Anda di halaman 1dari 188

PEMBAHASAN SOAL

1-30
Oleh:
Ns. Arintan Nur Safitri, S.Kep., M.Kep.
1 Komunikasi Terapeutik

Salah satu bentuk komunikasi yang bisa dilakukan oleh praktisi


profesional yang di dasari dengan hubungan saling percaya untuk
mendorong proses penyembuhan klien disebut ...
a. Komunikasi Holistik
b. Komunikasi Terapeutik
c. Komunikasi Komprehensif
d. Komunikasi Konseptual
1 Pembahasan

Komunikasi terapeutik dilakukan berdasarkan rencana yang buat secara


spesifik, yaitu praktisi profesional (perawat, dokter, bidan) dengan klien/
pasien yang memerlukan bantuan (Sarfika Riska et al, 2018).
Komunikasi efektif juga dilakukan dengan teknik teknik tertentu yang
mempunyai efek penyembuhan. Komunikasi terapeutik merupakan
salah satu cara untuk membina hubungan saling percaya terhadap
pasien dan pemberian informasi yang akurat kepada pasien (Sarfika
Riska et al, 2018).
Sumber : Pertiwi, MR., Wardhani, A.,dkk. 2022. Komunikasi Terapeutik
dalam Kesehatan. Yogyakarta: Rizmedia Pustaka Indonnesia
2 Komunikasi Terapeutik

Tahapan komunikasi dimana perawat melakukan pengumpulan data


pasien, eksplorasi perasaan dan perencanaan pertemuan pertama dengan
pasien adalah ...
a. Tahap Interaksi
b. Tahap Kerja
c. Tahap Pra-Interaksi
d. Tahap Orientasi
2 Pembahasan

Tahapan komunikasi terapeutik:


▪ Tahap Pra-Interaksi a. Memberi salam
Perawat yang melaksanakan komunikasi terapeutik b. Memperkenalkan diri perawat
mempersiapkan dirinya untuk bertemu dengan pasien. c. Menanyakan nama klien
Pada tahap ini perawat melakukan: d. Menyepakati pertemuan (kontrak)
a. Mengeksplorasi perasaan, fantasi, dan ketakutan diri e. Menghadapi kontrak
pasien f. Memulai percakapan awal
b. Menganalisis kekuatan profesional diri dan g. Menyepakati masalah klien
keterbatasan pasien h. Mengakhiri perkenalan
c. Mengumpulkan data tentang pasien (jika mungkin)
d. Merencanakan untuk pertemuan pertama dengan ▪ Tahap kerja
pasien Tahap ini terkait erat dengan pelaksanaan rencana
tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai
▪ Tahap orientasi
dengan tujuan yang akan dicapai
Fase ini sangat penting karena tahapan ini merupakan
dasar terbinanya hubungan saling percaya antara ▪ Tahap terminasi
perawat dan pasien. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh
Hal-hal yang harus dilakukan perawat pada tahap terminasi
perawat pada tahap ini adalah:
ini, antara lain:
Sumber : Pertiwi, MR., Wardhani, A.,dkk. 2022. a. Evaluasi hasil, yang terdiri evaluasi subjektif dan
Komunikasi Terapeutik dalam Kesehatan. Yogyakarta: evaluasi objektif
Rizmedia Pustaka Indonnesia b. Rencana tindak lanjut
c. Kontrak yang akan datang
3 Komunikasi Terapeutik

“Baik ibu, untuk langkah yang terakhir, Ibu bisa lakukan tarik nafas dalam,
tahan selama 4 detik, kemudian batukkan sekuat-kuatnya. Mari kita ulangi
kembali”. Fase komunikasi terapeutik yang menunjukkan pernyataan
diatas adalah ....
a. Tahap Kerja
b. Tahap Terminasi
c. Tahap Orientasi
d. Tahap Interaksi
3 Pembahasan

Pernyataan “Baik ibu, untuk langkah yang terakhir, Ibu bisa lakukan
tarik nafas dalam, tahan selama 4 detik, kemudian batukkan sekuat-
kuatnya. Mari kita ulangi kembali” merupakan tahap kerja dimana
perawat memasuki fase pelaksanaan rencana tidakan keperawatan
yaitu edukasi batuk efektif.
4 Komunikasi Terapeutik

Berikut ini bukan pernyataan yang benar terkait prinsip-prinsip komunikasi


terapeutik adalah .....
a. Perawat harus mengenal dirinya sendiri (self awareness)
b. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien bebas
berkembang tanpa rasa takut
c. Perawat harus mampu mengontrol perasaan sendiri secara bertahap
untuk mengetahui dan mengatasi perasaan emosional
d. Perawat menggunakan perasaan simpati dalam menanggapi
pernyataan klien
4 Pembahasan

Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik:


1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri (self awareness) 8. Perawat harus mampu memahami arti empati dan
yang berarti memahami nilai-nilai yang di anut menggunakannya sebagai tindakan yang terapeutik, dan mampu
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, memahami arti simpati yang bukan sebagai tindakan terapeutik
saling percaya dan saling menghargai 9. Perawat harus mampu memahami bahwa kejujuran dan
3. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien baik komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik
fisik maupun mental 10. Perawat harus mampu menjadi role model agar dapat
4. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan meyakinkan dan sebagai contoh kepada orang lain tentang
klien bebas berkembang tanpa rasa takut perilaku sehat
5. Perawat harus dapat menciptakan suasana yang 11. Perawat harus mampu mengungkapkan perasaan dan
memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk mengubah menyatakan sikap yang jelas
dirinya baik sikap, tingkah lakunya sehingga tumbuh makin 12. Perawat mampu memiliki sifat altruisme yang berarti menolong
matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang atau membantu permasalahan klien tanpa mengharapkan
dihadapi imbalan apapun dari pasien
6. Perawat harus mampu mengontrol perasaan sendiri 13. Perawat harus mampu mengambil keputusan berdasarkan
secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi prinsip kesejahteraan manusia
perasaan emosional seperti perasaan gembira, sedih, 14. Perawat bertanggung jawab pada setiap sikap dan tindakan yang
marah, keberhasilan, maupun frustasi dilakukan
7. Perawat harus mampu menentukan batas waktu yang
Sumber : Pertiwi, MR., Wardhani, A.,dkk. 2022. Komunikasi Terapeutik
sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya
dalam Kesehatan. Yogyakarta: Rizmedia Pustaka Indonesia
5 Komunikasi Terapeutik

Teknik komunikasi terapeutik dimana perawat mendengar secara


seksama apa yang diceritakan oleh klien dan tanpa memotong perkataan
klien adalah ....
a. Accepting
b. Active listening
c. Diam
d. Identifikasi issu/tema
5 Pembahasan

Teknik komunikasi terapeutik:


1. Active Listening 5. Focusing
Mendengar secara seksama apa yang diceritakan Perawat memfokuskan arah/ topik pembicaraan/
oleh klien dan merespon perkataan klien tanpa mengembalikan klien ke realita
memotong 6. Sharing Perception
2. Restating Perawat menanyakan apakah hal yang
Perawat mengulang pemikiran utama dari yang dipersepsikan perawat dengan perasaan klien saat
diungkapkan klien untuk menegaskan bahwa ini
perawat mendengarkan apa yang diungkapkan 7. Identifikasi tema
klien dan digunakan untuk menegaskan hal yang Perawat mengidentifikasi issu/tema/masalah
ingin dipahami lebih dalam utama yang terjadi selama terjadi selama terjadinya
3. Klarifikasi BHSP
Perawat meminta klien untuk menjelaskan atau 8. Diam
mengklarifikasi ide/pemikiran implisit yang Upaya perawat untuk membiarkan klien berpikir
diucapkan klien sejenak
4. Validasi 9. Accepting
Perawat mengulang inti pembicaraan untuk Perawat mendengarkan, sesekali merespon “Ya”
memastikan pemahaman klien sama dengan sebagai bentuk perhatian
perawat
6 Komunikasi Terapeutik

