Anda di halaman 1dari 6

Judul : "Pandangan Umum Tentang bentuk-bentuk Fashahah dalam kalimat".

Dosen pengampu
: Dr. H. Masyhuri Putra ., Lc., M.Ag.

Nama Kelompok:

Imam Firdaus 12030215113


Setiawan Raja Makmur
12030215
Muhammad Ramdhan
12030215
.

A. Pengertian Fashahah [‫]الفصاحة‬

Fashahah dalam arti bahasa mempunyai banyak arti, di antaranya adalah ' ُ‫ ال َب َيان‬/ jelas,
ُ / nampak'. Allah berfirman:
fashih' dan 'ُ‫الظه ُْور‬

‫ص ُح ِم ِّنيْ ل َِسا ًنا‬


َ ‫َواَخِيْ ٰهر ُْونُ ه َُو اَ ْف‬
[۳۴ :‫] القصص‬
"Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripada aku" [QS. Al-Qashas: ayat 34]

Maksud ayat di atas yaitu 'perkataannya lebih jelas dariku'.

Adapun pengertian fashahah dalam arti istilah yaitu perkataan yang terbentuk dari susunan
lafadz yang jelas, terang benderang, yang membuat pendengar segera paham dengan apa
yang dikatakan, dan juga sangat familiar bagi para pengarang kitab dan juga para
pengarang sya'ir karena suatu kata yang mempunyai sifat fashahah [‫ ]فصاحة‬mempunyai
keindahan tersendiri saat ia dibaca maupun saat didengar.

Fashahah juga menjadi sifat bagi ‫( الكلمة‬kata), (perkataan/ucapan) ‫ الكالم‬dan ‫( المتكلم‬pembicara).


Bagaimana tidak, setiap kata bahkan ucapan yang dikeluarkan oleh mutakallim atau
pembicara tentunya mempunyai niali tersendiri, ketika kata atau ucapan tersebut
dikeluarkan dengan fashih atau jelas, maka ini juga menjadi sifat yang baik bagi kata,
ucapan, dan orang yang mengungkapkannya.

Fashahah sendiri setidaknya ada tiga (3) unsur yang paling mendasar dan harus dimiliki
agar suatu ucapan dapat dikatakan fashahah atau jelas / fashih, ketiga syarat itu adalah:
Fashahatul Kalimah [‫]فصاحة الكلمة‬
Fashahatul Kalaam [‫]فصاحة الكالم‬
Fashahatul Mutakallim [‫]فصاحة المتكلّم‬
Penjelasannya :

1. Fashahatul Kalimah [‫]فصاحة الكلمة‬


Fashahahnya sebuah kata atau jelasnya sebuah kata harus terhindar dari beberapa poin di
bawah ini, yaitu:

a. Tanaafurul Huruf [‫]تنافُر الحروف‬


yang dimaksud tanaafurul huruf yaitu karakter kata yang sulit atau berat saat didengar dan
sulit juga saat diucapkan dengan lisan dikarenakan oleh huruf-huruf dalam kata tersebut
yang makhorijul hurufnya terlalu berdekatan. Tanaafurul huruf dibagi menjadi dua, yaitu:
sangat sulit atau berat saat diucapkan dan didengarkan contoh seperti kata:
َّ
' ُ‫'الظش‬ [tanah tandus]
ُ
'ٌ‫[ 'هُعْ خع‬rumput yang biasa dimakan unta]
ringan saat diucapkan dan didengar, contoh seperti kata:
'‫[ 'ال َّنقن َقة‬suara katak]
َ ُّ
'‫[ 'النقاخ‬air tawar yang jernih]
ٌ ‫[ 'مُسْ َت ْش ِز َر‬yang tinggi/diangkat]
'‫ات‬

b. Gharabatul Isti'mal [‫]غرابة االستعمال‬


yaitu sebuah kata yang maknanya sama sekali tidak jelas dan sama sekali tidak digunakan
oleh sebagian besar orang Arab yang fashih, sehingga sangat membingungkan orang yang
mendengar.
Adapun gharabah dibagi menjadi dua bagian, yaitu;
pembagian pertama: kata tersebut membingungkan pendengar dalam memahami makna
yang dimaksud dikarenakan adanya multi makna atau kata tersebut mempunyai dua atau
lebih makna yang berbeda yang mana juga tidak ada hubungannya dengan kalimat yang
diucapkan.Contoh:
kata ‫ مسرَّ ج‬pada sya'irnya Ru'bah bin 'Ajjaaj:

