Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Akuntansi Perbankan
“Akuntansi Kliring”

Dosen Pengampu: Steven J. Tangkuman

Disusun Oleh:
Kelompok 4
1. Cicilia Angelia Aruperes 20061104139
2. Agnes C.M. Lengkong 210611040133
3. I Dewa Rai Suryawan 210611040111
4. Ekleysia G. Tanod 210611040149
5. Sinta Vania Woia 210611040124

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SAM RATULANGI

1
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah dengan judul “Akuntansi Kliring” ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan
dari semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, baik dengan
memberikan sumbangan berupa materi maupun pikirannya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah
Akuntansi Perbankan. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman maka kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Manado, 03 September 2022

Kelompok 4

2
Daftar Isi

Kata Pengantar.....................................................................................................................2
Daftar Isi..............................................................................................................................3
BAB 1 Pendahuluan............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan ..............................................................................................5
BAB 2 Pembahasan.............................................................................................................6
2.1 Pengertian Kliring..............................................................................................6
2.2 Sistem Kliring....................................................................................................6
2.3 Peserta Kliring...................................................................................................7
2.4 Warkat dan Dokumen Kliring...........................................................................7
2.5 Istilah dan Pihak Terkait Kliring.......................................................................8
2.6 Jadwal Kliring Lokal dan Pelimpahan Hasil Kliring.........................................8
2.7 Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)...........................................9
2.8 Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)......................10
2.9 Sistem Kliring Warkat Luar Wilayah................................................................12
2.10 Kliring Elektronik dan Otomasi......................................................................14
BAB 3 Penutup....................................................................................................................15
Kesimpulan..............................................................................................................15
Daftar Pustaka......................................................................................................................16

3
BAB 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Bank merupakan sektor ekonomi yang penting peranannya dalam pembangunan
Indonesia. Masyarakat saat ini sudah lebih mengenal dunia perbankan, hal ini dapat di lihat
minat masyarakat dalam menggunakan jasa-jasa perbankan dalam, berbisnis, menyimpan
dana atau untuk berinvestasi. Semakin dikenalnya dunia perbankan menyebabkan semakin
bertumbuhnya bank-bank swasta di Indonesia.
Idroes (2012) menyatakan bahwa Bank sebagai lembaga kepercayaan tidak hanya
dibutuhkan atau bermanfaat bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan, tetapi juga
berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu negara.Menurut
Setiyaningrum dan Farah (2011), Bank adalah lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai
intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran serta menjadi sarana dalam
pelaksanaan kebijakan pemerintah, yaitu kebijakan moneter. Berdasarkan pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki tugas utama
untuk menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat serta
memberikan jasa – jasa bank lainnya
Seiring dengan meningkatnya transaksi dalam bidang ekonomi, maka perbankan
merupakan salah satu mitra masyarakat dalam melakukan berbagai transaksi. Untuk itu,
perbankan dituntut untuk menyediakan barbagai pelayanan serta jasa-jasa perbankan lainnya
yang dapat mempermudah proses transaksi serta memperlancar lalu lintas pembayaran. Salah
satu jasa yang disediakan oleh perbankan adalah Kliring.
Kliring adalah pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar bank baik atas
nama bank maupun nasabah yang hasil perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.
Dengan kata lain, kliring merupakan perhitungan hutang piutang antara para peserta secara
terpusat di satu tempat dengan cara saling menyerahkan surat-surat berharga dan surat-surat
dagang yang telah ditetapkanuntuk dapat diperhitungkan dengan mudah dan aman, serta
untuk memperluas dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan suatu pokok masalah yang
kemudian disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa itu kliring?
2. Bagaimana sistem kliring?
3. Siapa saja peserta kliring?
4. Apa saja warkat dan dokumen kliring?
5. Apa saja istilah dalam kliring dan siapa pihak yang terkait didalamnya?
6. Bagaimana jadwal kliring lokal?

