Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TIMBANG TERIMA DALAM KEPERAWATAN

Dosen Pembimbing :

H. Rasmun, S.Kp., M.Kep

Disusun Oleh :

Aisya Nur Jannah P07220118002

Ananda Luthfi Arif Al-Pasiri P07220118003

Dita Auliasari P07220118039

Hetty Olga B R P07220118013

Karina Dwi H P07220118017

Laoya Amelia P P07220118018

Nur Habibah P07220118024

Yeti Nurcahyani P07220118059

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIANTAN TIMUR

PRODI D III KEPERAWATAN

2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ”Timbang
Terima dalam Keperawatan”. Makalah ini disusun dengan tujuan memenuhi tugas mata
kuliah “Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan”.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan keilmuan bagi semua
pihak yang membacanya. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih banyak sekali kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, maka dengan segala
kerendahan hati kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
sehingga penyusunan makalah selanjutnya akan menjadi lebih baik.

Samarinda, 10 Februari 2021


Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3

1. Metode Penugasan Tim...........................................................................................3


2. Konsep Timbang Terima dalam Metode TIM.........................................................8

BAB III PENUTUP.............................................................................................................12

A. Kesimpulan..............................................................................................................12
B. Saran........................................................................................................................12

DAFTRAR PUSTAKA.......................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan untuk
bersikap professional. Profesionalisme perawat dapat diwujudkan dibidang pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas dan professional tersebut adalah pengembangan model praktik keperawatan
professional (MPKP) yang memungkinkan perawat mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut. MPKP
sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain dalam melaksanakan
asuhan keperawatan. Perawat dapat memahami tugas dan tanggungjawab terhadap pasien
sejak masuk hingga keluar rumah sakit.
Implementasi MPKP harus ditunjang dengan sumber daya manusia, sarana dan
prasarana yang memadai. Banyak metode praktik keperawatan yang telah dikembangkan
selama 35 tahun terakhir ini, yang meliputi keperawatan fungsional, keperawatan tim,
keperawatan primer, praktik bersama dan manajemen kasus. Setiap unit keperawatan
mempunyai upaya untuk menyeleksi model yang paling tepat berdasarkan kesesuaian
antara ketenagaa, sarana dan prasarana, dan kebijakan rumah sakit. Kategori pasien
didasarkan atas tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien, usia, diagnose
atau masalah kesehatan yang dialami pasien dan terapi yang dilakukan (Bron, 1987).
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
menoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri perawat.
Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif antar perawat,
maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk komunikasi yang harus
ditingkatkan efektifitasnya adalah saat pergantian shift, yaitu saat timbang terima klien.
Timbang terima merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima suatu
informasi yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima klien harus dilakukan
seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat yang sudah dilakukan/belum dan
perkembangan klien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima
dilakukan oleh perawat primer antar shift secara tulisan dan lisan.

4
Keakuratan data yang diberikan saat timbang terima sangat penting karena dengan
timbang terima ini maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan akan bisa
dilaksanakan secara berkelanjutan, dan mewujudkan tanggungjawab dan tanggung gugat
dari seorang perawat. Bila timbang terima tidak dilakukan dengan baik, maka akan
muncul keracunan dari tindakan keperawatan yang diberikan karena tidak adanya
informasi yang bias digunakan sebagai dasar pemberian tindakan keperawatan. Hal ini
akan menurunkan kualitas pelayanan keperawatan dan menurunkan tingkat kepuasan
pasien. Kegiatan timbang terima yang telah dilakukan perlu dipertahankan dan
ditingkatkan kualitasnya.

B. Rumusan Masalah
“Bagaimana cara mekanisme kerja dari metode penugasan tim dan timbang terima dalam
keperawatan?”

C. Tujuan
1. Mengetahui mekanisme metode kerja tim.
2. Mengetahui mekanisme kerja timbang terima dalam keperawatan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Metode Penugasan Tim


Prinsip pemilihan metode penugasan adalah jumlah tenaga, kualifikasi staf dan
klasifikasi pasien. Adapun jenis-jenis metode penugasan yang berkembang saat ini
adalah sebagai berikut :
a. Metode Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat
hanya melakukan satu sampai dua jenis intervensi, misalnya merawat luka kepada
semua pasien di bangsal.

kepala ruang

perawat perawat perawat perawat


pengobatan merawat luka pengobatan merawat luka
Pasien/
klien

Gambar 1 : Sistem pemberian asuhan Keperawatan Fungsional (Marquis dan Huston, 1998)

Kelebihan :
1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tiugas yang jelas dan
pengawasan yang baik.
2) Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga.

