Anda di halaman 1dari 12

HADITS TENTANG TALAK

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah


“Hadits Maudhu’i Ahkam”

Disusun oleh Kelompok 9 :


Maulida Rizqa Hasanah : 2019. 2386
Vina Kartini Hanafi : 2019. 2427

Dosen Pengampu :
Dr. H. Suhefri, M.Ag

JURUSAN ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
PENGEMBANGAN ILMU AL-QURAN
SUMATERA BARAT
1443 H/2021 M
BAB I

PEMBAHASAN

1. Hadits Tentang Talak

‫ب قَا َل أ َ ْخبَ َرنِي‬ ٍ ‫ش َها‬ ِ ‫عقَ ْي ٌل ع َْن ا ْب ِن‬ ُ ‫ث قَا َل َح َّدثَنِي‬ ُ ‫َح َّدثَنَا يَحْ يَى ْب ُن بُ َك ْي ٍر َح َّدثَنَا اللَّ ْي‬
‫ق ا ْم َرأَتَهُ َو ِه َي‬ َ َّ‫طل‬ َ ُ‫ع ْن ُه َما أ َ ْخبَ َرهُ أَنَّه‬ َ ُ‫َّللا‬
َّ ‫ع َم َر َر ِض َي‬ ُ َ‫َّللا ْبن‬ َ َّ‫سا ِل ٌم أَن‬
ِ َّ ‫ع ْب َد‬ َ
‫صلَّى‬ َ ‫َّللا‬ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ظ فِي ِه َر‬ َ َّ‫سلَّ َم فَتَغَي‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو ِل‬ ُ ‫ع َم ُر ِل َر‬ ُ ‫ض فَذَك ََر‬ ٌ ِ‫َحائ‬
‫اج ْع َها ث ُ َّم‬ ِ ‫سلَّ َم ث ُ َّم قَا َل ِليُ َر‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫يض فَت َ ْط ُه َر فَ ِإ ْن‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫س ْك َها َحتَّى ت َ ْط ُه َر ث ُ َّم ت َ ِح‬ ِ ‫يُ ْم‬
‫َّللاُ ع ََّز‬َّ ‫س َها فَتِ ْلكَ ا ْل ِع َّدةُ َك َما أ َ َم َر‬ َّ ‫طا ِه ًرا قَ ْب َل أ َ ْن يَ َم‬ َ ُ‫بَدَا لَهُ أ َ ْن ي‬
َ ُ‫ط ِلقَ َها فَ ْلي‬
َ ‫ط ِل ْق َها‬
1
‫َو َجل‬
“Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami, Al Laits ia berkata telah
menceritakan kepada kami, 'Uqail dari Ibnu Syihab ia berkata telah
menceritakan kepadaku, Salim telah mengabarkan kepadaku bahwa Abdullah
bin Umar radhiallahu 'anhuma telah mengabarkan kepadanya; Bahwasanya ia
pernah mentalak isterinya dalam keadaan haidh. Maka Umar pun
menyampaikan hal itu pada Rasulullah ‫ﷺ‬. Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬marah dan
bersabda: "Hendaklah ia merujuknya kembali, lalu menahannya hingga ia suci
dan haidh hingga ia suci kembali. Bila ia (Ibnu Umar) mau menceraikannya,
maka ia boleh mentalaknya dalam keadaan suci sebelum ia menggaulinya.
Itulah Al 'Iddah sebagaimana yang telah diperintahkan Allah 'azza wajalla."
(H.R Bukhari No. 4528)
2. Rangkaian Sanad
Rasulullah ‫ﷺ‬ Umar bin Khattab Yahya bin Bukair Al Laits

