Nim : 12030215113
األحاديث األحكام
صفة صالة الجماعة: الحديث الثالث عشرة
َوع َْن أَبِي ه َُري َْرةَ رضي هللا عنه
ّللَا صلى هللا عليه وسلم (إِنه َما ُج ِع َل ا َ ْ ِْل َما ُم ِ قَا َل َرسُو ُل َ ه:َقَال
َو ََل تُكَبِ ُروا َحتهى, فَ ِإذَا َكبه َر فَكَبِ ُروا,ِليُ ْؤت َ هم بِ ِه
َو ََل ت َ ْر َكعُوا َحتهى يَ ْر َك َع,ار َكعُواْ َ َوإِذَا َر َك َع ف,يُكَبِ َر,
اَلله ُه هم َربهنَا: فَقُولُوا,ُّللَاُ ِل َم ْن ح َِم َده َ َوإِذَا قَا َل
س ِم َع َ ه
ْ س َج َد فَا
ْ َ َو ََل ت,س ُجدُوا
ْ َس ُجدُوا َحتهى ي
س ُج َد َ َوإِذَا,ُلَكَ ا َ ْلح َْمد,
ُ صلُّوا قُعُودًا أَجْ َم ِعينَ ) َر َواهُ أَبُود
َاود َ َصلهى قَا ِعدًا ف
َ َوإِذَا,صلُّوا قِيَا ًما
َ َصلهى قَائِ ًما ف
َ َوإِذَا
Artinya ; Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Sesungguhnya imam itu dijadikan untuk diikuti. Maka apabila ia telah
bertakbir, bertakbirlah kalian dan jangan bertakbir sebelum ia bertakbir. Apabila ia telah
ruku', maka ruku'lah kalian dan jangan ruku' sebelum ia ruku'. Apabila ia mengucapkan
sami'allaahuliman hamidah maka ucapkanlah allaahumma rabbanaa lakal hamdu. Apabila
ia telah sujud, sujudlah kalian dan jangan sujud sebelum ia sujud. Apabila ia sholat berdiri
maka sholatlah kalian dengan berdiri dan apabila ia sholat dengan duduk maka sholatlah
kalian semua dengan duduk." (HR. Abu Dawud)
wanan merupunun puan Syainn a tu ayan. a membolehkah seseorang shalat di belakang orang
lain (yakni bermakmum), walaupun berbeda niat dan perbuatan. Jadi, orang yang shalat Isya
boleh bermakmum kepada orang yang shalat Maghrib, ketika imam salam, makmum (tidak
ikut salam) tapi berdiri lagi untuk melakukan rakaat keempat. Adapun orang yang shalat
Maghrib dengan bermakmum kepada orang yang shalat Isya, maka ia boleh memilih: (setelah
tiga rakaat ia duduk) dan menunggu sampai imamnya tasyahhud lalu salam setelahnya; atau
meniatkan shalat sendiri (setelah selesai tiga rakaat) dan mengucapkan salam sebelum imam
salam. Begitu juga bila orang yang shalat Isya bermakmum kepada orang yang shalat tarawih.
Bila imam salam setelah dua rakaat, maka ia (tidak ikut salam) tapi berdiri lagi untuk
menambah dua rakaat yang tersisa.
19. Keumuman hadits ini melarang makmum menyelisihi imam, termasuk niatnya; maka
imam tidak boleh meniatkan shalat fardhu untuk mengimami orang yang shalat sunnah,
demikian juga sebaliknya. Namun hadits Mu'adz mengkhususkan hadits ini dalam hal
perbedaan niat, yang mana Mu'adz telah melaksanakan shalat fardhu bersama Nabi SAW,
kemudian pergi kepada kaumnya lalu mengimami mereka dalam shalat tersebut, sehingga
shalatnya Mu'adz (ketika mengimami kaumnya) adalah sunnah baginya, sedangkan bagi
kaumnya adalah fardhu.
