Anda di halaman 1dari 9

Economicus, Vol. 12 No.

1 - Juni 2018 e-ISSN: 2615 - 8078


PERBANKAN DALAM ERA BARU DIGITAL

Nur Kholis

Dosen Program Studi Manajemen, STIE Dewantara


Jl. Raya Pemda Bojong Depok Baru III, Karadenan, Cibinong, Bogor, Jawa Barat 16913,Indonesia
Email : nur.kholis@dewantara.ac.id

ABSTRACT
The development of technology today was being increased rapidly to facilitate all human
activities in all fields, one of them was the financial activity. During this time, the answer to the
financial activity was a banking services that practice conventionally. However, with the
development, emerged a new platform called Financing Technology (FinTech) which began to
replace some of the bank's position in the community. Then how the future fate of banks that
practice conventionally in the midst of technological developments?

Keywords: Bank, Fintech, Financing Technology.

ABSTRAK
Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat untuk memudahkan segala aktivitas manusia
dalam segala bidang, salah satunya adalah aktivitas keuangan. Selama ini, yang menjadi
jawaban aktivitas keuangan adalah layanan jasa perbankan yang berpraktek secara
konvensional. Akan tetapi dengan perkembangan, muncullah suatu platform baru yang
dinamakan Financing Technology (FinTech) yang mulai menggantikan beberapa posisi bank di
masyarakat. Lalu bagaimanakah kedepannya nasib bank yang berpraktek konvensional di
tengah arus perkembangan teknologi?

Kata kunci: Bank, Fintech, Teknologi Finansial.


1. PENDAHULUAN arus dana untuk investasi dan pemanfaatan
Aktivitas perbankan mulai dikenal yang lebih produktif.
sekitar tahun 2000 SM di Kota Asyur dan Bisnis perbankan adalah bisnis layanan
Sumeria, dimana terjadi kegiatan para atau jasa. Dimana, core-business perbankan
pedangan yang memberikan pinjaman biji- adalah mengumpulkan dana dari
bijian kepada para petani dan pedangan masyarakat (funding), kemudian
yang membawa barang-barang antar-kota. menyalurkan dana kepada masyarakat yang
Aktivitas tersebut terus berkembang membutuhkan (financing/ lending) dan
dari tahun ke tahun hingga tiba di bumi memberikan jasa layanan perbankan
Indonesia yang saat itu masa dalam masa (banking service).
penjajahan Hindia Belanda. Dan saat ini, Perbankan adalah bisnis yang padat
perbankan sudah tersebar sampai pelosok karya, yakni yang dapat menyerap banyak
pedesaaan. tenaga kerja. Semisalkan seseorang datang
Jasa perbankan sangat penting dalam ke sesuatu cabang sebuah bank, misalnya
pembangunan ekonomi suatu negara. untuk menabung. Saat membuka pintu
Dimana perbankan memiliki setidaknya dua bank tersebut, sudah dapat dijumpai orang-
tujuan. Pertama sebagai jasa penyedia orang yang bekerja memberikan layanan
mekanisme dan alat pembayaran yang salah satu core business nya yaitu layanan
efisien bagi nasabah. Dan yang kedua funding, atau pengumpulan dana dari
adalah dengan menerima tabungan dari masyarakat. Di dalam banking hall, tersebut
nasabah dan meminjamkannya kepada dapat dijumpai customer service yang
pihak yang membutuhkan dana, yang dapat dengan ramah melayani kebutuhan
diartikan bahwa bank dapat meningkatkan perbankan nasabah seperti pembukaan