Abdullah bin Umar Salim Ibnu Syihab Uqail


3. Syawahid dan Tawabi’ Hadits
Hadits Riwayat Bukhari
a. H.R. Bukhari No. 4850

‫ع َم َر َر ِض َي‬ ُ ‫َّللا ب ِْن‬


ِ َّ ‫ع ْب ِد‬ َ ‫َّللا َقا َل َح َّدثَ ِني َما ِلكٌ ع َْن نَا ِف ٍع ع َْن‬ ِ َّ ‫ع ْب ِد‬َ ُ‫س َما ِعي ُل ْبن‬ ْ ‫َح َّدثَ َنا ِإ‬
‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو ِل‬ َ ‫علَى‬
ُ ‫ع ْه ِد َر‬ َ ‫ض‬ ٌ ‫ام َرأَتَهُ َو ِه َي َحا ِئ‬ ْ ‫ق‬ َ َّ‫طل‬ َ ُ‫ع ْن ُه َما أَنَّه‬ َ ُ‫َّللا‬َّ
‫َّللا‬ ‫ل‬ ‫و‬
ِ َّ ُ ُ َ َ ‫س‬ ‫ر‬ ‫ل‬ ‫ا‬َ ‫ق‬ َ ‫ف‬ َ‫ك‬‫ل‬ِ َ ‫ذ‬ ْ
‫َن‬‫ع‬ ‫م‬ َّ ‫ل‬‫س‬‫و‬ ‫ه‬ ‫ي‬
َ َ َ ِ ْ ُ َّ َ ‫ل‬ ‫ع‬
َ ‫َّللا‬ ‫ى‬ َّ ‫ل‬‫ص‬ ‫َّللا‬
َ ِ َّ َ ُ َ ِ ‫ل‬‫و‬ ‫س‬ ‫ر‬ ‫ب‬ ‫ا‬‫ط‬َّ َ
‫خ‬ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ُ‫ن‬‫ب‬ْ ُ َ َ َ َ‫ف‬
‫ر‬ ‫م‬ ‫ع‬
ُ ‫ل‬َ ‫أ‬‫س‬
‫يض ث ُ َّم تَ ْط ُه َر ث ُ َّم‬
َ ‫س ْك َها َحتَّى تَ ْط ُه َر ث ُ َّم تَ ِح‬ ِ ‫اج ْع َها ث ُ َّم ِليُ ْم‬ ِ ‫سلَّ َم ُم ْر ُه فَ ْليُ َر‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ
‫س‬ ‫م‬
َّ َ َ ‫ي‬ ْ
‫ن‬ َ ‫أ‬ ‫ل‬ ‫ب‬
َ ْ ََ ‫ق‬ ‫ق‬ َّ ‫ل‬‫ط‬َ ‫ء‬
َ ‫َا‬ ‫ش‬ ‫ن‬ ْ ‫إ‬‫و‬ ‫د‬ ‫ع‬
َِ َُْ َ ْ َ ‫ب‬ َ‫ك‬ ‫س‬ ‫م‬ َ ‫أ‬ ‫ء‬ ‫َا‬‫ش‬ ‫ن‬ ْ ‫ِإ‬

1
Hadits Shahih Bukhari

1
2

2
َ ِ‫ق لَ َها الن‬
‫سا ُء‬ َ ُ ‫َّللاُ أَ ْن ت‬
َ َّ‫طل‬ َّ ‫فَتِ ْلكَ ا ْل ِع َّدةُ الَّتِي أَ َم َر‬
Isma'il bin Abdullah ia berkata telah menceritakan kepada kami; Malik
dari Nafi' dari Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma telah
menceritakan kepadaku, bahwa pada masa Rasulullah ‫ﷺ‬, ia pernah
menceraikan isterinya dalam keadaan haidh, maka Umar bin Al
Khaththab pun menanyakan hal itu kepada Rasulullah ‫ﷺ‬. Maka
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: "Perintahkanlah agar ia segera merujuknya, lalu
menahannya hingga ia suci dan haidh kembali kemudian suci. Maka pada
saat itu, bila ia mau, ia boleh menahannya, dan bila ingin, ia juga boleh
menceraikannya. Itulah Al Iddah yang diperintahkan oleh Allah untuk
mentalak isteri."
b. H.R Bukhari No. 6627