4
7. Apa itu Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)?
8. Apa itu Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)?
9. Bagaimana sistem kliring warkat luar wilayah?
10. Bagaimana kliring elektronik dan otomasi?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penyusunan makalah ini
bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengertian kliring
2. Mengetahui sistem kliring
3. Mengetahui peserta kliring
4. Mengetahui warkat dan dokumen kliring
5. Mengetahui istilah dan pihak didalam kliring
6. Mengetahui jadwal kliring lokal
7. Mengetahui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
8. Mengetahui Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)
9. Mengetahui sistem kliring warkat luar wilayah
10. Mengetahui kliring elektroni dan otomasi

5
BAB 2
Pembahasan

2.1 Pengertian Kliring


Menurut Kasmir dalam buku “Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya” edisi revisi
2014 kliring merupakan jasa penyelesaian utang-piutang antarbank dengan cara saling
menyerahkan warkat-warkat yang akan di kliringkan di lembaga kliring (Penagihan warkat
seperti cek atau BG yang berasal dari dalam kota). Lembaga kliring ini dibentuk dan
dikoordinasi oleh Bank Indonesia setiap hari kerja. Kliring sebenarnya merupakan transaksi
lalu lintas pembayaran yang dimaksudkan untuk memudahkan penyelesaian hutang-piutang
antar bank yang timbul dari transaksi giral. Transaksi ini dilakukan oleh setiap bank peserta
kliring melalui perantara Bank Indonesia sebagai lembaga kliring.
Kliring adalah suatu tata cara perhitungan hutang piutang dalam bentuk surat-surat
dagang dan surat-surat berharga dari suatu bank terhadap bank lainnya dengan maksud agar
penyelesaiannya dapat terselenggara dengan mudah dan aman, serta untuk memperluas dan
memperlancar lalu lintas pembayaran giral. Lalu lintas pembayaran giral adalah ini adalah
suatu proses kegiatan bayar membayar dengan warkat kliring, yang dilakukan dengan cara
saling memperhitungkan di antara bank-bank, baik atas beban maupun untuk keuntungan
nasabah yang bersangkutan. Akibatnya, setiap bank diwajibkan memelihara sejumlah saldo
alat likuid dalam bentuk rekening Giro pada Bank Indonesia untuk menampung semua
penarikan dan penyetoran nasabah masing-masing yang akan mengakibatkan bertambah atau
berkurangnya saldo Giro tersebut. Alat likuid yang harus dipelihara oleh suatu bank pada
rekening Giro di Bank Indonesia harus memenuhi syarat tertentu.

2.2 Sistem Kliring


Menurut Latumaerissa (2011:99) saat ini penyelenggaraan kliring di Indonesia
dilakukan dengan menggunakan 4 (empat) macam sistem kliring, yaitu :
1. Sistem Kliring Manual
Sistem manual adalah sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan
perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring serta pemilahan warkat dilakukan secara
manual oleh setiap peserta. Pada proses sistem manual, perhitungan kliring akan
didasarkan pada warkat yang dikliringkan oleh peserta kliring.
2. Sistem Semi Otomasi
Sistem semi otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring yang dalam pelaksanaan
perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara otomasi, sedangkan
pemilahan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta. Pada proses sistem
semi otomasi, perhitungan kliring akan didasarkan pada DKE (Data Kliring
Elektronik) yang dibuat oleh peserta kliring sesuai dengan warkat yang dikliringkan.
3. Sistem Otomasi
Sistem otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring yang dalam pelaksanaan
perhitungan, pebuatan bilyet saldo kliring dan pemilahan warkat dilakukan oleh
penyelenggara secara otomasi. Pada proses sistem otomasi, perhitungan kliring akan

6
didasarkan pada warkat yang dibuat oleh peserta kliring sesuai dengan warkat yang
dikliringkan oleh peserta kliring.
4. Sistem Kliring Elektronik
Sistem kliring elektronik, yaitu penyelenggara kliring local secara elektronik yang
selanjutnya disebut kliring elektronika adalah penyelenggara kliring local yang dalam
pelaksana perhitungan dan pembuatan saldo kliring didasarkan pada saldo keuangan
elektronika (DKE) disertai dengan warkat peserta dalam penyelenggara untuk
diteruskan kepada peserta penerima.

2.3 Peserta Kliring


Peserta yang ikut Kliring ialah sebuah Bank.
1. Peserta Langsung: Bank yang sudah tercatat sebagai peserta kliring ini dan juga dapat
memperhitungkan warkat atau notanya secara langsung dengan BI atau melalui PT
Trans Warkat sebagai perantara.
Contoh: Bank Retail, Bank Devisa
2. Peserta Tidak Langsung: Bank yang belum terdaftar sebagai para peserta kliring akan
tetapi mengikuti kegiatan kliring melalui bank yang telah terdaftar.
Contoh: Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

