yang dikehendaki dengan
suatu ungkapan yang kurang, serta ungkapan itu sudah
menepati pada tujuan.
Contoh :
ِ إِنَّ َماُّاأل َ ْع َمالُُّبِال ِنّيَّا
ُّت
Sesungguhnya Pekerjaan itu hanya sah dengan adanya niat.
dan :
ُُّّو َم ْن ِز ِل
َ ب ٍ ُّم ْنُّ ِذ ْك َرىُّ َحبِ ْي
ِ قِفَاُّنَب ِْك
"Sungguh Berhentilah ! kami menangis karena ingat sang
kekasih dan rumahnya"
Apabila tidak mencapai pada Tujuan, maka dikatakan sebagai
Ihlal. seperti ucapan Penyair :
اشُّ َكدَّا
َ ع ِ ُّظالَُُُُّّّّ ِلُّالن ْو ِك
َ ُُّّم َّم ْن ِ ْشُّ َخيْرُّ ِف ْي
ُ َوالعَي
"Kehidupan didalam naungan kebodohan itu lebih baik dari
pada
kehidupan susah "
yang dikehendaki Penyair adalah :
ِ ُّظالَ ِلُّالن ْو ِكُّ َخيْر
ُُّّمنَ ُّال َع ْيثُِّالشاقُّفِ ْي ِ ْشُّالرغدَُّفِ ْي ّ
َ أنُّال َعي
ُِّ ضالَ ِلُّالعَ ْق
ل ِ
"Kehidupan yang Sejahtera didalam naungan kebodohan itu
lebih baik dari pada kehidupan susah dalam naungan akal "
3. Ithnab.
Adalah : Menyampaikan tujuan yang dikehendaki dengan
suatu ungkapan yang panjang, serta adanya faidah.
Contoh :
ش ْيبًا ُ ُّْالرأ
َ ُّس َّ ُّوا ْشت َ َع َل
َ ُّم ِنّ ْي ْ ََربّ ُِّإِ ِنّيُّ َوهَنَ ُّالع
ِ ظ ُم
Wahai Tuhanku, sesungguhnya Aku telah Lemah tulangku,
dan telah penuh ubanku.
artinya : Saya sudah tua.
Apabila dalam penambahan kalimat tersebut, tidak terdapat
faidah, serta Ziyadah itu tidak menjadi kebutuhan dalam
tujuan, maka dikatakan sebagai Tathwil.
Seperti ucapan Ady bin Zaid Al-Ubbady mengatakan kepada
Nu'man bin Mundir sambil mengingatkan Musibah yang
terjadi pada Judzaimah Al-Abrosy dan Zaba':
َ ُُُّّّوألفَىُّقَ ْولَ َهاُّ َك ِذب
ًاُّو َم ْينًا ْ ََوقَدَّد
َ تُّاأل ِدي َْمُّ ِل َرا ِه ْي ِش ِه
Dan Dia (Zaba') telah memotong kulit pada urat nadinya
(Judzaimah), dan Dia (Judzaimah) mendapatkan Ucapannya
(zaba') itu Dusta dan Bohong
lafadz َُُّّك ِذبًا dan َ َم ْينًا
َ memiliki arti yang sama, maka
menggunakan salahsatunya sudah cukup. dan tambahan kata
tersebut juga tidak dibutuhkan karena tujuannya sudah sah
dengan menggunakan salah satunya . maka adanya
penambahan lafadz tersebut dikatakan sebagai Tathwil
yangtanpa faidah.
KLASIFIKASI IJAZ
Ijaz itu adakalanya dengan Ibarot yang ringkas tapi
mengandung arti yang luas, dan ini merupakan Sasaran Ahli
Sastra (Balaghoh) dan dengan inilah tingkatan kemampuan
mereka menjadi terpaut.
Ijaz ini disebut : Ijaz Qoshor.
Contoh :
ُّاصُّح َياة
ِ صَ َولَ ُك ْمُّفِ ْيُّال ِق
"Dan bagi kalian dalam Qishos ada Kehidupan" (S. Al-
Baqoroh :179).