‫س قَا َل‬ُ ُ‫سانُ ْبنُ ِإب َْرا ِهي َم َح َّدثَنَا يُون‬ َّ ‫وب ا ْلك َْر َمانِ ُّي َح َّدثَ َنا َح‬ َ ُ‫َح َّدثَ َنا ُم َح َّم ُد ْبنُ أَ ِبي يَ ْعق‬
ُ‫ام َرأَتَه‬
ْ ‫ق‬ َ َّ‫طل‬َ ُ‫ع َم َر أَ ْخبَ َر ُه أَنَّه‬
ُ َ‫َّللا ْبن‬ ِ َّ ‫ع ْب َد‬َ َّ‫سا ِل ٌم أَن‬ َ ‫ي أَ ْخبَ َرنِي‬ ُّ ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ٌد ه َُو‬
ُّ ‫الز ْه ِر‬
َّ ‫صلَّى‬
ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬
ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫علَ ْي ِه َر‬َ ‫ظ‬ َ ‫سلَّ َم فَتَغَ َّي‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ ‫ع َم ُر ِللنَّ ِبي‬ ُ ‫ض فَذَك ََر‬ ٌ ِ‫َو ِه َي َحائ‬
‫يض فَتَ ْط ُه َر فَ ِإ ْن َبدَا لَهُ أَ ْن‬ َ ‫س ْك َها َحتَّى تَ ْط ُه َر ث ُ َّم تَ ِح‬ ِ ‫اج ْع َها ث ُ َّم ِليُ ْم‬ِ ‫سلَّ َم ث ُ َّم قَا َل ِليُ َر‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ
3 ْ َ َْ َ ُ‫ي‬
‫ط ِلقَ َها فليُط ِلق َها‬
Muhammad bin Abu Ya'qub Al Karmani telah menceritakan kepada kami,
Hassan bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami, Yunus mengatakan
telah menceritakan kepada kami, Muhammad yaitu Az Zuhri telah
menceritakan kepada kami, Salim telah mengabarkan kepadaku,
bahwasanya Abdullah bin Umar mengabarkan kepadanya, ia pernah
menceraikan isterinya ketika haidh, lantas Umar melaporkan kasusnya
kepada Nabi ‫ﷺ‬, Rasulullah ‫ ﷺ‬pun sedemikian marah karenanya kemudian
bersabda: "Suruhlah dia merujuknya, kemudian mempertahankannya
hingga suci, kemudian haidh lagi, kemudian suci, lantas jika ia
berkehendak menceriakannya, ceraikanlah!"
4. Biografi Sahabat
Umar bin Khattab mempunyai nama lengkap Umar bin Khattab Ibn
Nufail Ibn Abd al-‘Uzza Ibn Riyah Ibn Qurth Ibn Razah Ibn ‘Adiy Ibn Lu’aiy
al-Qurasyiy al-‘adawiy.4 Umar lebih muda tiga belas tahun dari Nabi
Muhammad ‫ﷺ‬, karena Umar lahir tiga belas tahun setelah tahun Gajah (tahun
Kelahiran Nabi Muhammad).5

2
Ibid
3
Ibid
4
Jalaludin al-Suyuthi, Tarikh al-Khulafa, terj. Sudarmadji “Sejarah Khulafaur Rashidin:
Para Penegak Islam Sepeninggal Rasulullah SAW”, (Jakarta: Lintas Pustaka, 2003), hal. 86
5
Abdul Wahhab an-Najjar, al-Khulafa’ al-Rasyidun, Cet.2, (Beirut : Dar alKutub al-
Ilmiyah, 1990), hal. 106
3

Umar dilahirkan dari seorang Ibu yang mempunyai nama Hantamah


binti Hasyim bin Mughiroh bin Abdullah bin Umar bin Makhzum.6 Sedangkan
Ayahnya bernama Nufail al-Quraisy, dari suku Bani Aidi.7 Nasab
Umarradhiyallahu ‘anhu bertemu dengan nasab Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬pada
Ka’ab Ibn Luay.8 Umar berasal dari kalangan keluarga terpandang suku ‘Aidiy
yang termasuk rumpun Quraisy. Sejak kecil Umar sudah memiliki kecerdasan
yang luar biasa, bahkan dengan kecerdasannya itu Umar bisa memprakirakan
hal-hal yang akan terjadi pada masa yang akan datang.9 Umar juga dipilih
menjadi Duta dari kabilahnya pada masa Jahiliyyah. Jika terjadi perselisihan di
antara para kabilah, maka Umarlah yang diutus untuk memisahkan dan
mendamaikan. Hal ini membuktikan bahwa Umar memiliki kecerdasan,
keadilan, serta kebijaksanaan.10
Meskipun memiliki keturunan dan nasab serta kedudukan yang
terhormat di keluarganya, tetapi pada masa jahiliyyah Umar dikenal memiliki
sifat yang kejam, bengis dan suka minuman keras. Umar juga menikahi banyak
wanita yang sebagian besar meninggal dunia dan memiliki anak yang banyak.
Dari beberapa anak-anaknya yang terkenal adalah Abdullah bin Umar dan
Ummur Mukminin Hafshah. Anak-anaknya yang lain adalah Fathimah,
‘Ashim, Abdurrahman al-Akbar, Abdurrahman al-Ausath, dan Abdurrahman
al-Ashghar. Setelah menjadi khalifah, Umar juga menikah dengan Ummu
Kultsum putri Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az-Zahra saudara Hasan dan
Husain, cucu Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.11

5. Biografi Perawi

6
Muhamad Ridla, al-Faruq Umar Ibn al-Khattab, Cet.6, (Beirut: Dar alKutub al-Ilmiyah,
1993), hal.8
7
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Intermasa, 1996), hal. 901.
8
Amru Khalid, Khulafaur Rasul, Terj. Farur Mu’is “Jejak para Khalifah”, (Solo:
Aqwam, 2007), hal. 69
9
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, jilid 2, (Jakarta : Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1993), hal. 38.
10
Ibid., hal. 125.
11
Amru Khalid, Op. Cit., hal. 70-71
4