6
3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat
pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau belum berpengalaman.
Kelemahan :
1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.
3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan
saja.

b. Metode Perawatan Tim


Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional
memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif &
kolaboratif (Douglas, 1992).

Tujuan Metode Tim :


1) Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
2) Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar
3) Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda

Konsep Metode Tim :


1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan.
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
4) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik jika
didukung oleh kepala ruang.

Kelebihan :
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
3) Memungkinkan komunikasi antar timsehingga konflik mudah diatasi dan
memberikan kepuasan kepada anggota tim.

7
Kelemahan :
1) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim,
yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada
waktu-waktu sibuk (memerlukan waktu )
2) Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk
bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu
3) Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur

c. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar
rumah sakit. Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat
perencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dengan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien
dirawat.
Konsep dasar metode primer :
1) Ada tanggungjawab dan tanggunggugat
2) Ada otonomi
3) Ketertiban pasien dan keluarga

Kelebihannya :
1) Model praktek profesional
2) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
3) Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri → kepuasan perawat
4) Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya

Kelemahannya :
1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan
yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil
keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akontable serta mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
2) Biaya lebih besar

8
d. Metode Kasus
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh
kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang
sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu
perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan khusus
seperti : isolasi, intensive care.
Kelebihan :
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah

Kekurangan :
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama

Dari berbagai metode penugasan yang ada, setiap ruangan/unit perawatan dapat
mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari salah satu metode di atas berdasarkan
prinsip pemilihan penugasan yang tepat, efektif, dan efisien. Namun dalam
mengembangkan metode penugasan Tim, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut di
bawah ini.

Tanggung Jawab Kepala Ruangan (Karu), Ketua Tim (Katim) dan Anggota Tim
Secara umum, masing-masing kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim memiliki
tanggung jawab yang berbeda-beda, antara lain :

1) Tanggung Jawab Karu :


a) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
b) Membantu staf menetapkan sasaran dari ruangan
c) Memberi kesempatan katim untuk mengembangkan keterampilan
kepemimpinandan managemen
d) Mengorientasikan tenaga baru
e) Menjadi narasumber bagi tim
f) Mendorong kemampuan staf untuk menggunakan riset keperawatan
g) Menciptakan iklim komunikasi terbuka

9
2) Tanggung Jawab Katim :
a) Melakukan orientasi kepada pasien baru & keluarga
b) Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana keperawatan (renpra),
menerapkan tindakan keperawatan dan mengevaluasi renpra
c) Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis melalui komunikasi yang
konsisten
d) Membagi tugas anggota tim dan merencanakan kontinuitas asuhan keperawatan
melalui konfrens
e) Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan keperawatan oleh anggota tim
f) Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan

3) Tanggung Jawab Anggota Tim :


a) Melaksanakan perawatan sesuai renpra yang dibuat katim
b) Memberikan perawatan total/komprehensif pada sejumlah pasien
c) Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama katim tidak ada di
tempat
d) Berkontribusi terhadap perawatan
→ observasi terus menerus
→ ikut ronde keperawatan
→ berinterkasi dgn pasien & keluarga
→ berkontribusi dgn katim/karu bila ada masalah

Penerapan Metode Tim


1) Kepala ruangan membagi jumlah tim keperawatan berdasarkan klasifikasi pasien
2) Menilai tingkat ketergantungan pasien, melalui :
• Setiap pagi, karu bersama katim menilai langsung pada masing-masing tim yang
menjadi tanggung jawabnya, atau
• Setiap tim keperawatan (yang dinas malam) membuat klasifikasi pasien
kemudian diserahkan kepada karu/katim. Cara ini dapat lebih menghemat waktu
3) Katim menghitung jumlah kebutuhan tenaga
4) Karu dan katim membagi pasien kepada perawat yang bertugas sesuai kemampuan
perawat (pengetahuan dan keterampilan) Serah terima antar shift oleh karu, katim

10
dan semua perawat pelaksana yang dapat dilakukan melalui konfrens, atau keliling
langsung ke pasien (sebelum dan selesai dinas). Materi yang diserah terimakan yaitu
laporan hasil pengkajian, permasalahan, implementasi dan evaluasi. Selain itu
perencanaan yang harus dilanjutkan oleh tim yang akan bertugas.
5) Selesai konfrens, seluruh anggota tim mulai melakukan asuhan keperawatan
langsung maupun tidak langsung.

