Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH AKUNTANSI PERBANKAN

AKUNTANSI KLIRING

Disusun Oleh :

1. Dina Hana Prameswari 20101021076


2. Indana Zulfa Safira 20101021065
3. Luluk Khoirunnisa 20101021026
4. Lintang Maulidda Hidayah 20101021052

PROGRAM SARJANA
PRODI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Perbankan, dengan judul “Akuntansi Kliring”.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen Akuntansi Perbankan yang telah


memberikan bimbingan materi agar kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
ini dengan baik.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa didalam penulisan makalah masih terdapat


kekurangan dan jauh dari kata sempurna dikarenakan keterbatasan pengalaman dan
pengetahuan yang kami miliki. Oleh sebab itu, kami berharap kritik, saran, dan usulan
yang membangun untuk perbaikan makalah yang kami buat pada lain kesempatan. Kami
berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua orang dalam rangka
menambah wawasan, referensi serta pengetahuan kita mengenai analisis kinerja suatu
perusahaan. Kami juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Semarang, 04 Maret 2023


Hormat Kami,

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................. i


Daftar Isi .......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sistem Kliring............................................................................................................. 3
2.2 Peserta Kliring............................................................................................................. 3
2.3 Warkat dan Dokumen Kliring .................................................................................... 5
2.4 Tata Cara Penelenggaraan KLiring Lokal Manual .................................................... 6
2.5 Jadwal Kliring Lokal dan Pelimpahan Hasil Kliring .................................................12
2.6 Sistem Kliring Warkat Luar Wilayah.........................................................................18
2.7 Prinsip-Prinsip Umum Kliring Warkat Luar Wilayah ...............................................20
2.8 Mengenal Kliring Elektronik dan Otomasi ................................................................24

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................31

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

2 Pada masa lalu, untuk


menyelesaikan perkara
utang piutang antar bank
atas
3 transaksi perdagangan pasti
membutuhkan biaya yang
besar, juga waktu yang
4 lama. Hal tersebut biasanya
dikarenakan pihak-pihak yang
berkepentingan tidak
5 berada di satu daerah yang
sama. Oleh karena itu, untuk
mengatasi hal tersebut,
1
6 munculah gagasan untuk
membentuk lembaga kliring
sebagai instrumen transfer
7 yang lebih efektif dan efisien.
8 Lembaga kliring
merupakan organisasi yang
bertugas mengorganisir dan
9 menentukan beragam cara
penyelesaian utang-piutang,
dari mulai waktu
10 pertemuan antarbank,
tempat transaksi, jumlah dana
yang dibutuhkan, dan lain-

2
11 lain. Harapannya, tentu
saja agar pembayaran lebih
lancar dan perekonomian
12 bergerak positif. Dengan
adanya kliring pihak-pihak
yang memiliki urusan utang
13 piutang dapat
menyelesaikannya dengan
lebih mudah dan lebih terarah
sehingga
14 keamanan transaksi lebih
terjamin dikarenakan
nominal transfer
menggunakan
3
15 kliring biasanya dalam
jumlah yang besar meskipun
terdapat limit untuk setiap
16 transaksinya
17 Pada masa lalu, untuk
menyelesaikan perkara
utang piutang antar bank
atas
18 transaksi perdagangan
pasti membutuhkan biaya
yang besar, juga waktu yang
19 lama. Hal tersebut
biasanya dikarenakan pihak-
pihak yang berkepentingan
tidak
4
20 berada di satu daerah yang
sama. Oleh karena itu, untuk
mengatasi hal tersebut,
21 munculah gagasan untuk
membentuk lembaga kliring
sebagai instrumen transfer
22 yang lebih efektif dan
efisien.
23 Lembaga kliring
merupakan organisasi yang
bertugas mengorganisir dan
24 menentukan beragam
cara penyelesaian utang-
piutang, dari mulai waktu
5
25 pertemuan antarbank,
tempat transaksi, jumlah dana
yang dibutuhkan, dan lain-
26 lain. Harapannya, tentu
saja agar pembayaran lebih
lancar dan perekonomian
27 bergerak positif. Dengan
adanya kliring pihak-pihak
yang memiliki urusan utang
28 piutang dapat
menyelesaikannya dengan
lebih mudah dan lebih terarah
sehingga
29 keamanan transaksi lebih
terjamin dikarenakan
6
nominal transfer
menggunakan
30 kliring biasanya dalam
jumlah yang besar meskipun
terdapat limit untuk setiap
31 transaksinya
Pada masa lalu, untuk menyelesaikan perkara utang piutang antar bank atas transaksi
perdagangan pasti membutuhkan biaya yang besar, juga waktu yang lama. Hal tersebut
biasanya dikarenakan pihak - pihak yang berkepentingan tidak berada di satu daerah yang
sama. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut, munculah gagasan untuk
membentuk lembaga kliring sebagai instrumen transfer yang lebih efektif dan efisien.
Lembaga kliring merupakan organisasi yang bertugas mengorganisir dan menentukan
beragam cara penyelesaian utang - piutang, dari mulai waktu pertemuan antar bank,
tempat transaksi, jumlah dana yang dibutuhkan, dan lain-lain. Harapannya, tentu saja
agar pembayaran lebih lancar dan perekonomian bergerak positif. Dengan adanya kliring
pihak - pihak yang memiliki urusan utang piutang dapat menyelesaikannya dengan lebih
mudah dan lebih terarah sehingga keamanan transaksi lebih terjamin dikarenakan
nominal transfer menggunakan kliring biasanya dalam jumlah yang besar meskipun
terdapat limit untuk setiap transaksinya.
Di Indonesia, lembaga kliring adalah Bank Indonesia (BI), yang secara resmi disebut
dengan Penyelenggara Kliring Nasional (PKN). Pada daerah yang tidak terdapat
perwakilan BI, kliring dijalankan oleh Penyelenggara Kliring Lokal (PKL), yaitu bank
yang telah mendapat persetujuan BI sebagai penyelenggara kliring.

7
Dalam menjalankan fungsinya, bank komersial menggunakan sarana kliring untuk
memudahkan penyelesaian transaksi antar bank. Bank dapat saling memperhitungkan
hutang piutang yang terjadi akibat transaksi bisnis yang dilakukan masing masing
nasabahnya. Transaksi antara nasabah bank tersebut menggunakan alat bayar berupa cek,
bilyet giro, dan surat dagang lainnya yang lazim diterima oleh bank. Penyelesaian hutang
piutang bisa saja dilakukan diluar cara.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang ditelisik oleh peneliti berdasarkan latar belakang masalah yang
telah diuraikan sebelumnya adalah :
1. Apasajakah sistem kliring yang bisa dilakukan?
2. Siapa saja yang termasuk dalam peserta kliring?
3. Apakah yang dimaksud dengan warkat dan dokumen kliring?
4. Bagaimana tata cara penyelenggaraan kliring lokal manual?
5. Bagaimanakah jadwal kliring lokal dan pelimpahan hasil kliring?
6. Bagaimana sistem kliring warkat luar wilayah dilakukan?
7. Apa yang dimaksud kliring elektronik dan otomasi?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui apa saja sistem kliring yang dapat dilakukan.
2. Mengidentifikasi peserta kliring.
3. Mengetahui warkat dan dokumen kliring.
4. Mengetahui tata cara penyelenggaraan kliring lokal manual.
5. Mengetahui jadwal kliring local dan pelimpahan hasil kliing.
6. Mengetahui sistem kliring warkat luar wilayah.
7. Mengetahui kliring elektronik dan otomasi.

