Anda di halaman 1dari 25

Pengelolaan Kliring Perbankan Syariah diantara Tantangan

Kemajuan Teknologi dalam Menghadapi Persaingan Perbankan


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Bank Syariah

Dosen Pengampu:
Dr. Binti Asiyah, M.Si.

Disusun oleh:
Kelompok 6
1. Putri laily Rochmadini (126401201010)
2. Elina Julia Wahyuningrum (126401201023)
3. Laila Jauharotun Nisa’ (126401201032)
4. Poppy Novita Ayu Ramadhani (126401201043)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH 5A


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2022
Pengelolaan Kliring Perbankan Syariah diantara Tantangan
Kemajuan Teknologi dalam Menghadapi Persaingan Perbankan
Elina Julia W., Laila Jauharotun N,, Poppy Ayu Novita R., Putri Laily R.1
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung

Abstrak
Perkembangan teknologi turut dimanfaatkan oleh sektor perbankan.Dengan
memanfaatkan perkembangan teknologi, berbagai produk dan jasa perbankan dapat
dirasakan masyarakat dengan mudah. Salah satu produk yang ditawarkan
perbankan adalah kliring. Adanya kliring ini ditujukan untuk mempermudah
penyelesaian hutang-piutang antar bank yang timbul dari transaksi giral yang
dilakukan oleh nasabah. Transaksi kliring ini dilakukan dengan menggunakan
warkat atau surat-surat berharga seperti cek dan bilyet giro. Namun dalam
pengelolaan kliring ini juga masih terdapat kendala. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian yang digunakan adalah studi
kepustakaan. Hasil dari penelitian ini menjelaskan mengenai pengelolaan dan
sistem kliring serta kendala pada proses kliring.

Kata Kunci: Teknologi, Perbankan, Kliring

Abstract
The development of technology is also utilized by the banking sector.By
utilizing technological developments, various banking products and services can be
felt by the public easily. One of the products offered by banks is clearing. The
existence of this clearing is intended to facilitate the settlement of interbank debts
arising from demand deposits made by customers. This clearing transaction is
carried out using scripts or securities such as checks and bilyet giro. However,
there are still obstacles in the clearing management. This study uses a qualitative
approach with the type of research used is a literature study. The results of this
study explain the management and clearing system as well as obstacles to the
clearing process.

Keywords: Technology, Banking, Clearing,

1
Mahasiswa Program Studi Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam,
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu fungsi utama dari bank adalah melakukan pertukaran
uang dalam bertransaksi. Mekanisme pembayaran yang lebih dari satu pihak
ke pihak yang lainnya jika kedua belah pihak memiliki rekening yang sama
akan mempermudah proses transaksi dan jika pembayaran dilakukan
dengan rekening yang berbeda atau tidak berada disatu daerah maka proses
transaksi akan lebih susah.
Sejalan dengan meningkatnya kegiatan perdagangan yang
mengakibatkan meningkatnya transaksi perekonomian, bank menjalankan
fungsinya dengan menggunakan sarana kliring untuk memudahkan
penyelesaian transaksi antar bank. Bank dapat saling memperhitungkan
hutang-piutang yang terjadi akibat transaksi bisnis yang dilakukan masing-
masing nasabahnya. Transaksi antara nasabah bank tersebut menggunakan
alat bayar berupa cek, bilyet giro, atau surat dagang lainnya yang lazim
diterima oleh bank.
Kliring dimaksudkan untuk mempermudah penyelesaian hutang-
piutang antar bank yang timbul dari transaksi giral yang dilakukan oleh
nasabah. Jadi dengan menggunakan fasilitas kliring, maka akan
mempermudah bank dalam melakukan aktivitas usahanya dan alhasil akan
memberikan keuntungan bagi bank dengan diperolehnya goodwill dari
masyarakat atas kinerja yang memuaskan.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam tulisan ini
yaitu:
1. Bagaimana pengelolaan kliring pada bank syariah?
2. Apa yang dimaksud BI RTGS?
3. Apa tantangan kliring bank syariah/BPRS?

3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengelolaan kliring pada Bank Syariah.
2. Untuk mengetahui BI RTGS.
3. Untuk mengetahui tantangan kliring bank syariah/BPRS.

4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diulas sebelumnya, penelitian
ini diharapkan memberikan manfaat bagi kita semua baik secara teoritis
maupun praktis.
1. Segi Teoritis
Penelitian ini digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Bank Syariah
2. Segi Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memahami dan
menambah wawasan pembaca tentang Pengelolaan Kliring Perbankan
Syariah diantara Tantangan Kemajuan Teknologi dalam Menghadapi
Persaingan Perbankan.