“Oh, begitu ya Bu. Jadi Ibu takut dioperasi karena sebelumnya belum
pernah mengalaminya dan sekarang ibu merasa cemas ya.” Termasuk
apakah teknik komunikasi terapeutik dalam pernyataan diatas ?
a. Klarifikasi
b. Focusing
c. Validasi
d. Restating
6 Pembahasan

Pernyataan “Oh, begitu ya Bu. Jadi Ibu takut dioperasi karena


sebelumnya belum pernah mengalaminya dan sekarang agak hawatir
ya.” termasuk teknik komunikasi restating karena perawat hanya
mengulangi pemikiran utama dari pernyataan klien. Hal ini menegaskan
bahwa perawat mendengarkan apa yang diungkapkan oleh klien
7 Penggunaan APD

Seorang klien (30 tahun) datang ke IGD dengan keluhan sesak napas dan demam
tidak kunjung turun sejak 1 hari yang lalu. Setelah dicek PCR hasil menunjukkan
potitif (+) Covid-19. Perawat segera mengantar pasien tersebut ke ruang
perawatan. Alat pelindung diri apakah yang tepat dikenakan oleh perawat di ruang
perawatan tersebut?
a. APD level II : Cap, goggle, masker bedah 3ply, handscoon sekali pakai dan
gown
b. APD level II : Cap, goggle, masker N95, handscoon sekali pakai dan gown
c. APD level III : Cap, goggle, masker bedah 3ply, handscoon sekali pakai, gown
dan boots
d. APD level III : Cap, goggle, masker N95, handscoon sekali pakai, coverall dan
boots
6 Pembahasan

APD level II dipakai oleh tenaga medis dan paramedis dalam cakupan :

- Pemeriksaan pasien dengan gejala infeksi


- Pengambilan sampel non-pernafasan yang tidak menimbulkan aerosol
- Ruang perawatan pasien Covid-19
- Pemeriksaan pencitraan pada ODP, PDP atau terkonfirmasi Covid-19
- Tenaga medis yang mengantarkan pasien ODP dan PDP covid-19
- Supir ambulance yang membantu menaikkan dan menurunkan ODP dan PDP Covid-19

APD yang dikenakan meluiputi :

- Goggle
- Cap (penutup kepala)
- Masker bedah 3 ply
- Sarung tangan sekali pakai
- Gown

Sumber : Standar alat pelindung diri (APD) untuk penanganan Covid-19 di Indonesia. Jakarta:
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19
8 Penggunaan APD

Seorang perawat bertugas di unit rawat jalan. Selama bertugas, perawat


harusselalu mengenakan APD sesuai standar. Salah satu APD yang penting adalah
penggunaan masker. Masker yang harus digunakan oleh perawat saat melakukan
pelayanan yang tidak berpotensi aerosol adalah ...
a. Masker kain 3ply
b. Masker bedah 3ply
c. Masker N95
d. Reusable Facepiece Respirator
8 Pembahasan

Cakupan APD untuk tenaga medis dan paramedis level I adalah sebagai
berikut:
● Tempat praktik umum dan kegiatan yang tidak menimbulkan aerosol
● Triase pra-pemeriksaan, bagian rawat jalan umum
● Supir ambulance yang mengantarkan pasien, tidak kontak langsung,
kabin terpisah

Sumber : Standar alat pelindung diri (APD) untuk penanganan Covid-19


di Indonesia. Jakarta: Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19
9 Penggunaan APD

Seorang perawat bertugas di ruang ICU isolasi covid-19. Perawat tersebut sedang
melakukan persiapan sebelum masuk ke ruang ICU. Hal yang harusdiperhatikan
dalam langkah-langkah penggunaan APDyang benar adalah...
a. Cek kelayakan APD – menggunakan sepatu boots – hand hygiene – memakai
gown – masker – goggle – cap – sarung tangan yang menutupi lengan gown
b. Cek kelayakan APD – memakai gown – menggunakan sepatu boots – hand
hygiene – masker - goggle - cap – sarung tangan yang menutupi lengan gown
c. Cek kelayakan APD – hand hygiene – menggunaan sepatu boots – memakai
gown – masker – google – cap – sarung tangan yang menutupi lengan gown
d. Cek kelayakan APD – hand hygiene – memakai gown – menggunakan sepatu
boots – masker – goggle – cap- sarung tangan yang menutupi lengan gown
9 Pembahasan

Langkah-langkah memakai APD:

- Petugs kesehatan masuk ke ruang antero room setelah memakai scrub suit di ruang ganti
- Cek APD untuk memastikan APD dalam keadaan tidak rusak
- Lakukan kebersihan tangan dengan sabun atau menggunakan hand sanitizer dengan 6 langkah
- Kenakan sepatu pelindung (boots). Jika petugas sudah menggunakan sepatu yangtertutup,
makacukupmemakai pelindung sepatu (shoe cover) dengan cara memakai diluar sepatu dan menutupi
celana panjang
- Pakai gaun bersih yang menutupibadan dengan baik dengan cara memasukan bagian leher, kemudian
mengikat tali ke belakang
- Pasang masker bedah dengan cara letakan masker tepat di depan hidung dan mulut dengan memegang
kedua tali dan dikat ke belakang
- Pasang pelindung mata dengan rapat
- Pasang pelindung kepala dengan menutupi seluruh bagian kepala
- Pasang sarung tangan sampai menutupi lengan gaun

Sumber : Standar alat pelindung diri (APD) untuk penanganan Covid-19 di Indonesia. Jakarta: Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Covid-19
10 Penggunaan APD

Seorang laki-laki (68 tahun) dirawat di ruang isolasi dengan CKD Stage 5
terkonfirmasi positif COVID-19. Hasil pengkajian: Terpasang trakeostomi, suara
napas gurgling, RR 25x/menit, HR100x/menit, TD 100/70 mmHg. Saat ini perawat
akan melakukan suction pada trakeostomi pasien.
Manakah tindakan aman diri perawat yang tepat dilakukan perawat?
a. Menggunakan APD level 1
b. Menggunakan APD level 3
c. Menggunakan APD level 2
d. Menggunakan masker dan sarung tangan saja
10 Pembahasan

Berdasarkan data diatas tindakan yang akan dilakukan oleh perawat adalah melakukan
suction yang memungkinkan timbulnya aerosol sehingga perawat harus menggunakan APD
level 3. Penggunaan APD pada Penanganan Covid 19 menurut KEMENKES RI:
1. Tingkat pertama untuk tenaga kesehatan yang bekerja di tempat praktik umum dimana
kegiatannya tidak menimbulkan risiko tinggi, tidak menimbulkan aerosol. APD yang
dipakai terdiri dari masker bedah, gaun, dan sarung tangan pemeriksaan.
2. Tingkat kedua dimana tenaga kesehatan, dokter, perawat, dan petugas laboratorium
yang bekerja di ruang perawatan pasien, di ruang itu juga dilakukan pengambilan
sampel non pernapasan atau di laboratorium, maka APD yang dibutuhkan adalah
penutup kepala, google, masker bedah, gaun, dan sarung tangan sekali pakai.
3. Tingkat ketiga bagi tenaga kesehatan yang bekerja kontak langsung dengan pasien
yang dicurigai atau sudah konfirmasi Covid-19 dan melakukan tindakan bedah yang
menimbulkan aerosol, maka APD yang dipakai harus lebih lengkap yaitu penutup kepala,
pengaman muka, pengaman mata atau google, masker N95, cover all, sarung tangan
bedah dan sepatu boots anti air.
11 Prinsip Etik