8
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian di atas, manfaat dari
penelitian ini yaitu :
a. Bagi peneliti, diharapkan dapat digunakan sebagai pengembangan wawasan serta
pemahaman mengenai Akuntansi Kliring.
b. Bagi pihak lain yang berkepentingan diharapkan untuk dapat memperluas wawasan,
sebagai bahan referensi, serta pemahaman pembaca mengenai Akuntansi Kliring.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Kliring


Berdasarkan sistem penyelenggaraannya, kliring dapat menggunakan :
a. Sistem Manual, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam
pelaksanaan perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring, serta pemilihan
warkat dilakukansecara manual oleh setiap peserta.
b. Sistem Semi Otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam
pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara
otomasi, sedangkan pemilihan warkat dilakukan secara manual oleh setiap
peserta.
c. Sistem Otomasi yaitu, sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam
peaksanaan perhitungan pembutan bilyet saldo kliring, dan pemilihan warkat
dilakukan oleh penyelenggara secara otomasi.
d. Sistem elektronik, yaitu penyelenggaraan kliring local secara elektronik yang
selanjutnya disebut kliring elektronik adalah penyelenggaraan kliring lokal
yang dalam pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring
didasarkan pada Data Keuangan Elektronik yang selanjutnya disebut DKE

9
disertai dengan penyampaian warkat peserta kepada penyelenggara untuk
diteruskan kepada peserta penerima.

2.2 PESERTA KLIRING


Peserta kliring adalah bank atau bank indonesia yang terdaftar pada penyelenggara untuk
mengikuti kliring. Peserta kliring dikelompokkan menjadi :
1. Peserta langsung,
Peserta langsung adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring secara
langsung dengan menggunakan identitasnya sendiri. Terdiri dari kantor pusat, kantor
cabang, dan kantor cabang pembantu yang tidak berada dalam wilayah kliring yang
dengan kantor induknya. Syarat :
a. Kantor Bank yang dapat menjadi peseta langsung :
1) Kantor cabang yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari
Bank Indonesia;
2) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya diluar
negeri dan telah memperoleh izin kembukaan kantor dari Bank
Indonesia.
3) Kantor cabang pembantu yang telah memperoleh izin dari Bank
Indonesia untuk beroperasi diwilayah kliring yang berbeda dari
kantor cabang induk.
b. Kantor Bank mempunyai kantor lain yang memillki rekening giro disalah satu kantor
BI.
c. Lokasi kantor bank memungkinkan untuk mengikuti kliring secara tertib sesuai
jadwal kliring lokal (waktu tempuh maksimal 45 menit).
2. Peserta tidak langsung
Peserta tidak langsung adalah peserta yang turut serta dalam pelaksaan kliring melalui
dan menggunakan idenitas peserta langsung yang menjadi induknya yang merupakan
bank yang sama. Peserta tidak langsung bisa terdiri dari kantor pusat, kantor cabang, dan
kantor pembantu. Untuk menjadi peserta tidak langsung harus memenuhi persyaratan :
a. Kantor bank yang dapat menjadi peserta tidak langsung adalah :

10
1) Kantor cabang yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank
Indonesia;
2) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya diluar negeri dan telah
memperoleh izin kembukaan kantor dari Bank Indonesia;
3) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan di dalam
negeri yang telah dilaporkan kepada BI.
b. Kantor bank sebagaimana dimaksud pada huruf a menginduk kepada kepala kantor
lain yang merupakan bank yang sama yang telah menjadi peserta langsung di wilaah
kliing yang sama.

2.3 WARKAT DAN DOKUMEN KLIRING


Warkat dan dokumen kliring yang digunakan dalam kliring otomasi wajib memenuhi
spesifikasi teknis sesuai dengan ketentuan BI yang mengatur mengenai warkat, dokumen
kliring, dan pencetakannya pada perusahaan prcetakan dokumen sekuriti.

a. Warkat
Warkat adalah alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan atas beban atau untuk
untung rekening nasabah atau bank melalui kliring. Warkat yang dapat diperhitungkan
dalam kliring otommasi adalah :
1. Cek
Cek adalah ck sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD) termasuk cek dividen, cek perjalanan, cek cinderamata, dan jenis cek
lainnya yang penggunaannya dalam kliring disetujui oleh BI.
2. Bilet Giro
Bilyet Giro adalah perintah kepada bank untuk memindahbukukan uang sejumlah
tertentu atas beban rekening penarik pada tanggal tertentu kepada pihak yang
tercantum dalam bilyet giro tersebut, termasuk Bilyet Giro Bank Indonesia
(BGBI).
3. Wesel Bank Untuk Transfer (WBUT)

11
Wesel bank untuk transfer, adalah wesel sebagaimana diatur dalam KUHD yang
diterbitkan oleh bank khusus untuk sarana transfer.
4. Surat Bukti Penerimaan Transfer (SBPT)
Surat bukti penerimaan transfer adalah surat bukti penerimaan transfer dari luar
kota yang dapat ditagihkan kepada bank peserta penerima dana transfer melalui
kiring local.
5. Nota Debet
Nota debet adalah warkat yang digunakan untuk menagih dana pada bank lain
untuk nasabah bank yang menyampaikan warkat. Nota debet yang dikliringkan
hendaknya telah diperjanjikan dan dikonfirmasikan terlebih dahulu oleh bank
yang menyampaikan nota debet kepada bank yang akan menerima nota debet
tersebut.
6. Nota kredit
Nota Kredit adalah warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada bank
lain untuk nasabah bank yang menerima warkat.
b. Dokumen Kliring
Dokumen kliring merupakan dokumen yang berfungsi sebagai alat bantu dalam proses
perhitungan kliring di tempat penyelenggara.dokumen kliring yang digunakan dalam
penyelenggaraan kliring local dengan sistem manualberupa daftar warkat kliring
penyerahan (pengembalian) yang berfungsi sebagai bukti penyerahan (pengembalian)
warkat baik pada kliing penyerahan aupun kliring pengembalian. Daftar warkat kliring
penyerahan/pengembalian ini disediakan oleh masing-masing peserta.
c. Formulir kliring
Formulir yang digunakan untuk proses perhitungan kliring local dengan sistem manual,
meliputi :
1. Neraca kliring penyerahan/pengembalian gabungan formulir ini disediakan oleh
penyelenggara dan digunakan oleh penyelenggara untuk menyusun rekapitulasi
neraca kliring penyerahan/pengembalian.

12
2. Neraca kliring penyerahan/pengembalian. Formulir ini disediakan oleh peserta dan
digunakan oleh peserta untuk menyusun neraca kliring penyerahan/pengembalian atas
dasar daftar warkat kliring penyerahan/pengembalian.
3. Bilyet saldo kliring. Formulir ini disediakan oleh peserta dan digunakan digunakan
oleh peserta untuk menyusun bilyet saldo kliring berdasarkan neraca kliring
penyerahan dan neraca kliring pengembalian.