5. Tinjauan Pustaka
1. Kliring
Kliring adalah sarana perhitungan utang piutang dalam bentuk
surat-surat berharga dan surat dagang antara bank–bank peserta kliring
yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia yang mengatur memajukan,
memperluas dan memperlancar arus lalu lintas pembayaran giral serta
terselenggara secara mudah, cepat dan aman.
Pengertian kliring diambil dari kata Inggris to clear yang berarti
menyelesaikannya, yang kemudian dipertegas lagi dengan kata settling.
Melalui Lembaga Kliring maka bank-bank peserta melakukan
perhitungan utang-piutang atau perhitungan hak dan kewajiban.
Menurut Ruddy Tri Santoso (1994:100) mengemukakan bahwa:
"Kliring adalah perhitungan utang-piutang antara para peserta secara
terpusat di satu tempat dengan cara saling menyerahkan surat-surat
berharga dan surat-surat dagang, yang telah ditetapkan untuk dapat
diperhitungkan dengan mudah dan aman, serta untuk memperluas dan
memperlancar lalu-lintas pembayaran giral".
2. Kemajuan Teknologi Bidang Ekonomi
Perkembangan teknologi yang semakin pesat, mengarahkan
perbankan untuk lebih meningkatkan layanan dengan membentuk
perbankan digital. Hal ini bertujuan agar bank dapat memaksimalkan
pelayanan kepada nasabah dan meningkatkan mutu operasionalnya.
Sehingga diharapkan bank dapat mengembangkan perbankan
digitalnya. Dalam memberikan pelayanan kepada nasabahnya, industri
perbankan menjadi salah satu industri yang mengedepankan
penggunaan teknologi, informasi, dan komunikasi. Seperti halnya
layanan sms banking, mobile banking (m-banking), dan internet banking
(i-banking), yang dalam beberapa tahun telah menjadi salah satu produk
layanan yang diberikan oleh perbankan. Mayoritas masyarakat pun
mulai berbondong-bondong menggunakan layanan berbasis digital
tersebut karena telah merasakan banyak manfaat dan kemudahan yang
didapat.

6. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan (Library Research).
Menurut Mestika Zed (2003), studi pustaka atau kepustakaan diartikan
sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan
data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.
Metode penelitian studi pustaka juga berarti teknik pengumpulan data
dengan melakukan penelaahan terhadap buku, literatur, catatan, serta
berbagai laporan yang berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan
(Nazir, 2003).2 Penelitian dengan menggunakan metode ini dilakukan untuk
menjelaskan, mengguraikan, dan mengalisis fenomena yang terjadi melalui
teori dan literature yang tersedia.

2
http://repository.stiedewantara.ac.id/
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengelolaan Kliring Pada Bank Syariah
1. Kliring (Clearing)
Jika kita memperoleh selembar cek atau bilyet giro dari seorang
nasabah, maka otomatis kita akan menguangkan cek atau bilyet giro
tersebut ke bank penerbit cek atau bilyet giro. Yang menjadi masalah,
jika cek atau bilyet giro tersebut berada jauh dari lokasi kita, sehingga
kita perlu waktu untuk menguangkannya. Untuk mengatasi masalah
tersebut, bank menyediakan sarana penagihan yang kita kenal dengan
nama jasa kliring.
Kliring merupakan jasa pelayanan utang piutang antarbank dengan
cara saling menyerahkan warkat-warkat yang akan dikliringkan di
lembaga kliring (penagihan warkat seperti cek atau BG yang berasal dari
kota). Penyelesaian utang piutang dimaksud adalah penagihan cek atau
bilyet giro melalui bank. Sedangkan pengertian warkat-warkat adalah
surat-surat berharga seperti cek, bilyet giro, dan surat piutang lainnya.
Kemudian yang dimaksud dengan lembaga kliring adalah lembaga yang
dibentuk dan dikoordinasi oleh Bank Indonesia setiap hari kerja. Bank
yang ikut kliring disebut peserta kliring dan merupakan bank yang sudah
memperoleh izin dari Bank Indonesia.
Kliring adalah cara penyelesaian utang piutang antar bank peserta
kliring dalam bentuk warkat atau surat-surat berharga disuatu tempat
tertentu, seperti cek, bilyet, CD, nota debet dan nota kredit. Kliring
adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar
peserta kliring baik atas nama bank peserta maupun atas nama nasabah
peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.3
Kliring merupakan salah satu dari jasa perbankan yang diambil dari
bank konvensional. Sistem ini sebenarnya pernah dilakukan pada masa
Rasulullah SAW dimana seorang sahabat yakni Ibnu Abbas pernah

3
Andika Halim Perdana, Peran Dan Proses Kliring Pada Pt Bank Syariah Mandiri Cabang
Medan Ahmad Yani, (Medan: Skripsi tidak Diterbitkan, 2019), hal. 20-21
melakukan pengiriman uang ke Kuffah untuk keluarganya.4 Tujuan
dilaksanakannya kliring oleh Bank Indonesia yaitu untuk memajukan
dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral serta agar perhitungan
penyelesaian utang piutang dapat dilaksanakan lebih mudah, aman, dan
efisien.5
Melalui jasa kliring, nasabah cukup menyerahkan cek atau bilyet
giro yang dimilikinya ke bank dimana nasabah memiliki rekening.
Kemudian jika bank menganggap memenuhi syarat, maka bank akan
melakukan kliring ke BI pada hari itu juga (waktu kliring). Nasabah juga
dapat langsung menyetor beberapa macam cek atau bilyet giro dari
berbagai bank dengan catatan masih dalam satu wilayah kliring.
Keuntungan dengan adanya kliring adalah suatu penagihan menjadi
lebih cepat terutama untuk warkat dalam jumlah yang banyak. Kemudian
biaya penagihan menjadi lebih murah serta resiko keamanan dari uang
nasabah menjadi terjamin.
Ketentuan-ketentuan khusus bagi bank pelaksanaan kliring:
a. Berkewajiban untuk melaksanakan penyelenggaraan kliring
sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
b. Menyampaikan laporan-laporan tentang data-data kliring
minggu bersama-sama dengan laporan likuiditas mingguan
kepada Bank Indonesia yang membawahi wilayah kliring yang
bersangkutan.
c. Untuk mempermudah bank penyelenggara kliring dalam
penyediaan uang kartal, maka ditentukan bahwa hasil kliring
hari itu dapat diperhitungkan pada rekening bank tersebut
kepada Bank Indonesia.