Seorang perempuan (42 tahun) menderita kanker payudara dan direncanakan


kemoterapi setiap 2 minggu sekali dan selalu ditemani suaminya. Klien mengeluh
lelah saat akan melakukan kemoterapi karena tempat tinggal cukup jauh dari
lingkungan rumah sakit dan membutuhkan biaya yang cukup mahal untuk
transportasi. Mengetahui hal tersebut, perawat menyarankan agar klien dan
suaminya mendaftar untuk tinggal di rumah singgah kanker yang letaknya tidak
jauh dari rumah sakit. Prinsip etik apa yang diterapkan oleh perawat?
a. Beneficience
b. Autonomy
c. Justice
d. Fidelity
11 Pembahasan

Prinsip etik dalam keperawatan:


● Automony ● Non-maleficience
Perawat memberikan kebebasan pada pasien dan Perawat memberikan tindakan pada pasien dengan
keluarga untuk menyetujui atau tidak menyetujui tidak menimbulkan cidera fisik maupun psikis pada
tindakan yang dilakukan setelah diberi penjelasan pasien
terkait tindakan tersebut ● Fidelity
● Justice Perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan
Perawat bersikap sama dan adil dalam memberikan menghargai komitmen pasien
terapi atau penanganan terhadap pasien/keluarga yang ● Confidentiality
menjunjung prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Perawat menekankan bahwa informasi tentang pasien
● Beneficience haruslah dijaga kerahasiaannya
Perawat mempunyai keharusan untuk berbuat baik ● Veracity
kepada pasien dimana setiap tindakan perawatan Perawat berkewajiban untuk menyampaikan kebenaran
ditujukan untuk kebaikan pasien pada setap pasien dan meyakinkan pasien sangat
● Accountability mengerti
Perawat harus memberikan pelayanan sesuai dengan (Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan. Penerapan
standar seorang profesional yang dapat dinilai dalam dalam Praktik Keperawatan Profesional. Edisi 4. Jakarta:
situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali Salemba Medika)
12 Fase Berduka

Ny. D (35 tahun) mengeluhkan terdapat benjolan di payudara kanan dan terasa
nyeri ketika ditekan. Setelahnya, dokter menyarankanpasienuntukmelakukan
pemeriksaan penunjang Biopsi dan hasil pemeriksaan tersebut klien di diagnosa
Ca mammae stadium II. Dokter menjelaskan hasil pemeriksaan dan rencana tindak
lanjut kepada pasien dan keluarga. Namun, klien mengatakan bahwa hasil
pemeriksaan tersebut salah dan diagnosa dari dokter pun salah. Klien ingin
mengecek ulang kondisinya dengan mengganti dokter baru untuk menjadi
penanggungjawabnya. Fase berduka yang sesuai dengan situasi diatas adalah ....
a. Bargaining
b. Anger
c. Denial
d. Depresi
12 Pembahasan

Klien mengatakan hasil pemeriksaan biopsi yang dilakukan salah dan dokter penanggung jawab salah dalam
menyampaikan diagnosa klien yaitu Ca Mammae stadium II. Dalam pernyataan tersebut, klien mengalami fase
denial dimana klien tidak bisamenerima kondisinya bahkan setelah dilakukan pemerisaan penunjang biopsi.

Fase berduka dijabarkan sebagai berikut:

- Denial (penyangkalan)
Reaksi awal seorang individu ketika mengalami kehilangan adalah tidak percaya, syok, diam, terpaku,
gelisah, berperilaku seperti hal normal biasanya.
- Anger (marah)
Tahapan kedua seseorang akan mulai menyadari kenyataan kehilangan. Perasaan marah yang timbul terus
meningkat, yang diproyeksikan kepada orang lain atau benda disekitarnya.
- Bargaining (Penawaran)
Berusaha kembali ke masa lalu. Umumnya ditandai dengan pengandaian seperti, “seandainya”, “andai saja”
- Depresi
Dampak nyata dari suatu proses kehilangan. Klien menarik diri dari lingkungan, tampak putus asa, tidak mau
bicara dengan orang lain, merasa tidak berharga, sulit tidur, menolak makan
- Acceptance (penerimaan)
Fokus pemikiran terhadap sesuatu yang hilang mulai berkuran. Klien sudah mempu menerima situasi yang
terjadi dengan lapang dada, hingga sesuatu yang hilang tersebut mulai dilepaskan secara bertahap dan
dialihkan ke objek yang lain.
Perawatan Pasien
13
Paliatif

Berikut ini merupakan prinsip dasar keperawatan paliatif, kecuali...


a. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian adalah proses yang
normal
b. Tidak menunda atau mempercepat kematian
c. Menggunaan pendekatan secara personal untuk mengatasi kebutuhan pasien
dan keluarga
d. Berusaha agar penderita tetapaktif hingga menjelang akhir hayatnya
13 Pembahasan

Prinsip paliatif care ( Ferrel dan Coyle, 2007):

● Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang normal

● Tidak mempercepat atau menunda kematian

● Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu

● Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga

● Berusaha agar penderita tetap aktif samai akhir hayatnya

● Menjaga keseimbangan psikologis, sosial dan spiritual

● Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya

● Menghindari tindakan yang sia-sia


Perawatan Pasien
14
Paliatif

Berikut ini merupakan tujuan dari Hospice Care adalah...


a. Memberikan dukungan secara moril, spiritual maupun memberikan pelatihan
praktis dalamhal perawatan bagi pasien dan keluarga
b. Meningkatkan kualitas hidupdanmenganggapkeatian adalah proses yang
normal
c. Menghindari tindakan yang sia- sia
d. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu
14 Pembahasan

Tujuan Pelayanan Hospice Care


● Meringankan pasien dari penderitaanya
● Memberikan dukungan moril, spiritual maupun pelatihan praktis dalam
hal perawatan pasien bagi keluarga pasien dan pelaku rawat
● Memberikan dukungan moril bagi keluarga pasien selama masa
dukacita
Tindakan terapi
15
komplementer

Menurut National Institute of Health (NIH), terapi komplementer dikategorikan


menjadi 5 bagian, salah satunya yaitu …
a. Biological Based Practice
b. Mind-body techniques
c. Manipulative and body-based practice
d. Semua benar
15 Pembahasan

Menurut National Institute of Health (NIH), terapi komplementer


dikategorikan menjadi 5 bagian, adalah :
1. Biological Based practice
2. Mind-body techniques
3. Manipulative and body-based practice
4. Energy therapies
5. Ancient medical system

Sumber : Abidin, Z. 2019. Buku Ajar Keperawatan Komplementer. Jember:


Universitas Jember
Tindakan terapi
16
komplementer

Dalam melayani pasien dengan kasus hipertensi di rumah sakit, perawat


menemukan data dari anamnesa bahwa terdapat terapi medikasi yang diresepkan
oleh dokter. Saat melakukan tindakan pengukuran tekanan darah, perawat
seringkali menanyakan keluhan yang dirasakan oleh pasien dan melakukan teknik
sentuhan seperti memegang tangan pasien atau dengan memberikan senyuman
kepada pasien. Ketika pasien tegang dan cemas terhadap penyakit yang
dideritanya, seorang perawat kadang melakukan pendekatan komunikasi
terapeutik dengan menyisipkan sedikit humor untuk pasien. Hal yang dilakukan
perawat bertujuan untuk …
a. Membina hubungan BHSP
b. Mengalihkan keluhan pasien
c. Mengurangi ketegangan dan kecemasan pasien
d. Terjalinnya komunikasi terapeutik yang efektif
16 Pembahasan

Pada kasus tersebut, klien terlihat tegang dan cemas saat dilakukan pengukuran tekanan darah
oleh perawat. Ketika dikonfirmasi oleh perawat, ternyata klien cemas terhadap penyakit
hipertensinya. Perawat melakukan pendekatan dengan komunikasi terapeutik dan
menyisipkan humor yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan pasien
agar tidak mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darahnya.