2.4 Warkat dan Dokumen Kliring


Warkat merupakan sebuah alat pembayaran non tunai untuk suatu rekening nasabah
atau bank melalui kliring atau yang diperhitungkan atas beban. Warkat atau nota kliring
adalah alat atau sarana yang digunakan dalam lalu lintas giral, yaitu sebagai berikut:
1. Cek
Cek merupakan sebagaimana yang sudah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang (KUHD) termasuk juga pada cek perjalanan, cek dividen, cek cinderamata
beserta cek lain yang penggunaannya dalam sebuah kliring yang disetujui oleh Bank
Indonesia.
2. Bilyet Giro
Pengertian bilyet giro yaitu sebuah surat perintah dari nasabah kepada bank
penyimpan dana untuk pemindahbukuan sejumlah uang dari rekening yang tertarik
kepada rekening pemegang yang disebut namanya.
3. Wesel Bank Untuk Transfer (WBUT)
Wesel bank untuk sebuah transfer yakni suatu wesel yang diterbitkan oleh bank
khusus sebagai sarana transfer yang telah diatur dalam KUHD.
4. Surat Bukti Penerimaan Transfer (SBPT)
Surat bukti pada penerimaan transfer ini adalah sebagai surat bukti penerimaan
transfer yang berasal dari luar kota yang dapat ditagihkan kepada berbagai bank
peserta penerima dana transfer yang dilakukan melalui kliring lokal.
5. Warkat Debet
Pengertian warkat debet ialah suatu warkat yang dipakai untuk bisa menagihkan dana
pada bank lain untuk bank atau nasabah yang menyampaikan warkat tersebut. Warkat
debet yang telah di kliringkan sebaiknya telah diperjanjikan terlebih dahulu dan
dikonfirmasi oleh bank terlebih dahulu yang menyampaikan suatu warkat debet
kepada bank yang akan menerima warkat debet tersebut.

7
6. Warkat Kredit
Pengertian warkat kredit yakni salah satu warkat yang dipakai untuk dapat
menyampaikan dana pada bank lain untuk nasabah atau bank yang menerima wakat
tersebut.

Dokumen kliring merupakan sebuah dokumen yang fungsinya sebagai alat bantu
dalam suatu proses perhitungan kliring di tempat penyelenggara.

2.5 Beberapa Istilah dalam Kliring dan Pihak Terkait


1. Kliring Keluar
Yaitu tagihan yang dilakukan oleh suatu bank kepada bank lain. Kliring keluar lebih
kurang sama dengan piutang. Bila tidak ada tolakan, kliring keluar ini mengakibatkan
penambahan saldo rekening bank penagih di Bank Indonesia.
2. Kliring Masuk
Yaitu tagihan dari bank lain yang masuk ke bank yang bersangkutan. Kliring masuk
ini lebih kurang merupakan utang dari bank yang bersangkutan. Bila tidak ada
penolakan maka akan mengakibatkan pengurangan saldo rekening bank yang
bersangkutan.
3. Tolakan Kliring
Yaitu ketidaksediaan bank tertagih untuk membayar tagihan masuk oleh sebab-sebab
tertentu. Misal penulisan tidak sesuai dengan ketentuan, saldo tidak cukup dan lain-
lain. Beberapa alasan penolakan kliring:
a. Asal Cek atau BG salah
b. Tanggal Cek atau BG belum jatuh tempo
c. Materai tidak ada atau tidak cukup
d. Jumlah yang tertulis dalam angka dan huruf berbeda
e. Tanda tangan dan atau cap perusahaan tidak sama dengan spicemen, atau juga
bisa tidak lengkap
f. Coretan atau perubahan tidak ditandatangani
g. Cek atau BG telah kedaluarsa (lewat dari 70 hari)
Berikut adalah pihak-pihak yang terkait dalam proses kliring :
a. Remitter
Yaitu pihak yang mengajukan permohonan pengiriman uang.
b. Beneficiary
Yaitu pihak yang menerima pengiriman uang dari remitter.
c. Remitting Bank
Yaitu bank yang melakukan pengiriman uang berdasarkan permintaan remitter.
d. Paying Bank
Yaitu bank yang melakukan pembayaran uang kepada beneficiary
e. Bank Sentral (BI)
Yaitu bank penyelenggara kliring.