َ ‫ومُــ ْقــلـة وحــا ِجــبــًا م َُزجّ ــجً ــا وفــاحِــمًــا و َمــرْ سِ ــ ًنــا م‬
‫ُــســرَّ جً ــا‬

maka tidak dapat diketahui apa yang dimaksud dengan kata '‫ُــســرَّ جً ــا‬ َ ‫ 'م‬pada sya'ir di atas
sampai-sampai para ahli bahasa pun berbeda pendapat dalam mengartikannya.
Ibnu Duraid berpendapat: yang dimaksud dengan '‫ُــســرَّ جً ــا‬ َ ‫ 'م‬pada bait di atas adalah bahwa
'hidungnya ada di katulistiwa' dan bisa juga artinya adalah 'tebasan, seperti halnya tebasan
pedang yang berkilau'
adapun Ibnu Siidah berpendapat: bahwa kata tersebut maksudnya adalah 'ia dalam kilauan
dan sinar seperti obor/penerang'.
maka dari itu yang mendengarkan kata '‫ُــســرَّ جً ــا‬
َ ‫ 'م‬ini jadi bingung karena terdapat banyak
makna yang lebih dari satu yang mana tidak nyambung dengan kalimat yang diucapkan.
pembagian kedua: kata yang perlu diedit atau diteliti kesalahan penggunaannya karena
memang perlu adanya penelitian bahasa yang khusus, dan memerlukan pengecekan pada
kamus-kamus yang lengkap dan kredibel. Contoh:
kata ‫ َت َكـْأ َكَأ‬yang berarti berkumpul, yang diucapkan 'Isa bin Umar an nahwiy:

‫َما َل ُك ْم َت َكـْأ َكـْأ ُت ْم َع َليَّ َك َت َكأ ُكِئ ُك ْم َع َلى ذِي ج َّنة إ ْف َر ْنقعُوا َع ِّني‬

kata di atas termasuk contoh gharabah karena penggunaannya yang sangat jarang dan juga
sangat membingungkan bagi orang yang mendengar karena memang jarang digunakan
oleh orang Arab, bahkan tidak digunakan oleh kebanyakan orang Arab yang fashih
c. Mukhalafatul Qiyaas [‫]مخالفة القياس‬
yaitu suatu kata yang tidak mengikuti kaidah-kaidah penulisan kata yang benar sesuai ilmu
sharaf yang diambil diucapan-ucapan orang-orang Arab, jadi kata tersebut sangat
berlawanan atau bersebrangan dengan kaidah sharaf yang ada, contoh:

ِ ‫الـــواحِــ ِد الــ َفــرْ ِد ال َقــد‬


‫ِيــم األوَّ ِل‬ َ ‫ــل‬ َ ‫الـــحــمْـــ ُد لــلَّــ ِه‬
ِ ‫الــعــلِــيِّ األجْ ــ َل‬ َ

c. Mukhalafatul Qiyaas [‫]مخالفة القياس‬


yaitu suatu kata yang tidak mengikuti kaidah-kaidah penulisan kata yang benar sesuai ilmu
sharaf yang diambil diucapan-ucapan orang-orang Arab, jadi kata tersebut sangat
berlawanan atau bersebrangan dengan kaidah sharaf yang ada, contoh:

ِ ‫الـــواحِــ ِد الــ َفــرْ ِد ال َقــد‬


‫ِيــم األوَّ ِل‬ َ ‫ــل‬ َ ‫الـــحــمْـــ ُد لــلَّــ ِه‬
ِ ‫الــعــلِــيِّ األجْ ــ َل‬ َ

ِ ‫ األجْ ــ َل‬pada sya'ir di atas sangat tidak mengikuti kaidah penulisan ilmu sharaf, karena
kata ‫ــل‬
seharusnya kata tersebut huruf jim nya berharakat fathah dan dua huruf lam harus
digabung/diidghomkan dengan tasydid menjadi 'ُّ‫'اَأل َجل‬