80
Economicus, Vol. 12 No. 1 - Juni 2018 e-ISSN: 2615 - 8078
rekening, deposito dan lainnya. Kemudian akan terjadi terhadap transaksi perbankan
ada teller, yang melayani setoran tunai, secara konvesional yang merupakan
tarikan tunai, transfer dan lainnya. Dan industri padat karya.
banyak lagi, yang bekerja di back office, Dari beberapa hal tersebut, masalah
yang menjalankan dan memenuhi pokok paper ini antara lain :
kebutuhan transaksi perbankan nasabah. a. Bagaimanakah kelanjutan SDM yang
Kemudian apabila nasabah datang ke selama ini bekerja di layanan
bank, untuk mendapatkan pinjaman, perbankan seperti customer service,
nasabah dapat menjumpai account manager teller dan lainnya, apabila fungsinya
yang dengan sabar dan cermat sudah digantikan dengan digital
mendengarkan kebutuhan nasabah, application ?
kemudian memberikan solusi atas b. Bagaimanakah keamanan transaksi
kebutuhan nasabah tersebut. Dan nasabah nasabah, apabila semua layanan
pun sebagai nasabah, dimanjakan dengan dilakukan secara digital, tanpa harus
fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh bank, ada kehadiran fisik nasabah di kantor
seperti Anjungan Teller Mandiri (ATM), cabang bank bersangkutan?
mobile banking, internet banking, sms c. Bagaimanakah regulasi yang
banking, dan lain-lain. diberikan oleh Bank Indonesia dan
Seiring perkembangan teknologi, Otoritas Jasa Keuangan terhadap
digital banking mulai mewarnai setiap layanan perbankan secara digital
aktivitas keuangan nasabah. Kemudahan tersebut ?
yang diberikan membuat nasabah merasa
diuntungkan. Namun sayangnya, layanan 2. TINJAUAN PUSTAKA
perbankan digital ini masih dinikmati oleh Menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang
sebagian masyarakat Indonesia. Perbankan, sebagaimana telah diubah
Berdasarkan data dari lembaga keuangan dengan UU No. 10 tahun 1998, yang
dunia menyatakan hanya 54% dari dimaksud dengan Bank adalah badan usaha
masyarakat Indonesia yang tersentuh yang menghimpun dana dari masyarakat
layanan perbankan dan selebihnya belum. dalam bentuk simpanan, dan
Generasi millenial sekarang berfikir menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bahwa ATM, mobile banking, internet bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
banking, sms banking dan lain-lainnya lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf
adalah sudah biasa, alias mainstream. hidup masyarakat banyak.
Sekarang masyarakat berfikir, bagaimana Definisi diatas memberikan penekanan
masyarakat ingin membuka rekening, bahwa usaha utama bank adalah
menabung, mengajukan kredit atau menghimpun dana dalam bentuk simpanan
pinjaman dan layanan perbankan lainnya, yang merupakan sumber dana bank.
tanpa harus menghadirkan diri secara fisik Demikian pula dari segi penyaluran dana,
di bank bersangkutan. hendaknya bank tidak semata-mata
Hal inilah yang ditangkap sebagai memperoleh keuntungan yang sebesar-
potensi dan kesempatan oleh bank, untuk besarnya bagi pemilik, tapi juga
meningkatkan minat calon nasabah menjadi kegiatannya harus pula diarahkan pada
nasabah di bank, memberikan layanan yang peningkatan taraf hidup masyarakat.
nasabah inginkan sehingga loyal terhadap Resiko-resiko yang dihadapi oleh bank
bank. antara lain resiko : kredit, investasi,
Sepertinya ini, semua sudah dimulai likuiditas, operasional, penyelewengan,
oleh beberapa bank. Akan tetapi sebelum fidusia, tingkat bunga, solvensi, valuta
membahasnya, mari lihat dampak yang asing dan persaingan. Sehingga memaksa