ُّأيُّفتأسُّواصبر
ّ ُّم ْنُّقَ ْب ِل َك
ِ سلُ ُّر
ُ ت ْ َو ِإ ْنُّيُ َك ِذّب ُُّْو َكُّفَقَدُّْ ُك ِذّ َب
Dan ketika mereka mendustakanmu, maka sungguh Para
Rosul sebelum kamu juga didustakan (Maka ta'atlah dan
sabarlah)"
ILMU BAYAN
Definisi
Ilmu Bayan adalah : Ilmu yang membahas tentang Tasybih
(penyerupaan), Majaz, dan kinayah (konotasi).
TASYBIH
1. Rukun tasybih.
2. Pembagian tasybih.
3. Tujuan dari Tasybih.
Pembahasan pertama
RUKUN TASYBIH
Rukun Tasybih ada 4 yaitu :
1. Musyabbah (Lafadz yang diserupakan dengan perkara lain)
2. Musyabbah bih (Lafadz yang digunakan untuk
menyerupakan)
keduanya disebut dua sisi tasybih,
3. Wajah syabah (Sisi Persamaan).
4. Adat Tasybih.
Keterangan :
Wajah Syabah adalah : Sifat tertentu yang digunakan untuk
menyamakan antara Musyabbah dan Musyabbah bih. Seperti
Hidayah (Memberi petunjuk) merupakan sifat yang terdapat
dalam ilmu dan cahaya.
Adat Tasybih adalah : Lafadz yang menunjukkan arti
ُّّ (Seolah-olah),
penyerupaan seperti lafadz ( َكافSeperti), كأن
dan lafadz lain yang searti dengan keduanya.
Lafadz كافterletak menyandingi Musyabbah bih, berbeda
ُّّ , yang menyandingi musyabbah. Seperti Ucapan
dengan كأن
Penyair :
َ طا َلُّاللَّ ْيلُُّأ َ ْمُّقَدُّْت َ َع َّر
ضا ُ اُّرا َحةُّت َ ْشب ُُرُّالد َجاُُُُّّّّ ِلت َ ْن
َ ُّظ َر َ َكأ َ َّن
َ َُّالثراي
Seolah-olah bintang Tsuroya (Kumpulan bintang pada buruj
Tsur) itu Angin malam yang mengira-ngirakan gelapnya
malam, supaya engkau melihat apakah malam itu masih lama
atau sudah tampak.
Lafadz كأن ُّّ itu berfaidah Tasybih, jika khobarnya berupa Isim
Jamid, Contoh :
َ َ أنُّخَا ِلدًاُّأ
ُّسد ّ = َكKholid itu seperti Harimau.
dan Berfaidah Syak (ragu-ragu) jika khobarnya berupa Lafadz
Musytaq. contoh :
ُّأنكُّفَا ِهم َ َك = Seolah-olah kamu itu faham.
Dan terkadang disebutkan Fi'il yang mempunyai arti Tasybih,
seperti Firman Allah pada surat Ad-Dahr : 19
اُّرأ ْيتَ ُه ْمُّ َح ِس ْبت َ ُه ْمُّلُؤْ لُؤً اُّ َم ْنث ُ ْو ًرا
َ ََوإذ
dan Ketika kamu melihat mereka (Bidadari di syurga), maka
engkau akan mengira mereka Mutiara yang tersebar.
dan Ketika Adat Tasybih dan Wajah Syabah itu dibuang, maka
disebut : Tasybih Baligh, Contoh pada Firman Allah surat An-
Naba’ : 10
ً َو َج َع ْلنَاُّاللّ ْي َلُّ ِل َبا
ُّساُّأيُّكاللباسُّفيُّالستر
"Dan Kami (Allah) telah menjadikan malam sebagai selimut
(Seperti selimut dalam menutupi)"
PEMBAHASAN KEDUA
PEMBAGIAN TASYBIH
B. Tasybih Mujmal
Adalah : Tasybih yang wajah syabahnya tidak disebutkan.