4
Yaumi Fitria, Sistem Operasional Kliring Dalam Persefektif Ekonomi Islam Studi Kasus
(Bank Syariah Mandiri Cabang 16 Ilir Palembang), (Palembang: Skripsi tidak Diterbitkan, 2019),
hal. 2
5
Andika Halim Perdana, op. cit. hal. 21-31
2. Kegiatan-Kegiatan Dalam Kliring
a. Kliring Penyerahan
Kliring penyerahan adalah bagian dari suatu siklus kliring
guna memperhitungkan warkat dan/atau DKE yang disampaikan
oleh peserta. Dalam kliring penyerahan, peserta kliring akan
menyerahkan warkat-warkat/ DKE kredit kepada
penyelenggara/peserta lawan transaksinya (lazimnya disebut
warkat/DKE keluar (outward clearing)) serta menerima
warkat/DKE debet maupun kredit dari penyelenggara/peserta lawan
transaksinya (lazimnnya disebut warkat/DKE masuk (inward
clearing)).
b. Kliring Pengembalian (Retur)
Kliring pengembalian adalah bagian dari suatu siklus
klirirng guna memperhitungkan warkat/DKE debet kliring
penyerahan yang ditolak berdasarkan alasan yang ditetapkan dalam
ketentuan Bank Indonesia atau karena tidak sesuai dengan tujuan
dan persyaratan penerbitannya.

3. Sistem Kliring
Saat ini penyelenggara kliring lokal di indonesia dilakukan dengan
empat macam sistem kliring yaitu:
a. Sistem Manual
Sistem manual adalah sistem penyelenggaraan kliring lokal
yang dalam pelaksanaan perhitungan, pembuatan bilyet saldo
kliring serta pemilahan warkat dilakukan secara manual oleh setiap
peserta. Pada proses sistem manual, perhitungan kliring akan
didasarkan pada warkat yang akan dikliringkan oleh peserta
kliring.
b. Sistem Semi Otomasi
Sistem Semi Otomasi adalah sistem penyelenggara kliring
local yang dalam pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet
saldo kliring dilakukan secara otomasi, sedangkan pemilahan
warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta.
c. Sistem Otomasi
Sistem Otomasi adalah sistem penyelenggaraan kliring lokal
yang dalam pelaksanaan perhitungan, pembuatan bilyet saldo
kliring dan pemilahan warkat dilakukan oleh penyelenggara secara
otomasi. Dalam proses ini, perhitungan kliring akan didasarkan
pada warkat yang dibuat oleh peserta kliring sesuai dengan warkat
yang dikliringkan oleh peserta kliring.
d. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia adalah sistem
kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring
kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara Nasional.
Penyelenggara SKNBI tunduk pada peraturan Bank Indonesia No.
7/18/PBI/2005 tentang SKNBI tanggal 22 Juli 2005. SKNBI untuk
pertama kalinya diimplementasikan di wilayah kliring Jakarta pada
tanggal 29 Juli 2005. Sampai kahir tahun 2005, seluruh wilayah
kliirng di Jawa Barat telah diimplementasikan SKNBI.
Pelaksanaan implementasi SKNBI untuk wilayah kliring lainnya
akan dilaksanakan secara bertahap sampai dengan tahun 2007.
SKNBI berperan penting dalam memproses transaksi pembayaran
yang termasuk Retail Value Payment System (RVPS) atau transaksi
bernilai kecil (retail) yaitu transaksi dibawah 100 juta. Adapun
untuk penyelenggaraan SKNBI terbagi menjadi:
1) Penyelenggaraan Kliring Nasional (PKN) bertugas
mengelola dan menyelenggarakan SKNBI secara nasional
yang saat ini dilaksanakan oleh Direktorat Akunting dan
Sistem Pembayaran (DASP).
2) Penyelenggaraan Kliring Lokal (PKL) bertugas mengelola
dan menyelenggarakan SKNBI disuatu wilayah kliring
lokal. Penyelenggaraan SKNBI diwilayah kliring yang
tidak terdapat kantor BI pada prinsipnya didasarkan pada
kebutuhan dan kesepakatan tertulis dari bank-bank
setempat.

Persyaratan minimal agar di suatu wilayah dapat


menyelenggarakan SKNBI adalah:
1) Jumlah kantor bank yang mendukung dan akan menjadi
peserta penyelenggaraam SKNBI paling kurang 4 bank
yang berbeda.
2) Jumlah transaksi jumlah warkat debet antar bank setempat
yang berpotensial untung dikliringkan melalui kliring debet
rata-rata paling kurang 30 warkat per hari dalam periode 6
bulan terakhir.6

4. Bank Peserta Kliring


Bank peserta kliring adalah bank-bank umum dan bank
pembangunan yang berada di wilayah kliring tertentu dikoordinator oleh
Bank Indonesia atau bank lain yang ditunjuk di wilayah itu. Ada 2
macam penyertaan dalam kliring yang kita kenal:
a. Penyertaan langsung, yaitu memperhitungkan warkat secara
langsung dalam pertemuan kliring yang dapat ikut dalam
penyertaan langsung itu adalah Kantor Bank Indonesia, Kantor
Pusat Bank Umum dan Bank Pembangunan serta kantor cabang
kedua bank itu.
b. Penyertaan tidak langsung, yaitu memperhitungkan warkat dalam
pertemuan kliring melalui kantor pusat atau salah satu kantor
cabangnya yang menjadi peserta kliring yang ikut dalam
penyertaan ini adalah kantor cabang dan kantor cabang pembantu