Imam Bukhari adalah ahli hadis termasyur. Imam Bukhari lahir pada 13
Syawal 194 H di Bukhara.12 Imam Bukhari atau yang sering dipanggil Amirul
Mukminin fi al-Hadits atau pemimpin kaum mukmin dalam hal ilmu Hadist,
Beliau memiliki nama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin
Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju'fi.
Sekitar usia 16 tahun Abu Abdullah Muhammad telah menghafal banyak
kitab dari ulama yang terkenal, selain menghafal hadits para ulama tersebut
Abu Abdullah Muhammad juga mempelajari biografi seluruh periwayatan dari
hadits tersebut. Dari tanggal kelahirannya, tempat lahirnya, wafatnya dan apa
saja yang penting dalam kehidupan ulama tersebut.
Abu Abdullah Muhammad mulai menulis kitab Qadhaya Al-Sahabah wa
Al-Tabi'in pada usia 18 tahun, dan pada usia inilah beliau mulai hijrah ke
Madinah untuk memperdalam hadist–hadits dari para ulama besar disana.
Salah satu kitab yang oleh Abu Abdullah Muhammad di Madinah adalah kitab
Al-Tarikh Al-Kabir. Abu Abdullah Muhammad menulis biografi lebih dari
1.000-an ulama dalam buku Al-Tarikh tersebut.13
Beberapa kota yang didatangi Abu Abdullah Muhammad untuk menimba
ilmu ataupun untuk bertemu dengan guru-gurunya antara lain Makkah,
Madinah, Syam, Baghdad, Wasit, Basrah, Bukhara, Kufah, Mesir, Harah,
Naisapur, Qarasibah, Asqalan, Himsh, dan Khurasan. Abu Abdullah
Muhammad diakui memiliki ingatan yang sangat tinggi, Abu Abdullah
Muhammad tidak pernah mencatat apapun yang gurunya sampaikan, tetapi
Abu Abdullah Muhammad dapat menghafal 15.000 hadist diluar kepalanya
dengan lengkap, serta apa saja catatan yang gurunya sampaikan.14 Abu
Abdullah Muhammad pernah berkata “Saya akan meriwayatkan hadits yang
saya terima dari sahabat dan Tabi'in, sebelum mengetahui tanggal lahirnya,
hari wafatnya dan tempat tinggalnya. Aku juga tidak akan meriwayatkan hadits
mauquf dari sahabat dan tabi'in kecuali ada dasarnya yang diketahui dari
kitabullah dan sunah Rasulullah ‫”ﷺ‬

12
Asilha, Biografi Singkat Imam Bukhari Untuk Memberikan Motivasi Terhadap Anak
Usia Dini, https://www.asilha.com/2020/11/16/biografi-singkat-imam-bukhari-untuk-memberikan-
motivasi-terhadap-anak-usia-dini/, diakses 19 September 2021
13
Ibid
14
Ibid
5

6. Syarah Hadits
Dalam sabdanya “Suruhlah dia kembali kepada istrinya” terkandung
dalil bahwa orang yang menyuruh kepada Ibnu Umar r.a. adalah Rasulullah ‫ﷺ‬
sesungguhnya Umar hanya disuruh menyampaikan perintah dari Nabi ‫ ﷺ‬itu
kepada anaknya, bahwa Nabi ‫ ﷺ‬memerintahkan untuk kembali kepada
istrinya.15 Sebagaimana bandingan firman Allah Q.S Ibrahim ayat 31.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ِ ‫صلَ َٰوةَ َويُن ِفقُوا ِم َّما َر َز ْق َٰنَ ُه ْم‬
‫س ًّرا َوع َََلنِيَةً ِمن قَ ْب ِل أَن‬ َّ ‫ِى ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُوا يُ ِقي ُموا ٱل‬َ ‫قُل ِل ِعبَاد‬
16 َ َٰ
‫َيأْتِ َى َي ْو ٌم َّل َب ْي ٌع فِي ِه َو َل ِخل ٌل‬
Artinya : Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman:
"Hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rezeki yang
Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan
sebelum datang hari (kiamat) yang pada bari itu tidak ada jual beli dan
persahabatan.
Sesungguhnya dalam ayat itu Rasulullah ‫ ﷺ‬diperintahkan untuk
menyuruh kita menegakkan shalat. Berarti kita adalah orang yang
diperintahkan dari Allah dan Ibnu Umar juga orang yang diperintahkan dari
Nabi ‫ ﷺ‬tidak boleh dikira, bahwa masalah ini termasuk diantara bab masalah
“Apakah perintah dengan perintah kepada sesuatu adalah perintah mengerjakan
sesuatu itu?” Pertanyaan itu hanyalah seperti sabda Rasulullah ‫ﷺ‬: “Suruhlah
anak-anakmu untuk shalat bila sudah berumur 7 tahun. Hadits itu tidak sama
dengan masalah ini.17
Apabila kamu sudah mengetahui bahwa Ibnu Umar itu adalah orang
yang diperintahkan oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk kembali kepada istrinya, Lalu
apakah perintah itu menunjukkan hukum wajib sehingga kembali itu adalah
wajib atau tidak? Ulama yang mengatakan wajib kembali itu ialah Imam Malik
dan salah satu riwayat dari Ahmad. Penyusun kitab Al Hidayah membenarkan
dari ulama Hanafiyah yang mengatakan wajib kembali, juga pendapat Daud.18
Dalil mereka adalah perintah untuk kembali itu. Kata mereka : Apabila Suami
menolak kembali, maka hakim atau kepala negara menasehatinya. Jika suami

