Tafsir Menurut bahasa kata tafsir diambil dari kata fassara-yufassiru- tafsiir yang
berarti menjelaskan. Pengertian tafsir menurut bahasa juga bermakna al-
idhah (menjelaskan),al-bayan(menerangkan), al-kasyf (mengungkapkan).
Sedangkan secara terminology terdapat beberapa pendapat, salah
satunya menurut Dr. Shubhis Shaleh yang mendifinisikan tafsir sebagai
berikut :
Artinya:
Sebuah disiplin yang digunakan untuk memahami kitabullah yang
diturunkan kepada Nabi Saw dan menerangkan makna-maknanya serta
menggali hukum-hukum dan hikmah-hikmahnya.
Tarjamah Terjemah diambil dari bahasa arab dari kata tarjamah. Bahasa arab
sendiri memungut kata tersebut dari bahasa Armenia yaitu turjuman.
Kata turjuman sebentuk dengan kata tarjaman dan tarjuman yang berarti
mengalihkan tuturan dari satu bahasa ke bahasa lain
Secara terminologi didefinisikan:
ِ َالوف
ِاء بِ َج ِميع َ نى َكلَ ٍم فِى لُغَ ٍة بِك ََل ٍم ا َخ ٍر ِم ْن لُغَ ٍة ا ُ ْخ َرى َم َع
َ ير ع َْن َم ْع
ُ ِالت َ ْعب
قاصدِه
ِ َمعَانِي ِه و َم
Mengungkapkan makna tuturan suatu bahasa di dalam bahasa lain
dengan memenuhi seluruh makna dan maksud tuturan tersebut.
Ayat-ayat Muhkamat Kata Muhkam dari segi etimologi berasal dari akar kata hakama-yahkamu-
hukman berarti menetapkan, memutuskan, memisahkan. Kemudian
dijadikan wazan af’ala menjadi ahkama-yuhkimu-ihkaam yang berarti
mencegah. Secara Terminologi muhkam adalah ayat yang mudah
diketahui maksudnya, mengandung satu makna, dapat diketahui secara
langsung tanpa memerlukan keterangan lain.
Ayat al-Qur’an yang seringkali digunakan sebagai rujukan dalam
pembahasan muhkamat dan mutasyabihat tercantum pada surat ali
Imran (QS 3:7) :
ب َوأ ُ َخ ُر
ِ اب ِم ْنهُ آيَاتٌ ُمحْ َك َماتٌ هُنَّ أ ُ ُّم ا ْل ِكتَا َ ُه َو الَّذِي أ َ ْن َز َل
َ َ علَ ْيكَ ا ْل ِكت
ُمتَشَابِهَاتٌ ۖ فَأ َ َّما الَّ ِذينَ فِي قُلُوبِ ِه ْم َز ْي ٌغ فَيَت َّبِعُونَ َما تَشَابَهَ ِم ْنهُ ا ْبتِغَا َء ا ْل ِفتْنَ ِة
س ُخونَ فِي ا ْل ِع ْل ِم يَقُولُونَ آ َمنَّا ِ الرا
َّ َّللاُ ۗ َوَّ َوا ْبتِغَا َء تَأ ْ ِوي ِل ِه ۗ َو َما يَ ْعلَ ُم تَأ ْ ِويلَهُ إِ ََّّل
ِ بِ ِه ُك ٌّل ِم ْن ِع ْن ِد َربِنَا ۗ َو َما يَذَّك َُّر إِ ََّّل أُولُو ْاْل َ ْلبَا
ب
Ayat-ayat kata mutasyabih berasal dari kata tasyabuh yang secara bahasa berarti
Mutasyabihat keserupaan dan kesamaan yang biasanya membawa kepada kesamaan
antara dua hal.
mutashâbih adalah ayat yang pada hakekatnya hanya diketahui
maksudnya oleh Allah sendiri, mengandung banyak makna, dan
membutuhkan penjelasan dengan merujuk pada ayat- ayat lain
Indikator Kompetensi 1. Menjelaskan Konsep Tafsir bi al Ma’tsur, tafsir bi al ra’yi, tafsir isyari
Menganalisis Klasifiksi dan penerapan Tafsir bi al Ma’tsur, tafsir bi al
ra’yi, tafsir isyari.
2. Menjelaskan konsep Metode Tahlili, Ijmali, Muqaran, Maudhu’i.
3. Menganalisis Penerapan Metode Tahlili, Ijmali, Muqaran, Maudhu’i
Ditinjau dari sumbernya, penafsiran Al-Qur’an dibagi menjadi tiga pendekatan, yaitu :
Tafsir bi al-Ma’tsur Penafsiran yang berbentuk riwayat atau yang disebut dengan tafsir bi al-Ma’sur
adalah bentuk penafsiran yang paling tua dalam khazanah intelektual Islam. Tafsir
ini sampai sekarang masih terpakai dan dapat dijumpai dalam kitab-kitab tafsir
seperti Tafsir al-Tabari, Ibnu Kasir, al-Durr al-Mansur fi al-Tafsir bi al-Ma’sur karya
imam al-Suyuti, dan lain-lain.