Seperti :
َّ الم ْلحُِّفِ ْي
ُُّّالطعَ ِام ِ النحوُّ ِف ْيُّال َكالَ ِمُّ َك
ُ
"Ilmu Nahwu pada Kalam itu seperti Garam pada makanan"
Kata " Ilmu Nahwu pada Kalam" diserupakan dengan kata
"garam" dengan sisi persamaan : "Sama-sama merupakan
perkara yang pokok untuk menjadikan kesempurnaan".
B. Tasybih Mursal
Adalah : Tasybih yang Adat tasybihnya disebutkan. Seperti :
ُه َوُّ َكالبَ ْح ِرُّ َك َر ًما = Dia itu bagai Lautan dalam
kedermawanannya.
PEMBAHASAN KETIGA
TUJUAN TASYBIH
MAJAZ
Majaz Isti'aroh
b. Isti'aroh Makniyyah.
Adalah : Majaz yang Musyabbah bihnya dibuang dan
ditunjukkan dengan sesuatu dari perkara Lazimnya (Perkara
yang menetapinya).
Seperti Firman Allah :
ُّالر ْح َمة ِ ضُّلَ ُه َماُّ َجنَا َحُّالذ ِّل
َّ َُّمن ْ َو
ْ اخ ِف
Dan Rendahkan sayap burung pada Kedua orangtuamu
dengan kasih sayang. (Surat Al-Isro’ : 24)
Adapun Penetapan lafadz الجناحpada lafadz ل ُِّّ الذ. , ini oleh
Ulama' Ahli Balaghoh Salaf dan Al-Khotib dikatakan sebagai
Isti'aroh Tahyiliyyah.
Perbandingan
Contoh lain :
Seperti Ucapan Al-Hajjaj pada salah satu khutbahnya :
ْ ساُّقَ ُّْدُّأ َ ْينَ َع
ُّت ُ إ ِنّ ْيُّأل َ َر
ً ىُّرؤُ و
Sesungguhnya aku benar-benar melihat buah (arti asli :
kepala)
yang sudah matang.
Ijro'nya adalah :
Kata "رؤوسا: kepala " (Sebagai Musyabah) diserupakan dengan
kata "ُّثمرات: buah" (Sebagai Musyabah bih), asalnya :
ْ َساُّكالثّمراتُِّقَدُّْأ َ ْينَع
ُّت ُ إ ِنّ ْيُّأل َ َر
ً ىُّرؤُ و
kemudian menggunakan arti lafadz Musyabbah bih (yaitu
buah) untuk arti lafadz Musyabbah (سا ُ . lalu kata ُِّالثّمراتitu
ً )رؤُ و
dibuang, dan ditunjukkan dengan sesuatu yang menetap
padanya yaitu matang, dengan cara isti’aroh makniyyah.
2. Isti'aroh Mujarodah.
Adalah : Majaz yang disebutkan lafadz yang berekaitan dengan
Musyabbah.
Contoh : ف َ فَأذَاقَهاُّهللاُُّ ِل َب
ُِّ اسُّال ُج ْوعُِّوالخ َْو
"maka Allah mencicipkan mereka dengan pakaian kelaparan
dan ketakutan".(S. An-Nahl :112)
Lafadz ُّ اللباسdigunakan untuk arti sesuatu yang meliputi
manusia ketika lapar dan takut dari bahaya.
3. Isti'aroh Muthlaqoh.
Adalah : Majaz yang tidak disebutkan Mula'im (lafadz yang
berkaitan) pada salah satu dari musyabbah atau Musyabbah
bih.
Contoh : هللا
ُِّ َُّع ْهد ُ َُي ْنق
َ ُّ َض ْون
"Mereka (orang-orang kafir) telah membatalkan janji Allah ".
(S. Ar-Ro'du:25)
Ijro'nya : Kata " (ُّ ) إبطال ُّالعهدMembatalkan Janji " itu
diserupakan dengan kata : "( ) فكُّطاقاتُّالحبلmerusak Ikatan
tali " dengan wajah syabah : sama-sama tidak memberi
manfaat. Lalu kata yang menunjukkan Arti Musyabbah bih
(merusak Ikatan tali) yaitu: ( )النقضdigunakan untuk Arti
Musyabbah yaitu : membatalkan janji.
