Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP SPINABIFIDA

OLEH :

KELOMPOK 1 :

1. ADRIANA YEWI
2. MAQFIRA
3. ADHE IRMAYANTI
4. GAYUS FIRDAUS LASAMPO
5. GRETHINSKRIPSIA BEROTA
6. NANDHINI A. P. KURNIAWAN
7. HERVI YOHANES FAUTNGIL
8. RABIATULADAWIA K. JAKARIA
LAPORAN PENDAHULUAN…..
A. PENGRTIAN
Spina bifida adalah kegagalan arkus vertebralis untuk berfusi di posterior (Rosa M Sacharin,
1996). Spina bifida merupakan suatu kelainan bawaan berupa defek pada arkus posterior
tulang belakang akibat kegagalan penutupan elemen saraf dari kanalis pada perkembangan
awal dari embrio (Chairuddin Rasyad, 1998). Keadaan ini biasanya terjadi pada minggu ke
empat masa embrio.

B. ETIOLOGI
1. Resiko melahirkan anak dengan spina bifida berhubungan erat dengan
kekurangan Asam folat, terutama yang terjadi pada awal kehamilan
2. Penonjolan dari korda spinalis dan meningens menyebabkan kerusakan pada
korda spinalis dan akar saraf, sehingga terjadi penurunan atau gangguan fungsi
pada bagian tubuh yang Dipersarafi oleh saraf tersebut atau di bagian bawahnya.
3. Gejalanya tergantung kepada letak anatomis dari spina bifida. Kebanyakan terjadi
di punggung bagian bawah, yaitu daerah lumbal atau sakral, karena penutupan
vertebra di bagian ini terjadi paling akhir
4. Faktor genetik dan lingkungan (nutrisi atau terpapar bahan berbahaya) dapat
menyebabkan resiko melahirkan anak dengan spina bifida. Pada 95% kasus spina
bifida tidak ditemukan riwayat keluarga dengan defek neural tube. Resiko akan
melahirkan anak dengan spina bifida 8 kali lebih besar bila sebelumnya pernah
melahirkan anak spina bifida.
Lanjutan…...
Kelainan yang umumnya menyertai penderita spina bifida
antara lain:
• Hidrosefalus
• Siringomielia
• Dislokasi pinggul

C. PATOFISIOLOGI
Spina bifida disebabkan oleh kegagalan dari tabung saraf untuk menutup selama bulan pertama
embrio pembangunan (sering sebelum ibu tahu dia hamil). Biasanya penutupan tabung saraf terjadi pada
sekitar 28 hari setelah pembuahan. Namun, jika sesuatu yang mengganggu dan tabung gagal untuk
menutup dengan baik, cacat tabung saraf akan terjadi. Obat seperti beberapa Antikonvulsan, diabetes,
setelah seorang kerabat dengan spina bifida, obesitas, dan peningkatan suhu tubuh dari demam atau
sumber-sumber eksternal seperti bak air panas dan selimut listrik dapat meningkatkan kemungkinan
seorang wanita akan mengandung bayi dengan spina bifida.
Namun, sebagian besar wanita yang melahirkan bayi dengan spina bifida tidak punya faktor risiko
tersebut, sehingga meskipun banyak penelitian, masih belum diketahui apa yang menyebabkan mayoritas
kasus. Beragam spina bifida prevalensi dalam populasi manusia yang berbeda dan bukti luas dari strain
tikus dengan spina bifida menunjukkan dasar genetik untuk kondisi. Seperti manusia lainnya penyakit
seperti kanker, hipertensi dan aterosklerosis (penyakit arteri koroner), spina bifida kemungkinan hasil
dari interaksi dari beberapa gen dan faktor lingkungan. Penelitian telah menunjukkan bahwa kekurangan
asam folat (folat) adalah faktor dalam patogenesis cacat tabung saraf, termasuk spina bifida.
D. KLASIFIKASI

1. Spina bifida okulta


Merupakan spina bifida yang paling ringan satu atau beberapa vertebra tidak terbentuk secara
normal, tetapi korda spinalis dan selaput otak (meningitis) tidak menonjol. Gejalanya:

a. Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang)


b. Lekukan pada daerah sacrum .

2. Spina bifida aperta


Bentuk cacat tabung saraf tempat kantong selaput otak menonjol melalui lobang. Kulit diatas
pembengkakan biasanya tipis, tekanan pada kantong menyebabkan fontanella menonjol. Spina
Bifida Aperta dapat terjadi 2 keadaan

3. Meningokel
Adalah ketika kantung berisi cairan cerebro-tulang belakang (cairan yang mengelilingi otak dan
sumsum tulang belakang) dan meninges (jaringan yang meliputi sumsum tulang belakang), tidak
ada keterlibatan saraf. meningens menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai
suatu benjolan dari cairan dibawah kulit.

4. Myelomeningokel
Myelomeningokel ialah jenis spina bifida yang kompleks dan paling berat, dimana korda spinalis
menonjol dan keluar dari tubuh, kulit diatasnya tampak kasar dan merah. Penaganan secepatnya
sangat di perlukan untuk mengurangi kerusakan syaraf dan infeksi pada tempat tonjolan tesebut.
D. MENIFESTASI KLINIS

Gejalanya
Gejala bervariasi tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan
akar saraf yang terkena.
- Tanda/gejala dapat berupa :
1. Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi
baru lahir.
2. Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya.
3. Kelumpuhan / kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki.
4. Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang).
5. Lekukan pada daerah sakrum.