2. Konsep Timbang Terima dalam Keperawatan


a. Pengertian
Pengertian Timbang Terima Menurut Nursalam (2011) definisi timbang terima
adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang harus
dilakukan sebelum pergantian dinas. Selain laporan antar dinas, dapat disampaikan
juga informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum
dilaksanakan.
Timbang terima merupakan sistem kompleks yang didasarkan pada
perkembangan sosio-teknologi dan nilai-nilai yang dimiliki perawat dalam
berkomunikasi. Timbang terima dinas berperan penting dalam menjaga
kesinambungan layanan keperawatan selama 24 jam (Kerr, 2002). Menurut
Australian Medical Association/AMA (2006), timbang terima merupakan
pengalihan tanggung jawab profesional dan akuntabilitas untuk beberapa atau semua
aspek perawatan pasien, atau kelompok pasien, kepada orang lain atau kelompok
profesional secara sementara atau permanen.
Timbang terima merupakan komunikasi yang terjadi pada saat perawat
melakukan pergantian dinas, dan memiliki tujuan yang spesifik yaitu
mengomunikasikan informasi tentang keadaan pasien pada asuhan keperawatan
sebelumnya.

b. Tujuan
Tujuan timbang terima Menurut Australian Health Care and Hospitals
Association/ AHHA (2009) tujuan timbang terima adalah untuk mengidentifikasi,
mengembangkan dan meningkatkan timbang terima klinis dalam berbagai

11
pengaturan kesehatan. Menurut Nursalam (2011) tujuan dilaksanakan timbang
terima adalah:
1. Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum.
2. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya.
3. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.

c. Manfaat
Manfaat timbang terima Manfaat timbang terima menurut AHHA (2009) adalah:
1. Peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang berkelanjutan. Misalnya,
penyediaan informasi yang tidak akurat atau adanya kesalahan yang dapat
membahayakan kondisi pasien.
2. Selain mentransfer informasi pasien, timbang terima juga merupakan sebuah
kebudayaan atau kebiasaan yang dilakukan oleh perawat. Timbang terima
mengandung unsur-unsur kebudayaan, tradisi, dan kebiasaan. Selain itu,
timbang terima juga sebagai dukungan terhadap teman sejawat dalam
melakukan tindakan asuhan keperawatan selanjutnya.
3. Timbang terima juga memberikan “manfaat katarsis” (upaya untuk melepaskan
beban emosional yang terpendam), karena perawat yang mengalami kelelahan
emosional akibat asuhan keperawatan yang dilakukan bisa diberikan kepada
perawat berikutnya pada pergantian dinasdan tidak dibawa pulang. Dengan kata
lain, proses timbang terima dapat mengurangi kecemasan yang terjadi pada
perawat.
4. Timbang terima memiliki dampak yang positif bagi perawat, yaitu memberikan
motivasi, menggunakan pengalaman dan informasi untuk membantu
perencanaan pada tahap asuhan keperawatan selanjutnya (pelaksanaan asuhan
keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan), meningkatkan
kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin suatu hubungan kerja sama dan
bertanggung jawab antar perawat, serta perawat dapat mengikuti perkembangan
pasien secara komprehensif.
5. Selain itu, timbang terima memiliki manfaat bagi pasien diantaranya, pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal, dan dapat menyampaikan
masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap. Bagi rumah sakit,
timbang terima dapat meningkatkan pelayanan keperawatan kepada pasien
secara komprehensif.

12
Menurut Nursalam (2011) timbang terima memberikan manfaat bagi perawat
dan bagi pasien. Bagi perawat manfaat timbang terima adalah meningkatkan
kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin hubungan kerjasama dan
bertanggung jawab antar perawat, pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien
yang berkesinambungan, perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara
paripurna. Sedangkan bagi pasien, saat timbang terima pasien dapat menyampaikan
masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap.