3. Juz'iyyah (Sebagian)
Contoh : ُو ْ َعل
ُِّّ ىُّأح َوا ِلُّال َعد َّ َ س ْلتُ ُّالعُي ُْونَ ُّ ِلت
َ ُّط ِل َع َ أر
ْ
"Saya mengutus Intel, supaya mengawasi gerak-gerik musuh"
Mengucapkan kata ن َُّ ( العُي ُْوbeberapa mata) dengan arti Intel
(mata-mata) dikatakan sebagai Majaz Mursal dari
Mengucapkan sebagian dengan menghendaki arti
keseluruhan}{إطالقُّالجزءُّعلىُّأرادةُّالك ّل
Karena Mata merupakan bagian dari Seseorang.
4. Kulliyah (Keseluruhan)
Contoh : يُّآذا ِن ِه ُّْم َ َ َو َي ْج َعلُ ْونَ ُّأ
ْ صا ِب َع ُه ْمُّ ِف
"Mereka menjadikan jari-jari mereka (ujung jari) pada
telinganya "
Mengucapkan kata ُّ( األصابعJari tangan) dengan arti ُّاألنامل
(Ujung jari) dikatakan sebagai Majaz Mursal dari
Mengucapkan keseluruhan dengan menghendaki artisebgian
}{إطالقُّالكلُّعلىُّأرادةُّالجزء
Karena Ujung jari merupakan bagian dari Jari.
KINAYAH
Kinayah
adalah : Lafadz yang dikehendaki kelaziman makna aslinya,
serta bisa diartikan dengan makna yang lain.
Contoh :
َ = "Panjang Sarung pedangnya"
ط ِو ْيلُُّالنَّ َجا ُِّد
maksudnya adalah Dia itu Panjang postur tubuhnya.
Yang dikehendaki dari lafadz جا ُِّد َ adalah bisa diartikan
َ َّط ِو ْيلُُّالن
dengan Makna hakiki (Panjang Sarung pedangnya) dan Makna
Lain (Panjang postur tubuhnya), karena tidak adanya Qorinah
yang mencegah untuk mengartikan pada makna Hakiki,
berbeda dengan Majaz. karena pada Majaz itu tidak boleh
diartikan dengan Makna asli beserta Makna majaz, karena
tujuan yang diharapkan adalah makna Majaz saja dengan
adanya Qorinah yang mencegah mengartikan pada makna Asli.
Dan inilah perbedaan antara Kinayah dan Majaz.
Penjelasan :
Pada bait tersebut dibuat kinayah tentang keberadaan mereka
itu mulia, dengan satu penghubung serta jelas.
Karena bertempatnya kemuliaan ditumahnya serta tidak
berpindah itu merupakan makna majazi, dengan
menyerupakan “kemuliaan” dengan “seorang laki-laki yang
mulia yang memiliki tempat yang ia khususkan bagi seseorang
yang ia kehendaki” dengan wajah syabah sama –sama adanya
rasa senang bertemu.
Lalu Lafadz musyabbah bih digunakan untuk musyabbah, lalu
musyabbah bih dibuah dan ditunjukkan sesuatu kelazimannya
yaitu menempati rumah, dengan menjadikan majaz Tahyiliyah.
Penghubung makna kinayahnya adalah : Kemulyaan yang
diserupakan dengan seseorang yang memiliki rumah
merupakan sifat yang sudah pasti adanya orang yang disifati
dan tempat, dan perantara inilah dikatakan jelas.
Contoh yang tidak adanya Penghubungnya tapi jelas :
ْضُّالقَفَا
ُ ع ِري
َ = "Lebar tengkuknya (Jithok : Jawa)"
Kinayah untuk arti Bodoh, karena lebar tengkuknya sudah
jelas menunjukkan arti bodoh menurut adat.
Disini ada jenis dari kinayah yang dituju pemahamannya pada
runtutan kalam (siyaqul Kalam), yang disebut : Ta'ridh, yaitu :
mengarahkan kalam pada satu sisi makna.