E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pembedahan mielomeningokel dilakukan pada periode neonatal untuk mencegah
ruptur. Perbaikan dengan pembedahan pada lesi spinal dan pirau CSS pada bayi
hidrocefalus dilakukan pada saat kelahiran. Pencangkokan pada kulit diperlukan bila
lesinya besar. Antibiotic profilaktik diberikan untuk mencegah meningitis. Intervensi
keperawatan yang dilakukan tergantung ada tidaknya disfungsi dan berat ringannya
disfungsi tersebut pada berbagai sistem tubuh.
LANJUTAN…..
Berikut ini adalah obat-obat yang dapat diberikan :
a. Antibiotic digunakan sebagai profilaktik untuk mencegah infeksi
saluran kemih (seleksi tergantung hasil kultur dan sensitifitas).
b. Antikolinergik digunakan untuk meningkatkan tonus kandung
kemih.
c. Pelunak feces dan laksatif digunakan untuk melatih usus dan
pengeluaran feces.

F. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

a. Pre – operasi
Segera setelah lahir daerah yang terpapar harus dikenakan kasa
steril yang direndam salin yang ditutupi plastik, atau lesi yang
terpapar harus ditutupi kasa yang tidak melekat, misalnya telfa
untuk mencegah jaringan syaraf yang terpapar menjadi kering.
1. Perawatan prabedah neonatus rutin dengan penekanan khusus
pada mempertahankan suhu tubuh yang dapat menurun
dengan cepat.
2. Suatu catatan aktivitas otot pada anggota gerak bawah dan
spingter anal akan dilakukan oleh fisioterapist.
3. Lingkaran oksipito-frontalis kepala diukur dan dibuat
grafiknya.
Lanjutan ….
b. Pasca operasi
1. Perawatan pasca bedah neonatus umum
2. Pemberian makanan peroral dapat diberikan 4 jam setelah pembedahan.
3. Jika ada drain penyedotan luka maka harus diperiksa setiap jam untuk menjamin tidak
adanya belitan atau tekukan pada saluran dan terjaganya tekanan negatif dalam wadah.
Cairan akan berhenti berdrainase sekitar 2 atau 3 hari pasca bedah, dimana pada saat ini
drain dapat diangkat. Pembalut luka kemungkinan akan dibiarkan utuh, dengan inspeksi
yang teratur, hingga jahitan diangkat 10 – 12 hari setelah pembedahan.
4. Akibat kelumpuhan anggota gerak bawah, maka rentang gerakan pasif yang penuh
dilakukan setiap hari.
5. Prolaps rekti dapat merupakan masalah dini akibat kelumpuhan otot dasar panggul dan harus
diusahakan pemakaian sabuk pada bokong .
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
pengkajian antaralain :
1. Identitas pasien
• Nama
• Umur
• Jenis kelamin
• Dll
2. Riwayat kesehatan
• Keluhan utama
• Riwayat penyakit saat ini
• Riwayat kesehatan klien dan keluarga
3. Pemeriksaan fisik
Pada pengkajian fisik didapat data-data sebagai berikut :
1. Aktivitas/istirahat
Tanda : kelumpuhan tungkai tanpa terasa atau refleks pada bayi.
Gejala : dislokasi pinggul.
2. Sirkulasi
Tanda : pelebaran kapiler dan pembuluh nadi halus, hipotensi, ekstremitas dingin atau sianosis.
3. Eliminasi
Tanda : diurnal ataupun nocturnal, inkontinensia urin/alfi, konstipasi kronis.
LANJUTAN…

4 . Nutrisi
Tanda : distensi abdomen, peristaltic usus lemah/hilang (ileus paralitik).
5. Neuromuskuler
Tanda : gangguan sensibilitas segmental dan gangguan trofik paralisis kehilangan reflex
asimetris termasuk tendon dalam, kehilangan tonus otot/vasomotor ; kelumpuhan lengan
tungkai dan otot bawah.
6. Pernapasan
Tanda : pernapasan dangkal, periode apneu, penurunan bunyi napas.
Gejala : napas pendek, sulit bernapas.
7. Kenyamanan
Gejala : suhu yang berfluktuasi.

4. Pemeriksaan Penunjang
1. MRI, CT scan, X-ray
2. Tes serum alfa fetoprotein (AFP)
3. Ultrasound
B. DIAGNOSA KEPERWATAN

1. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan spinal malformation dan luka operasi

2. Berduka berhubungan dengan kelahiran anak dengan spinal malformation

3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kebutuhan positioning,

defisit stimulasi dan perpisahan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Dx : Resiko Tinggi Infeksi berhubungan dengan spinal
malformation dan luka operasi.
 Tujuan kriteria hasil :
Tujuan :
1. Anak bebas dari infeksi
2. Anak menunjukan respon neurologik yang normal
Kriteria Hasil : Suhu dan TTV normal, Luka operasi, insisi bersih
Lanjutan…….
 Intervensi
1. Monitor tanda-tanda vital Observasi tanda infeksi: perubahan suhu, warna kulit, malas
minum, irritability, perubahan warna pada myelomeingocele.
2. Ukur lingkar kepala setiap 1 minggu sekali, observasi fontanel dari cembung dan
palpasi sutura kranial
3. Ubah posisi kepala setiap 3 jam untuk mencegah dekubitus
4. Observasi tanda-tanda infeksi dan obstruksi jika terpasang shunt, lakukan perawatan
luka pada shunt dan upayakan agar shunt tidak tertekan.
 Resional
Untuk melihat tanda-tanda terjadinya resiko infeksi

Anda mungkin juga menyukai