Dosen pengampu
: Dr. H. Masyhuri Putra ., Lc., M.Ag.
Nama Kelompok:
Fashahah dalam arti bahasa mempunyai banyak arti, di antaranya adalah ' ُ ال َب َيان/ jelas,
ُ / nampak'. Allah berfirman:
fashih' dan 'ُالظه ُْور
Adapun pengertian fashahah dalam arti istilah yaitu perkataan yang terbentuk dari susunan
lafadz yang jelas, terang benderang, yang membuat pendengar segera paham dengan apa
yang dikatakan, dan juga sangat familiar bagi para pengarang kitab dan juga para
pengarang sya'ir karena suatu kata yang mempunyai sifat fashahah [ ]فصاحةmempunyai
keindahan tersendiri saat ia dibaca maupun saat didengar.
Fashahah sendiri setidaknya ada tiga (3) unsur yang paling mendasar dan harus dimiliki
agar suatu ucapan dapat dikatakan fashahah atau jelas / fashih, ketiga syarat itu adalah:
Fashahatul Kalimah []فصاحة الكلمة
Fashahatul Kalaam []فصاحة الكالم
Fashahatul Mutakallim []فصاحة المتكلّم
Penjelasannya :
َ ومُــ ْقــلـة وحــا ِجــبــًا م َُزجّ ــجً ــا وفــاحِــمًــا و َمــرْ سِ ــ ًنــا م
ُــســرَّ جً ــا
maka tidak dapat diketahui apa yang dimaksud dengan kata 'ُــســرَّ جً ــا َ 'مpada sya'ir di atas
sampai-sampai para ahli bahasa pun berbeda pendapat dalam mengartikannya.
Ibnu Duraid berpendapat: yang dimaksud dengan 'ُــســرَّ جً ــا َ 'مpada bait di atas adalah bahwa
'hidungnya ada di katulistiwa' dan bisa juga artinya adalah 'tebasan, seperti halnya tebasan
pedang yang berkilau'
adapun Ibnu Siidah berpendapat: bahwa kata tersebut maksudnya adalah 'ia dalam kilauan
dan sinar seperti obor/penerang'.
maka dari itu yang mendengarkan kata 'ُــســرَّ جً ــا
َ 'مini jadi bingung karena terdapat banyak
makna yang lebih dari satu yang mana tidak nyambung dengan kalimat yang diucapkan.
pembagian kedua: kata yang perlu diedit atau diteliti kesalahan penggunaannya karena
memang perlu adanya penelitian bahasa yang khusus, dan memerlukan pengecekan pada
kamus-kamus yang lengkap dan kredibel. Contoh:
kata َت َكـْأ َكَأyang berarti berkumpul, yang diucapkan 'Isa bin Umar an nahwiy:
َما َل ُك ْم َت َكـْأ َكـْأ ُت ْم َع َليَّ َك َت َكأ ُكِئ ُك ْم َع َلى ذِي ج َّنة إ ْف َر ْنقعُوا َع ِّني
kata di atas termasuk contoh gharabah karena penggunaannya yang sangat jarang dan juga
sangat membingungkan bagi orang yang mendengar karena memang jarang digunakan
oleh orang Arab, bahkan tidak digunakan oleh kebanyakan orang Arab yang fashih
c. Mukhalafatul Qiyaas []مخالفة القياس
yaitu suatu kata yang tidak mengikuti kaidah-kaidah penulisan kata yang benar sesuai ilmu
sharaf yang diambil diucapan-ucapan orang-orang Arab, jadi kata tersebut sangat
berlawanan atau bersebrangan dengan kaidah sharaf yang ada, contoh:
ِ األجْ ــ َلpada sya'ir di atas sangat tidak mengikuti kaidah penulisan ilmu sharaf, karena
kata ــل
seharusnya kata tersebut huruf jim nya berharakat fathah dan dua huruf lam harus
digabung/diidghomkan dengan tasydid menjadi 'ُّ'اَأل َجل
Dan kefashihan suatu kalam/ucapan harus terhindar dari beberapa poin di bawah ini:
“Adapun kuburan Harb [Harb bin umayyah] itu di tempat yang sunyi dan tidak ada kuburan
lain di dekat kuburan itu"
jika kita baca susunan kata pada sya'ir di atas, sangat sulit dan berat saat diucapkan, dan
juga sangat sulit dicerna oleh pendengar.