81
Economicus, Vol. 12 No. 1 - Juni 2018 e-ISSN: 2615 - 8078
Bank untuk memiliki Standard of Data-data yang dipakai adalaah berupa
Procedure (SOP) yang jelas untuk dapat literatur, berita-berita, wawancara dan
memitigasi resiko yang mungkin timbul. pengamatan langsung dengan apa yang
Contohnya dalam hal pemberian kredit terjadi di dalam teknologi keuangan yang
atau pembiayaan, menurut Jopie Yusuf semakin berkembang pesat, dengan
dikenal adanya prinsip 5C yakni : memperhatikan regulasi-regulasi yang
Character, Capacity, Capital, Condition diberlakukan oleh pihak regulator yakni
dan Collateral. Bahkan ditambahkan lagi Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
dengan prinsip 7P yakni : Personality, Keuangan.
Party, Purpose, Prospect, Payment,
Profitability dan Protection. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Seiring berjalannya waktu, teknologi Berdasarkan jurnal yang membahas
berevolusi mengikuti perkembangan pengaruh kualitas layanan, kepuasan
manusia itu sendiri. Dari waktu ke waktu, nasabah dan citra bank terhadap loyalitas
manusia ingin mendapatkan hal-hal yang layanan, dikatakan bahwa produk
mudah untuk memuaskan segala perbankan harus memiliki keunggulan
keinginannya. Mulai dari bangun tidur sehingga menciptakan permintaan yang
hingga tidur lagi, manusia ingin segala tinggi dari nasabah. Kemudian harus
aktivitasnya terlaksana sesuai dengan memberikan layanan yang optimal agar
rencananya dan tentunya dengan nasabah merasa aman, nyaman dan mudah
kemudahan-kemudahan yang didapatkan. dalam melakukan transaksi perbankan.
Saat ini, apabila ingin bepergian ke suatu Layanan perbankan ini dimulai dari
daerah manusia tinggal menggunakan petugas frontliner seperti petugas satuan
aplikasi digital yang ada di genggamannya, pengamanan, customer service, teller dan
ingin makan, tinggal klik, dan lain penerima telepon yang skillnya dapat
sebagainya. mengikuti perkembangan ekspektasi
Lambat laun, hal tersebut merambah nasabah yang terus meningkat.
ke sektor perbankan. Dan dimulai sejak Dan ternyata itu dapat membuktikan
tahun 2015, masyarakat mulai mengenal bahwa adanya pengaruh dari kualitas
FinTech. FinTech sendiri merupakan layanan suatu bank terhadap loyalitas
singkatan dari Financing Technology atau nasabah perbankan. Loyalitas tersebut dapat
dalam bahasa Indonesia dikenal dengan berbentuk tingginya keinginan masyarakat
Teknologi Finansial. Hampir semua bank untuk tetap menjadi nasabah atau
sudah menggunakan teknologi finansial di mendapatkan banyak nasabah baru.
aplikasi layanannya, yang dikenal dengan Sekitar tahun 1980-an, bank mulai
mobile banking, internet banking, dan menggunakan sistem pencatatan data yang
lainnya. bisa diakses dengan computer. Dan inilah
yang sebenarnya menjadi embrio
3. METODE PENELITIAN berkembangnya fintech yang mulai muncul
Jenis metodologi penelitian yang di dalam back office layanan perbankan
digunakan adalah deskriptif kualitatif, yang serta fasilitas permodalan lainnya.
menggambarkan fenomena perkembangan Dan ditahun 1998 perbankan mulai
teknologi yang berkembang dewasa ini. mengenalkan layanan online banking untuk
Yang memberikan uraian mengenai gejala para nasabahnya. Fintech pun menjadi
sosial yang diteliti yakni perkembangan semakin mudah digunakan masyarakat luas
teknologi keuangan terhadap layanan Cikal bakal revolusi digital dimulai
perbankan yang selama ini berpraktek dengan ditemukannya komputer, yang
secara konvensional. beberapa tahun kemudian yakni sekitar

82
Economicus, Vol. 12 No. 1 - Juni 2018 e-ISSN: 2615 - 8078
tahun 1992, hampir di setiap negara
memiliki akses jaringan/ internet untuk
memudahkan segala aktivitas, baik sosial
maupun bisnis dan lainnya. Dan loncat ke
tahun 2000-an muncullah situs jejaring
sosial atau sosial media. Hingga tak salah,
ada yang menyebut generasi sekarang, atau
generasi millenial adalah generasi amnesia.
Kenapa dikatakan amnesia, karena hampir
di setiap kegiatan, selalu ditemani oleh
smartphone. Berjalan sambil melihat
smartphone, makan dengan smartphone,
Masih berdasarkan data dari
bahkan ke kamar mandi pun ditemani oleh
www.wearesocial.com, Indonesia dengan
smarphone. Hingga saat bercengkrama
total populasi yang mencapai 262 juta jiwa
dengan teman maupun keluarga pun sambil
ada 132.7 juta yang aktif menggunakan
melihat smartphone, sehingga tak ayal,
internet, ini berarti ada peningkatan sebesar
tidak saling bertegur sapa ataupun
51% jika dibandingkan pada tahun lalu.
berbincang hangat dengan kolega, seperti
Tentunya masih didominasi oleh pengguna
zaman dahulu.
mobile.
Bersandar pada publikasi yang
disampaikan oleh www.wearesocial.com
yang menyampaikan data bahwa :
a. Lebih dari setengah populasi dunia
menggunakan smartphone.
b. Hampir 2/3 dari populasi dunia
memiliki mobile phone/ hand phone.
c. Lebih dari setengah lalu lintas data
digital/ internet, diakses dengan mobile
phone dan smartphone.
d. Lebih dari 1/5 dari populasi dunia
berbelanja dengan online shoppping.