5. Wakil Peserta Kliring


Setiap bank peserta, langsung menunjuk sekurang kurangnya dua
orang wakil tetap pada lembaga kliring. Pemberitahuan mengenai wakil

6
Ibid, hal 5.
tetap ini disampaikan secara tertulis kepada Bank Indonesia, dengan
dilampiri contoh tanda tangan dan paraf dari wakil-wakil tesebut. Wakil-
wakil ini dapat dibedakan atas dua golongan:
a. Golongan A: Golongan ini hanya berwenang untuk membuat,
mengubah, memberikan tanda terima dan menandatangani daftar
rekapitulasi, neraca dan bilyet saldo kliring.
b. Golongan B: Disamping melaksanakan apa yang dlakukan
golongan A, golongan ini juga berwenang untuk mengubah,
menambah dan menandatangani surat penolakan tersebut.

6. Waktu Kliring
Kliring diselenggarakan setiap hari kerja sepanjang kantor
penyelenggara dibuka untuk umum. Pertemuan kliring diadakan dua kali
sehari dan jadwalnya ditetapkan oleh penyelenggara. Jika salah satu
peserta kliring tidak dapat ikut serta dalam kliring, peserta tersebut
diwajibkan untuk mengajukan permohohnan pada penyelenggara
sepuluh hari sebelumnya. Bila permohonan telah disetujui maka peserta
yang bersangkutan diwajibkan mengemukakan tersebut. Penyelenggara
akan mengemukakan hal tersebut pada peserta dua hari kerja sebelum
hari efektif.hal tersebut dalam surat kabar yang mempunyai peredaran
yang luas di tempat.

7. Warkat Kliring
Warkat adalah alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan
atas beban atau untung rekening nasabah atau bank melalui
kliring.Warkat yang dapat diperhitungkan dalam otomasi adalah:
a. Cek
Cek adalah cek sebagaimana diatur dalam Kitab UU Hukum
Dagang (KUHD) termasuk cek deviden, cek perjalanan, cek
cinderamata, dan jenis cek lainnya yang penggunaannya dalam
kliring disetujui Bank Indonesia.
b. Bilyet Giro
Bilyet giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank
penyimpan dana untuk memindahbukukan sejumlah dana dari
rekening yang bersangkutan kepada rekening pemegang yang
disebutkan namanya, termasuk bilyet giro Bank Indonesia
(BGBI).
c. Wesel Bank Untuk Transfer (WBUT)
Wesel Bank Untuk Transfer adalah wesel sebagiamana
diatur dalam KUHD yang diterbitkan oleh bank khusus untuk
sarana transfer.
d. Surat Bukti Penerimaan Transfer (SBPT)
Surat Bukti Penerimaan Transfer adalah surat bukti
penerimaan transfer dari luar kota yang dapat ditagihkan kepada
bank peserta penerima dan transfer melalui kliring lokal.
e. Nota Kredit
Nota Kredit adalah warkat yang digunakan untuk
menyampaikan dana pada bank lain untuk untung bank atau
nasabah bank yang menerima warkat tersebut.
f. Nota Debet
Nota Debet adalah warkat yang digunakan untuk menagih
dana pada bank lain untuk untung bank atau nasabah bank yang
menyampaikan warkat tersebut. Nota debet yang dikliringkan
hendaknya telah diperjanjikan dan dikonfirmasikan terlebih
dahulu oleh bank yang menyampaikan nota debet kepada bank
yang akan menerima nota debet tersebut.
Proses penyelesaian warkat-warkat kliring di lembaga kliring
terdiri dari:
a. Kliring keluar, yaitu membawa warkat-warkat kliring ke lembaga
kliring dan menyerahkannya kepada yang berhak. Kliring keluar
terdiri dari penyerahan surat-surat debet keluar dan penyerahan
Nota Kredit Keluar (LLG).
b. Kliring masuk, menerima warkat di lembaga kliring dan diproses
di bank yang bersangkutan. Kliring masuk terdiri dari penerimaan
surat-surat debet masuk dan Nota Kredit masuk (LLG).
c. Pengembalian kliring (clearing retour), yaitu pengembalian
warkat-warkat kliring ang tidak memenuhi syarat yang telah
ditentukan.
Warkat-warkat yang dikliringkan tidak selamanya tertagih, bahkan
setiap kali transaksi kliring terdapat beberapa warkat yang ditolak
pembayarannya. Ada beberapa alasan penolakan kliring pada saat
penerimaan warkat-warkat kliring dalam kliring masuk. Penyebab
penolakan pembayaran cek atau bilyet giro yaitu:
1) Asal cek dan BG salah.
2) Tanggal cek atau BG belum jatuh tempo.
3) Materai tidak ada atau tidak cukup.
4) Jumlah yang tertulis di angka dan di huruf berbeda.
5) Tanda tangan tidak sama.
6) Coretan atau perubahan tidak ditandatangani.
7) Cek atau BG sudah kadaluwarsa.
8) Resi belum kembali.
9) Endorsement cek tidak benar.
10) Rekening sudah ditutup.
11) Dibatalkan penarik.
12) Rekening diblokir oleh berwajib.
13) Kondisi cek atau BG rusak atau tidak sempurna
Perhitungan kliring dilakukan setiap hari, untuk mengetahui apakah
bank tersebut menang kliring atau kalah kliring. Bagi bank yang menang
kliring artinya jumlah tagihan warkat kliringnya melebihi pembayaran
warkat kliringnya sehingga terdapat saldo kemenangan. Sebaliknya bagi
bank yang kalah kliring justru pembayaran warkat kliring lebih besar dari
penerimaan warkat kliringnya.
Bagi bank yang menang kliring menunjukkan prestasi bank tersebut
dalam membina nasabahnya demikian pula sebaliknya. Bagi bank yang
kalah kliring akan menutup sejumlah kekalahan kliring pada hari yang
bersangkutan dan apabila tidak dapat ditutupi, maka bank yang kalah
kliring tersebut dapat memperoleh pinjaman call money yang waktunya
relatif singkat.