Konsep terapi modalitas seringkali diintegrasikan dengan tindakan keperawatan. Jenis terapi
humor termasuk dalam jenis terapi komplementer yakni intervensi tubuh dan pikiran.

Humor theraphy atau terapi humor adalah penggunaan humor untuk mengurangi rasa sakit
fisik atau emosional dan stres. Tujuannya adalah mengurangi stres dan meningkatkan kualitas
hisup seseorang. Perawat dapat melakukan terapi ini di saat melakukan kegiatan keperawatan
yang lain, misalnya ketika melakukan konseling kesehatan, menyiapkan fooding atau pada saat
melakukan kegiatan santai dengan pasien.

Sumber : Abidin, Z. 2019. Buku Ajar Keperawatan Komplementer. Jember: Universitas Jember
Tindakan terapi
17
komplementer

Tujuan terapi energi adalah mengembalikan keseimbangan energi pada kedua


kutub tubuh manusia. Contoh dari terapi energi kecuali ...
a. Akupuntur
b. Pranic Healing
c. EFT
d. Hypnoteraphy
17 Pembahasan

Tubuh manusia memiliki aliran energi hidup atau energi sehat yang di kenal dengan berbagai
nama seperti prana, Chi, tenaga dalam atau energi 5 elemen (E5E). Tujuan terapi energi adalah
mengembalikan keseimbangan energi pada kedua kutub tubuh manusia .

Macam-macam terapi energi baik dengan sentihan maupun tanpa sentuhan adalah sebagai
berikut :

- Akupuntur

- Akupresur

- Pijat refleksi

- Chi kung

- EFT (Emotional Freedom Techniques)

- Penyembuhan prana

Sumber : Abidin, Z. 2019. Buku Ajar Keperawatan Komplementer. Jember: Universitas Jember
Tindakan terapi
18
komplementer

Nn. A (24 tahun) mengalami PTSD (Post Trauma Stress Disorder) akibat terjadinya
gempa di wilayah X 3 hari yang lalu. Klien terlihat ketakutan ketika keluar tenda
pengungsian dan melihat puing-puing bangunan yang runtuh. Mengetahui hal
tersebut, terapi komplementer apakah yang tepat dilakukan oleh perawat tersebut?
a. EFT (Emotional Freedom Techniques)
b. Meditasi
c. Guided imagery therapy
d. Hypnoteraphy
18 Pembahasan

Terapi komplementer EFT merupakan bentuk pengobatan psikoterapi, yang di lakukan dengan
memanipulasi medan energi tubuh melalui tapping pada titik titik akupuntur, sambil
memfokuskan pikiran pada trauma yang pernah terjadi, sehingga akhirnya dapat
menyelesaikan problem yang bersifat psikologis. Terapi EFT tepat digunakan pada penderita
PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) yaitu stres dan ketakutan yang muncul setelah
mengalami peristiwa mengerikan.

Sumber : Abidin, Z. 2019. Buku Ajar Keperawatan Komplementer. Jember: Universitas Jember
Tindakan terapi
19
komplementer

Ruang lingkup tindakan komplementer yang berlandaskan ilmu pengetahuan


biomedik dan ditetapkan oleh menteri kesehatan adalah …
a. Mind and body intervension, Alternative System of Medical Practice, Manual
Healing Methods
b. Mind and body intervension, Alternative System of Medical Practice, Modified
Healing Methods
c. Mind and body intervension, Alternative System of Medical Practice,
Pharmachologic and Biologic Treatments
d. Mind and body intervension, Alternative System of Medical Practice, Diet and
Nutrition the Prevebtion and Treatment of Desease
19 Pembahasan

Ruang lingkup tindakan komplementer yang berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik dan
ditetapkan oleh menteri kesehatan adalah:

1. Intervensi Tubuh dan Fikiran (Mind and body intervension)

2. Sistem Pelayanan Pengobatan Alternatif (Alternative System of Medical Practice)

3. Cara penyembuhan manual (Manual Healing Methods)

4. Pengetahuan farmakologi dan biologi (Pharmakologic and Biologic Treatments)

5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan (Diet and Nutrition the Prevebtion and
Treatment of Desease)

6. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan (Unclassified Diagnostic and Treatment
Methods)

Sumber : Abidin, Z. 2019. Buku Ajar Keperawatan Komplementer. Jember: Universitas Jember
20 Masalah keperawatan

Seorang perempuan (24 tahun) sudah melakukan kegiatan kemoterapi keempat


karena Ca Serviks. Saat perawat datang ke ruangan untuk pemasangan infus, klien
mengatakan hidupnya sudah tidak berguna. Klien menganggap kemoterapi yang
dijalani hanya membuang waktu saja karena sejauh ini belum ada hasil yang
signifikan. Hasil pengkajian : klien terlihat murung, pesimis, sulit berkonsentrasi,
tampak lesu dan tatapan kosong. Apakah masalah keperawatan prioritas dalam
kasus tersebut?
a. Ketidakefektifan koping
b. Ketidakpatuhan
c. Keputusasaan
d. Ketidakefektifan penampilan peran
20 Pembahasan

Tanda Mayor :

a. Data Objektif

Klien tampak lesu, murung, sulit berkonsentrasi, pesimis, tatapan kosong

b. Data subjektif

● Klien menganggap kemoterapi hanya membuang waktu karena belum ada hasil yang
signifikan

● Klien mengatakan hidupnya sudah tidak berguna

Masalah keperawatan pada kasus tersebut adalah keputusasaan dimana klien menganggap
tidak ada alternatif penyelesaian masalah dan klien tampak putus asa terhadap kondisi yang
dihadapi.
Triase dalam gawat
21
darurat

Pada suatu IGD RS kedatangan 4 orang pasien secara bersamaan. Pasien A datang
dengan keluhan nyeri abdomen skala 5, mual muntah, BAB cair 5x/hari sejak hari
ini. Pasien B datang dengan penurunan kesadaran, terdapat luka area leher dan
dada, riwayat KLL, tidak berespon terhadap nyeri dan tidak ada nadi. Pasien C
datang dengan keluhan nyeri dada skala 8 seperti tertimpa beban berat, menjalar
hingga ke lengan kiri, HR 56x/menit, SpO2 94%. Pasien D datang fraktur dan telah
dilakukan pembidaian namun sensasi perabaan menurun, pulsasi ekstremitas
menurun mendadak. Berdasarkan kasus tersebut, pasien manakah yang menjadi
prioritas untuk ditangani terlebih dahulu?
a. Pasien A
b. Pasien B
c. Pasien C
d. Pasien D
21 Pembahasan

Pasien Kategori Respon Deskripsi


A Kategori 4 Penilaian dan Kondisi medis yang membutuhkan pemeriksaan yang banyak, konsultasi
tatalaksana dapat spesialis dan tatalaksana di ruang rawat inap serta nyeri ringan
dimulai dalam waktu 60
menit Contoh: perdarahan ringan, nyeri ringan-sedang, muntah/diare tanpa dehidrasi,
trauma ekstremitas minor
B Kategori 1 Segera, penilaian dan Kondisi mengancam nyawa jika tidak segera diintervensi seperti henti jantung
tatalaksana diberikan henti nafas, sumbatan ja;an napas mendadak, RR <10x/menit, distress
secara simulyam pernapasan berat, TD sistol <80, tidak berespon
C Kategori 2 Penilaian dan Risiko mengancam nyawa, dapat memburuk dengan cepat seperti pasiem
tatalaksana diberikan STEMI, keracunan, nyeri hebat skala 7-10
secara simultan dalam
waktu 10 menit
D Kategori 3 Penilaian dan Kondisi potensi bahaya dimana pengobatan harus diberikan dalam waktu 30
tatalaksana dapat menit untuk mencegah perburukan. Nyeri sedang harus diatasi dalam 30 menit.
dilakukan dalam waktu Contoh: sesak napas saturasi 90-95%, muntah dengan dehidrasi, nyeri sedang,
30 menit hipertensi berat dll
Triase dalam gawat
22
darurat