Berikut adalah gambaran global yang


Layanan keuangan berbasis teknologi
disampaikan oleh www.wearesocial.com,
digital saat ini berkembang pesat sejalan
yang menyatakan perkembangan dunia
dengan kemajuan teknologi digital. Bank
digital meningkat secara spektakuler,
pun mulai beralih dari mengandalkan
dimana meningkat secara tajam dibanding
kantor dan layanan konvensional ke
tahun sebelumnya.
layanan aplikasi digital. Ini merupakan
sebuah transformasi atau perubahan yang
tidak dapat dielakkan di era sekarang.
Perbankan perlu aware atau
memberikan perhatian terhadap
perkembangan teknologi digital tersebut,
jika tidak ingin ditinggalkan nasabah-
nasabahnya yang beralih kepada lembaga
keuangan yang memanjakan keinginan
nasabah.

83
Economicus, Vol. 12 No. 1 - Juni 2018 e-ISSN: 2615 - 8078
Contoh layanan perbankan yang Dari laman www.infobanknews.com
melakukan transformasi adalah dengan apa yang berjudul “Ini Penyebab Bank BUKU
yang dilakukan oleh Bank BTPN melalui II Kesulitan Transformasi ke Digital”,
produknya yang dinamakan “BTPN Menurut A. Prasetyantoko, Ekonom yang
Jenius” dan “BTPN Wow !”. Dan saat ini juga menjabat juga sebagai rektor
sudah diikuti oleh beberapa Bank lainnya, Universitas Katholik Atmajaya, bank
seperti BCA, BNI, dan lain-lain. BUKU II banyak yang secara financial
PT Bank Tabungan Pensiunan sanggup perkuat IT, namun untuk SDM
Nasional Tbk (BTPN) terus melakukan yang dibutuhkan untuk bisa mendukung itu
inovasi dalam produk dan layanan agar belum banyak, dan bank konvensional
relevan dengan masyarakat penggunanya. memiliki mitigasi resiko yang cukup ketat.
Terutama dalam inovasi dan pengembangan Dan dari laman
produk dan layanan digital. Sepanjang www.infobanknews.com yang berjudul
sembilan bulan pertama 2017, perseroan ”Jenius” Jadi Bukti Bank Mulai
telah menanamkan investasi Rp 624 miliar Tranformasi Layanan”, menurut Adrian A.
atau meningkat 77 perseroan dibandingkan Gunadi, CEO Investree, perusahaan yang
nilai investasi di periode sama tahun bergerak di dalam bisnis FinTech
sebelumnya. (Financial Technology), bahwa kriteria
Saat ini BTPN memiliki dua platform mitigasi resiko di FinTech dan perbankan
digital banking untuk melayani dua segmen konvensional saat ini sangat berbeda. Di era
yang berbeda. Pertama BTPN Wow! yang digital saat ini, nasabah membutuhkan
diperuntukkan bagi kelompok masyarakat kecepatan proses, dan efisiensi, sehingga
menengah ke bawah dan kedua platform lembaga yang berbasis FinTech melakukan
Jenius untuk segmen consuming-class. mitigasi resiko seperti layaknya bank
Era digital membawa aura baru konvensional. Di dalam FinTech sendiri,
persaingan di industri perbankan. Namun, mempunyai standar prosedur sendiri dalam
tak semua bank siap menghadapinya. Sebut melakukan mitigasi resiko.
saja bank kecil, seperti bank BUKU I dan
Sejarah FinTech sendiri dimulai di
bank BUKU II.
bulan Maret 2015 dengan diadakannya
pertemuan komunitas FinTech, yang
mengambil keputusan untuk
diluncurkannya secara resmi di publik pada
bulan September 2015. Dan untuk
memenuhi regulasi dari Pihak Otoritas
diadakanlah pertemuan dengan Ketua
Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) pada Oktober 2015 dan dimulailah
sesi rutin dwi-mingguan. Walhasil, pada
Maret 2016, FinTech secara resmi menjadi
Badan Hukum perkumpulan dan terdaftar
Kementerian Hukum dan HAM Republik
Indonesia. Dan mulai bulan Mei tahun
2016, FinTech membuka pendaftaran
keanggotaan kepada publik. Dan bulan Juli
2016, diadakan pertemuan dengan
Gubernur Bank Indonesia (BI) dan memulai
sesi rutin dengan BI, dan terus