2.6 Jadwal Kliring Lokal dan Pelimpahan Hasil Kliring

8
Jadwal penyelenggaraan kliring manual serta jadwal pelimpahan hasil kliring
ditetapkan oleh penyelenggara dengan persetujuan Bank Indonesia yang mewilayahi. Jadwal
kliring lokal yang ditetapkan merupakan rentang waktu bagi wakil peserta diperkenankan
untuk hadir dan mendistribusikan warkat pada proses penyelenggaraaan kliring
penyerahan/pengembalian, sebagai contoh:
1. Jadwal kliring penyerahan ditetapkan pada pukul 10.30 s/d 11.00
2. Jadwal kliring pengembalian ditetapkan pukul 13.00 s/d 13.30. Hal ini berarti bahwa
kehadiran wakil peserta dan proses pendistribusian warkat debet tolakan dapat
dimulai pada pukul 13.00 dengan batas akhir kehadiran wakil peserta pukul 13.30

2.7 Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)


SKNBI merupakan infrastruktur yang digunakan oleh BI dalam Penyelenggaraan
Transfer Dana dan Kliring Berjadwal untuk memproses Data Keuangan Elektronik pada
Layanan Transfer Dana, Layanan Kliring Warkat Debit, Layanan Pembayaran Reguler, dan
Layanan Penagihan Reguler. SKNBI adalah sistem transfer dana elektronik yang meliputi
kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan secara
nasional. Menurut Bagian Penyelenggaraan Setelmen-DASP Di Indonesia ada 107
penyelenggara kliring lokal yang dilaksanakan BI maupun bank yang ditunjuk oleh BI. Untuk
menyelenggarakan kegiatan kliring digunakan 4 jenis sistem yang berbeda:
1. Sistem Kliring Elektronik, digunakan di Jakarta.
2. Sistem Kliring Otomatis, digunakan di Medan, Bandung dan Surabaya.
3. Sistem Semi Otomatis Kliring Lokal (SOKL), dipakai di 33 wilayah kliring yang
diselenggarakan bank yang ditunjuk BI.
4. Sistem Manual, diterapkan pada 31 penyelenggara kliring non-BI
SKNBI dibuat untuk meminimalkan berbagai resiko, seperti risiko likuiditas, resiko
operasional dan risiko fraud (kecurangan). Hal yang terpenting, dengan
diimplementasikannya SKNBI ini dapat mendorong perputaran dana yang semakin tinggi dan
mengurangi floating dana yang terjadi karena penundaan settlement pada sistem kliring lokal.
Manfaat bagi bank peserta kliring terkait dengan optimalisasi pengelolaan likuiditas bank
dimana sebelumnya, bank harus mengelola likuiditas di seluruh wilayah kliring. Jika suatu
bank menjadi anggota di seluruh wilayah kliring, maka setiap hari mereka harus memonitori
dan menyelesaikan posisi kliring di 107 wilayah di Indonesia.
Dalam rangka mendukung sistem pembayaran yang telah berlangsung saat ini
diperlukan penyelenggaraan kliring antar bank yang efesien, lancar dan aman diperlukan
perluasan akses kepesertaan dalam kliring nasional Bank Indonesia yang tidak terbatas pada
Bank, penambahan jasa layanan sistem kliring nasional. Bank Indonesia dalam rangka
mengakomodir kebutuhan masyarakat atas transaksi yang bersifat rutin, serta peningkatan
perlindungan nasabah pengguna layanan dalam sistem pembayaran. Adapun tahap-tahap atau
mekanisme kliring pada Bank Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan kliring pertama dilakukan oleh petugas berwenang menyerahkan warkat
pada bagian koordinator kliring untuk dicatat kedalam neraca kliring;
2. Setelah kliring pertama dilanjutkan dengan kliring kedua apa ada kekurangan
prosedur yang mengakibatkan penolakan warkat. Pada kegiatan kliring kedua ini lebih
dikenal dengan kliring return
3. Perusahaan (Bank) mengirimkan data pembayaran kepada bank pengirim;