Suatu daerah mengalami bencana alamgempa bumi yang mengakibatkan


kerusakan fasilitas umum dan bangunan. 1 jam setelahnya, tenaga medis dari
rumah sakit X segera diterjunkan ke lokasi kejadian. Perawat melakukan evakuasi
di salah satu gedung yang runtuh dan menemukan beberapa korban yang masih
hidup. Manakah yang harus pertama kali ditolong?
a. Korban sadar dengan luka robek tangan dan kaki
b. Korban sadar yang mengalami fraktur tertutup area tangan
c. Korban yang mengalami trauma kepala dan menangis histeris
d. Korban yang mengalami amputasi parsial pada tungkai dan mengalami
perdarahan
22 Pembahasan

Perawat menentukan korban mana yang harus diberikan pertolongan terlebih dahulu. Pertama
yang harus dilakukan adalah memilih korban yang masih hidup dan dalam keadaan yang
mengancam nyawa seperti terjadinya perdarahan hebat
Triase dalam gawat
23
darurat

Sebuah pabrik mengalami ledakan hebat yang melibatkan 40 pekerja menjadi


korban ledakan. Perawat yangbekerja di area perusahaan tersebut langsung terjun
ke lokasi kejadian dengan ambulance. Manakah korban yang harus mendapatkan
pertolongan pertama kali?
a. Korban dengan fraktur tertutup pada tangan
b. Korban yang mengalami luka bakar pada area tangan
c. Korban hidup dengan bulu hidung dan wajah terbakar
d. Koran dengan luka superficial pada ekstremitas bawah
23 Pembahasan

Korban dengan bulu hidung terbakar dan wajah terbakar menandakan korban telah menghirup
udara panas dan mengalami cidera inhalasi yang menyebabkan kesulitan bernafas.
Tindakan keperawatan
24
gawat darurat

Seorang wanita (61 tahun) datang ke IGD dengan keluhan nyeri dada menjalar ke
leher dan punggung, dirasa sepeti tertimpa beban berat, nyerihilang ketikaistirahat
dan timbul ketika berativitas dan sesak napas. Gambaran EKG menunjukkan
adanya ST elevasi. Klien mendapatkan terapi oksigen nasal kanul 3 lpm dan
kolaborasi pemberan NTG subingual . Apakah rasional pemberian obat NTG pada
pasien?
a. Sebagai antikoagulan
b. Sebagai pereda nyeri
c. Sebagai antiplatelet
d. Sebagai obat digitalis
24 Pembahasan

Nitrat merupakan obat pereda nyeri yang sering digunakan pada penderita angina pectoris
atau miokard infark. Jika nyeri dada belum bisa diatasi dengan pemberian NTG, maka
dilakukan kolaborasi pemberian analgesik kuat yaitu morfin.
Tindakan keperawatan
25
gawat darurat

Seorang perawat UGD menerima pasien laki-laki (35 tahun) riwayat KLL, datang ke
IGD dengan penurunan kesadaran dan fraktur tertutup area femur sinistra. Hasil
pengkajian: frekuensi napas 30 x/menit, akral teraba dingin, CRT >3 detik, nadi 110
x/menit dan teraba lemah, tekanan darah 80/50 mmHg, GCS sopor. Apakah
prioritas tujuan tindakan pada pasien tersebut?
a. Mengatasi masalah sirkulasi
b. Mengatasi masalah pernapasan
c. Memberikan obat sesuai indikasi
d. Mendukung psikologis pasien dan keluarga
25 Pembahasan

Perhatikan kembali terkait initial assesement/primary survey dan penatalaksanaannya. Pengkajian primary survei
meliputi Airway, Breathing, Circulation, Disability dan Exposure.

Pasien tersebut memiliki tanda-tanda syok hipovolemik dengan data objektif :

- Fraktur tertutup femur sinistra

- RR 30x/menit (takipnea)

- HR 100x/menit (meningkat), nadi teraba lemah

- TD 80/50mmHg (tanda tanda syok hipovolemik)

- Akral teraba dingin (tanda-tanda syok hiovolemik)

- CRT > 3 detik (tanda-tanda syok hiovolemik)

- GCS sopor (terjadi penurunan kesadaran)

Tidak ada masalah pada Airway dan Breathing pasien, sehingga yang perlu diatasi adalah masalah sirkulasi yakni syok
hipovolemik

Sumber : American College of Surgeons. (2018). Advanced Trauma Life Support Tenth Edition. United States: American
College of Surgeons
Tindakan keperawatan
26
gawat darurat

Seorang perempuan (27 th) dilarikan ke IGD RS post kecelakaan lalu lintas. Hasil
pengkajian: dengan rangsangan nyeri klien dapat membuka mata sesaat dan
tertidur kembali, ektremitas fleksi abnormal dan terdengar bergumam. Berapakah
skor GCS pasien?
a. 5
b. 6
c. 7
d. 8
26 Pembahasan

Interpretasi GCS pasien adalah:

E = Pasien membuka meta dengan rangsangan


nyeri ( skor 2)

M = ekstremitas fleksi abnormal ( skor 3 )

V = Klien terdengar bergumam ( skor 2 )

Jadi interpretasi GCS pasien adalah E2M3V2 =


skor 7
Tindakan keperawatan
27
gawat darurat

Seorang laki-laki (40 tahun) dirawat dengan suspect CVA. Pasien mengeluh lemah
separuh badan dan sakit kepala. Berbicara pelo, hasil CT scan menunjukkan
adanya iskemia di corona radiate kiri. Hasil pengkajian : suhu 38,5 C, TD 120/90
mmHg, HR 60 x/menit, BB 60 kg. Berapakah kebutuhan cairan pasien dalam 24
jam?
a. 2200 ml
b. 2100 ml
c. 2226 ml
d. 2126 ml
27 Pembahasan

Data fokus :
● Usia klien 40 tahun
● Kebutuhan cairan selama 24 jam pada usia 40 tahun (31 – 55 tahun) adalah
35 ml/kgBB
● BB= 60 kg
● Suhu= 38,5 C (meningkat 10C dari suhu tubuh normal)

Kebutuhan cairan berdasarkan kenaikan suhu (dewasa) → setiap kenaikan 1oC


maka kebutuhan cairan meningkat sebanyak 6% / 24 jam

Perhitungan :
(Kebutuhan cairan /24 jam x kgBB) + (6% x (kebutuhan cairan/24 jam x kgBB))
(35 ml x 60 kg) + (6% (35 ml x 60 kg))
2100 + 126 = 2226 ml
Tindakan keperawatan
28
gawat darurat

Seorang laki-laki (35 tahun) dirawat di ruang bedah dengan luka bakar akibat
kebakaran gedung. Hasil pengkajian : tampak luka bakar di daerah dada, punggung
dan lengan kiri. Berat badan pasien 58 kg. Berapakah kebutuhan cairan klien yang
harus diberikan pada 8 jam pertama?
a. 4176 cc
b. 8352 cc
c. 4276 cc
d. 8325 cc
28 Pembahasan

Rule of Nine :
Presentase luka bakar pada kasus :
● Daerah dada + punggung + lengan kiri
● 9% + 18% + 9%
● 36 %
Kebutuhan cairan pada 24 jam
= 4 x presentase luka bakar x kgBB
= 4 x 36 x 58
= 8352 cc
Kebutuhan cairan pada 8 jam pertama
= 50% x 8352 cc
= 4176 cc
Tindakan keperawatan
29
gawat darurat