84
Economicus, Vol. 12 No. 1 - Juni 2018 e-ISSN: 2615 - 8078
berkelanjutan hingga September 2016,
FinTech aktif bermitra dengan OJK dan BI
dan seluruh lembaga pemerintahan lainnya
dalam mengembangkan kebijakan FinTech
di Indonesia, dengan dikeluarkannya
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam
Meminjam Uang Berbasis Teknologi
Informasi.
Dan pada tanggal 30 November 2017,
Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan
Anggota Dewan Gubernur Nomor
19/14/PADG/2017 tentang Ruang Uji Setelah jangka waktu uji coba habis
Terbatas (Regulatory Sandbox) Teknologi selama enam bulan, BI akan menetapkan
Finansial, dimana Regulatory Sandbox status hasil uji coba berdasarkan penilaian
didefinisikan sebagai suatu ruang uji atas seluruh rangkaian kegiatan. Status hasil
terbatas yang aman untuk menguji uji coba tersebut terdiri dari tiga, yaitu
Penyelenggara Teknologi Finansial beserta berhasil, tidak berhasil, dan status lain yang
produk, layanan, teknologi, dan/ atau model ditetapkan BI.
bisnisnya. Apabila berhasil, dapat dilanjutkan
Perusahaan FinTech yang masuk ke dengan proses perizinan. Namun bila tidak
dalam Regulatory Sandbox, berkewajiban berhasil, dilarang untuk memasarkan
untuk memastikan dilakukannya prinsip produknya.
perlindungan konsumen, manajemen risiko Apabila ada perusahaan lainnya yang
dan kehati-hatian yang memadai. sudah terdaftar di BI dan bisa memenuhi
Perusahaan tersebut wajib menyampaikan kriteria untuk masuk ke regulatory sandbox,
laporan pelaksanaan uji coba, baik secara maka akan masuk dalam radar BI
reguler maupun insentif sesuai dengan berikutnya.
permintaan BI, serta menaati ketentuan Diharapkan ketentuan tersebut dapat
peraturan perundang-undangan. mendorong ekosistem FinTech yang sehat
Adapun tanggung jawabnya kepada untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
BI, perusahaan FinTech tersebut harus nasional yang berkelanjutan dan inklusif,
memberikan kebenaran dan keakuratan dengan tetap menjaga stabilitas moneter,
data, informasi, dan dokumen yang stabilitas sistem keuangan, serta sistem
disampaikan. Keamanan dan keandalan pembayaran yang efisien, lancar, aman, dan
sistem yang digunakan untuk menjalankan andal.
produk, layanan, teknologi, dan/atau model Kunci utama dari keberhasilan sistem
bisnis yang diuji coba dalam Regulatory Regulatory Sandbox terletak pada
Sandbox. pendampingan pemerintah. Oleh sebab itu,
Selama pelaksanaan uji coba dalam Regulatory Sandbox hanyalah sebuah nama
Regulatory Sandbox, BI melakukan program yang bertujuan untuk
pendampingan dan review sebagai dasar mengembangkan perusahaan-perusahaan
untuk menetapkan status hasil uji coba FinTech. Melalui pendampingan hukum
penyelenggara Teknologi Financial. Jangka dan pendampingan teknis, maka FinTech
waktu uji coba ditetapkan paling lama enam akan teruji sebelum beroperasi di
bulan namun bila diperlukan dapat masyarakat. Setelah pendampingan
diperpanjang 1x paling lama enam bulan. kemudian pemerintah menetapkan ijin
operasional dan standar pelayanan. Tujuan