Seperti Ucapanmu terhadap Orang membuat dhoror pada
Manusia.
ُّاسُّ َم ْنُّ َي ْن َفعُ ُه ْم
ِ ََّخي ُْرُّالن
"Sebaik-baiknya manusia adalah Orang yang memberikan
kemanfaatan Terhadap Mereka."
ILMU BADI'
Ilmu Badi'
adalah : ilmu untuk mengetahui metode memperindah kalam
yang sesuai dengan tuntutan keadaan.
Aspek ini, jika terarah pada membuat indahnya makna disebut
dengan : Muhassinat Al-Ma'nawiyyah.
Jika terarah pada membuat indahnya Lafadz disebut dengan :
Muhassinat Al-Lafdziyah.
Muhassinat Al-Ma'nawiyyah.
Lafadz ُّالشهرmemiliki dua arti yaitu arti hakiki (Bulan) dan arti
Majaz (hilal). Pada ayat tersebut Lafadz ُّالشهرdiartikan dengan
ُ َفَ ْليitu di kembalikan
makna majazi (hilal), lalu dhomir pada ُُّص ْمه
pada Lafadz ُّالشهرyang diartikan dengan makna hakiki (bulan).
Contoh kedua :
ُُّّوإِ ْنُّ ُه ُم ْوُُُّّّشَب ْوهُُّبَيْنَ ُّ َج َوا ِن ِح ْي
َ سا ِكنِ ْي ِه
َّ اُّوال
َ ض َ َسقَىُّالغ
َ َف
ُّْ ضلُ ْو ِع
ي ُ َو
Maka Allah menyirami Pohon Godho dan orang-orang yang
menempatinya (Tempat yang ditumbuhi pohon Godho),
walaupun mereka menyalakannya (Api) diantara tulang
dadaku (hati) dan tulang punggungku.
8. Taqsim; (mengklasifikasikan)
Pada Taqsim itu adakalanya Menyempurnakan klasifikasi
suatu perkara
Seperti ucapan Zuhair bin Abi Salma yang ia ucapkan pada
Perdamaian yang terjadi antara Qois dan Dzibyan :
َ ُّع ْنُّ ِع ْل ِمُّ َماُّفِ ْي
ٍُّغد َ ُُُُُُّّّّّولَ ِكنَّنِ ْي
َ األم ِسُّقَ ْبلَه
ْ ُّوَ َوأ َ ْعلَُّ ُمُّ ِع ْل َمُّال َي ْو ِم
ُّْ ع ِم
ي َ
“Dan Saya mengetahui pengetahuan hari ini dan kemarin,
sebelum hari ini, dan Tetapi saya tidak tahu akan
pengetahuan dihari besok"
Pada syair ini terkandung bahwa ilmu itu terbagi menjadi Ilmu
hari ini, ilmu hari kemarin dan ilmu hari yang akan datang.
Inilah yang dikatakan Taqsim yang menyempurnakan
pembagiannya.
Muhassinat Al-Lafdhiyyah.
Contoh lain :
.ُّأرض ِه ْم
ِ تُّ ِف ْي
َ ض ِه ْمُّ َماُّد ُْم
ِ أر
ْ ُُُُّّّّو َ فَدَ ِار ِه ْمُّ َماُّد ُْم
َ تُّفِ ْيُّدَ ِار ِه ْم
Maka kelilingilah mereka, selama engkau tetap dirumahnya.
dan senangkanlah mereka selama engkau tetap berada di
tanahnya.
Contoh :
.ْظ ِه
ِ ُّوع
َ اج ِر َ ُّويَ ْق َرعُُّاأل ْس َما
ِ عُّ ِبزَ َو َ عُّ ِب َج َوا ِه ِرُّ َل ْف ِظ ِه ْ َي
َ طبَ ُعُّاأل ْس َجا
Orang menghiasi Beberapa sajak dengan keindahan lafadznya,
dan mempengaruhi pendengaran dengan Larangan-larangan
nasehatnya.