9
4. Bank pengirim mengirimkan transaksi ke SKNBI bankpenerima menerima data
transaksi dan dana hasil setelmen;
5. Kemudian bank penerima melakukan verifikasi nama dannomor rekening nasabah
penerima, jika tidak sesuai harusdirektur dalam format bulk;
6. Bank penerima meneruskan transaksi ke rekening nasabah.
Pelaksanaan kliring pada Bank Indonesia dalam hal operasional kliring ada berapa
kekurangan diantaranya, pihak manajemen yang mengelola kliring ini tidak terfokus pada
persoalan kliring saja, akan tetapi juga terfokus pada persoalan operasional lainnya,
diantaranya pembuatan prosedur pendanaan maupun pembiayaan.
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia diselenggarakan oleh:
a. Penyelenggara Kliring Nasional (PKN), yaitu unit kerja di Kantor Pusat Bank
Indonesia yang bertugas mengelola dan menyelenggarakan SKNBI secara nasional;
b. Penyelenggara Kliring Lokal (PKL), yaitu unit kerja di Bank Indonesia dan bank
memperoleh persetujuan Bank Indonesia untuk mengelola dan menyelenggarakan
SKNBI di suatu wilayah kliring tertentu.Penyelenggaraan SKNBI terdiri dari 2 (dua)
sub sistem, yaitu: kliring debet dan kliring kredit.
- Kliring Kredit: 1) Digunakan untuk transfer kredit antar bank tanpa disertai
penyampaian fisik warkat (paperless). 2) Penyelenggaraan kliring kredit dilakukan
secara nasional oleh Penyelenggara Kliring Nasional (PKN). 3) Perhitungan
kliring kredit dilakukan oleh PKN atas dasar DKE kredit yang dikirim peserta.
- Kliring Debit: 1) Meliputi kegiatan kliring penyerahan dan kliring pengembalian,
yang digunakan untuk transfer debit antarbank yang disertai dengan penyampaian
fisik warkat debit (cek ,biyet giro,nota debit,dan lain-lain). 2) Penyelenggaraan
kliring debet dilakukan secara lokal di setiap wilayah kliring oleh Penyelenggara
Kliring Lokal (PKL). 3) PKL akan melakukan perhitungan kliring debit
berdasarkan DKE debit yang dikirim peserta. 4) Hasil perhitungan klliring debit
secara lokal tersebut selanjutnya dikirim ke Sistem Sentral Kliring (SSK) untuk
diperhitungkan secara nasional oleh PKN.
SKNBI terdiri dari 3 (tiga) komponen utama, yaitu sebagai berikut:
a. Sistem Sentral Kliring (SSK), merupakan komponen perangkat keras dan perangkat
lunak yang digunakan oleh PKN;
b. Komputer Penyelenggara Kliring (KPK) , merupakan komponen perangkat keras dan
perangkat lunak yang digunakan oleh PKL;
c. Terminal Peserta Kliring (TPK), merupakan komponen perangkat keras dan perangkat
lunak yang digunakan oleh peserta.
Adapun peran Bank Indonesia yang berkaitan dengan sistem kliring adalah:
1. Penyelenggaraan kliring
2. Mengatus sistem kliring antara bank
3. Mengatur Pokok-Pokok Ketentuan Kliring
4. Mengatur pembagian wilayah kliring

2.8 Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)


Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) adalah infrastruktur
yang digunakan sebagai sarana transfer dana elektronik yang setelmennya dilakukan seketika

10
per transaksi secara individual. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tanggal 17
November 2000, Sistem BI-RTGS berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi
pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk High Value
Payment System (HVPS) atau transaksi bernilai besar yaitu transaksi Rp.100 juta ke atas dan
bersifat segera (urgent). Sistem BI-RTGS Generasi II telah diimplementasikan pada tanggal
pada tanggal 16 November 2015 dengan salah satu fitur unggulan berupa “Liquidity Saving
Management” (LSM) yang memiliki tujuan untuk meningkatkan manajamen risiko dan
efisiensi dalam pengelolaan likuiditas.
Sistem BI-RTGS memberikan banyak manfaat, selain berfungsi meningkatkan
kepastian penyelesaian akhir (settlement finality) setiap transaksi pembayaran, yang berarti
mengurangi risiko penyelesaian akhir (minimizing settlement risk), Sistem BI RTGS juga
menjadi sarana transfer dana antar-bank yang praktis, cepat, efisien, aman dan handal.
Disamping itu Sistem BI-RTGS yang dilengkapi dengan mekanisme sentralisasi rekening
giro menjadi sarana yang dapat diandalkan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan dana
(management fund) baik bagi peserta maupun pihak otoritas moneter dan perbankan. Bagi
otoritas informasi mengenai pengelolaan dana perbankan menjadi informasi pendukung
dalam menjalankan kegiatan operasi moneter dan early warning system pengawasan bank.
Sistem BI-RTGS didisain untuk memastikan penyelesaian akhir dapat dilakukan
secara gross settlement, real time, final dan irrevocable. Penyelesaian transaksi Sistem BI
RTGS dilakukan per transaksi secara seketika dan tidak dapat dibatalkan. Penyelesaian real
time terbatas pada proses pengiriman transaksi dari peserta pengirim kepada Bank Indonesia
untuk diteruskan kepada peserta penerima. Sementara itu waktu penyelesaian akhir transaksi
transfer nasabah pada rekeningnya tergantung dengan kondisi dan standar sistem pemrosesan
pengiriman dan penerimaan transaksi di internal peserta, sehingga dapat saja terjadi
perbedaan waktu antara penyelesaian akhir pada Sistem BI-RTGS dengan penerimaan
transfer dana pada rekening nasabah.
Sistem BI-RTGS juga dilengkapi dengan mekanisme Gridlock Resolution.
Mekanisme ini bertujuan untuk mencegah kemacetan (gridlock) yaitu kondisi dimana
sejumlah peserta tidak mampu menyelesaikan kewajibannya karena masih menunggu
tagihannya diselesaikan. Gridlock Resolution dijalankan secara otomatis pada Sistem BI-
RTGS pada setiap waktu tertentu,
Untuk memperlancar proses penyelesaian akhir transaksi pada Sistem BI-RTGS,
penyelenggara menghimbau peserta agar mematuhi Throughput Guidellines. Throughput
Guidellines merupakan suatu target prosentase tertentu dari total transaksi yang dilakukannya
selama 1 hari. Kepatuhan peserta terhadap Throughput Guidellines akan mengurangi
kemungkinan penumpukan transaksi di akhir hari. Throughput Guidellines diatur dalam
masing-masing Zona transaksi (Zona I, Zona II, dan Zona III). Masing-masing Zona
mempunyai batas presentase yang ditetapkan Penyelenggara antara lain Zona I (min 30%),
Zona II (min 30%), dan Zona III (max 30%).
Fasilitas Likuiditas Intrahari (FLI) dan Fasilitas Likuiditas Intrahari Syariah (FLIS)
adalah fasilitas cadangan pendanaan likuiditas yang disediakan oleh penyelenggara untuk
Sistem BI-RTGS, yang hanya dapat digunakan dalam hari satu hari. FLI/FLIS dapat
dimanfaatkan oleh peserta untuk mengatasi kesulitan likuiditas peserta yang bersifat
sementara atau mengalami intraday gap. Intraday gap mungkin saja terjadi karena
pemrosesan transaksi BI-RTGS yang bersifat gross settlement menyebabkan penyelesaian per
transaksi dilakukan secara terus-menerus sepanjang hari, sehingga diperlukan likuiditas yang
tinggi. Pemanfaatan FLI/FLIS oleh peserta tetap mensyaratkan jaminan yang berkualitas,