8. Tata Cara Penyelenggaraan Kliring


Pertemuan kliring lokal dilakukan dalam dua tahap yaitu pertemuan
kliring penyerahan dan kliring retur. Kliring penyerahan adalah bagian
dari siklus kliring guna memperhitungkan warkat dan/atau DKE yang
disampaikan peserta dalam kliring penyerahan, peserta kliring akan
menyampaikan warkat-warkat /DKE kliringnya baik warkat/DKE debet
maupun warkat/DKE kredit kepada penyelenggara/peserta lawan
transaksinya. Sedangkan kliring retur adalah bagian dari suatu siklus
kliring guna memperhitungkan warkat atau DKE debet kliirng
penyerahan yang ditolak berdasarkan alasan yang ditetapkan dalam
ketentuan Bank Indonesia karena tidak sesuai dengan tujuan dan
persyaratan penerbitannya. Sebelum pertemuan kliring diadakan harus
terlebih dahulu dipersiapkan sebagai berikut:
a. Cap Kliring
1) Semua warkat harus di cap terlebih dahulu dengan cap yang
memuat sebutan kliring dan mencantumkan nomor kode
kelompok yang bersangkutan.
2) Cap kliring harus disetujui oleh penyelenggara dan di muka para
peserta lain. Demikian pula bila ada perubahan atau penggantian
cap kliring.
3) Cap kliring pada warkat debet maupun kredit merupakan bukti
atau tanda pengenal dari peserta.
4) Cap kliring pada bilyet giro yang tidak ditolak berarti yang
membubuhi cap tadi telah menerima sejumlah dana yang
tercantum dalam bilyet giro tersebut.
5) Jika dalam satu warkat terdapat lebih dari satu cap kliring, mak
cap kliring oleh pejabat yang berwenang dari peserta yang
bersangkutan.
b. Kliring Penyerahan
1) Untuk memperlancar penyerahan kliring, peserta dibagi atas
beberapa kelompok.
2) Sebelum kliring dimulai warkat-warkat dipisahkan menurut
kelompok peserta yang bersangkutan. Warkat debet dan warkat
kredit diperinci nilai nominalnya dalam daftar kliring tersendiri.
Nilai nominal dan banyaknya warkat dalam daftar kliring
dijumlahkan.
3) Serah terima warkat kliring yang telah ditandatangani oleh
wakil peserta kliring, berlangsung antara yang menyerahkan dan
yang menerima warkat setelah menandatangani daftar kliring
sebagai bukti penerimaan.
4) Apabila terjadi perbedaan pendapat antara dua peserta mengenai
dapat tidaknya warkat diperhitungkan dalam kliring, maka
keputusan terakhir diserahkan kepada penyelenggara.

B. BI-RTGS
1. Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (Sistem BI-
RTGS)
Penerapan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement
(Sistem BI-RTGS di Indonesia telah dimulai sejak tanggal 17 November
2000. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/9/DASP
mengenai Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan dan Pengawasan Sistem
Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (Sistem BI-RTGS),
merupakan suatu sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam
mata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per
transaksi per individual.
Menurut Biro Pengembangan Sistem Pembayaran Nasional tahun
2006, mendefinisikan bahwa: “Sistem BI-RTGS adalah proses
penyelesaian akhir transaksi (settlement) pembayaran yang dilakukan per
transaksi (individually processed/gross settlement) dan bersifat real time
(electronically processed), dimana rekening peserta dapat
didebit/dikredit berkali-kali dalam sehari sesuai dengan perintah
pembayaran dan penerimaan pembayaran”.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement adalah suatu sistem
transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang rupiah yang
penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara
individual. Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement memiliki
peran penting dalam pemrosesan aktifitas layanan transaksi pembayaran,
khususnya penyelesaian transaksi pembayaran yang termasuk ke dalam
High Value Payment System (HPVS) atau transaksi bernilai besar yaitu
transaksi dengan jumlah minimum Rp.100.000.100,00 ke atas dan
bersifat segera (urgent).
Dilihat dari aktifitas layanan transaksi pembayaran dengan Sistem
Real Time Gross Settlement (RTGS) ini menggunakan akad wakalah. Hal
ini mengacu pada pengertian mengenai wakalah itu sendiri berdasarkan
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 10/DSN-MUI/IV/2000 bahwa
dalam rangka mencapai suatu tujuan sering diperlukan pihak lain untuk
mewakilinya melalui akad wakalah, yaitu pelimpahan kekuasaan oleh
satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.