d. Prinsip
Prinsip timbang terima Friesen, White dan Byers (2009) memperkenalkan
enam standar prinsip timbang terima pasien, yaitu :
1. Kepemimpinan dalam timbang terima pasien
Semakin luas proses timbang terima (lebih banyak peserta dalam kegiatan
timbang terima), peran pemimpin menjadi sangat penting untuk mengelola
timbang terima pasien di klinis. Pemimpin harus memiliki pemahaman yang
komprehensif dari proses timbang terima pasien dan perannya sebagai
pemimpin. Tindakan segera harus dilakukan oleh pemimpin pada eskalasi
pasien yang memburuk.
2. Pemahaman tentang timbang terima pasien
Mengatur sedemikian rupa agar timbul suatu pemahaman bahwa timbang
terima pasien harus dilaksanakan dan merupakan bagian penting dari pekerjaan
sehari-hari dari perawat dalam merawat pasien. Memastikan bahwa staf bersedia
untuk menghadiri timbang terima pasien yang relevan untuk mereka. Meninjau
jadwal dinas staf klinis untuk memastikan mereka hadir dan mendukung
kegiatan timbang terima pasien. Membuat solusi-solusi inovatif yang diperlukan
untuk memperkuat pentingnya kehadiran staf pada saat timbang terima pasien.
3. Peserta yang mengikuti timbang terima pasien
Mengidentifikasi dan mengorientasikan peserta, melibatkan mereka dalam
tinjauan berkala tentang proses timbang terima pasien. Mengidentifikasi staf
yang harus hadir, jika memungkinkan pasien dan keluarga harus dilibatkan dan
dimasukkan sebagai peserta dalam kegiatan timbang terima pasien. Dalam
timmultidisiplin, timbang terima pasien harus terstruktur dan memungkinkan
anggota multiprofesi hadir untuk pasiennya yang relevan.

13
4. Waktu timbang terima pasien
Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi untuk timbang
terima pasien. Hal ini sangat direkomendasikan, dimana strategi ini
memungkinkan untuk dapat memperkuat ketepatan waktu. Timbang terima
pasien tidak hanya pada pergantian jadwal kerja, tapi setiap kali terjadi
perubahan tanggung jawab misalnya ketika pasien diantar dari bangsal ke
tempat lain untuk suatu pemeriksaan. Ketepatan waktu timbang terima sangat
penting untuk memastikan proses perawatan yang berkelanjutan, aman dan
efektif.
5. Tempat timbang terima pasien
Sebaiknya, timbang terima pasien terjadi secara tatap muka dan di sisi
tempat tidur pasien. Jika tidak dapat dilakukan, maka pilihan lain harus
dipertimbangkan untuk memastikan timbang terima pasien berlangsung efektif
dan aman. Untuk komunikasi yang efektif, pastikan bahwa tempat timbang
terima pasien bebas dari gangguan misalnya kebisingan di bangsal secara umum
atau bunyi alat telekomunikasi.
6. Proses timbang terima pasien
a. Standar protokol
Standar protokol harus jelas mengidentifikasi pasien dan peran peserta,
kondisi klinis dari pasien, daftar pengamatan/pencatatan terakhir yang
paling penting, latar belakang yang relevan tentang situasi klinis pasien,
penilaian dan tindakan yang perlu dilakukan.
b. Kondisi pasien memburuk
Pada kondisi pasien memburuk, meningkatkan pengelolaan pasien
secara cepat dan tepat pada penurunan kondisi yang terdeteksi.
c. Informasi kritis lainnya
Prioritaskan informasi penting lainnya, misalnya: tindakan yang luar
biasa, rencana pemindahan pasien, kesehatan kerja dan risiko keselamatan
kerja atau tekanan yang dialami oleh staf.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Perawat dapat memahami tugas dan tanggungjawab
terhadap pasien sejak masuk hingga keluar rumah sakit.
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
menoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri perawat.
Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif antar perawat,
maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk komunikasi yang harus
ditingkatkan efektifitasnya adalah saat pergantian shift, yaitu saat timbang terima klien.
Tujuan timbang terima adalah untuk mengidentifikasi, mengembangkan dan
meningkatkan timbang terima klinis dalam berbagai pengaturan kesehatan. Menurut
Nursalam (2011) tujuan dilaksanakan timbang terima adalah:
1. Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum.
2. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
3. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penuis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

Repository.usu.ac.id (2017, Mei). Timbang Terima dalam Manajemen Keperawatan.


Diakses pada 03 Februari 2021, dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/59049/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

Pustakaunpad.ac.id (2010, Maret). Metode Penugasan Tim dalam Asuhan Keperawatan.


Diakses pada 03 Februari 2021, dari http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2010/03/metode_penugasan_tim_dlm_asuhan_keperawatan.pdf

Academia.edu (2017, Desember). Konsep Dasar Timbang Terima. Diakses pada 03


Februari 2021, dari https://www.academia.edu/35568575/Konsep_dasar_timbang_terima

Academia.edu (2016, Januari). Metode Penugasan dalam Pelayanan Keperawatan.


Diakses pada 03 Februari 2021, dari
https://www.academia.edu/34885888/METODE_PENUGASAN_DALAM_PELAYAN
AN_KEPERAWATAN

16

Anda mungkin juga menyukai