15
Asshan’ani, Subulus Salam III, terj. Darus Sunnah, Syarah Bulughul Maram Kitab
Talak Al-Jami’, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1995), hal. 12
16
Al-Qur’an
17
Asshan’ani, Op.cit, hal. 611-612
18
Ibid, hal. 13
6

itu hanya berpura-pura mau kembali Padahal dia menolak, maka Hakim yang
memeriksa kembali.19
Menurut pendapat jumhur ulama bahwa kembali itu hanya sunnah saja.
Alasan mereka, karena pada waktu permulaan nikah itu, tidak wajib, maka
pengekalan ikatan pernikahan itu demikian juga itu menjadi qarinah bahwa
perintah itu hanya menunjukkan hukum sunnah. Pendapat itu dibantah dengan
alasan bahwa talak itu diharamkan pada waktu haid maka pelestarian
pernikahan itu wajib. Dalam sabdanya “Sehingga dia suci, kemudian dia haid,
kemudian dia suci” itu terkandung dalil bahwa suami tidak boleh mentalak
istrinya kecuali dalam masa suci yang yang kedua bukan yang pertama.20
Orang yang berpendapat haramnya talak pada masa haid itu ialah Imam
Malik dan pendapat yang paling benar menurut ulama Syafi'iyah. Menurut
pendapat Abu Hanifah bahwa menunggu masa suci yang kedua itu hanya
Sunnah saja.21 Demikian pula dari Ahmad, mereka mengemukakan dalil sabda
Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam riwayat muslim dari Ibnu Umar sebagai berikut:
‫ظ ِِلَبِي بَك ٍْر قَالُوا َح َّدثَنَا‬ ٍ ‫ش ْيبَةَ َو ُز َهي ُْر ْبنُ َح ْر‬
ُ ‫ب َوا ْبنُ نُ َمي ٍْر َواللَّ ْف‬ َ ‫و َح َّدثَنَا أَبُو بَك ِْر ْبنُ أَبِي‬
ُ‫ع َم َر أَنَّه‬ َ ‫ط ْل َحةَ ع َْن‬
ُ ‫سا ِل ٍم ع َْن اب ِْن‬ َ ‫الرحْ َم ِن َم ْولَى آ ِل‬ َ ‫س ْفيَانَ ع َْن ُم َح َّم ِد ب ِْن‬
َّ ‫ع ْب ِد‬ ُ ‫َو ِكي ٌع ع َْن‬
‫اج ْع َها‬ ْ َ َ َ
ِ ‫سل َم فقا َل ُم ْرهُ فليُ َر‬َّ َ ‫عل ْي ِه َو‬َ َ ُ‫َّللا‬
َّ ‫صلى‬ َّ َّ َ َ
ُ َ‫ض فذك ََر ذ ِلك‬
َ ِ ‫ع َم ُر ِللنبِي‬ َ ٌ ِ‫ام َرأَتَهُ َو ِه َي َحائ‬
ْ ‫ق‬ َ َّ‫طل‬ َ
22 ً
ِ ‫طا ِه ًرا أَ ْو َح‬
‫امَل‬ َ ‫ط ِل ْق َها‬
َ ُ‫ث ُ َّم ِلي‬
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah, Zuhair bin Harb
dan Ibnu Numair sedangkan lafazhnya dari Abu Bakar mereka berkata; Telah
menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan dari Muhammad bin
Abdurrahman bekas budak keluarga Thalhah, dari Salim dari Ibnu Umar
bahwa dia pernah menceraikan istrinya yang sedangkan haidl, lantas Umar
melaporkan hal itu kepada Nabi ‫ﷺ‬, beliau bersabda: "Suruhlah dia
merujuknya, sesudah itu suruhlah mentalaknya ketika suci atau hamil."
Rasulullah ‫ ﷺ‬mengungkapkan secara umum masa suci itu, karena
sesungguhnya pengharaman talak itu hanyalah karena ditolak dalam masa haid
yaitu apabila sudah hilang yang menyebabkan pengharamannya, maka boleh
talaknya dalam masa suci pertama sebagaimana bolehnya pada masa suci yang
kedua. Boleh talak dalam masa suci yang tidak didahului oleh talak dalam
masa haid. Jelas sekali dekatnya pendapat Abu Hanifah itu pada kebenaran.