2. Manfaat Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement


Menurut peraturan Bank Indonesia Nomor 6/8/PBI/2004, manfaat
dari Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement adalah sebagai
berikut :
a. Meminimalisir risiko sistem pembayaran nasional dengan
meningkatkan kepastian penyelesaian akhir.
b. Peningkatan pelayanan transfer dana yang dapat diselesaikan
dalam waktu yang cepat, efisien, aman, dan handal.
c. Memberikan kemudahan kepada bank peserta untuk mengetahui
posisi saldo rekening bank secara real time dan menyeluruh guna
meningkatkan disiplin dan profesionalisme dalam mengelola
likuiditas bank.

3. Fungsi dan Tujuan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross


Settlemen
Mengacu kepada peraturan Bank Indonesia Nomor 6/8/PBI/2004
tentang Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, sistem BI-
RTGS berfungsi sebagai sarana untuk memantau saldo rekening agar
dapat memenuhi ketentuan Giro Wajib Minimun (GWM) dan untuk
menjaga kelancaran transaksi antar peserta sistem BI-RTGS sebagai
wujud peningkatan kualitas pelayanan kepada nasabah yang memerlukan
sarana pengiriman uang atau pembayaran secara cepat, aman, efisien,
serta handal.
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia Nomor 6/8/PBI/2004 tentang
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (Sistem BI-RTGS),
tujuan diterapkannya sistem BI-RTGS tersebut adalah sebagai berikut :
a. Menurunkan risiko sistem pembayaran nasional dengan
meningkatkan kepastian penyelesaian akhir (settlement finalty).
b. Menyediakan pilihan sarana transfer dana antar peserta yang
lebih cepat, efisien, aman, dan handal.
c. Menyediakan informasi saldo rekening bank secara real time dan
menyeluruh guna meningkatkan disiplin dan profesionalisme
dalam mengelola likuiditas bank.

4. Kebijakan Sistem Real Time Gross Settlement (RTGS)


Kebijakan-kebijakan sistem BI-RTGS telah diberlakukan oleh Bank
Indonesia dalam bentuk peraturan maupun surat edaran adalah sebagai
berikut :
a. Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/6/PBI/2008 tanggal 18
Februari 2008 tentang Sistem Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement (Sistem BIRTGS).
b. Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/24/DASP tanggal 17
November 2000 tentang Hubungan Rekening Giro antara Bank
Indonesia dengan Pihak Ekstern sebagaimana telah dirubah
berdasarkan perubahan pertama dengan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 3/11/PBI/2001 tanggal 20 Juni 2001, perubahan
kedua dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/16/PBI/2004
tanggal 01 Juli 2004 dan perubahan ketiga dengan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 7/48/PBI/2005 tanggal 16 November 2005.
c. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/47/DASP tanggal 13
Oktober 2005 tentang Batasan Nilai Nominal Per Transaksi Antar
Bank untuk Kepentingan Nasabah melalui Sistem Bank Indonesia
Real Time Gross Settlement Sehubungan dengan Hari Libur
Nasional Tertentu.
d. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/11/DASP tanggal 5
Maret 2008 tentang Penyelenggaraan Sistem Bank Indonesia
Real Time Gross Settlement.
e. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/10/DASP tanggal 5
Maret 2008 tentang Pelaksanaan Transaksi Melalui Sistem Bank
Indonesia Real Time Gross Settlement (Sistem BI-RTGS) dalam
Rangka Perlindungan Kepada Nasabah Peserta Sistem BI-RTGS
dan Lampiran.
f. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/12/DASP tanggal 5
Maret 2008 tentang Penetapan Biaya Penggunaan Sistem Bank
Indonesia Real Time Gross Settlement dan Sistem Kliring
Nasional Bank Indonesia dalam Rangka Penerapan Treasury
Single Account.
g. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/9/DASP tanggal 5 Maret
2008 tentang Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan dan Pengawasan
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (Sistem BI-
RTGS).

5. Peserta Sistem Real Time Gross Settlement (RTGS)


Menurut Julius R. Latumaerissa (2011), peserta dalam
penyelenggaraan sistem BI-RTGS dibedakan menjadi dua, yaitu peserta
langsung dan peserta tidak langsung. Pada tahun 2011 jumlah
keseluruhan peserta langsung yang ada pada sistem BI-RTGS yaitu
sebanyak 150 peserta yang terdiri dari 149 bank dan 1 non bank,
sedangkan untuk jumlah peserta tidak langsung terdiri dari 3 bank.
Jumlah peserta sistem BI-RTGS tersebut akan terus mengalami
peningkatan seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi yang
semakin maju. Selain itu, berdasarkan pada status kepesertaan sistem BI-
RTGS dapat dibedakan antara lain sebagai berikut:
a. Status aktif adalah status dimana peserta sistem BI-RTGS dapat
melakukan aktivitas berupa:
1) Dapat menjalankan pengiriman transfer keluar.
2) Dapat menjalankan pengiriman transfer masuk.
3) Dapat menjalankan keseluruhan dari fungsi lainnya yang ada
pada RTGS Terminal (RT).
b. Status ditangguhkan adalah status dimana peserta sistem BI-
RTGS dapat melakukan aktivitas berupa:
1) Tidak dapat melakukan kegiatan transaksi keluar.
2) Dapat melakukan penerimaan transfer masuk.
3) Dapat menjalankan fungsi lainnya.
4) Dana yang diterima tidak dapat dipergunakan untuk
menyelesaikan antrian.
c. Status dibekukan (Freeze) adalah status dimana peserta sistem
BI-RTGS dapat melakukan aktivitas berupa:
1) Tidak dapat menjalankan kegiatan transfer keluar.
2) Tidak dapat menerima kegiatan transfer masuk.
3) Dapat menjalankan fasilitas enquiry serta transaksi dalam
antrian yang akan dibatalkan pada saat cut off time.
d. Status ditutupi (Close) adalah status dimana peserta sistem BI-
RTGS dapat melakukan aktivitas berupa:
1) Transaksi yang dijalankan di dalam sistem antrian akan
dibatalkan secara otomatis.
2) Semua kegiatan transaksi yang ditujukan kepada peserta
akan ditolak oleh RTGS Central Computer (RCC).