85
Economicus, Vol. 12 No. 1 - Juni 2018 e-ISSN: 2615 - 8078
utama dari program Regulatory Sandbox Indonesia dan CEO & Co-Founder
adalah mendapat kepercayaan publik bahwa Modalku, mengatakan :
FinTech yang lahir itu akan aman dalam “Synergy between fintech and the
beroperasi. Dengan adanya kepercayaan banking sector is a quintessential key for
masyarakat maka tentunya pengguna akan financial inclusion to empower the
lebih banyak. Ini menunjukkan bahwa country‟s economy. The Peer to Peer (P2P)
instrumen hukum keuangan Inggris Lending business model, one that Modalku
dirancang sedemikian rupa dengan adopts, is not the same with the banking
berorientasi kepada pasar (market- sector and similarity between their products
oriented). Meski berorientasi pada pasar are limited – by nature, however, both
tentunya secara nasionalisme juga tetap sectors complement one another.
dijaga keseimbangannya, yaitu dengan Regardless of fintech‟s presence,
menjaga agar industri keuangannya tetap technological developments such as
kuat untuk berkompetisi. Secara umum, artificial intelligence and automation will
program sandbox dapat digambarkan eliminate certain conventional functions. It
sebagai berikut. is not fintech that will erode the existence of
FinTech hadir di Indonesia sebagai the banking sector”
wadah yang menghimpun perusahaan dan FinTech, bersinergi dengan perbankan,
institusi para pelaku sektor jasa keuangan sesungguhnya menjadi kunci bagi inklusi
yang menggunakan kemajuan teknologi keuangan untuk penguatan ekonomi
dalam menjalankan usahanya, nasional. Model bisnis platform Peer to
Saat ini FinTech sendiri sudah Peer (P2P) lending seperti misalnya
memiliki banyak member yang terdiri dari Modalku, tidak sama dengan perbankan dan
103 perusahaan Startup, 22 Lembaga keduanya hanya memiliki kesamaan produk
Keuangan dan 7 Mitra Asosiasi, seperti yang terbatas, namun demikian sejatinya
kartuku, Midtrans, Doku, Bareksa, saling melengkapi. Perkembangan
cekaja.com, Modalku, BCA, DBS, BTPN, teknologi, seperti artificial intelligence dan
Bank Danamon, CIMB Niaga, Deloitte, automation, dapat menghilangkan sebagian
Mc.Kinsey dan masih banyak lainnya. pekerjaan yang dahulu dilakukan secara
Selama ini FinTech memiliki image konvensional terlepas dari keberadaan
destruktif atau menghancurkan terhadap FinTech, bukan berarti layanan FinTech
bisnis perbankan. Padahal usaha FinTech kemudian akan menggerus bank.
dibentuk guna memberikan solusi bagi Meski perbankan dan Peer to Peer
masyarakat, bukan merusak usaha. Bank (P2P) Lending selintas tampak
tidak perlu merasa terancam karena usaha menawarkan layanan yang sama, namun
FinTech justru akan melebarkan jaringan sebenarnya terdapat perbedaan mendasar di
layanan perbankan, yang tentunya hal ini antara keduanya.
akan berdampak positif bagi Indonesia, Pertama; suku bunga. Layanan Peer to
dimana penetrasi produk keuangan relatif Peer (P2P) Lending yang umumnya
rendah. menawarkan pinjaman tanpa agunan dan
Di surat kabar “The Jakarta Post” menyasar segmen yang lebih berisiko,
edisi 21 November 2017, dengan headline secara natural akan menawarkan suku
yang berbunyi “The „banking versus bunga yang lebih tinggi. Oleh sebab itu
fintech‟ myth : collaboration, not segmen yang sudah bankable umumnya
competition”, Reynold Wijaya yang akan memilih pinjaman dari bank
merupakan Koordinator Satgas Peer to ketimbang dari platform ini.
Peer (P2P) Lending Asosiasi Fintech Kedua; periode tenor pengembalian
pinjaman. Layanan Peer to Peer (P2P)