Pasien (28 tahun) datang ke IGD dengan luka tusuk pada dada kiri,nampaksesak
nafas, JVP meningkat, VBS menurun, deviasi trakea ke sebelah kanan. Hasil
pengkajian : TD 80/50mmHg, nadi 117 x/menit, frekuensi nafas 35x/menit. Pasien
terpasang NRM 10 lpm dan telah dilakukan needle thorakosintesis. Apa tindakan
selanjutnya?
a. Pasang balut tekan
b. Pasang CTT
c. Perikardiosintesis
d. Pasang Occlusive dressing
29 Pembahasan

Berdasarkan data diatas yaitu adanya luka tusuk pada dada kiri, pasien nampak
sesak nafas, JVP meningkat, VBS menurun, deviasi trakea ke sebelah kanan
merupakan gejala tension pneumothoraks dan telah dilakuan needle
thorakosintesis. Maka langkah selanjutnya adalah kolaborasi pemasangan CTT
(Catheter Chest Tube) untuk membantu pengeluaran udara dan pengembalian
tekanan intrapleura pada tekanan normal.
Tindakan keperawatan
29
kritis

Seorang pasien ICU (54 tahun) dengan diagnosa gagal nafas. Hasil pengkajian:
Kesadaran apatis, terpasang ventilator mode CPAP, terdengar bunyi gurgling
sehingga perawat akan melakukan penghisapan lendir. Apa yang pertama harus
dilakukan segeradilakukan perawat tersebut?
a. Pasang cateter suction
b. Membilas cateter dengan NaCl 0,9%
c. Masukkan cateter suction dengan posisi kanul terbuka
d. Lakukan hiperoksigenasi hingga 100%
29 Pembahasan

Pemasangan ventilatormode CPAP pada pasien berpotensi mengalami


akumulasi sekret pada jalan napas, sehingga membutuhkan tindakan suction.
Pada tindakan suction, oksigen dalam tubuh ikut terhisap menyebabkan saturasi
O2 menurun. Oleh karena itu, tahapan pertama yang dilakukan adalah
meningkatkan oksigen pasien hingga 100% sebagai antisipasi penurunan
saturasi oksigen.
“Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras.
Tidak ada keberhasilan tanpa kebersamaan.
Tidak ada kemudahan tanpa doa.”
Ridwan Kamil
PEMBAHASAN SOAL
31-60
Oleh:
Ns. Arintan Nur Safitri, S.Kep., M.Kep.
Tindakan keperawatan
31
kritis

Seorang perempuan (56 tahun) dirawat di RS dengan CKD stage V di ruang ICU.
Perawat menemukan monitor pasien dengan gambaran EKG berikut ini.

Apakah intepretasi dari hasil gambaran EKG pasien dan apakah yang harus
dilakukan oleh perawat?
a. Ventrikular takikardi, yang harus dilakukan adalah DC shock
b. Ventrikular takikardi, yang harus dilakukan adalah memeriksa nadi karotis
c. Ventrikel fibrilasi, yang harus dilakukan adalah DC shock
d. Ventrikel fibrilasi, yang harus dilakukan adalah memeriksa nadi karotis
31 Pembahasan

Berdasarkan kasus, hasil EKG pasien tersebut adalah VT (Ventricular takikardi). Ciri irama VT
adalah sebagai berikut:
1. Irama :Teratur
2. Frekuensi HR :100 – 250 x/menit
3. Gel. P :Tidak ada
4. Interval PR :Tidak ada
5. Gel. QRS :Lebar ( > 0,12 detik )
Setelah mengetahui irama EKG yaitu VT, yang harus dilakukan perawat adalah memeriksa
ada atau tidaknya nadi karotis. Jika hasil VT tanpanadi, segera lakukan DC shock. Jika
teraba nadikatotis (vt dengan nadi) segera lakukan kompresi dada.
32 EWS

Berikut ini bukan merupakan tujuan penggunaan early warning system (EWS) di
rumah sakit adalah...
a. Standarisasi teknik detekdi perburukan kondisi pasien
b. Standarisasi tingkat perburukan kondisi pasien
c. Membantu pengambilan keputusan klinis dengan cepat dan tepat
d. Memberikan resusitasi dan stabilisasi yang cepat untuk pasien
32 Pembahasan

Tujuan EWS diantaranya adalah :


1. Standarisasi teknik deteksi perburukan kondisi pasien
2. Standarisasi tingkat perburukan kondisi pasien
3. Membantu pengambilan keputusan klinis dengan cepat dan tepat
33 EWS

Di sebuah bangsal penyakit dalam, terdapat pasien Tn. D (52 tahun) dengan
diagnosa pneumonia + CKD. Perawat melakukan monitoring pasiendengan sistem
EWS. Hasil pengkajian : Pasien sadar penuh, RR 28x/menit, SpO2 98%, mendapatan
bantuan napas NRM 10 lpm, suhu 37,5oC, TD 130/90 mmHg dan HR 105x/menit.
Berapa skor EWS pada pasien tersebut?
a. 5
b. 6
c. 7
d. Blue kriteria
33 Pembahasan

DO :

● Kesadaran → sadar penuh ( skor 0)

● Laju respirasi → 28x/menit (skor 3)

● Saturasi O2 → 98% (skor 0)

● Suplemen O2 → Bantuan NRM 10lpm (skor 2)

● Temperatur → 37,5oC (skor 0)

● Tekanan darah → 130/80 mmHg (skor 0)

● Laju jantung → 105x/menit (skor 1)

Skor EWS → 6 (risiko sedang)


34 Etik Keperawatan

Seorang pasien ICU (45 tahun) dengan diagnosa CKD stage V mengalami henti
jantung. Monitor EKG pasien menunjukkan gambaran asistole, setelah melakukan
flat line protocol, tidak ada perubahan irama. Sebelumnya, keluarga pasien telah di
edukasi penatalaksanaan RJP ketika pasien henti jantung dan peburukan kondisi.
Keluarga menandatangani lembar informed consent untuk DNR ketika pasien
mengalami henti nafas dan henti jantung. Apakah dilemma etik yang dihadapi
dokter dan perawat dalam kondisi tersebut?
a. Otonomi vs fidelity
b. Otonomi vs non-maleficience
c. Otonomi vs beneficience
d. Otonomi vs veracity
34 Pembahasan

● Prinsip Otonomi

Otonomi pasien dalam RJP mencakup dua aspek yaitu hak untuk meminta perawatan dan hak
untuk menolak perawatan seperti do not ressucite (DNR). Pada kasus diatas, keluarga pasien
telah menandatangai informed consent DNR pada pasien ketika mengalami henti napas dan
henti jantung. Oleh karenanya, hal tersebut menjadi hak kebebasan pasien dan tenaga
kesehatan wajib untuk melakukannya.