Di antara sebab yang memicu kemunculan corak tafsir bi al-Ra’yi adalah semkain
majunya ilmu-ilmu keislaman yang diwarnai dengan kemunculan ragam disiplin
ilmu, karya-karya para ulama, berbagai metode penafsiran, dan pakar-pakar di
bidangnya masing-masing. Akibatnya, karya tafsir seorang mufassir sangat diwarnai
oleh latar belakang ilmu yang dikuasainya.
Di antara mereka, ada yang lebih menekankan telaah balaghah seperti az-
Zamakhsyari, telaah hukum-hukum syara’ seperti al-Qurthubi, telaah
keistemewaan bahasa, seperti Abi As-Su’ud, atau qira’ah seperti An-Naisaburi dan
An-Nasafi, telaah madzhab-madzhab kalam dan filsafat, seperti Ar-Razi dan telaah
lainnya. Hal ini dapat dipahami sebab di samping sebagai seorang mufassir,
seseorang dapat saja ahli dalam bidang fikih, bahasa filsafat, astronomi,
kedokteran, atau kalam.
Kemunculan tafsir bi al-Ra’yi dipicu oleh hasil interaksi umat Islam dengan
peradaban Yunani yang banyak menggunakan akal. Oleh karena itu, dalam tafsir bi
al-Ra’yi, peranan akal sangat dominan.
Tafsir isyari Menurut bahasa kata isyari berasal dari kata asyaara- yusyiiru-isyaaratan yang
berarti memberi isarat/ tanda, menunjukkan. Sedangkan menurut istilah suatu
upaya untuk menjelaskan kandungan Quran dengan menakwilkan ayat-ayat sesuai
isyarat yang tersirat dengan tanpa mengingkari yang tersurat atau dzahir ayat.
Pembagian tafsir jenis Tafsir Tahliili/Penjabaran, Tafsir Ijmali/Global, dan Tafsir Muqoron/Perbandingan tersebut
merupakan klasifikasi teoritis atas tafsiran yang mendominasi, sehingga tidak berarti masing-masing jenis kitab
tafsir pada salah satu dalam tiga klasifikasi tersebut hanyalah berisikan tentang jenis tafsiran yang menjadi ciri
khasnya semata, karena terkadang sebuah kitab tafsir berisikan lebih dari satu jenis tafsiran, seperti: Tafsir Ibnu
Jarir yang berisikan ketiga jenis tafsir sekaligus, yaitu: Tafsir Tahliili/Penjabaran, Tafsir Ijmali/Global, dan Tafsir
Muqoron/Perbandingan.
Hanya saja pengklasifikasian menjadi tiga jenis tafsir tersebut berdasarkan jenis tafsir yang dominan didalamnya.
Metode Tahlili (Analisis) Metode Tahlili (Analisis) Suatu metode dalam menjelaskan ayat al Qur’an
dengan cara menguraikan ayat demi ayat, surat demi surat, sesuai tata
urutan dengan penjelasan yang cukup terperinci sesuai dengan
kecenderungan masing-masing mufassir terhadap aspek-aspek yang
ingindisampaikan, misalnya menjelaskan ayat disertai aspek qira’at, asbabu
al- nuzul, munasabah, balaghah, hukum dan lain sebagainya.
Contoh kitab-kitab tafsir jenis ini adalah Tafsir Ibnu Athiyyah, Tafsir Al-Alusi,
Tafsir Asy-Syaukani, dan selain mereka.
Metode Ijmali (Global) Metode dalam menjelaskan ayat Al-Qur’an dengan cara mengemukakan
makna yang bersifat global dengan bahasa yang ringkas supaya mudah
dipahami. Di sini mufassir menjelaskan pesan-pesan pokok dari ayat tanpa
menguraikan panjang lebar.
langkah awal yang dilakukan para mufassir adalah membahas ayat demi ayat
sesuai dengan urutan yang ada pada mushaf, lalu mengemukakan arti yang
dimaksud ayat-ayat tersebut dengan global. Ma’na yang diutarakan biasanya
diletakkan di dalam rangkaian ayat atau menurut pola-pola yang diakui
jumhur ulama’ dan mudah difaham semua orang.Adapun bahasa,
diupayakan lafadznya mirip bahkan sama dengan lafadz yang digunakan al-
Quran sehingga pembaca bisa merasakan bahwa uraian tafsirnya tidak jauh
berbeda dari gaya bahasa al-Quran dan terkesan bahwa hal itu benar-benar
mempresentasikan pesan al-Quran.