2. Fashahatul Kalaam [‫]فصاحة الكالم‬


Fashahatul kalaam yaitu selamatnya sebuah ucapan setelah jelasnya susunan kata-kata
yang ada pada ucapan tersebut, jelas dari sesuatu yang membingungkan makna dan
kerancuan kata, maksudnya yaitu sebuah kalaam atau ucapan itu harus jelas, terang, dan
mempunyai makna yang bisa dipahami langsung oleh pendengar dan lafadz-lafadznya juga
mudah, maka dari itu sebuah kalimat atau ucapan harus tersusun dari lafadz-lafadz yang
jelas dengan maksud yang mudah dimengerti, mengikuti aturan penulisan sharaf yang
benar, susunan kata yang juga harus mengikuti kaidah-kaidah nahwu, dan juga harus sepi
dari tanaafurul kalimaat [berat atau sulitnya kata saat diucapkan].

Dan kefashihan suatu kalam/ucapan harus terhindar dari beberapa poin di bawah ini:

a. Tanaafurul Kalimaah Mujtami'ah [‫]تنافر الكلمات مجتمه‬


yaitu susunan kata yang ada pada sebuah ucapan berat atau sulit diucapkan dan didengar
(walaupun ada salah satu kata yang fashih/jelas/mudah dipahami, tapi karena susunan kata
pada suatu ucapan hampir semuanya berat diucapkan lisan dan sulit dipahami pendengar
maka tetap saja termasuk tanaafurul kalimaah mujtami'ah), adapun tanaafurul kalimaah ini
ada dua macam, yaitu:
benar-benar berat pengucapannya, contoh:

‫ب َقـــبْـــ ُر‬ َ ْ‫ْــس قُــر‬


ٍ ْ‫ب َقــبْـــر َحـــر‬ َ ‫َو َلـــي‬ ‫َو َقــبْـــ ُر َحــرْ ب ِبــ َمــ َكــان قــ ْفـــر‬

“Adapun kuburan Harb [Harb bin umayyah] itu di tempat yang sunyi dan tidak ada kuburan
lain di dekat kuburan itu"
jika kita baca susunan kata pada sya'ir di atas, sangat sulit dan berat saat diucapkan, dan
juga sangat sulit dicerna oleh pendengar.
agak ringan pengucapannya, contoh perkataan Abii Tamaam:

‫َمــعِـــي َو َإذا َمــا لُــمْــ ُتــ ُه لُـــمْ ُتـــ ُه َوحْ ـــدِي‬ َ ‫ــريْـــ ٌم َمــ َتــى أمْــدَ حْ ــ ُه أمْــدَ حْ ــ ُه َو‬
‫الــو َرى‬ ِ ‫َك‬
maksud sya'ir di atas yaitu "dia mulia jika aku sanjung/puji dan orang-orang juga
menyetujuiku dengan sanjunganku kepadanya maka mereka pun ikut menyanjungnya
bersamaku karena ia memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka seperti halnya ia
memberiku kebaikan2"
pada pembagian kedua ini, pengucapan pada susunan kalimatnya tidak sesulit atau seberat
kalimat pertama, yaitu hanya ada dua susunan kata saja yang sulit diucapkan, lainnya
mudah diucapkan.

b. Dho'fut Ta'liif [‫]ضعف التأليف‬


Sebuah ucapan juga harus mengikuti tata aturan kaidah-kaidah nahwu yang dipakai oleh
sebagian besar para ulama nahwu. contoh :

َ ‫اعــدَ ُغــاَل مُــ ُه م‬


‫ُــحــ َّم ًدا‬ َ ‫َس‬ "Pembantunya Muhammad membantu Muhammad"

susunan kalimat bahasa Arab di atas lemah, karena menyebutkan dhamirnya terlebih
dahulu 'ُ‫ ' ُغــاَل مُــــه‬dan meletakkan yang didhamiri (marji'nya) di akhir kalimat '‫ُــحــ َّم ًدا‬
َ ‫'م‬.