19
Ibid
20
Ibid
21
Ibid
22
Hadits Shahih Muslim
7

Dalam sabdanya “sebelum dia menyetubuhinya”,23 terkandung dalil,


bahwa apabila suami mentalak istrinya dalam masa suci yang disetubuhi lebih
dahulu, maka sesungguhnya itu adalah talak bidang yang diharamkan.
Demikian ditegaskan oleh mayoritas ulama. Kata Sebagian ulama Malikiyah :
Sesungguhnya boleh dipaksa untuk kembali karena mentalak dalam keadaan
suci yang disetubuhi dahulu itu, sebagaimana mentalak nya dalam keadaan
haid.24
Dalam sanadnya: “Kemudian dia suci” itu terdapat perbedaan pendapat:
apakah yang dimaksudkan dengan suci itu, berakhirnya keluar darah haid, atau
harus Sesudah mandi junub? Dari Ahmad terdapat dua riwayat. Pendapat yang
paling kuat ialah harus setelah mandi junub itu berdasarkan hadis yang lalu
dalam riwayat An Nasa'i.25 Apabila istrinya itu sudah selesai mandi dari haid
yang kedua, maka suami tidak boleh menyetubuhinya, hingga dia mentalak
nya. Jika dia mau menahannya, maka boleh menahannya, itu menafsirkan, “dua
dia Suci” dan “kemudian dia suci”.
Sabdanya “Itulah masa tunggu yang Allah perintahkan bagi istri-istri
yang akan di talaq”, maksudnya: itu lah masa talak yang diizinkan dalam
firman Allah Q.S At-Talaq ayat 1.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ٰ ‫صوا ا ْل ِع َّدةَۚ َواتَّقُوا‬


‫َّللاَ َر َّب ُك ْمۚ َل‬ ُ ْ‫ط ِلقُ ْوهُنَّ ِل ِع َّد ِت ِهنَّ َواَح‬ َ َ‫س ۤا َء ف‬ َ ‫َٰيآاَ ُّي َها النَّ ِب ُّي اِذَا‬
ِ ‫طلَّ ْقت ُ ُم‬
َ ‫الن‬
ِ ٰ ‫ش ٍة ُّم َب ِينَ ٍةۚ َو ِت ْلكَ ُحد ُْو ُد‬
‫َّللا ۚ َو َم ْن‬ ِ َ‫ت ُْخ ِر ُج ْوهُنَّ ِم ْنۚ بُيُ ْو ِت ِهنَّ َو َل َي ْخ ُرجْ نَ ا َِّّل اَ ْن َّيأ ْ ِت ْينَ ِبف‬
َ ‫اح‬
26 َٰ ٰ ‫سهۚ ۚ َل تَد ِْر ْي لَ َع َّل‬
ُ ‫َّللاَ يُحْ د‬
‫ِث َب ْع َد ذ ِلكَ اَ ْم ًرا‬ َ ‫َّللا فَقَ ْد‬
َ ‫ظلَ َم نَ ْف‬ ِ ٰ ‫َّيتَ َع َّد ُحد ُْو َد‬
Wahai Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu
ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) idahnya (yang
wajar), dan hitunglah waktu idah itu, serta bertakwalah kepada Allah
Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumahnya dan janganlah
(diizinkan) keluar kecuali jika mereka mengerjakan perbuatan keji yang jelas.
Itulah hukum-hukum Allah, dan barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah,
maka sungguh, dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak
mengetahui barangkali setelah itu Allah mengadakan suatu ketentuan yang
baru.
Dalam riwayat Muslim, kata Ibnu Umar: Nabi ‫ ﷺ‬membaca Q.S at-

ُّ ِ‫ ” َٰيآاَيُّ َها النَّب‬itu, dalam hadis tersebut terkandung dalil bahwa arti
Talaq ayat 1 “‫ي‬