Contoh kitab-kitab tafsir jenis ini adalah Tafsir Ibnu Jarir Ath-Thabari, dan
selainnya.
Metode Maudhu’i (Tematik) Metode Maudhu’i (Tematik) Metode menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an
dengan mengambil suatu tema tertentu. Metode ini kelebihannya mampu
menjawab kebutuhan zaman yang ditujukan untuk menyelesaikan suatu
permasalahan, praktis dan sistematis serta dapat menghemat waktu,
dinamis sesuai dengan kebutuhan zaman, membuat pemahaman menjadi
utuh. Namun kekurangannya seringkali dalam memenggal ayat yang memilki
permasalahan yang berbeda sehingga membatasi pemahaman ayat.
Indikator Kompetensi 1. Menjelaskan penafsiran konsep ikhlas, murah hati dan toleransi
2. Menganalisis penafsiran ayat-ayat tentang ikhlas, murah hati dan
toleransi
Tafsir Ibnu Katsir : Dalam kitab tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwasanya Allah telah
memerintahkan kepada manusia untuk memurnikan (mengikhlaskan) penyembahan
dan doanya hanya kepada Allah meskipun orang-orang kafir maupun orang-orang
musyrik memiliki pendapat yang berbeda mengenai hal ini
َب ا ْلعَالَ ِمين ِ ُي ََّل إِ َٰلَهَ إِ ََّّل ُه َو فَا ْدعُوهُ ُم ْخ ِل ِصينَ لَه
ِ َّ ِ الدينَ ۗ ا ْل َح ْم ُد
ِ ّلِل َر ُّ ُه َو ا ْل َح
Artinya: Dialah Yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia;
maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat kepada-Nya. Segala puji bagi Allah
Tuhan semesta alam.
Tafsir Jalalain Berdasarkan tafsir Jalalain , dapat difahami bahwa Allah merupakan
satu-satunya Dzat yang Abadi, sehingga sudah menjadi sebuah keharusan bagi seluruh
makhluk untuk menyembah dan berdoa hanya kepada-Nya dengan segala ketulusan
Secara umum, kata ikhlas dalam ayat ini dikaitkan secara erat dengan syarat
diterimanya sebuah amalan oleh Allah SWT. Syarat dari diterimanya sebuah amal
ibadah ialah ibadah tersebut telah memenuhi rukun-rukunnya serta dilaksanakan
dengan penuh keikhlasan hanya mengharap ridla Allah semata, tanpa penyekutuan
sedikitpun.
ِ ُصا لَه
َالدين َ َّ قُ ْل ِإنِي أ ُ ِم ْرتُ أ َ ْن أ َ ْعبُ َد
ً َّللا ُم ْخ ِل
Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.
Tafsir Jalalain
Dalam tafsir Jalalain, dijelaskan bahwa penafsiran dari memurnikan ketaatan kepada-
Nya dalam (menjalankan) agama ialah murni dari perbuatan syirik.
Tafsir Al Mishbah
Dalam tafsir yang ditulis oleh Quraish Shihab tersebut dijelaskan bahwa penafsiran
ayat di atas ialah sebuah perintah untuk mengatakan “aku diperintahkan untuk
meyembah Allah dengan penuh ikhlas dan tulus murni, tanpa ada kesyirikan dan riya’
atau pamrih”
Murah Hati Dalam kamus besar bahasa Indonesia murah hati adalah suka (mudah) memberi; tidak
pelit; penyayang dan pengasih; suka menolong; baik hati, kebaikan hati; sifat kasih dan
sayang; kedermawanan. Sifat hati yang mulia dan hangat berupa kesdiaan untuk
mendatangkan kebaikan bagi orang lain dengan memberi secara limpah, dengan
tangan terbuka, tanpa ditahan-tahan.
Asbabun Nuzul : Bahwa ada orang-orang yang tidak suka memberikan sedekah kepada
keturunan mereka dari kalangan musyrik, lalu mereka menanyakan hal itu, hingga
diberikan rukhshah (keringanan) bagi mereka. Maka turunlah ayat ini yang
membolehkan memberi sedekah kepada kaum Musyrikin.” (Diriwayatkan oleh An-
Nasai, Al- Hakim, Al-Bazzar, Ath-Thabrani dan lain-lain, yang bersumber dari Ibnu
Abbas)
Toleransi Toleransi secara bahasa berasal dari Bahasa Inggris “Tolerance” yang berarti
membiarkan. Dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai sifat atau sikap toleran,
mendiamkan membiarkan. Dalam bahasa Arab kata toleransi (mengutip kamus Al-
Munawir disebut dengan istilah tasamuh yang berarti sikap membiarkan atau lapang
dada). Badawi mengatakan, tasamuh (toleransi) adalah pendirian atau sikap yang
termanifestasikan pada kesediaan untuk menerima berbagai pandangan dan pendirian
yang beraneka ragam meskipun tidak sependapat.