c. Ta'qiidul Lafdzi [‫]ال ّتعقيد اللّفظي‬


yaitu suatu ucapan yang kata perkatanya rancu, jadi susunan kalimatnya juga sama sekali
tidak menunjukkan arti yang dimaksud sehingga menimbulkan kerancuan makna. Contoh;

‫شِ ــ َيــ ٌم َعــ َلى الــحــسب الـأغــر دَ الئــ ُل‬ ْ ‫ت َوهُــ ْم اَل َيــجْ ــ َفــ ُخ‬
ِ ‫ــو َن ِبـــ َهــا ِب‬
‫ــهــ ْم‬ ْ ‫َج َف َخ‬

susunan kalimat dan kata yang rancu di atas membuatnya tidak fashahatul kalaam, kalimat
yang benar seharusnya adalah:

‫افـتخرت ِبهم شِ َيــ ُم دالئــل َعــلى الحــسب األغر وهــم ال يجْ فـخون ِبهــا‬

d. Ta'qiidul Ma'nawiy [‫]التعقيد المعنوي‬


yaitu ketika susunannya membuat makna yang dimaksud tidak jelas, karena adanya celah
dalam pemindahan pikiran mutakallim dari makna asli kepada makna yang ia dimaksud.
Contoh:

َ ‫عــينــاي الــ ّدم‬


‫ُــوع لتــجـمُدا‬ َ ُ‫الــدار َعــ ْنــ ُكــ ْم ل َتــقــ ُربُــوا – وتــســكــب‬
ِ َ‫ســَأ ْطــلُــبُ بُــعْ ــد‬

“Saya mencari suatu tempat yang jauh dari kalian, agar kalian kelak dekat dengan saya dan
agar kedua mata saya meneteskan air mata, kemudian agar menajdi keras.”

Yang dimaksud kalimat di atas adalah, “saat ini saya lebih suka terpisah jauh dengan kalian
untuk hanya sementara waktu, walaupun hingga meneteskan air mata karena perihatin.”
Untuk mengambil kesimpulan arti sya’ir di atas sangatlah sulit, sehingga sya'ir di atas
termasuk kalimat yang ‫ تعقيد معنوي‬.

e. Kastrotut Tikraar [‫]كثرة التكرار‬


suatu ucapan agar menjadi fashahah juga harus menghindari kasratut tikraar, yaitu lafadz
(baik itu isim, fi'il, maupun huruf) yang seharusnya diucapkan satu kali, tapi diucapkan
berulang-ulang kali tanpa ada faidahnya, maka membuat tidak fashahatul kalaam. Contoh:

‫َلــ َقــاِئــ ٌل َيــا نــصــ ُر نــصــ ُر َنــصــرً ا‬ ْ ‫ُــطــرن َس‬


‫ــطــرً ا‬ َ ‫وأســطــار س‬
ٍ ‫إ ّنــي‬

3. Fashahatul Mutakallim [‫]فصاحة المتكلّم‬


yaitu sebuah keahlian yang harus dimiliki mutakallim (orang yang berkata) yaitu cara dia
menyampaikan ucapan dengan tutur kata yang mudah dipahami, fashih, pemilihan kata
(diksi) yang baik dan mudah dipahami, kata yang ia ucapkan harus sesuai dengan ilmu
sharaf, susunan katanya juga rapih sesuai dengan tata kaidah nahwu, dan tidak ada
kerancuan pada ucapannya sehingga pendengar segera paham dengan apa yang ia
ucapkan.

B. Balaghah [‫]البالغة‬

Balaghah dalam arti bahasa artinya adalah 'Sampai' dan 'mencapai'. Contoh kalimatnya
adalah:

َ ‫َبــ َل‬
َ ‫ــغ َز ْي ٌد م‬
ُ‫ُــرادَ ه‬
Zaid sudah mencapai tujuannya

‫الــر ْكــبُ الــ َمـ ِديْــ َن َة‬


َ ‫ــغ‬ َ ‫َبــ َل‬
Para penunggang unta sudah sampai di kota

maka sudah jelas, bahwa arti balaghah menurut 'bahasa' adalah 'mencapai' dan 'sampai'.