11
biasanya dalam bentuk SBI dan SBN serta wajib diselesaikan pada hari yang sama. Sejak 1
November 2018 FLI diberikan secara gratis oleh Penyelenggara kepada Peserta Sistem BI-
RTGS.
Peserta Sistem BI-RTGS terdiri dari seluruh bank dan lembaga selain bank.
Keanggotaan peserta Sistem BI-RTGS dibedakan menjadi Peserta Langsung dan Peserta
Tidak Langsung. Peserta aLangsung adalah peserta yang dapat mengirimkan transaksi Sistem
BI-RTGS dengan menggunakan identitas sendiri. Sedangkan Peserta Tidak Langsung dapat
mengirimkan transaksi Sistem BI-RTGS dengan menggunakan identitas peserta langsung.
Hubungan hukum antara peserta dengan Bank Indonesia sebagai Penyelenggara
Sistem BI-RTGS tertuang dalam perjanjian penggunaan Sistem BI-RTGS. Dalam perjanjian
tersebut diatur berbagai klausula mengenai hak, kewajiban dan tanggung jawab antara peserta
dan penyelenggara Sistem BI-RTGS.
Bank Indonesia menetapkan biaya transaksi Sistem BI-RTGS yang seragam kepada
seluruh peserta Sistem BI-RTGS sebagaimana tabel di bawah ini:

Biaya Transaksi Single Credit adalah biaya yang dikenakan untuk pengiriman satu
kali transaksi. Biaya Transaksi Multiple Credit adalah biaya yang dikenakan untuk
pengiriman transaksi yang bersifat bundel untuk dua transaksi atau lebih sampai dengan
sepuluh transaksi.
Biaya pengiriman transaksi dibedakan berdasarkan periode pagi, siang dan sore hari.
Kebijakan pembedaan ini bertujuan untuk mendorong peserta agar mengirimkan transaksi
lebih awal sehingga distribusi pengiriman transaksi dapat terjaga dengan baik sepanjang jam
operasional Sistem BI-RTGS. Selain biaya tersebut, Bank Indonesia dapat pula mengenakan
biaya atas pengiriman administrative message, penggunaan Guest Bank dan biaya lainnya.
Pengenaan biaya Sistem BI-RTGS oleh peserta kepada nasabah dapat berbeda-beda
sesuai kebijakan masing-masing peserta Sistem BI-RTGS untuk memproses transaksi
nasabah melalui Sistem BI-RTGS, antara lain biaya investasi, pemeliharaan aplikasi, biaya
personil dan biaya lainnya. Namun demikian, Bank Indonesia mengatur biaya Transfer Dana
yang dapat dikenakan kepada nasabah paling banyak Rp30.000,00 (tiga puluh ribu rupiah).
Bank Indonesia mewajibkan setiap bank mengumumkan tarif biaya Sistem BI-RTGS,
baik yang dibebankan oleh Bank Indonesia kepada peserta, maupun biaya yang dikenakan
peserta kepada nasabahnya di setiap kantor peserta pada tempat yang mudah terlihat oleh
nasabah.