23
Asshan’ani, Op.cit, hal. 14
24
Ibid
25
Ibid
26
Al-Quran
8

kata "Quru" itu berarti Suci, berdasarkan perintah Allah mentalak istri dalam
keadaan suci titik maksud firman Allah: "maka talak lah mereka untuk
iddahnya" dua ialah waktu mulai masa iddahnya. Dalam sabdanya “ha-milan" (
dalam keadaan hamil), terkandung dalil bahwa talak dalam keadaan hamil itu
adalah talak Sunni. Demikian menurut pendapat jumhur ulama.27
Apabila sudah diketahui bahwa talak bid'i itu adalah terlarang yang
diharamkan, maka diperselisihkan. Apakah talak B itu jatuh talak nya dan
dihitung masa iddahnya atau tidak? Kata jumhur ulama : jatuh talak nya
(talaqnya sah) berdasarkan sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬, dalam hadits ini dan dalam
riwayat lain dari Al Bukhari: "mu husibat tathliqah" (dihitung satu talaq), kata
“Husiba” itu dengan dhomah “ha' “ , mabni lil majhul (kata kerja pasif), dari
kata “hisab” (hitungan), dan maksudnya, menetapkannya satu talaq dari tiga
talaq yang dimiliki oleh suami: Akan tetapi, disini tidak dijelaskan pelakunya.
Jika pelakunya itu adalah Ibnu Umar maka tidak terdapat hujjah dalamnya dan
jika pelakunya adalah Nabi ‫ ﷺ‬maka itu menjadi hujjah. Hanya saja sudah
dijelaskan pelakunya dalam selain riwayat ini sebagaimana dalam musnad Ibnu
Wahab dengan susunan Matan:" Ibnu Abi Dzi'bin, menambahkan dalam hadis
itu dari Nabi ‫ “ ﷺ‬,dan talaqnya satu.28
7. Kandungan Hukum dalam Hadits dan Perbedaan Pandangan Para Ulama
“Thalaq yang dijatuhkan dalam masa isteri yang sudah didukhuli, berhaidh
atau dijatuhkan dalam suci yang sesudah dijima’I, haram; walaupun thalaq itu
jatuh, shah”
Hukum ini disepakati Imam empat. Menurut pentahqiqkan Ibn Hazm
dalam al-Muhalla, Ibn Qayyim dalam Zadul Ma’ad, Muhammad bin Ibrahim
al-Wazir dalam suatu susunannya dan asy-Syaukaniy dalam Syarah al-
Muntaqa, “Bahwa talak yang dijatuhkan dalam masa yang tersebut, yakni
dalam suci yang telah disentuh, dalam suci yang telah dijatuhkan thalaq dalam
haidh yang sebelum suci itu, tiada shah.” Hanya hendaklah hakim
memerintahkan suami itu kembali kepada isterinya. Kemudian kalau ingin ia
menthalaqkan isterinya lagi, hendaklah dithalaqkan dalam masa isteri itu suci.
Dan tiada haram menthalaqkan isteri di dalam masa isteri telah nyata hamilnya.
27
Ibid, hal. 614
28
Ibid, hal. 614-615
9

Menurut pendapat kami hendaklah talak itu dilakukan menurut sifat, yang
diizinkan Syara’ saja.29

29
T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Hukum-hukum Fiqh Islam, (Jakarta: Karya Unipress,
1991), hal. 296-297
BAB II