agak ringan pengucapannya, contoh perkataan Abii Tamaam:
َمــعِـــي َو َإذا َمــا لُــمْــ ُتــ ُه لُـــمْ ُتـــ ُه َوحْ ـــدِي َ ــريْـــ ٌم َمــ َتــى أمْــدَ حْ ــ ُه أمْــدَ حْ ــ ُه َو
الــو َرى ِ َك
maksud sya'ir di atas yaitu "dia mulia jika aku sanjung/puji dan orang-orang juga
menyetujuiku dengan sanjunganku kepadanya maka mereka pun ikut menyanjungnya
bersamaku karena ia memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka seperti halnya ia
memberiku kebaikan2"
pada pembagian kedua ini, pengucapan pada susunan kalimatnya tidak sesulit atau seberat
kalimat pertama, yaitu hanya ada dua susunan kata saja yang sulit diucapkan, lainnya
mudah diucapkan.
susunan kalimat bahasa Arab di atas lemah, karena menyebutkan dhamirnya terlebih
dahulu 'ُ ' ُغــاَل مُــــهdan meletakkan yang didhamiri (marji'nya) di akhir kalimat 'ُــحــ َّم ًدا
َ 'م.
شِ ــ َيــ ٌم َعــ َلى الــحــسب الـأغــر دَ الئــ ُل ْ ت َوهُــ ْم اَل َيــجْ ــ َفــ ُخ
ِ ــو َن ِبـــ َهــا ِب
ــهــ ْم ْ َج َف َخ
susunan kalimat dan kata yang rancu di atas membuatnya tidak fashahatul kalaam, kalimat
yang benar seharusnya adalah:
افـتخرت ِبهم شِ َيــ ُم دالئــل َعــلى الحــسب األغر وهــم ال يجْ فـخون ِبهــا
“Saya mencari suatu tempat yang jauh dari kalian, agar kalian kelak dekat dengan saya dan
agar kedua mata saya meneteskan air mata, kemudian agar menajdi keras.”
Yang dimaksud kalimat di atas adalah, “saat ini saya lebih suka terpisah jauh dengan kalian
untuk hanya sementara waktu, walaupun hingga meneteskan air mata karena perihatin.”
Untuk mengambil kesimpulan arti sya’ir di atas sangatlah sulit, sehingga sya'ir di atas
termasuk kalimat yang تعقيد معنوي.
B. Balaghah []البالغة
Balaghah dalam arti bahasa artinya adalah 'Sampai' dan 'mencapai'. Contoh kalimatnya
adalah:
َ َبــ َل
َ ــغ َز ْي ٌد م
ُُــرادَ ه
Zaid sudah mencapai tujuannya
maka sudah jelas, bahwa arti balaghah menurut 'bahasa' adalah 'mencapai' dan 'sampai'.
Adapun pengertian balaghah secara istilah yaitu balaghah merupakan sifat bagi ucapan dan
mutakallim (orang yang mengucapkan) sehinga dapat dikatakan ucapan yang baligh
(perkataannya tercapai/sampai dengan yang dimaksud) dan mutakallim yang baligh
(tercapai/sampai yang dikatakan). Balaghoh juga dapat diartikan sebagai kesesuaian antara
konteks ucapan dan situasi & kondisi lawan biacara yang disertai dengan penggunaan
kalimat/bahasa yang fashih, jelas, dan mudah dipahami. Balaghah sendiri tidak dapat
menjadi sifat untuk kalimat, dan perkara inilah yang membuatnya berbeda dengan fashahah.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ucapan yang baligh yaitu ucapan
yang menyesuaikan situasi dan kondisi lawan bicara, serta lafadz-lafadz yang diucapkannya
juga fashih atau jelas baik susunan kalimatnya maupun bentuk setiap katanya. Selain dari
pada itu, yang menjadi perhatian yaitu bentuk tertentu yang gunakan dalam suatu kalam
atau ucapan, contoh penggunaan kalimat yang panjang tetapi maksudnya sedikit (uslub
ithnab) dalam pujian atau penggunaan kalimat yang ringkas dan padat (uslub ijaz) apabila
lawan biacaranya adalah sesorang yang cerdas.
Contoh:
jika seseorabg mengucapkan صالَةُ َعـ َلى َو ْقتــها
َّ الkepada mukhotob atau orang yang sedang
diajak bicara yang bertanya mutakallim tentang waktu shalat. Maka ucapannya itu termasuk
dalam kategori balaaghatul kalaam, karena ia ia ucapkan sesuai dengan maksud lawan
bicara dan sesuai dengan keadaannya, ucapannya juga disampaikan dengan fashih dan
jelas sehingga pendengar segera paham.