2.9 Sistem Kliring Warkat Luar Wilayah


Sistem yang diterapkan pada pertukaran warkat luar wilayah adalah sistem penerbitan
atas penyelenggaraan pertukaran warkat berupa cek atau bilyet giro oleh kantor bank yang
bukan peserta di wilayah kliring.

12
Berkembangnya teknologi yang semakin pesat, membuat transaksi jarak jauh lebih
mudah. Beberapa bank di Indonesia mengembangkan sistem penyelenggaraan pertukaran
warkat lokal atas cek dan bilyet giro yang berasal dari luar wilayah pertukaran warkat luar
wilayah. Di mana, verifikasi cek atau bilyet giro bisa dilakukan secara online. Penerapan ini
jelas memberikan manfaat berupa efisiensi dalam menyelesaikan pembayaran cek atau bilyet
giro luar kota. Adanya efisiensi pembayaran cek atau bilyet giro luar kota disebabkan:
 Keefektifan dana cek atau bilyet giro sesuai jadwal pertukaran warkat lokal
tempat warkat dkliringkan (same day settlement).
 Biaya operasi yang dikenakan Bank Indonesia sama nominalnya dengan warkat
lokal lainnya. Dengan harapan bisa meningkatkan kelancaran lalu liintas
pembayaran giral antar daerah.
Prinsip-Prinsip Umum Kliring Warkat Luar Wilayah:
a) Cek dan BG yang diterbitkan oleh suatu kantor bank dapat dikliringkan di wilayah
kliring manapun.
b) Kepesertaan.
 Saat ini kepesertaan bank dalam Kliring Warkat Luar Wilayah tidak bersifat
wajib, tergantung pada kebutuhan dan kesiapan masing-masing bank.
 Pendaftaran untuk menjadi Peserta Kliring Warkat Luar Wilayah cukup dilakukan
oleh Kantor Pusat Bank dan berlaku bagi seluruh kantor bank yang bersangkutan.
 Bank wajib menetapkan satu Kantor Koordinator di setiap Wilayah Kliring
dimana bank tersebut menjadi Peserta.
c) Bank Indonesia tidak mengatur mekanisme internal bank dalam melakukan validasi
cek dan BG luar kotanya.
d) Dalam penyelenggaraan kliring, proses dan perhitungan atas cek dan BG luar kota
tidak dipisahkan dari proses warkat lokal lainnya, sehingga efektivitas dana cek/BG
luar kota tersebut sama dengan jadwal kliring lokal dimana cek/BG tersebut
dikfiringkan.
e) Perhitungan antar kantor dari bank tertarik diselesaikan secara internal oleh masing
masing bank.
Peserta kliring warkat luar wilayah adalah bank yang telah mendaftar dan disetujui oleh
Bank Indonesia untuk menjadi peserta kliring warkat luar wilayah. Dengan mendaftar sebagai
peserta kliring warkat luar wilayah, bearti Cek/BG yang dikeluarkan oleh seluruh kantor bank
tersebut dapat dikliringkan di manapun sepanjang di wilayah kliring tersebut terdapat
kantornya yang menjadi peserta kliring. Bagi bank peserta kliring warkat luar wilayah,
terdapat beberapa implikasi khusus sebagai berikut:
1. Sistem Verifikasi Cek/BG
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah apakah sistem dan prosedur tersebut
cukup aman dan efisien. Apabila bank menggunakan sistem validasi online maka
bank perlu menyiapkan contingency plan untuk mengatasi terjadinya gangguan pada
sistem.
2. Prosedur pemberian fasilitas overdraft terkait dengan kebijakan intern bank mengenai
pemberian fasilitas overdraft kepada nasabahnya, maka bank peserta kliring warkat
luar wilayah yang menyediakan fasilitas ini perlu meninjau kembali prosedur
operasional sehubungan dengan kewenangan pemberian fasilitas overdraft tersebut
oleh kantornya yang berada di wilayah kliring tersebut.
3. Pencetakan Warkat

13
Dengan diterapkanya Kliring warkat luar wilayah maka bank peserta kliring warkat
luar wilayah diwajibkan untuk mencantumkan informasi mengenal sandi peserta dan
nomor rekening pada cek/BG yang diterbitkan seluruh kantornya.