2.4 TATA CARAPENYELENGGARAAN KLIRING LOKAL MANUAL


Penyelenggaraan kliring terdiri dari dua tahap yaitu kliring penyerahan dan kliring
pengembalian yang merupakan satu kesatuan siklus kliring. Peserta wajib mengikuti kedua
kegiatan tersebut sampai kliring dinyatakan selesai oleh para penyelenggara dengan
mengirimkan wakil peserta walaupun peserta yang bersangkutan tidak mempunyai warkat
yang akan dikliringkan pada kedua tahap kliring tersebut.
I. Kliring Penyerahan
Kliring Penyerahan meliputi kegiatan yang dilakukan di kantor peserta dan ditempat
penyelenggara.
1. Kegiatan di kantor peserta sebelum datang ke pertemuan kliring penyerahan
ditempat penyelenggaraan, peserta harus melakukan persiapan sebagai berikut :
a. Melakukan pengecekan terrhadap warkat yang akan dikliringkan apakah
warkat tersebut merupakan warkat yang dapat dikliringkan dan telah
memenuhi spesifikasi sesuai ketenuan yang berlaku.
b. Memilah warkat berdasarkan bank penerima. Warkat yang telah dipilih
berdasarkan bank penerima itu dipisahkan antara warkat debet dan warkat
kredit.
c. Mengisi daftar warkat kliring penyerahan dengan rincian nominal warkat serta
jumlah lembar dan jumlah nominal warkat. Daftar warkat kliring penyerahan
tersebut dibuat tersendiri untuk kelompok warkat debet dan kelompok warkat
kredit per bank penerima.
2. Kegiatan peserta ditempat penyelenggara pada saat pertemuan kliring penyerahan
ditempat penyeenggara, wakil peserta melakukan kegiatan sebagai berikut :
13
a. Wakil peserta wajib hadir dalam pertemuan kliring penyerahan pada jadwal
yang telah ditetapkan dengan mengisi daftar hadir yang disediakan
penyelenggara.
b. Melakukan kegiatan pendistribusian warkat :
1) Menyerahkan ke masing-masing peserta penerima :
a) Lembar pertama daftar warkat klirng penerahan; dan
b) Warkat.
2) Meminta tanda tangan dari wakil peserta penerima pada lembar kedua
daftar warkat kliring penyerahan sebagai bukti penerimaan warkat.
3) Menyerahkan lembar ketiga daftar warkat kliring penyerahan kepada
penyelenggara.
c. Melakukan kegiatan penerimaan warkat :
1) Menyerahkan ke masing-masing peserta penerima :
a) Lembar pertama daftar warkat klirng penerahan; dan
b) Warkat.
2) Membubuhkan tanda tangan pada lembar kedua daftar warkat kliring
penyerahan yang diserahkan oleh peserta lain sebagai bukti penerimaan
warkat.
d. Menccokkan rincian yang tercantum pada daftar warkat kliring penyerahan
yang diterima dari peserta lain dengan warkat yang diterima.
e. Menyusun neraca kliring penyerahan berdasarkan daftar warkat kliring
penyerahan yang diserahkan maupun yang diterima. Neraca kliring
penyerahan ini diisi rincian warkat yang diserahkan maupun yang diterima
serta saldo debet/kredit kliring penyerahan bagi peserta yang bersangkutan.
f. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta yang
bersangkutan pada neraca kliring penyerahan, kemudian menyerahkan lembar
pertama neraca kliring penyerahan kepada penyelenggara.
3. Kegiatan petugas penyelenggara
a. Menyusun neraca kliring penyerahan gabungan berdasarkan neraca kliring
penerahan ang disampaikan oleh seluruh wakil peserta.

14
b. Apabila wakil peserta belum hadir sampai batas akhir jadwal kliring
penyerahan yang ditetapkan, penyelenggara akan melaksanakan kegiatan
sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf c, d, e, dan f atas nama wakil
peserta.

II. Kliring Pengembalian


Kliring pengembalian meliputi kegiatan yang dilakukan di kantor peserta dan kegiatan
yang dilakukan di tempat penyelenggara.
1. Kegiatan di kantor peserta sebelum dibawa ke pertemuan kliring pengembalian di
tempat penyelenggara, peserta harus melakukan persiapan sebagai berikut:
a. Melakukan verifikasi terhadap warkat yang diterima peserta pada pertemuan
kliring penyerahan apakah telah memenuhi persyaratan untuk dibukukan
Dalam hal warkat debet:
1) Memenuhi salah satu atau lebih alasan penolakan sebagaimana diatur
dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.28/137/UPG tanggal 5 Januari
1996 tentang Cek/Bilyet Giro Kosong; atau
2) Merupakan nota debet, yang tidak memenuhi ketentuan mengenai nilai
nominal nota debet; maka warkat debet tersebut wajib ditolak dalam
pertemuan kliring pengembalian yang merupakan satu kesatuan siklus
kliring dengan kliring penyerahan yang bersangkutan.
b. Membuat Surat Keterangan Penolakan (SKP) warkat debet yang ditolak wajib
disertai dengan SKP. SKP tersebut harus memuat alasan penolakan warkat.
c. Memilah warkat debet tolakan beserta SKP berdasarkan bank penerima.
d. Mengisi daftar warkat kliring pengembalian dengan rincian nominal serta
jumlah lembar dan jumlah nominal warkat debet tolakan untuk masing-
masing bank penerima sebanyak rangkap 3 (tiga). Selain itu untuk
memudahkan perhitungan, dapat pula dibuat telstruk per bank
penerimauntuk masing-masing daftar warkat kliring pengembalian apabila
jumlahwarkat debet tolakan lebih dari 1 (satu) lembar.
2. Kegiatan peserta di tempat penyelenggara pada saat pertemuan kliring

15
pengembalian di tempat penyelenggara, wakil peserta melakukan kegiatan
sebagai berikut:
a. Wakil peserta hadir dalam pertemuan kliring pengembalian pada jadwal
yang telah ditetapkan dengan mengisi daftar hadir yang disediakan
penyelenggara.
b. Melakukan kegiatan pendistribusian warkat debet tolakan:
1) Menyerahkan kepada masing-masing peserta penerima:
a) Lembar pertama daftar warkat kliring pengembalian;
b) Warkat debet tolakan; serta
c) Lembar pertama dan lembar kedua SKP.
Lembar kedua SKP untuk diteruskan oleh peserta penerima kepada
nasabah penyetor.
2) Meminta tanda tangan dari wakil peserta penerima pada lembar kedua
daftar warkat kliring pengembalian sebagai bukti penerimaan warkat
debet tolakan.
3) Menyerahkan kepada penyelenggara:
a) Lembar ketiga daftar warkat kliring pengembalian; dan
b) Lembar ketiga SKP.
c. Melakukan kegiatan penerimaan warkat debet tolakan.

1) Menerima dari peserta lain:


a) Lembar pertama daftar warkat kliring pengembalian;
b) Warkat debet tolakan; serta
c) Lembar pertama dan lembar kedua SKP.
Lembar kedua SKP untuk diteruskan oleh Peserta kepada nasabah
penyetor.
2) Membubuhkan tanda tangan pada lembar kedua daftar warkat kliring
pengembalian yang diserahkan oleh peserta lain sebagai bukti
penerimaan warkat debet tolakan.
d. Mencocokkan rincian yang tercantum pada daftar warkat kliring
16
pengembalian dengan warkat debet tolakan yang diterima.
e. Menyusun neraca kliring pengembalian sebanyak rangkap 2 (dua)
berdasarkan daftar warkat kliring pengembalian yang diserahkan maupun
yang diterima. Neraca kliring pengembalian ini diisi rincian warkat debet
tolakan yang diserahkan maupun yang diterima serta saldo debet/kredit
kliring pengembalian peserta yang bersangkutan.
f. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta pada neraca
kliring pengembalian, kemudian menyerahkan lembar pertama neraca
kliring pengembalian kepada penyelenggara.
g. Menyusun Bilyet Saldo Kliring (BSK) sebanyak rangkap 2 (dua) berdasarkan-
neraca kliring penyerahan dan neraca kliring pengembalian.
h. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta pada BSK
kemudian menyerahkan BSK rangkap 2 (dua) kepada penyelenggara.
3. Kegiatan Petugas Penyelenggara
a. Menyusun neraca kliring pengembalian gabungan berdasarkan neraca kliring
pengembalian yang disampaikan oleh seluruh wakil peserta,
kemudianmembubuhkan tanda tangan dan nama jelas petugas penyelenggara
pada neraca kliring pengembalian gabungan tersebut,
b. Mencocokkan antara neraca kliring penyerahan (pengembalian) gabungan yang
disusun oleh penyelenggara dengan BSK yang disusun oleh peserta
c. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas petugas penyelenggara pada
BSK rangkap 2 (dua) setelah terdapat kecocokan antara neraca kliring
penyerahan/pengembalian gabungan dengan BSK,
d. Mendistribusikan BSK sebagai berikut:
1) Lembar pertama untuk penyelenggara;
2) Lembar kedua kepada masing-masing peserta. Dengan didistribusikannya
BSK rnaka kliring pengembalian dinyatakan berakhir.
e. Melakukan verifikasi terhadap tanda tangan pejabat pada SKP yang
diserahkan oleh seluruh peserta, sebelum disampaikan kepada Bank