20. Syaikhul Islam mengatakan, "Mendahului imam hukumnya haram menurut kesepakatan
para imam (ulama). Maka tidak seorang pun yang boleh ruku sebelum imamnya, tidak pula
bangkit dari ruku sebelumnya, dan tidak pula sujud sebelumnya. Banyak sekali hadits Nabi
SAW yang menyinggung masalah ini; karena orang yang bermakmum itu seharusnya
mengikuti imamnya, sehingga tidak boleh mendahului orang yang diikutinya. Adapun
1
tentang batalnya shalat makmum yang mendahului imam, ada dua pendapat ulama yang
sudah diketahu. 2
صالة المسافر: الحديث الرابع عشرة
ع ْنهَا ;وع َْن عَائِشَةَ َر ِض َي َ ه
َ ُّللَا َ (
سفَ ِر َويُتِ ُّم ُ أَنه اَلنه ِب هي صلى هللا عليه وسلم كَانَ يَ ْق,
ص ُر فِي اَل ه
هارقُ ْطنِ ُّي
َ صو ُم َويُ ْف ِط ُر ) َر َواهُ اَلد
ُ ََوي
1
Syarah Bulughul Maram, Cetakan Kedua,Ditulis oleh penulis Tahun 1414 H, Syaikh Abdurrahman Al-Bassam,
Penerbit Pustaka AZZAM, Jilid Kedua, 1 ; 482-485.
أحسنت يا عائشة
"Tindakanmu itu sangat baik (tepat) wahai Aisyah."
Syaikh Ibnu Taimiyah menambahakan, "Guru kami berkata; Hal itu adalah suatu kebatilan,
karena tidaklah mungkin Ummul Mukminin menentang perbuatan Rasulullah SAW dan
semua sahabatnya, sehingga ia mengerjakan shalat yang berbeda dengan shalat mereka."
4. Syaikhul Islam berkata, "Kaum muslim mengutip secara mutawatir, bahwa
Nabi SAW tidak shalat ketika bepergian kecuali 2 rakaat, dan tidak dikutip darinya; bahwa
beliau menyempunakan shalat yang 4 rakaat". Ibnul Qayyim berkata, "Tidaklah ditemukan
riwayat yang menjelaskan, bahwa Nabi SAW. menyempunakan shalat yang 4 rakaat. Juga
dalam riwayat Bukhati (1102) dan Muslim (689) dari haditsnya Ibnu Umar, seraya berkata:
وأبا بكر و عمر كذلك، وكان ال يزيد في السفر على ركعتين، صحبت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم.
shalat lebih dari 2 rakaat saat bepergian. Begitu juga dengan Abu Bakar dan Umar."
Al Khathabi berkata, "Mayoritas dari madzhab ulama salaf dan sejumlah ahli fikih dari
sejumlah kota telah menetapkan; bahwa meng-qasharshalat disyariatkan ketika bepergian,
maka atas dasar itulah; kaum muslim boleh meng-qashar shalat ketika bepergian, dan mereka
berbeda pendapat perihal kebolehan menyempurnakan shalat ketika bepergian, karena Nabi
SAW juga biasa melakukannya dan tidak ada seorang perawi pun yang telah meriwayatkan
dari Nabi SAW yang menjelaskan bahwa beliau senantiasa melakukan shalat 4 rakaat."3
2
Syarah Bulughul Maram, Cetakan Kedua,Ditulis oleh penulis Tahun 1414 H, Syaikh Abdurrahman Al-Bassam,
Penerbit Pustaka AZZAM, Jilid Kedua,
علَى أ َ ْو لَيَ ْختِ َمنه َ ه,ِأ َ ْق َوا ٌم ع َْن َو ْد ِع ِه ُم ا َ ْل ُج ُمعَات
َ ُّللَا
ْ ث ُ هم لَيَكُونُنه ِمنَ ا َ ْلغَافِ ِلينَ ) َر َواهُ ُم,قُلُوبِ ِه ْم
س ِل ٌم
Artinya ; Abdullah Ibnu Umar dan Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu berkata bahwa
mereka berdua mendengar Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda di atas kayu
mimbarnya: “Hendaknya orang-orang itu benar-benar berhenti meninggalkan sholat Jum’at,
atau Allah akan menutup hati mereka, kemudian mereka benar-benar termasuk orang-orang
yang lupa.” (HR. Muslim)
3
Syarah Bulughul Maram, Cetakan Kedua,Ditulis oleh penulis Tahun 1414 H, Syaikh Abdurrahman Al-Bassam,
Penerbit Pustaka AZZAM, Jilid Kedua,