2.10 Kliring Elektronik dan Otomasi


Dalam kliring elektronik dan otomasi, harus didukung oleh Sistem Pusat Komputer
Kliring Elektronik (SPKE), Terminal Peserta Kliring (TPK), dan Jaringan Komunikasi Data
(JKD). SPKE adalah seperangkat sistem komputer pada penyelenggara yang berfungsi
menerima dan mengolah data keuangan elektronik serta menghasilkan informasi hasil kliring
dan informasi kliring lainnya. TPK adalah perangkat sistem komputer yang dipasang di
peserta untuk mengirim Data Keuangan Elektronik (DKE) ke SPKE serta menerima
informasi hasil perhitungan kliring dan informasi kiring lainnya. Sedangkan JKD adalah
seperangkat sistem yang berfungsi sebagai sarana penghubung antara TPK dan SPKE. Dalam
kliring elektronik maupus otomas, dokumen Idiring yang digunakan sebagai alat bantu dalam
proses perhitungan kliring adalah sebagai berikut.
a. Bukti Penyerahan Warkat Debet-Kliring Penyerahan (BPWD); BPWD digunakan
sebagai tanda bukti penyerahan warkat debet untuk setiap bundel warkat dari petugas
kliring kepada penyelenggara pada kegiatan kliring penyerahan.
b. Bukti penyerahan Warkat Kredit-Kliring Penyerahan (BPWK), BPWK digunakan
sebagai tanda bukti penyerahan warkat kredit untuk setiap bundel warkat dari petugas
kliring kepada penyelenggara pada kegiatan kliring penyerahan.
c. Lembar Substitusi; Lembar substitusi digunakan dalam kliring penyerahan sebagai
menempelkan bukti penjumlahan (odd list) nominal warkat yang diserahkan kepada
penyelenggara.
d. Kartu Botch, Kartu Batch merupakan sarana untuk mengetahui jumlah keseluruhan
nominal bundel warkat dari masing-masing peserta dari sebagai sarana kontrol dalam
proses kliring.
e. Bukti Penyerahan Rekaman Warkat Kliring Pengembalian BPRWKP.

14
BAB 3
Penutup

Kesimpulan
Kliring merupakan salah satu alat pembantu untuk mempertahankan posisi kas sebuah
bank umum dengan cara bank-bank umum tidak perlu lagi membayar dengan uang tunai
yang disetorkan oleh nasabahnya. Dalam posisi ini bank cukup memindah bukukan pergiro
kedalam rekening giro bank yang menerima penyetoran tersebut.
Dengan adanya kegiatan kliring, transfer antar bank yang berbeda dapat dengan
mudah dilakukan. Para petugas tidak perlu melakukan penagihan langsung ke bank
bersangkutan bila ada transfer masuk ataupun keluar. Nasabah tidak perlu membawa uang
tunai sehinggga keamanan lebih terjamin. Dengan demikian kliring dapat memperlancar lalu
lintas pengiriman uang, oleh karena itu kliring berhubungan dengan transfer.
Jadi pada intinya, dengan kliring dapat mempercepat transaksi keuangan supaya tidak
terjadi keterlambatan penyelesaian pembayaran dalam suatu transaksi.

15
Daftar Pustaka

http://eprints.perbanas.ac.id/196/53/BAB%20II.pdf
https://sarjanaekonomi.co.id/kliring/#Warkat_Kliring
https://www.studocu.com/id/document/universitas-udayana/pengauditan-manajemen/
16489-jadwal-kliring-fix/9023086
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.bi.go.id/id/
fungsi-utama/sistem-pembayaran/nilai-besar/rtgs/
default.aspx&ved=2ahUKEwil8NCL1vP5AhXtUGwGHQ_jAZQQFnoECCUQAQ&
usg=AOvVaw1yCMbqgrXYvHDXB1ZOn51R
https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=2HpYEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR1&dq=mengenal+kliring+elektro
nik+dan+otomasi&ots=99vX8BP6Yp&sig=hzuvfqmRGNPH4zEuwjAIuGf_dIc&redi
r_esc=y#v=onepage&q=mengenal%20kliring%20elektronik%20dan
%20otomasi&f=false

16

Anda mungkin juga menyukai