PENUTUP

Kesimpulan

1. Hadits Tentang Talak

‫ب قَا َل أ َ ْخبَ َرنِي‬ ٍ ‫ش َها‬ ِ ‫عقَ ْي ٌل ع َْن ا ْب ِن‬ ُ ‫ث قَا َل َح َّدثَنِي‬ ُ ‫َح َّدثَنَا يَحْ يَى ْب ُن بُ َك ْي ٍر َح َّدثَنَا اللَّ ْي‬
‫ق ا ْم َرأَتَهُ َو ِه َي‬ َ َّ‫طل‬ َ ُ‫ع ْن ُه َما أ َ ْخبَ َر ُه أَنَّه‬ َ ُ‫َّللا‬
َّ ‫ع َم َر َر ِض َي‬ ُ َ‫َّللا ْبن‬ َ َّ‫سا ِل ٌم أَن‬
ِ َّ ‫ع ْب َد‬ َ
‫صلى‬ َّ َ ‫َّللا‬ِ َّ ‫سو ُل‬ َ َ
ُ ‫سل َم فتَغَيَّظ فِي ِه َر‬ َّ َ ‫عل ْي ِه َو‬َ َ ُ‫َّللا‬
َّ ‫صلى‬ َّ َ ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو ِل‬ ُ ‫ع َم ُر ِل َر‬ َ َ
ُ ‫ض فذك ََر‬ ٌ ِ‫َحائ‬
‫اج ْع َها ث ُ َّم‬ ِ ‫سلَّ َم ث ُ َّم قَا َل ِليُ َر‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫يض فَت َ ْط ُه َر فَ ِإ ْن‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫س ْك َها َحتَّى ت َ ْط ُه َر ث ُ َّم ت َ ِح‬ ِ ‫يُ ْم‬
‫َّللاُ ع ََّز‬ َ َ
َّ ‫س َها فتِ ْلكَ ا ْل ِع َّدةُ َك َما أ َم َر‬ َ َ
َّ ‫طا ِه ًرا ق ْب َل أ ْن يَ َم‬ َ ‫ط ِل ْق َها‬ َ
َ ُ‫ط ِلقَ َها ف ْلي‬ َ
َ ُ‫بَدَا لَهُ أ ْن ي‬
‫َو َجل‬
“Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami, Al Laits ia berkata telah
menceritakan kepada kami, 'Uqail dari Ibnu Syihab ia berkata telah
menceritakan kepadaku, Salim telah mengabarkan kepadaku bahwa Abdullah
bin Umar radhiallahu 'anhuma telah mengabarkan kepadanya; Bahwasanya ia
pernah mentalak isterinya dalam keadaan haidh. Maka Umar pun
menyampaikan hal itu pada Rasulullah ‫ﷺ‬. Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬marah dan
bersabda: "Hendaklah ia merujuknya kembali, lalu menahannya hingga ia suci
dan haidh hingga ia suci kembali. Bila ia (Ibnu Umar) mau menceraikannya,
maka ia boleh mentalaknya dalam keadaan suci sebelum ia menggaulinya.
Itulah Al 'Iddah sebagaimana yang telah diperintahkan Allah 'azza wajalla."
(H.R Bukhari No. 4528)
2. Biografi Sahabat
Umar bin Khattab mempunyai nama lengkap Umar bin Khattab Ibn Nufail
Ibn Abd al-‘Uzza Ibn Riyah Ibn Qurth Ibn Razah Ibn ‘Adiy Ibn Lu’aiy al-
Qurasyiy al-‘adawiy. Umar berasal dari kalangan keluarga terpandang suku
‘Aidiy yang termasuk rumpun Quraisy. Umar juga dipilih menjadi Duta dari
kabilahnya pada masa Jahiliyyah. Setelah menjadi khalifah, Umar juga
menikah dengan Ummu Kultsum putri Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az-
Zahra saudara Hasan dan Husain, cucu Nabi Muhammad ‫ﷺ‬

3. Biografi Perawi
Imam Bukhari adalah ahli hadis termasyur. Imam Bukhari lahir pada 13
Syawal 194 H di Bukhara. Imam Bukhari atau yang sering dipanggil Amirul
Mukminin fi al-Hadits atau pemimpin kaum mukmin dalam hal ilmu Hadist,

10
11

Beliau memiliki nama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin
Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju'fi.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an
An-Najjar, Abdul Wahhab, al-Khulafa’ al-Rasyidun, Cet.2, (Beirut : Dar alKutub
al-Ilmiyah, 1990), hlm. 106

Ash Shiddieqy, T.M. Hasbi, Hukum-hukum Fiqh Islam, (Jakarta : Karya Unipress,
1991), hal. 296-297
Asilha, Biografi Singkat Imam Bukhari Untuk Memberikan Motivasi Terhadap
Anak Usia Dini, https://www.asilha.com/2020/11/16/biografi-singkat-
imam-bukhari-untuk-memberikan-motivasi-terhadap-anak-usia-dini/,
diakses 19 September 2021

Asshan’ani, Subulus Salam III, Cet. 1, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1995), hal. 611
Al-Suyuthi, Jalaludin, Tarikh al-Khulafa, terj. Sudarmadji “Sejarah Khulafaur
Rashidin: Para Penegak Islam Sepeninggal Rasulullah SAW”, (Jakarta:
Lintas Pustaka, 2003), hlm. 86

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, jilid 2, (Jakarta : Ichtiar


Baru Van Hoeve, 1993), hlm. 38.

Hadits Shahih Bukhari

Hadits Shahih Muslim

Khalid, Amru, Khulafaur Rasul, Terj. Farur Mu’is “Jejak para Khalifah”, (Solo:
Aqwam, 2007), hlm. 69

Ridha, Muhamad, al-Faruq Umar Ibn al-Khattab, Cet.6, (Beirut: Dar alKutub al-
Ilmiyah, 1993), hlm.8

Syalabi, Ahmad, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Intermasa, 1996), hlm.
901.

Anda mungkin juga menyukai