17
Indonesia.
f. Apabila wakil peserta belum hadirsampai dengan batas akhir jadwal kliring
pengembalian yang ditetapkan, penyelenggara akan melaksanakan kegiatan
sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf c, d, e, f, g, dan h atas nama wakil
peserta yang bersangkutan. Dalam hal kemudian wakil peserta hadir sebelum
kliring pengembalian dinyatakan berakhir maka kegiatan sebagaimana
dimaksud pada angka 2 huruf c, d, e, f, g, dan h yang belum dilaksanakan oleh
petugas. Penyelenggara akan dilanjutkan oleh wakil peserta yang
bersangkutan. Seluruh warkat debet tolakan yang ditujukan kepada peserta
yang terlambat akan diserahkan oleh penyelenggara pada saat wakil peserta
yang bersangkutan hadir. Apabila wakil peserta tidak hadir sampai kliring
pengembalian dinyatakan berakhir maka penyelenggara akan menghubungi
peserta untuk mengambil warkat debet tolakan dari peserta lain, neraca
kliring pengembalian dan BSK. Sementara itu perhitungan atas warkat debet
tolakan yang tidak dapat diserahkan pada pertemuan kliring pengembalian
diselesaikan berdasarkan kesepakatan peserta yang terkait. Namun, peserta
yang bersangkutan wajib menyampaikan warkat debet tolakan beserta lembar
1 dan 2 SKP kepada peserta penerima tolakan dan lembar ketiga SKP kepada
penyelenggara pada saat kliring pengembalian tersebut.

III. Penyelesaian Akhir


Penyelesaian akhir atas hasil kliring dilakukan dengan melimpahkan hasil kliring
masing-masing peserta ke rekening giro kantor lain dari peserta di Bank Indonesia
yang telah ditetapkan. Prosedur penyelesaian akhir dilakukan sebagai berikut:

1. Penyelenggara mengirimkan informasi hasil Kliring berdasarkan BSK ke kantor


Bank Indonesia yang ditetapkan dengan menggunakan sarana teleks setelah
dilakukan test key arrangement.
2. Atas dasar instruksi pelimpahan tersebut, kantor Bank Indonesia membukukan
hasil kliring ke rekening kantor lain dari masing-masing peserta yang ada di
kantor Bank Indonesia tersebut.
18
3. Tanggal valuta pembukuan hasil kliring adalah sama dengan tanggal hari kliring
yang bersangkutan (same day settlement).

4. Apabila terdapat kesalahan perhitungan hasil kliring yang diketahui setelah hasil
kliring tersebut dilimpahkan ke Bank Indonesia, maka penyelesaiannya
dilakukanantara penyelenggara dengan peserta.

5. Dalam keadaan darurat di mana tidak dimungkinkan menggunakan sarana


teleksdan telepon maka ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak
berlakudan pelimpahan serta pembukuan hasil kliring dapat dilakukan pada hari
kerja berikutnya.

2.5 JADWAL KLIRING LOKAL DAN PELIMPAHAN HASIL KLIRING


Jadwal penyelenggaraan kliring manual serta jadwal pelimpahan hasil kliring ditetapkan
oleh penyelenggara dengan persetujuan BI yang mewilayahi. Jadwal kliring lokal yang
ditetapkan merupakan rentang waktu bagi wakil peserta diperkenankan untuk hadir dan
mendistribusikan warkat pada proses penyelenggaraan kliring penyerahan / pengembalian.
Sebagai contoh :
a. Jadwal kliring penyerahan ditetapkan pukul 10.30-11.00.
b. Jadwal kliring pengembalian ditetapkan pukul 13.00-13.30. hal ini berarti bahwa
kehadiran wakil peserta dan proses pendistribusian warkat debet tolakan dapat
dimulai pada pukul 13.00 dengan batas akhir kehadiran wakil peserta pukul 13.30.
Contoh transaksi kliring dan pencatatannya:
1. Tgl 1 Mei 2013 A nasabah giro Bank ABC Semarang membeli barang kepada B
nasabah Bank BAP senilai Rp10.000.000. Sdr. A membayarnya dengan cek Bank
ABC Semarang.
2. A Menyerahkan cek no. 112 kepada Bank ABC Semarang untuk rekening giro B
nasabah Bank BAP Semarang sebesar Rp20.000.000 sebagai pelunasan hutang.
Pencatatan di Bank ABC Sernarang adalah:

Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Kliring 2 1 Mei2013 Dr. Giro
i A 30.000.000

19
Cr. Giro Bl 30.000.000
Pada kliring pertama Bank ABC menerima warkat Bank Sendiri yang ditarik
oleh A berupa cek dari peserta kliring (Bank BAP) Sernarang. Warkat ini merupakan
warkat debet masuk karena Bank ABC harus mendebet rekening nasabah (Sdr. A).
Rekening lawannya adalah mengkredit rekening Giro Bl. Di samping itu Bank ABC
Sernarang juga menerima amanat dari A untuk membebani rekening gironya melalui
bilyet Giro sebesar Rp20.000.000. Warkat ini merupakan warkat kredit keluar karena
Bank ABC diperintahkan oleh A untuk mengkredit rekening Giro Bl. Dua warkat ini
sudah memberikan kepastian dana, baik memenuhi atau ditolak. Memenuhi bila saldo
rekening yang dimiliki penarik cek (Sdr. A) mencukupi, sedangkan kalau tidak
mencukupi langsung ditolak. Dengan demikian pencatatannya secara langsung pada
rekening riil.

Pencatatan di Bank BAP Sernarang:


Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Kliring 1 1 Mei 2013 Dr. RAR. Kliring 10.000.000

Kliring 2 1 Mei 2013 Dr. Giro Bl 20.000.000


Cr. Giro B 20.000.000
Bank BAP Sernarang telah menerima setoran dari B berupa Cek Bank ABC Sernarang
sebesar Rp10.000.000. Cek ini merupakan warkat tagihan bagi Bank BAP terhadap Bank
ABC sehingga perlu dikliringkan melalui Bank Indonesia Sernarang. Bank BAP yang
melakukan penagihan terhadap Bank ABC Sernarang akan mengelompokkan warkat ini sebagai
warkat debet keluar. Untuk kliring pertama, Bank BAP selaku yang menagih akan menunggu
hasilnya pada kliring kedua. Oleh karena itu pada saat kliring pertama (penyerahan), Bank
BAP harus mencatat penagihan kliring ini dalam rekening administratif sampai dengan
kliring kedua berakhir. Sedangkan untuk warkat kredit masuk berupa cek Giro dari
BankABC sebesar Rp20.000.000 sifatnya sudah pasti. Oleh karena itu dapat langsung
dibukukan dalam rekening riil.