86
Economicus, Vol. 12 No. 1 - Juni 2018 e-ISSN: 2615 - 8078
Lending di Indonesia biasanya menerapkan 5. KESIMPULAN DAN SARAN
tenor yang relatif pendek sekitar 1 hingga 5.1 Kesimpulan
24 bulan, karena tenor yang panjang akan Berdasarkan pembahasan diatas dapat
mengurangi minat pemberi pinjaman dan dikatakan bahwa perkembangan teknologi
menambah risiko pinjaman tanpa agunan. memang tak dapat dibendung
Sebaliknya, perbankan lebih suka perkembangannya, dimana
menawarkan tenor panjang untuk perkembangannya tersebut berbanding
mengoptimalkan net interest margins. lurus dengan keinginan manusia sendiri
Ketiga; besarnya jumlah pinjaman. untuk mendapatkan kemudahan di setiap
Layanan Peer to Peer (P2P) Lending nyaris aktivitasnya. Salah satunya aktivitas
tidak mungkin memberikan pinjaman keuangan, yang kesehariannya
dengan jumlah yang sangat besar misalnya bersinggungan langsung dengan layanan
puluhan atau ratusan miliar. Diperlukan perbankan.
begitu banyak pemberi pinjaman sehingga Layanan perbankan konvensional
dapat menunda pencairan pinjaman. memang membutuhkan cost yang tinggi,
Sebaliknya, kekuatan perbankan untuk investasi yang cukup besar. Namun dengan
memberikan pinjaman dengan nilai tinggi berkembangnya teknologi, hal itu semua
tidak diragukan lagi dan dapat dilakukan dapat dipangkas dengan FinTech. Awalnya,
secara cepat dan murah sehingga tidak banyak yang berpersepsi bahwa FinTech
mungkin Peer to Peer (P2P) Lending dapat akan mengganti posisi bank di dunia
bersaing dengan ini. perekonomian. Akan tetapi saat ini,
Perbedaan-perbedaan di atas kehadiran FinTech belum bisa
menunjukan bahwa persepsi adanya menggantikan posisi bank, bahkan berjalan
persaingan sengit antara perbankan dan berdampingan sehingga kemajuan ekonomi
Peer to Peer (P2P) Lending adalah salah. dapat dilakukan bersama.
Kedua industri ini justru komplementer bila Dan sebagai regulator, Bank Indonesia
berkolaborasi. Sinergi FinTech dan bank dan Otoritas Jasa Keuangan pun sudah
dapat dibandingkan dengan low cost menerapkan aturan yang jelas dan tegas
airlines dan full service airlines yang jelas dengan dikeluarkannya Peraturan Otoritas
melayani segmen pasar yang berbeda, Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016
namun keduanya bertumbuh beriringan dan tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang
memajukan perekonomian Indonesia. Berbasis Teknologi Informasi, yang
Dari pembahasan diatas maka mengatur segala hal untuk melindungi
perbankan dan FinTech dapat bersinergi, kepentingan masyarakat baik sebagai
berkolaborasi dalam memberikan layanan pemberi pinjaman ataupun peminjam.
kepada seluruh lapisan masyarakat dengan Dan pada tanggal 30 November 2017,
segmen pasar yang berbeda. Sehingga Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan
berdirinya perbankan dan layanan Anggota Dewan Gubernur Nomor
perbankan tetap dibutuhkan oleh 19/14/PADG/2017 tentang Ruang Uji
masyarakat. Terbatas (Regulatory Sandbox) Teknologi
Dan secara regulasi, pemerintah telah Finansial, dimana Regulatory Sandbox
mengaturnya, salah satunya dengan didefinisikan sebagai suatu ruang uji
menerapkan mekanisme Regulatory terbatas yang aman untuk menguji
Sandbox sebelum mendapatkan pengesahan Penyelenggara Teknologi Finansial beserta
izin dari Bank Indonesia. produk, layanan, teknologi dan/ atau model
bisnisnya.