● Prinsip Beneficience

Prinsip beneficence pada RJP adalah melakukan tindakan RJP dilakukan sebagai bentuk
pertolongan tenaga kesehatan untuk melakukan oksigenasi darurat secara efektif pada organ
vital buatan sampai paru dan denyut jantung pasien kembali mengerjakan fungsinya secara
normal.
Tindakan keperawatan
35
gawat darurat, kritis

Perawat melakukan RJP pada pasien CKD dengan indikasi henti jantung. Perawat
telah mengevaluasi irama pada pasien setelah 2 menit. Hasil evaluasi: Pulsasi
karotis teraba lemah dan tidak ada nafas. Apa yang dilakukan selanjutnya
dilakukan oleh perawat?
a. Lanjutkan kompresi 5 siklus selama 2 menit
b. Kolaborasi pemberian eprineprin 1 mg
c. Pemasangan AED
d. Berikan bantuan napas 10 kali/menit
35 Pembahasan

Perawat telah melakukan evaluasi irama pada pasien yang berarti


perawat sudah melaksanakan kompresi dada 5 siklus dan menunggu
bantuan datang. Hasil evaluasi didapatkan pulsasi karotis teraba lemah
dan tidak ada nafas. Selanjutnya yang dilakukan perawat adalah
memberikan bantuan nafas menggunakan BVM yakni 1 nafas setiap 6
detik atau 10 kali nafas selama 1 menit, kemudian lakukan evaluasi nadi
kembali.
Tindakan keperawatan
36
gawat darurat, kritis

Berikut gambaran elektrokardiogram (EKG) yang menunjukkan aritmia lethal


adalah ...
a. SVT tanpa nadi, VF, Asistol dan PEA
b. VT tanpa nadi, VF, Asistol dan PEA
c. VT, VF, Asistol dan PEA
d. SVT, VF, Asistol dan PEA
36 Pembahasan

Aritmia lethal:
● Irama shockable → VT tanpa nadi dan VF
● Irama non-shockable → Asistol dan PEA
Tindakan keperawatan
37
gawat darurat, kritis

Perawat menerima panggilan dari keluarga pasien dan mengatakan pasien tiba
tiba tidak sadarkan diri. Segera perawat menujuk kamar pasien untk m emeriksa
keadaan pasien. Hasil pengkajian respon pasien didapatkan unresponsive. Apa
yang dilakukan oleh perawat selanjutnya?
a. Melakukan RJP
b. Mengecek nadi dan napas pasien secara bersamaan
c. Aktivasi sistem code blue
d. Memanggil perawat untuk membawa troli emergency
37 Pembahasan

Prinsip pemberian BHD:


● Danger ( Memastikan 3A)
Aman diri, aman lingkungan, aman pasien
● Respon (Cek respon pasien)
Respon pasien diperiksa sesegera mungkin dengan memberi rangsangan verbal ataupun rasa sakit, dan
dinilai dengan klasifikasi AVPU (Alert, Verbal, Pain, Unresponsive)
● Call for help (Aktifasi sistem code blue)
Seseorang yang menemukan pasien pertama kali mengaktivasi sistem code blue untuk mendatangkan tim
code blue untuk membawa perlengkapan BLS (defibrillator, brankar emergensi berisi perlengkapan dan obat-
obatan BLS, perlengkapan penanganan jalan nafas)
● Cek nadi dan nafas bersamaan
Pemeriksaan nadi karotis dilakukan bersamaan dengan nafas (melihat pergerakan dada, mendengar dan
merasakan nafas pasien) kurang dari 10 detik
a. Pulsasi karotis teraba dan tidak ada nafas → Buka jalan nafas pasien, berikan bantuan nafas
menggunakan BVM setiap 6 detik sekali selama 1 menit, kemudian evaluasi nadi dan nafas
b. Pulsasi karotis dan nafas tidak ada → Lakukan kompresidada 5 siklus selama 2 menit, kemudian
evaluasi nadi dan nafas
● Lakukan kompresi dada dengan kualitas tinggi 5 siklus selama 2 menit
● Evaluasi pulsasi nadi karotis dan nafas secarabersamaan <10 detik
Tindakan keperawatan
38
gawat darurat, kritis

Pasien (60 tahun) dengan SAH dengan kejang berulang mendapatkan pemantauan
ketat diruang ICU. Alarm monitor berbunyi dan menunjukkan gambaran EKG
ventrikel fibrilasi. Perawat segera datang untuk melakukan RJP. Saat ini perawat
telah memasukkan epineprin 1mg via IV dan hasil evaluasi irama VF masih
menetap. Apa yang harusdilakuan selanjutnya?
a. Shock dan lanjutkan RJP
b. Shock dan masukkan epineprine 1mg via IV
c. Shock dan masukkan amiodarone 300 mg via IV
d. Shock dan masukkan amiodarone 150 mg via IV
38 Pembahasan

Perawat memasukkan obat epineprine 1 mg


via IV bolus NaCl 0,9% berarti proses BHD
telah memasuki defibrilasi kedua. Defibrilasi
pertama dilanjutkan RJP selama 2 menit
(tanpa obat). Defibrilasi kedua dilanjutkan RJP
2menit dan obat epineprine 1mg via IV.
Setelah dicek irama VT masih menetap,
dilakukan defibrilasi ketiga diikuti RJP 2 menit
dan obat amiodarone dosis pertama 300 mg
via IV.
Tindakan keperawatan
39
gawat darurat kritis

Seorang perawat sebuah klinik perusahaan telah menolong korban akibat


kecelakaan kerja yang tidak sadarkan diri. Perawat telah memeriksa nadi karotis
ternyata tidak teraba, kemudian perawat langsung melaksanakan resusitasi
jantung paru selama lima siklus. Apakah prosedur tindakan keperawatan
selanjutnya pada kasus tersebut?
a. melanjutkan resusitasi jantung paru sampai stabil
b. menunggu bantuan datang
c. mengevaluasi nadi karotis dan bunyi nafas
d. meminta pertolongan
39 Pembahasan

Prinsip pemberian BHD:


● Danger ( Memastikan 3A)
Aman diri, aman lingkungan, aman pasien
● Respon (Cek respon pasien)
Respon pasien diperiksa sesegera mungkin dengan memberi rangsangan verbal ataupun rasa sakit, dan
dinilai dengan klasifikasi AVPU (Alert, Verbal, Pain, Unresponsive)
● Call for help (Aktifasi sistem code blue)
Seseorang yang menemukan pasien pertama kali mengaktivasi sistem code blue untuk mendatangkan tim
code blue untuk membawa perlengkapan BLS (defibrillator, brankar emergensi berisi perlengkapan dan obat-
obatan BLS, perlengkapan penanganan jalan nafas)
● Cek nadi dan nafas bersamaan
Pemeriksaan nadi karotis dilakukan bersamaan dengan nafas (melihat pergerakan dada, mendengar dan
merasakan nafas pasien) kurang dari 10 detik
a. Pulsasi karotis teraba dan tidak ada nafas → Buka jalan nafas pasien, berikan bantuan nafas
menggunakan BVM setiap 6 detik sekali selama 1 menit, kemudian evaluasi nadi dan nafas
b. Pulsasi karotis dan nafas tidak ada → Lakukan kompresidada 5 siklus selama 2 menit, kemudian
evaluasi nadi dan nafas
● Lakukan kompresi dada dengan kualitas tinggi 5 siklus selama 2 menit
● Evaluasi pulsasi nadi karotis dan nafas secarabersamaan <10 detik
Upaya promotif dan
40
edukasi

Tn. R (49 tahun) dipindahkan dari IGD ke bangsal peyakit dalam. Perawat
melakukan orientasi ruangan dan mengkaji risiko jatuh pada pasien. Hasil
pengkajian: Terpasang IV RL di tangan kiri dengan diagnosa ACS, mempunyai
riwayat jatuh di kamar mandi 1 hari yang lalu, setiap berjalan setidaknya 5 meter,
klien selalu beristirahat dan terlihat kelelahan. Berapakah skor MSF dan
interpretasinya berdasarkan kasus diatas?
a. 55 (risiko tinggi)
b. 85 (risiko tinggi)
c. 80 (risiko tinggi)
d. 60 (risiko tinggi)
40 Pembahasan