20
Bagaimana pada kliring kedua (kliring retur)? Bila pada kliring kedua terjadi penolakan
warkat maka seluruh rekening untuk warkat yang ditolak harus dinihilkan dengan cara
membalik jurnal yang telah dilakukan. Pada contoh ini misalnya warkat debet keluar senilai
Rp10.000.000 ditolak, maka Bank BAP dapat langsung mengkredit rekening RAR warkat
Kliring Rp10.000.000 sehingga rekening administratif ini menjadi nihil.

Biila kliring kedua tagihan dinyatakan efektif (tidak ditolak) maka pencatatannya di samping
Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Kliring 1 1 Mei 2013 Cr. RAR. Kliring 10.000.000
menihilkan rekening administratif kliring juga Lmencatat hasil tagihan kliring tersebut pada
rekening riil.

Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


kliring 2 1 Mei 2013 Cr. RAR. Kliring 10.000.000

Dr. Giro Bl 10.000.000


Cr. Giro B 10.000.000

Contoh 2

Transaksi-transaksi di bawah ini adalah transaksi yang diselesaikan melalui kliring. Peserta
kliring misalnya Bank Cahaya Artha Sentosa (Bank CAS), Bank Caraka Investama Sejati
(Bank CIS), dan Bank Ceria Usaha Sejati (Bank CUS) Semarang.

a. Kirana Nastiti nasabah Bank Cahaya Artha Sentosa (CAS) Semarang telah menarik cek no.
011.000.4 sebesar Rp25.000.000 dan Cek no. 011.000.5 sebesar Rp20.000.000 untuk
membayar hutang kepada Anggi Waskita nasabah Giro Bank Caraka Investama Sejati (Bank
CIS) Semarang.

b. Pada hari yang sama, Bank CIS menerima bilyet giro dari Rudi Kempot (nasabah Giro)
untuk keuntungan Sdr. Dalimin Nasabah Giro Bank CUS Semarang sebesar Rp15.000.000.
21
c. Astuti nasabah Bank CUS menarik Cek untuk membayar barang dagangan kepada Abdullah
nasabah Bank CIS Semarang sebesar Rp20.000.000.

d. Bank CAS Semarang menerima warkat debet masuk untuk beban nasabah Giro Sdr. Dwi
Rahayu sebesar Rp30.000.000. Warkat ini diterima dari Bank CUS Semarang melalui
lembaga kliring (Bank Indonesia) Semarang untuk keuntungan Giro Sdr. Andika.

Bila seluruh transaksi diselesaikan melalui kliring di Bank Indonesia Semarang, maka diminta:

a. Pencatatan jurnal pada masing-masing peserta kliring.


b. Neraca kliring pada masing-masing bank peserta kliring.
c. Neraca kliring yang perlu disajikan oleh Bank Indonesia selaku lembaga kliring.
Jawaban:

Pencatatan Jurnal di Bank Caraka Investama Sejati (Bank CIS):


Transaksi Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit(Rp)
A Kliring 1 Dr. RAR Kliring 45.000.000

A Kliring 2 Cr. RAR. Kliring 45.000.000

Dr. Giro Bl 45.000.0000


Cr. Giro Anggi 45.000.000
Transaksi Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp
B Kliring 1 Dr. Giro Rudi Kempot 15.000.000
Cr.Giro BI 15.000.000

C Kliring 1 Dr.R A R . Kliring 20.000,000

C Klirinh 2 Cr.R A R . Kliring 20.000.000


Dr. Giro BI 20.000.000
Cr.Giro Abdullah 20.000.000

Pencatatan di Bank Cahaya Artha Sentosa (Bank CAS) Semarang:

Transaksi Keteranga Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp


A n Kliring 2 Dr. Giro Kirana Nastiti 45.000.000
22
Cr. Giro Bl 45.000.000

D Kliring 2 Dr. Giro Dwi 30.000.000


Cr. Giro Bl 30.000.000

Pencatatan Jurnal di Bank Ceria Usaha Sejati (Bank CUS):

Transaksi Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


B Kliring 2 Dr. Giro Bl 15.000.000
Cr. Giro Dalimin 15.000.000

C Kliring 2 Dr. Giro Astuti 20.000.000


Cr. Giro Bl 20.000.000

D Kliring 1 Dr. RAR. Kliring 20.000.000

D Kliring 2 Cr. RAR. Kliring 20.000.000


Dr. Giro Bl 30.000.000
Cr. Giro Andika 30.000.000
Dengan memperhatikan transaksi dan jurnal di masing-masing bank peserta, maka
dapat disusun neraca kliring untuk masing-masing bank sebagai berikut:

Bank CIS

Neraca Kliring

Tgl Keterangan Saldo (Rp) Tgl Keterangan Saldo (Rp)


a). WDK 45.000.000 b). WKK 15.000.000
c). WDK 20.000.000
Menang Kliring 50.000.000
Jumlah 65.000.000 Jumlah 65.000.000

Bank CAS Neraca Kliring

tgl Keterangan Saldo (Rp) Tgl Keterangan Saldo (Rp)


a. WDM 45.000.000
Kalah kliring 75.000.000 b. WDM 30.000.000
75.000.000 75.000.000

23
Bank CUS

Neraca Kliring

tgl Keterangan Saldo (Rp) Tgl Keterangan Saldo (Rp)


b). WKM 15.000.000 c). WDM 20.000.000
d). WDK 30.000.000 Menang Kliring 25.000.000
45.000.000 45.000.000

Bank Indonesia

Neraca Kliring

tgl Keterangan Saldo (Rp) Tgl Keterangan Saldo (Rp)


Bank CAS 75.000.000 Bank CIS 50.000.000
Bank CUS 25.000.000
75.000.000 75.000.000

2.6 SISTEM KLIRING WARKAT LUAR WILAYAH


Perkembangan teknologi saat ini telah memungkinkan beberapa bank untuk melakukan
verifikasi secara online terhadap cek/BG luar kota. Untuk itu Bank Indonesia
mengembangkan sistem penyelenggaraan kliring lokal atas cek dan bilyet giro yang berasal
dari luar wilayah kliring atau disingkat dengan kliring warkat luar wilayah. Kliring warkat
luar wilayah adalah penyelenggaraan kliring atas cek dan BG yang diterbitkan oleh kantor
bank yang bukan peserta di wilayah kliring di mana cek dan BG tersebut dikliringkan.

24
Penerapan kliring warkat luar wilayah akan memberikan manfaat berupa efisiensi dalam
penyelesaian pembayaran cek/BG luar kota, baik efisiensi waktu maupun biaya, sebab:
a. Efektivitas dana cek/BG sesuai jadwal kliring lokal di mana warkat dikliringkan
(same day settlement).
b. Biaya proses oleh Bank Indonesia sama dengan warkat lokal lainnya (tidak ada
biaya tambahan oleh Bank Indonesia). Dengan manfaat tersebut diharapkan
dapat meningkatkan kelancaran lalu lintas pembayaran giral antar daerah.