87
Economicus, Vol. 12 No. 1 - Juni 2018 e-ISSN: 2615 - 8078
5.2 Saran https://www.kompasiana.com/reza_hermaw
Perkembangan teknologi yang tak anyadi/data-menarik-mengenai-dunia-
dapat dibendung memunculkan evolusi- digital-indonesia-
evolusi untuk dapat memudahkan manusia 2017_58d4d4963297736e24f32cfc.
dan memuaskan keinginannya dalam segala (Diakses tanggal 5 November 2017).
aktivitasnya. Dan ini seharusnya menjadi https://id.techinasia.com/potensi-digital
lampu kuning bagi setiap usaha, khususnya marketing-indonesia-di-tahun-2017.
untuk perbankan, untuk meningkatkan (Diakses tanggal 5 November 2017).
kemampuannya, baik dari segi sumber daya http://batam.tribunnews.com/2016/01/15/pe
manusia maupun sumber daya rkembangan-dunia-digital-indonesia-
teknologinya, sehingga tetap eksis melayani berdampak-besar-pada-ekonomi-lokal-
masyarakat. dan-dunia. (Diakses tanggal 5
November 2017).
6. DAFTAR PUSTAKA https://katadata.co.id/telaah/2016/03/01/dun
ia-digital-yang-mengubah-model-
Satriyanti, Evi Oktaviani. 2012. Journal of bisnis-di-indonesia. (Diakses tanggal 5
Business Banking :”Pengaruh November 2017).
Kualitas Layanan, Kepuasan Nasabah https://wearesocial.com/special-
dan Citra Bank Terhada Loyalitas reports/digital-in-2017-global-
Nasabah Bank Muamalat di overview. (Diakses tanggal 5
Surabaya” November 2017).
Iman, Nofie. 2016. Financial Technology https://www.kompasiana.com/kelompok5to
dan Lembaga Keuangan. Gathering p/5a0272ae9b1e67146d033532/masa-
Mitra Linkage Bank Syariah Mandiri. depan-industri-keuangan-perbankan-
Pratama, Bambang. 2016. Mengenal di-era-digital-ekonomi. (Diakses
Regulatory Sandbox pada FinTech. tanggal 5 November 2017).
http://business- http://ekonomi.kompas.com/read/2017/04/1
law.binus.ac.id/2016/09/29/mengenal- 8/210000426/bisnis.model.baru.bank-
regulatory-sanbox-pada-fintech/ .fintech.dan.ekonomi.digital. (Diakses
Jusuf, Jopie. 2010. Analisis Kredit untuk tanggal 5 November 2017).
Account Officer. Edisi Kesebelas. PT. http://infobanknews.com/tag/digital-
Ikrar Mandiri Abadi, Jakarta. banking/. (Diakses tanggal 5
Wijaya, Reynold. 2017. The Jakarta Post : November 2017).
“The Banking vs Fintech Myth : http://marketeers.com/masa-depan-
Collaboration, Not Competition. Terbit perbankan-ada-di-digital-banking/.
tanggal 21 November 2017 (Diakses tanggal 5 November 2017).
Otoritas Jasa Keuangan. 2016. POJK No. http://marketeers.com/masa-depan-
77/POJK.01/2016 tentang Layanan perbankan-ada-di-digital-banking/.
Pinjam Meminjam Uang Berbasis (Diakses tanggal 5 November 2017).
Teknologi Informasi. http://infobanknews.com/tag/digital-
Bank Indonesia, 2016. PADG No. banking/. (Diakses tanggal 5
19/14/PADG/2017 tentang Ruang Uji November 2017).
Terbatas (Regulatory Sandbox) http://ekonomi.kompas.com/read/2017/10/2
Teknologi Finansial. 7/162200026/digitalisasi-itu-kekinian-
https://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Digi bahkan-dalam-berasuransi. (Diakses
tal. (Diakses tanggal 5 November tanggal 5 November 2017).
2017).

88

Anda mungkin juga menyukai