َ ففَقُ ْل ِلي
َ ع َم ِلي َولَ ُك ْم
ع َملُ ُك ْم
Q.S Al-Kafiruun
Maka katakanlah: Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu
Asbabun Nuzul
Kaum kafir Quraisy berusaha keras membujuk dan mempengaruhi Rasulullah saw.
untuk mengikuti ajaran mereka. Kaum kafir Quraish menawarkan harta yang melimpah
sehingga Rasulullah dapat menjadi orang terkaya di Makkah. Selain itu, Rasulullah juga
dijanjikan hendak dikawinkan dengan wanita paling cantik, baik yang gadis maupun
yang sudah janda, sesuai kehendak beliau
Dalam upaya ini, kaum kafir Quraish mengatakan, “Inilah wahai Muhammad yang kami
sediakan untukmu, agar kamu tidak memaki dan menghina tuhan kami.
Maka turunlah surat al Kafirun
Tafsir Jalalain : “(Untuk kalianlah agama kalian) yaitu agama kemusyrikan (dan
untukkulah agamaku") yakni agama Islam. Ayat ini diturunkan sebelum Nabi saw.
diperintahkan untuk memerangi mereka. Ya Idhafah yang terdapat pada lafal ini tidak
disebutkan oleh ahli qiraat sab'ah, baik dalam keadaan Waqaf atau pun Washal. Akan
tetapi Imam Ya'qub menyebutkannya dalam kedua kondisi tersebut.”
Tafsir Al Misbah : makna dari ayat tersebut ialah ” Bagi kalian agama kalian yang kalian
yakini, dan bagiku agamaku yang Allah perkenankan untukku”
INTEGRASI ILMU PENGETAHUAN DI DALAM AL QUR’AN
Ayat Al Qur’an tentang konsep integrasi Q.S. Ali Imran ayat 190-191
ilmu pengetahuan.
Asbabun Nuzul
Orang-orang Quraisy datang kepada kaum Yahudi dan bertanya
kepada mereka, apa tanda-tanda yang dibawa Musa kepada
kalian?” orang-orang Yahudi itu menjawab “Tongkat dan tangan
yang mengeluarkan cahaya putih.” Selanjutnya orang-orang Quraisy
itu mendatangi kaum Nasrani, lalu bertanya kepada mereka, “apa
tanda-tanda yang diperlihatkan Isa?.” Kaum Nasrani menjawab, “
Isa menyembuhkan orang yang buta, orang yang sakit kusta dan
menghidupkan orang mati.” Setelah orang-orang Quraisy
mendatangi Yahudi dan Nasrani, kemudian mereka mendatangi
Nabi Saw sambil berkata kepada beliau; “Berdoalah kepada
Tuhanmu untuk mengubah bukit shafa menjadi emas untuk kami.”
Nabi Saw kemudian berdoa, maka turunlah firman Allah Q.S Ali
Imran 190 ini.
Nabi Saw ketika berdiri mengerjakan salat beliau menangis sehingga
jenggotnya basah oleh air mata. Ketika Bilal datang untuk
memberitahukan kepadanya waktu salat subuh, seraya bertanya,
"Wahai Rasulullah, apakah yang menyebabkan engkau menangis,
padahal Allah telah memberikan ampunan kepadamu terhadap
dosa- dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?" Nabi Saw.
menjawab, “Bagaimana aku tidak menangis, malam ini Allah telah
menurunkan kepadaku ayat ini: 'Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang hari
terdapat tanda-tanda bagi para ulul albab (Ali Imran: 190)."
Kemudian Nabi Saw. bersabda pula, 'Celakalah bagi orang yang
membacanya, lalu ia tidak merenungkan semuanya itu."
Penafsiran
Surat Ali Imran ayat 190-191 menegaskan :
1. Penciptaan semesta, yaitu langit dan bumi serta pergantian
malam dan siang adalah sebagai tanda-Nya. Tanda itu
mampu diterima oleh ulul albab.
2. Ulul Albab yaitu orang-orang yang selalu berdzikir dan
bertafakkur. Berdzikir berarti senantiasa mengingat Allah dan
bertafakkur berarti merenungi dan memikirkan segala
ciptaan Allah Swt yang meliputi langit dan bumi serta segala
isinya dan hukum-hukum yang berlaku di dalamnya.
Ulul albab. Kata Ulil Albab dalam pengertian secara sederhana sering diartikan
sebagai orang yang Berakal atau orang yang berfikir.