Mekanisme kliring warkat luar wilayah dapat diilustrasikan pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Mekanisme Kliring Warkat Luar Wilayah

Keterangan:
1. X yang merupakan nasabah Bank B di Surabaya melakukan transaksi
dengan Y yang merupakan nasabah Bank A di Jakarta. Dalam hal ini X
melakukan pembayaran kepada Y dengan memberikan cek/BG Bank B
Surabaya,
2. Y kemudian menyetorkan cek/BG tersebut ke rekeningnya di Bank A
Jakarta.
3. Bank A yang ada di Jakarta, tidak perlu melakukan inkaso, melainkan
dapat
langsung

25
mengkliringkan cek/BG bank tersebut melalui kliring lokal di Jakarta.
4. Kantor Bank B yang ada di Jakarta kemudian melakukan validasi cek/BG
tersebut.
5. Jika valid dan dana mencukupi, maka Bank B, melalui penyelenggara
kliring di Jakarta akan menginformasikan efektivitas dana atas cek/BG
tersebut.
6. Bank A kemudian menerima laporan mengenai efektivitas dana atas
cek/BG Bank B dari penyelenggara kliring di Jakarta.
7. Atas informasi, Bank A kemudian akan melakukan pengkreditan ke
rekening nasabah Y.

Dengan memperhatikan mekanisme di atas terlihat bahwa cek/BG yang diterbitkan oleh
Bank B di Surabaya tidak perlu dikirim atau diinkasokan ke Surabaya, sebab Bank B merupakan
peserta kliring warkat luar wilayah dan mempunyai kantor di wilayah kliring Jakarta. Dengan
dikliringkan di Jakarta, maka cek/BG tersebut akan diproses sesuai dengan jadwal kliring
Jakarta, sehingga Bank A yang mengkliringkan dapat memperoleh kepastian efektivitas dana
yang lebih cepat atas penagihan cek/BG tersebut, yaitu pada hari yang sama atau paling lambat
keesokan harinya sejak warkat dikliringkan.

Contoh transaksi kliring warkat luar wilayah dan pencatatannya.


Pada 12 Juni 2013 Sdr. X telah membeli barang kepada Sdr. Y senilai Rp100.000.000. Sdr. X
adalah nasabah Bank B Surabaya sehingga melakukan pembayaran dengan menarik cek bank
tersebut sebesar Rp100.000.000 dan diserahkan kepada Sdr. Y nasabah Bank A Jakarta. Tgl 14
Juni 2013 Sdr. Y melakukan penyetoran untuk rekening gironya dengan cek tersebut yang telah
diterima dari Sdr. X. Informasi dari lembagakliring bahwa cektersebut dinyatakan efektif
(dana terpenuhi). Bagaimana pencatatan di masing-masing bank yang terlibat transaksi kliring
ini?
pencatatan Jurnal di Bank A Jakarta
Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Kliring 1 14/6-2013 Dr. RAR. Kliring 100.000.000

26
Kliring 2 14/6-2013 Cr. RAR. Kliring 100.000.000

Dr. Giro Bl 100.000.000


Cr. GiroY 100.000.000

Pencatatan Jurnal Di Bank B Jakarta


Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Kliring 2 14/6-2013 Dr, RAK Cab. Surabaya 100.000.000
Cr. Giro Bl 100.000.000

Pencatatan Jurnal di Bank B Surabaya


Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
"ransaksi 14/6-2013 Dr. Giro X 100.000.000
-ntarcabang Cr. RAK Cab. 100.000.000
Contoh tersebut memberikan pemahaman bahwa transaksi kliring warkat luar wilayah
Jakarta
dalam penyelesaiannya akan melibatkan transaksi antarcabang bank sendiri. Pada kliring
pertama antarbank (Bank A dengan Bank B Jakarta) memang hanya melibatkan bank
tersebut dengan Bank Indonesia Jakarta, namun ketika kliring kedua dilakukan dan
dinyatakan efektif, maka Bank B Jakarta akan mencatat RAK cabang Surabaya sebagai
konsekuensi Bank B Jakarta telah membayar kepada BankAJakarta. Dengan demikian Bank B
Jakarta mempunyai rekening tagihan antarcabang kepada Bank B Cabang Surabaya.
Sedangkan untuk Rekening Administratif Rupiah (RAR) kliring tetap dicatat dengan ayat
tunggal.

2.7 PRINSIP-PRINSIP UMUM KLIRING WARKAT LUAR WILAYAH


Prinsip-prinsip umum dalam penyelenggaraan kliring warkat luar wilayah adalah sebagai
berikut:
1. Cek dan BG yang diterbitkan oleh suatu kantor bank dapat dikliringkan di wilayah
kliring manapun sepanjang:
a. Cek dan BG tersebut diterbitkan oleh bank yang sudah terdaftar sebagai
peserta kliring warkat luar wilayah.

27
b. Di wilayah kliring di mana warkat tersebut dikliringkan terdapat kantor
cabang dari bank penerbit yang menjadi peserta kliring.
2. Kepesertaan:
a. Saat ini kepesertaan bank dalam kliring warkat luar wilayah tidak bersifat
wajib, tergantung pada kebutuhan dan kesiapan masing-masing bank.
b. Pendaftaran untuk menjadi peserta kliring warkat luar wilayah cukup
dilakukan oleh kantor pusat bank dan berlaku bagi seluruh kantor bank yang
bersangkutan.
c. Bank wajib menetapkan satu kantor koordinator di setiap wilayah kliringdi
mana bank tersebut menjadi peserta.
3. Bank Indonesia tidak mengatur mekanisme internal bank dalam melakukan
validasi cek dan BG luar kotanya.
4. Dalam penyelenggaraan kliring, proses dan perhitungan atas cek dan BG luar kota
tidak dipisahkan dari proses warkat lokal lainnya, sehingga efektivitas dana
cek/BG luar kota tersebut sama dengan jadwal kliring lokal dimana cek/ BG
tersebut dikliringkan.
5. Perhitungan antarkantor dari bank tertarik diselesaikan secara internal oleh masing-
masing bank.

Penerapan kliring warkat luar wilayah memberi implikasi bagi seluruh bank. baik
yang mendaftar maupun yang tidak mendaftar menjadi peserta kliring warkat luar
wilayah, karena:
1. Seluruh bank, baik yang mendaftar atau tidak mendaftar menjadi peserta kliring
warkat luar wilayah dapat mengkliringkan cek/BG yang diterbitkan oleh bank
peserta kliring warkat luar wilayah di wilayah kliring manapun sepanjang di
Wilayah Kliring tersebut ada kantor cabang dari bank penerbit.
2. Nasabah tentu lebih memilih agar cek/BG luar kota dikliringkan melalui kliring
lokal, karena akan lebih cepat dan efisien daripada harus melalui mekanisme
inkaso.

28
Implikasi bagi bank secara umum adalah sebagai berikut:
1. Sistem dan prosedur penerimaan dan pemrosesan cek/BG luar kota,
untukmemilah mana yang sudah dapat dikliringkan lokal dan mana yang belum.
2. Terkait dengan sistem kliring yang digunakan di masing-masing wilayah kliring
saat ini, terdapat implikasi yang berbeda bagi bank-bank yang menjadi peserta
kliring di masing-masing wilayah kliring tersebut, yaitu:
a. Bank Peserta Kliring Elektronik/Otomasi
Tidak ada perubahan pada aplikasi sistem yang ada di peserta. Namun,
bank perlu melengkapi MICR code line, apabila cek/BG tersebut berasal
dari wilayah kliring lain yang belum otomasi/elektronik.
b. Bank Peserta Kliring SOKL
Melakukan updating sandi peserta pada aplikasi SOKL setiap kali ada
bank peserta kliring warkat luar wilayah yang baru atau setiap kali ada
penambahan/pengurangan peserta langsung dari kantor bank peserta
kliringwarkat luar wilayah. Proses updating dilakukan agar cek/BG luar
kota dapat dikenal oleh sistem pada saat bank melakukan rekam data
SOKL.
c. Bank Peserta Kliring Manual
Tidak terdapat implikasi tekrris bagi kantor bank yang menjadi peserta
kliring lokal dengan sistem manual, mengingat semua kegiatan masih
dilakukan secara manual.