6. Transaksi yang Harus Diselesaikan Melalui Sistem Bank Indonesia


Real Time Gross Settlement (Sistem BI-RTGS)
Adapun jenis-jenis transaksi yang harus diselesaikan melalui Sistem
Bank Indonesia Real Time Gross Settlement menurut Ikatan Bankir
Indonesia (2015) adalah sebagai berikut :
a. Transaksi antara bank dan Bank Indonesia (BI) dalam rangka jual
beli Surat Berharga, seperti Surat Utang Negara (SUN) dan
Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
b. Transaksi antara bank dalam rangka jual beli Surat Berharga yang
penyelesaiannya dilakukan dengan mekanisme Delivery Versus
Payment (DVP) melalui BI-RTGS.
c. Transaksi Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) atau Pasar
Uang Antar Bank (PUAB).
d. Transaksi antara bank, baik untuk kepentingan bank itu sendiri
maupun untuk kepentingan nasabah bank, dengan nilai nominal
sesuai dengan ketentuan batas nominal transfer kredit yang telah
diatur dalam ketentuan mengenai Sistem Kliring Nasional Bank
Indonesia (SKNBI).

7. Mekanisme Sistem Real Time Gross Settlement (RTGS)


Menurut Biro Pengembangan Jasa Sistem Pembayaran Nasional
tahun 2006 Tentang Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement
(Sistem BI-RTGS), secara umum langkah-langkah transfer dana pada
sistem Real Time Gross Settlement (RTGS) adalah sebagai berikut:
a. Nasabah pengirim akan memberikan intruksi transfer kepada
bank untuk melakukan transfer sejumlah dana kepada bank
penerima untuk diteruskan kepada nasabah penerima.
b. Bank pengirim dapat menyetujui untuk meneruskan intruksi
nasabah pengirim dan memproses transfer nasabah pengirim
tersebut kepada RTGS Terminal (RT), kemudian ditransmisikan
kepada RTGS Central Computer (RCC) yang merupakan pusat
komputer RTGS di Bank Indonesia (BI).
c. Selanjutnya jangka pesan dari bank pengirim diterima oleh RTGS
Central Computer (RCC), maka RTGS Central Computer (RCC)
akan memproses dan menyelesaikan transfer dana dengan
mekanisme sebagai berikut:
1) Mengecek kecukupan saldo giro pengirim yang ada di Bank
Indonesia (BI). Jika saldo giro pengirim telah memenuhi untuk
melakukan pengiriman uang, maka selanjutnya dilakukan
pembukuan simultan dengan cara mendebit rekening giro bank
pengirim dan mengkredit rekening giro bank penerima.
2) Jika saldo giro yang ada pada bank pengirim di Bank Indonesia
(BI) tidak mencukupi untuk melakukan transfer tersebut, maka
bank pengirim ditempatkan dalam antrian (queue) sistem BI-
RTGS.
d. Informasi transfer yang telah diselesaikan (settle) ditransmisikan
secara otomatis oleh RTGS Central Computer (RCC) ke RTGS
Terminal (RT) bank penerima pada proses RTGS yang dijelaskan
sebelumnya, dengan proses tersebut penyelesaian transaksi
sistem BI-RTGS dapat diselesaikan dalam waktu kurang dari satu
menit.
e. Bank penerima meneruskan perintah transfer dana yang diterima
dari RTGS Central Computer (RCC), dengan cara mengkredit
dana sesuai dengan yang dikirim oleh nasabah pengirim.
Kecepatan proses ini tergantung dari standar dan kondisi bank
penerima terhadap tarif biaya sistem BI-RTGS yang ditentukan.
Baik yang dibebankan oleh Bank Indonesia kepada bank maupun
yang dibebankan oleh bank kepada nasabahnya disetiap bank
yang melayani sistem BI-RTGS tersebut. Adapun mekanisme
transfer dana pada sistem BI-RTGS yang digunakan oleh
sebagian besar bank di dunia adalah sebagai berikut :

PESERTA PESERTA
PENGIRIM PENERIMA

Full Payment Message Full Payment Message

RTGS CENTRAL
COMPUTER
(RCC)

Settlement

Gambar 1 Mekanisme Sistem Real Time Gross Settlement (RTGS)


Sumber : Biro Pengembangan Jasa Sistem Pembayaran Nasional 2006

Dari gambar 1 di atas mengenai mekanisme Sistem Bank Indonesia


Real Time Gross Settlement (Sistem BI-RTGS) dapat dilihat bahwa
keseluruhan informasi yang terkadung di dalam suatu transaksi akan
dikirimkan oleh peserta pengirim kepada RTGS Central Computer (RCC)
dan kemudian dilanjutkan kepada peserta penerima apabila transfer yang
sudah di settle oleh Bank Indonesia.7