Adapun pengertian balaghah secara istilah yaitu balaghah merupakan sifat bagi ucapan dan
mutakallim (orang yang mengucapkan) sehinga dapat dikatakan ucapan yang baligh
(perkataannya tercapai/sampai dengan yang dimaksud) dan mutakallim yang baligh
(tercapai/sampai yang dikatakan). Balaghoh juga dapat diartikan sebagai kesesuaian antara
konteks ucapan dan situasi & kondisi lawan biacara yang disertai dengan penggunaan
kalimat/bahasa yang fashih, jelas, dan mudah dipahami. Balaghah sendiri tidak dapat
menjadi sifat untuk kalimat, dan perkara inilah yang membuatnya berbeda dengan fashahah.

Balaghah mempunyai pembagian tersendiri, yaitu:


Balaaghatul Kalaam [‫]بالغة الكالم‬
Balaaghatul Mutakallim [‫]بالغة المتكلّم‬
Penjelasan:

1. Balaaghatul Kalaam [‫]بالغة الكالم‬


yaitu ucapan yang baligh adalah ucapan yang sesuai dengan keadaan lawan bicara disertai
dengan fashihnya lafadz-lafadz pada ucapan tersebut, baik itu per katanya maupun susunan
kalimatnya.

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ucapan yang baligh yaitu ucapan
yang menyesuaikan situasi dan kondisi lawan bicara, serta lafadz-lafadz yang diucapkannya
juga fashih atau jelas baik susunan kalimatnya maupun bentuk setiap katanya. Selain dari
pada itu, yang menjadi perhatian yaitu bentuk tertentu yang gunakan dalam suatu kalam
atau ucapan, contoh penggunaan kalimat yang panjang tetapi maksudnya sedikit (uslub
ithnab) dalam pujian atau penggunaan kalimat yang ringkas dan padat (uslub ijaz) apabila
lawan biacaranya adalah sesorang yang cerdas.

Contoh:
jika seseorabg mengucapkan ‫صالَةُ َعـ َلى َو ْقتــها‬
َّ ‫ ال‬kepada mukhotob atau orang yang sedang
diajak bicara yang bertanya mutakallim tentang waktu shalat. Maka ucapannya itu termasuk
dalam kategori balaaghatul kalaam, karena ia ia ucapkan sesuai dengan maksud lawan
bicara dan sesuai dengan keadaannya, ucapannya juga disampaikan dengan fashih dan
jelas sehingga pendengar segera paham.

2. Balaaghatul Mutakallim [‫]بالغة المتكلّم‬


Balaaghatul Mutakallim adalah keahlian dan kemampuan yang terdapat pada hati
mutakallim yang dengan keahliannya tersebut seseorang bisa menyusun ucapan yang
baligh dan sesuai dengan keadaan dan situasi lawan bicaranya serta fashihnya ucapan
dalam segala makna yang dimaksudkannya.

Sesuai dengan penjelasan di atas, balaaghatul mutakallim merupakan keahlian sesorang


dalam berucap dengan fashih dan jelas untuk mengutarakan apa yang ingin ia katakan dari
hatinya sesuai dengan kondisi dan situasi lawan bicarannya.

C. Perbedaan Fashahah [‫ ]الفصاحة‬dan Balaghoh [‫]البالغة‬

1. Fokus pembahasan fashahah [‫ ]الفصاحة‬lebih khusus berkaitan dengan lafadz. Sedangkan


balaghah [‫]البالغة‬, pembahasannya tidak hanya berkaitan dengan lafadz saja tapi juga
berkaitan dengan makna.
2. Fashahah [‫ ]الفصاحة‬yaitu sifat dari sebuah kata, kalimat dan ucapan atau kalaam.
3. Semua ucapan atau kalimat yang bernilai balaghah [‫ ]البالغة‬sudah pasti memenuhi unsur
fashahah [‫]الفصاحة‬, sebaliknya tidak semua ucapan atau kalimat yang bernilai fashahah itu
memenuhi unsur balaghoh. jadi tingkat balaghah lebih tinggi dari fashahah.

Anda mungkin juga menyukai