Peserta kliring warkat luar wilayah adalah bank yang telah mendaftar
dan disetujui oleh Bank Indonesia untuk menjadi peserta kliring warkat luar
wilayah Dengan mendaftar sebagai peserta kliring warkat luar wilayah, berart,
cek/BG yang dikeluarkan oleh seiuruh kantor bank tersebut dapat dikliringkan di
manapun sepanjang di wilayah kliring tersebut terdapat kantornya yang menjadi
peserta kliring. Bagi bank peserta kliring warkat luar wilayah, terdapat beberapa
implikasi khusus sebagai berikut :
1. Sistem Verifikasi Cek/BG

29
Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan bank peserta kliring
warkat luar wilayah adalah sistem dan prosedur untuk melakukan vaiidasi
atas cek/BG vans diterbitkan oleh kantornya yang berada di wilayah Wiring
lam. Dalam hal ini vans perlu diperhatikan adalah apakah sistem dan
prosedur tersebut cukup aman dan efisien. Apabila bank menggunakan sistem
vaiidasi online maKa bank perlu menyiapkan contingency plan untuk
mengatasi terjadinya gangguan pada sistem.
2. Prosedur pemberian fasilitas overdraft terkait dengan kebijakan intern bank
mensenai pemberian fasilitas overdraft kepada nasabahnya, maka bank
peserta kliring warkat luar wilayah yang menyediakan fasilitas ini perlu
meninjau kempali prosedur operasional sehubungan dengan kewenangan
pemberian fasilitas overdraft tersebut oleh kantornya yang berada di
wilayah kliring lain
3. Pencetakan Warkat
Dengan diterapkannya Kliring warkat luar wilayah maka bank peserta kliring
warkat luar wilayah diwajibkan untuk mencantumkan informasi mengenai
sandi peserta dan nomor rekening pada cek/BG yang diterbitkan seiuruh
kantornya. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan bank lain pada saat akan
meng-encode (pada sistem otomasi/elektronik) atau pada saat merekam data
ke dalam disket (pada sistem SOKL).

Dengan diterapkannya kliring warkat luar wilayah, implikasi bagi


penyelenggara kliring yang perlu diperhatikan adalah kewajiban untuk melakukan
updating sandi peserta kliring pada aplikasi yang digunakannya sebagai
penyelenggara. Implikasi ini khususnya bagi penyelenggara kliring di wilayah
kliring yang menggunakan sistem semi otomasi (SOKL), otomasi, dan elektronik.
Proses updating dilakukan setiap kali ada bank yang mendaftar menjadi peserta
kliring warkat luar wilayah, atau setiap kali ada penambahan atau penghentian
peserta langsung yang merupakan kantor bank peserta kliring warkat luar
wilayah.

30
Penyelenggaraan kliring warkat luar wilayah merupakan suatu fasilitas
yang disediakan Bank Indonesia, di mana keikutsertaan bank pada scheme ini tidak
bersifat mandatori. Dalam hal ini Bank Indonesia memberi kebebasan pada bank
untuk ikut mendaftar atau tidak pada scheme ini, sesuai dengan kebutuhan dan
kesiapan masing-masing bank. Bagi bank yang mendaftar pada kliring warkat
luar wilayah tentunya merupakan suatu competitive advantase, namun demikian
bagi bank lain yang tidak mendaftar pada scheme ini juga akan memperoleh
manfaat dengan potens' berkurangnya waktu dan biaya untuk melakukan inkaso
atas cek/BG luar kota yang diterbitkan oleh peserta kliring warkat luar wilayah.
Penerapan kliring warkat luar wilayah, tidak serta merta merupakan
substitusi bagi seluruh transaksi inkaso cek/BG yang ada saat ini, terutama
apabila cek/BG luar kota tersebut diterbitkan oleh bank yang belum
mendaftar.Tidak ada kantc bank dari bank tertarik yang menjadi peserta kliring
di wilayah kliring dimana cek BG tersebut disetorkan. Namun demikian,
penerapan kliring warkat luar wilayah yang merupakan salah satu solusi bagi
permasalahan transaksi cek/BG luar kota, akan memberikan manfaat yang cukup
besar, baik bagi masyarakat maupun perbankar sendiri karena dapat diperoleh
kepastian efektivitas dana yang jauh lebih cepa: dengan biaya yang relatif lebih
murah.

2.8 MENGENAL KLIRING ELEKTRONIK DAN OTOMASI


Transaksi kliring dengan menggunakan sistem ini pada prinsipnya sama dengan kliring
manual. Warkat yang digunakan juga sama, yang membedakan adalah pada penggunaan
teknologi yang lebih canggih. Untuk penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan
perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara otomasi (untuk kliring
otomasi) dan didasarkan pada Data Keuangan Elektronik yang selanjutnya disebut DKE untuk
kliring elektronik. Warkat yang digunakan relatif sama dengan sistem kliring manual.
Dalam kliring elektronik dan otomasi, harus didukung oleh Sistem Pusat komputer Kliring
Elektronik (SPKE), Terminal Peserta Kliring (TPK), dan Jaringan Komunikasi Data (JKD).
SPKE adalah seperangkat sistem komputer pada penyelnggara yang berfungsi menerima dan

31
mengolah data keuangan elektronik serta menghasilkar informasi hasil kliring dan informasi
kliring lainnya. TPK adalah perangkat sistem komputer yang dipasang di peserta untuk
mengirim Data Keuangan Elektronik (DKE ke SPKE serta menerima informasi hasil
perhitungan kliring dan informasi kliring lainnya. Sedangkan yang dimaksud JKD adalah
seperangkat sistem yang berfungsi sebagai sarana penghubung antara TPK dengan SPKE. Untuk
mengoperasikan sistem ini, setiap peserta memiliki password.
Dalam kliring elektronik maupun otomasi, dokumen kliring yang digunakan sebagai alat
bantu dalam proses perhitungan kliring adalah:
a. Bukti Penyerahan Warkat Debet - Kliring Penyerahan (BPWD); BPWD digunakan
sebagai tanda bukti penyerahan warkat debet untuk setiap bundel warkat dan petugas
kliring kepada penyelenggara pada kegiatan Kliring penyerahan.
b. Bukti Penyerahan Warkat Kredit - Kliring Penyerahan (BPWK); BPWK digunakan
sebagai tanda bukti penyerahan warkat kredit untuk setiap bundel warkat dan petugas
kliring kepada penyelenggara pada kegiatan kliring penyerahan.
c. Lembar Substitusi; Lembar substitusi digunakan dalam kliring penyerahan sebagai
tempat menempelkan bukti penjumlahan (add-list) nominal warkat yang diserahkan
kepada penyelenggara. Pada lembar substitusi dicantumkan jumlah nominal yang sama
dengan hasil penjumlahan seluruh warkat pada bundel warkat yang bersangkutan.
d. Kartu Batch; Kartu Batch merupakan sarana untuk mengetahui jumlah keseluruhan nominal
bundel warkat dari masing-masing peserta dan sebagai sarana control dalam proses
kliring.
e. Bukti Penyerahan Rekaman Warkat Kliring Pengembalian BPRWKP.

Warkat ataupun dokumen kliring hams diisi harus memperhatikan jenis angka dan
simbol MICR code line. Angka dan simbol merupakan rangkaian inforrnasi yang dibutuhkan
dalam rangka sistem kliring yang diotomasikan atau kliring otomasi atau elektronik. MICR
code line pada Warkat yang wajib dicantumkan dalam clear band terdiri dari:
a. Nomor Warkat: 6 (enam) digit;
b. Sandi Peserta: 7 (tujuh) digit;
c. Nomor Rekening: 10 (sepuluh) digit;

32
d. Sandi Transaksi: 2 (dua) digit;
e. Nilai Nominal Warkat: 14 (empat belas) digit.