7
Nila Cahyanti, Prosedur Pelaksanaan Sistem Real Time Gross Settlement (Rtgs) Pada Bank
Syariah Mandiri Kcp Godean Yogyakarta, (Yogyakarta: Laporan Magang tidak Diterbitkan, 2018),
hal. 19-28
C. Tantangan Kliring Pada Bank Syariah/BPRS
Keragaman sistem kliring yang digunakan saat ini dan keterbatasan
cakupan wilayah dalam melaksanakan transfer kredit antar bank melalui
kliring masih bersifat lokal (hanya mencangkup antar bank yang ada di
wilayah kliring setempat), sehingga transfer dana antar bank keluar wilayah
kliring harus dilakukan bank sendiri melalui mekanisme yang lain. Kendala
yang sering terjadi dalam proses pelaksanaan kliring yaitu penolakan warkat
yang ditagihkan melalui kliring. Bank tertarik wajib melakukan penolakan
atas warkat yang ditunjukan kepada bank apabila warkat yang dimaksud
memenuhi salah satu atau lebih alasan penolakan diantaranya Saldo
rekening giro atau rekening khusus tidak cukup, serta warkat tidak ada
penyebutan tempat dan tanggal penarikan, dan yang paling fatal ketika
warkat tidak terdapat bank penerima.
Dari sisi pengelolaan risiko dalam penyelenggaraan kliring yang
bersifat multilateral netting saat ini belum ada mekanisme untuk
mengantisipasi kemungkinan kegagalan peserta dalam memenuhi
kewajibannya pada penyelesaian akhir atas hasil kliring. Terkait dengan hal
ini, sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan sistem pembayaran yang
efisien, cepat, aman dan handal maka Bank Indonesia menerapkan Sistem
Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) yang dapat mengakomodir
transfer kredit antar bank seluruh wilayah indonesia tanpa kewajiban
melakukan pertukaran fisik warkat.
Dengan terus meningkatnya perkembangan teknologi membuat BI
terus meningkatkan layanananya dengan meluncurkan sistem BI-FAST
Payment sebagai salah satu bentuk percepatan digitalisasi sistem keuangan,
dimana sistem ini akan menggantikan Sistem Kliring Nasional Bank
Indonesia (SKNBI). Penggunaaan BI-FAST Payment ini dinilai lebih
efisien karena akan mempercepat waktu dari transaksi kliring, dari
sebelumnya bisa memakan waktu 2 sampai 3 hari menjadi langsung saat itu
juga atau real time. Kemudian BI-FAST Payment ini juga dinilai lebih
mudah, murah dan aman.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kliring adalah cara penyelesaian utang piutang antar bank peserta kliring
dalam bentuk warkat atau surat-surat berharga disuatu tempat tertentu,
seperti cek, bilyet, CD, nota debet dan nota kredit. Saat ini
penyelenggaraan kliring lokal di indonesia dilakukan dengan empat
macam sistem kliring yaitu sistem manual, sistem semi otomasi, sistem
otomasi, dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
2. Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement adalah suatu sistem
transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang rupiah yang
penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara
individual.
3. Keragaman sistem kliring yang digunakan saat ini dan keterbatasan
cakupan wilayah dalam melaksanakan transfer kredit antar bank melalui
kliring masih bersifat lokal (hanya mencangkup antar bank yang ada di
wilayah kliring setempat), sehingga transfer dana antar bank keluar
wilayah kliring harus dilakukan bank sendiri melalui mekanisme yang
lain. Dari sisi pengelolaan risiko dalam penyelenggaraan kliring yang
bersifat multilateral netting saat ini belum ada mekanisme untuk
mengantisipasi kemungkinan kegagalan peserta dalam memenuhi
kewajibannya pada penyelesaian akhir atas hasil kliring.

B. Saran
Demikian tulisan yang dapat kami susun. Semoga, dengan adanya
tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kami menyadari bahwa artikel
ini masih memerlukan perbaikan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya artikel
kami yang selanjutnya. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia, FAQ BI FAST, https://www.bi.go.id, diakses pada 29


September 2022.
Bank Indonesia, Sistem BI-RTGS, https://www.bi.go.id, diakses pada 29
September 2022.
Cahyanti, Nila. 2018. Prosedur Pelaksanaan Sistem Real Time Gross Settlement
(RTGS) Pada Bank Syariah Mandiri Kcp Godean Yogyakarta). Laporan
Magang tidak Diterbitkan. Yogyakarta: DIII UII.
Fitria, Yaumi. 2019. Sistem Operasional Kliring dalam Persefektif Ekonomi
Islam Studi Kasus (Bank Syariah Mandiri Cabang 16 Ilir Palembang).
Skripsi tidak Diterbitkan. Palembang: Sarjana Universitas
Muhammadiyah Palembang.
Matondang, Nurhidayah. 2019. Pengelolaan Penyelenggaraan Sistem Kliring
Nasional Bank Indonesia di PT. Bank Sumut Kantor Cabang Syariah
Medan. Skripsi tidak Diterbitkan. Medan: Sarjana Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
Perdana, Andika Halim. 2019. Andika Halim Perdana, Peran dan Proses Kliring
Pada PT Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Ahmad Yani. Skripsi
tidak Diterbitkan. Medan: DIII Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
Rahayu, Siska. 2016. Pengelolaan Transaksi Kliring dalam Kegiatan
Operasional PT. Bank BRI Syariah. Skripsi tidak Diterbitkan. Bandung:
DIII STIE Ekuitas.

Anda mungkin juga menyukai