Sedangkan pencantuman MICR code line pada warkat meliputi:


1. Nomor Warkat
Nomor warkat disediakan untuk nomor seri pada cek dan Bilyet Giro serta nomor urut
atau nomor registrasi pada warkat lainnya. Meskipun demikian bank dapat pula
menggunakannya untuk identitas warkat lainnya, misalnya nomor urut atau nomor
registrasi dan Iain-lain untuk warkat selain cek atau selain Bilyet Giro. Untuk
keperluan nomor warkat disediakan 6 (enam) digit angka. Pencantuman nomor
warkat yang kurang dari 6 (enam) digit, harus diawali dengan angka "0" (nol).
Sedangkan untuk nomor warkat yang melebihi 6 (enam) digit hanya dicantumkan 6
(enam) digit terakhir. Sebelah kiri dan kanan nomor warkat tersebut harus diisi
dengan simbol domestik,
2. Sandi Peserta
Sandi peserta disediakan untuk sandi bank dan sandi kantor penerima warkat. Untuk
keperluan sandi peserta disediakan 7 (tujuh) digit angka, yang terdiri dari:
a. 3 (tiga) digit pertama untuk sandi bank;
b. 3 (tiga) digit berikut untuk sandi kantor peserta;
c. 1 (satu) digit terakhir untuk angka penguji.
3. Nomor Rekening
Nomor rekening disediakan untuk nomor rekening nasabah pada peserta penerima
paling banyak 10 (sepuluh) digit angka, yang sistematikanya disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing peserta. Pencantuman nomor rekening yang kurang dari 10
(sepuluh) digit, diawali dengan angka "0" (nol), sedangkan untuk nomor rekening yang
melebihi 10 (sepuluh) digit hanya dicantumkan 10 (sepuluh) digit terakhir. Dalam hal
nomor rekening menggunakan karakter spesial (non numeric) maka pengisian MICR
dilakukan dengan angka "0000000001" dan khusus pada nota kredit diisi secara lengkap
nama serta nomor rekening penerima pada warkat dimaksud. Nomor rekening ini
diakhiri dengan simbol domestik.

33
4. Sandi Transaksi
Untuk keperluan statistik bagi pihak penyelenggara, sandi transaksi diatur sebagai
berikut:
a. Sandi transaksi disediakan untuk identitas jenis warkat dan atau jenis
transaksi yang terdapat di dalamnya;
b. Dalam sandi transaksi disediakan 2 (dua) digit angka dengan pengaturan
sebagai berikut:
1) 00 sampai dengan 09 untuk Cek;
2) 10 sampai dengan 19 untuk Bilyet Giro;
3) 20 sampai dengan 29 untuk WBUT;
4) 30 sampai dengan 39 untuk SBPT;
5) 40 sampai dengan 49 untuk nota debet, dengan ketentuan:
a) Sandi transaksi 40 sampai dengan 49 kecuali sandi transaksi 45.
untuk transaksi kliring dengan m'lai nominal paling tinggi Rp10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah);
b) Sandi transaksi 45, untuk transaksi kliring dengan nilai
nominal di atas Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan digunakan untuk transaksi-transaksi
sebagaimana diatur dalam surat edaran Bank Indonesia yang mengatur mengenai penggunaan nota
debet dalam kliring.
6) 50 sampai dengan 59 untuk nota kredit, dengan pengaturan sebagai
berikut:
a) Sandi transaksi 50, untuk:
(1) transaksi antarbank untuk keuntungan nasabah yang
pelaksanaannya mengacu pada surat edaran Bank Indonesia yang mengatur mengenai jadwal
kliring dan tanggal valuta penyelesaian akhir, sistem penyelenggaraar kliring lokal serta jenis dan
batasan nominal warkat ata. data keuangan elektronik; dan
(2) transaksi antarbank selain transaksi Pasar UangAntar Bank
(PUAB), Pasar UangAntar BankSyariah (PUAS), transaksivaluta asing antarbank dan atau
transaksi Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) atau Surat Berharga Pasar Uang (SBPU);
b) Sandi transaksi 53, untuk transaksi valuta asing antarbank;

34
c) Sandi transaksi 55, untuk transaksi sertifikat Bank Indonesia
(SB1), SWBI, atau SBPU.
5. Nilai Nominal
Informasi mengenai nilai nominal tidak dicetak secara Preprinted Pencantumannya
dilakukan oleh peserta yang memperhitungkan warkat, dengan menggunakan peralatan
khusus yang disebut MICR encoder atau reader-encoder dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Nilai nominal disediakan untuk pencantuman nilai nominal yang terterapada
warkat. Untuk keperluan tersebut disediakan 14 (empat belas) digitangka
termasuk 2 (dua) digit nilai sen dalam satuan mata uang rupiah(Rp);
b. Pencantuman nilai nominal yang kurang dari 14 (empat belas) digit harus diawali
dengan angka "0" (nol) dan nilai nominal setiap warkai kurang dari Rp1
000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah). Nilai nominal sebagaimana dimaksud
di atas diapit oleh 2 (dua) simbol nominal pada bagian kiri dan kanannya.

Jenis Biaya Kliring


Penyelenggaraan kliring baik secara manual, semi otomasi, otomasi maupun
secara elektronik pada prinsipnya memerlukan biaya kliring. Biaya kliring ini menjadi
beban peserta kliring yang melakukan kliring pada saat itu. Secara umum biaya
kliring terdiri dari dari biaya administrasi, biaya proses warkat kliring. Biaya-biaya
ini akan dikreditkan oleh Bank Indonesia dari rekening giro Bl yang dimiliki oleh
peserta klinng. Mengingat dalam penyelenggaraan kliring lokal baik secara elektronik,
otomasi maupun semi otomasi peserta dikenakan biaya oleh penyelenggara, maka
untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kliring, peserta dapat mengenakan biaya
yang waiar kepada nasabahnya. Peserta wajib mengumumkan besarnya biaya kliring
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia serta besarnya biaya kliring yang dibebankan
oleh peserta kepada nasabahnya.

Akuntansi Kliring Elektronik dan Otomasi


Perlakuan akuntansi untuk penyelenggaran kliring dengan sistem ini tidak

35
berbeda dengan kliring manual. Yang membedakan proses penyelesaian kliring.
Dengan demikian perlakuan akuntansi yang dibahas di muka sudah bisa untuk
memahami akuntansi kliring sistem ini.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kliring adalah perhitungan utang piutang antara para peserta secara terpusat di satu
tempat dengan cara saling menyerahkan surat-surat berharga dan surat-surat dagang yang
telah ditetapkan untuk dapat diperhitungkan dengan mudah dan aman, serta untuk
memperluas dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral. Tranksaksi yang di proses
fasilitas kliring meliputi transfer debet dan transfer kredit yang disertai dengan pertukaran
fisik warkat, baik warkat debet maupun warkat kredit Bank Indonesia mempunyai tujuan
36
tunggal yakni mencapai dan menjaga kestabilan nilai rupiah. Hal ini mengandung dua
aspek yaitu kestabilan nilai mata uang rupiah terhadap barang dan jasa yang tercermin
pada laju inflasi serta kestabilan nilai mata uang rupiah tehadap mata uang negara lain
yang tercemin pada perkembangan nilai tukar.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Taswan, S.E., M.Si. 2008. Akuntansi Perbankan Transaksi Dalam Valuta Rupiah

37
38

Anda mungkin juga menyukai