No Pengkajian Skala Skor


1 Riwayat jatuh:
Apakah pasien pernah jatuh dalam 3 bulan terakhir ? Tidak 0
25
Ya 25
2 Diagnosa sekunder:
Apakah pasien memiliki lebih dari satu penyakit ? Tidak 0
0
Ya 15
3 Alat bantu jalan:
0
Bed rest/dibantu perawat
0
Kruk/tongkat/walker 15
Berpegangan pada benda-benda sekitar 30
4 Terapi intravena:
Apakah saat ini pasien terpasang infus ? Tidak 0
20
Ya 20
5 Gaya berjalan/cara berpindah :
0
Normal/bedrest/immobile (tidak dapat bergerak sendiri)
10
Lemah (tidak bertenaga) 10
Gangguan/tidak normal (pincang/diseret) 20
Status mental :
0
Pasien menyadari kondisi dirinya 0
Pasien mengalami keterbatasan daya ingat 15
Total Skor 55
(Risiko Tinggi)
Upaya promotif dan
41
edukasi

Komunikasi visual yang dapat digunakan untuk mengidentifiasi pasien berisiko


jatuh dan bertujuan untuk sarana pertukaran informasi antar tenaga kesehatan
lainnya. Yang termasuk dalam komunikasi visual untuk pencegahan risiko jatuh
antara lain ...
a. Memasangkan gelang identitas risiko jatuh
b. Menganjurkan keluarga untuk mendampingi klien
c. Memasangkan penyangga pada tempat tidur klien
d. Menciptakan ligkungan yang nyaman
41 Pembahasan

Komunikasi visual adalah sebuah bentuk penyampaian informasi dengan menggunakan media
penggambaran yang terbaca oleh indera penglihatan. Komunikasi visual yang digunakan untuk
mengidentifikasi risiko jatuh pada pasien adalah memberikan tanda segitiga berwarna kuning
di bed pasien atau memasangkan gelang berwarna kuning.
Upaya promotif dan
42
edukasi

Pengkajian risiko jatuh dilaksanaan saat pasien pertama kali masuk rumah sakit
dan saat pasien mengalami perubahan status klinis. Faktor intrinsik yang termasuk
dalam risiko jatuh pada pasien antara lain ...
a. Riwayat jatuh, fungsi kognitif, usia, lantai licin, mobilitas, eliminasi dan medikasi
b. Riwayat jatuh, fungsi kognitif, usia, handrail bed, mobilitas, eliminasi dan
medikasi
c. Riwayat jatuh, fungsi kognitif, usia, penaturan ruangan, mobilitas, eliminasi dan
medikasi
d. Riwayat jatuh, fungsi kognitif, usia, jenis kelamin, mobilitas, eliminasi dan
medikasi
42 Pembahasan

Faktor intrinsik atau faktor fisiologis (faktor yang berasal dari individu itu sendiri) yang
mempengaruhi risiko jatuh adalah riwayat jatuh, fungsi kognitif, usia, jenis kelamin, mobilitas,
eliminasi dan medikasi
Upaya promotif dan
43
edukasi

Seorang pasien (44 tahun) datang ke rumah sakit dengan keluhan pusing berputar.
Setelah dilakukan pengkajian, didapatkan skor MSF 45 (risiko rendah). Apakah
intervensi keperawatan yang tepat untuk pasien tersebut, kecuali...
a. Membuang kelebihan perlengkapan atau peralatan dari kamar pasien dan
lorong
b. Memasang kateter urin
c. Menjauhkan dan mengamankan kelebihan kabel listrik dan telepon
d. Bersihkan semua tumpahan dikamar pasien atau lorong sesegera mungkin
43 Pembahasan

Untuk menciptakan lingkungan yang aman untuk pasien dengan risiko jatuh adalah :

1. Membuang kelebihan perlengkapan atau peralatan dari kamar pasien dan lorong

2. Menjauhkan dan mengamankan kelebihan kabel listrik dan telepon

3. Bersihkan semua tumpahan dikamar pasien atau lorong sesegera mungkin

4. Menempatkan tanda untuk menunjukkan lantai yang basah


Upaya promotif dan
44
edukasi

Saat kunjungan rumah didapatkan salah satu keluarga dengan lansia (65 tahun).
Hasil pengkajian, klien tinggal bersama anak bungsunya yang sudah menikah.
Klien mengatakan penglihatannya sekarang tidak jelas, kabur dan berjalan
menggunakan bantuan tongkat yang terbuat dari kayu. Kurang lebih 3 hari yang
lalu, klien terpeleset saat akan berjalan ke ruang tamu, tampak memar pada dahi
dan kaki klien. Berdasarkan kasus apakah tindakan keperawatan yang tepat
dilakukan oleh perawat?
a. Menganjurkan klien menggunakan kursi roda
b. Menganjurkan klien memakai kacamata
c. Memberikan peneangan yang adekuat
d. Menganjurkan agar keluarga mengusahakan agar lantai tidak licin
23 Pembahasan

Klien mengalami gangguan penglihatan, berjalan menggunakan bantuan


tongkat, mempunyai riwayat jatuh 1 minggu yang lalu. Berdasarkan
kasus, penyebab klien terpeleset adalah kondisi lingkungan. Sehingga
hal yang perlu dilakukan agar kejadian tersebut tidak terulang adalah
memodifikasi lingkungan agar tidak licin
Upaya promotif dan
45
edukasi

Seorang pasien (50 tahun) dirawat di rumah sakit dengan hemiparase dextra. Klien
direncanakan akan melakukan pemeriksaan rontgen. Perawat mengantarkan
pasien menggunakan kursi roda. Saat ini perawat sudah mendekatkan kursi roda
ke samping bed pada sudut 45 derajat terhadap bed.
Apakah langkah selanjutnya yang tepat dilakukan oleh perawat?
a. Bantu pasien berdiri
b. Bantu pasien duduk di tepi bed
c. Pastikan kursi roda dalam keadaan terkunci
d. Tekuk lutut dan pinggul perawat sejajar dengan lutut pasien
45 Pembahasan

Prosedur mobilisasi pasien dari bed ke kursi roda:


1. Cuci tangan 9. Masukkan tangan melewati bawah axila dan letakkan
tangan pada skapula
2. Jelaskan prosedur pada pasien dan instruksikan apa
yang harus dilakukan 10. Bantu pasien berdiri pada hitungan ketiga sambil
meluruskan pinggul dan lutut perawat
3. Rendahkan posisi bed
11. Berputar pada kaki yang paling jauh dari kursi roda
4. Dekatkan kursi roda ke samping bed pada sudut 45
derajat terhadap bed 12. Instruksikan pasien untuk menggunakan lengan kursi roda
sebagai topangan
5. Pastikan kursi roda dalam keadaan terkunci dan
pijakan kaki kursi roda dinaikkan 13. Tekuk pinggul dan lutut perawat serta dudukkan pasien di
kursi roda
6. Bantu pasien duduk di tepi bed dengan kaki
menggantung 14. Posisikan pasien dengan benar pada posisi duduk
(bersandar ke kursi roda dan menaruh kaki pada pijakan
7. Lebarkan kaki perawat. kursi roda

8. Tekuk lutut dan pinggul perawat sejajar dengan lutut 15. Pasang selt belt jika tersedia
pasien
16. Cuci tangan
Upaya promotif dan
46
edukasi

Seorang perempuan 35 tahun datang ke IGD dengan penurunan kesadaran.


Tampak gelisah, mengerang dan terus bergerak. Hasil pengkajian : skor GCS 12, RR
15x/menit, TD 130/80 mmHg, frekuensi nadi 87 x/menit. Apakah tindakan
keperawatan yang tepat dengan kasus tersebut?
a. Pasang bed handrail
b. Lakukan fiksasi tangan
c. Minta keluarga untu mendampingi pasien
d. Jaga pasien agar tidak banyak bergerak
46 Pembahasan

DO : Pasien mengalami penurunan kesadaran GCS 12, tampak gelisah dan


terus bergerak. Artinya, dalam kondisi tersebut pasien memungkinan akan
jatuh dari bed. Oleh karena itu, hal yang dilakukan adalah memasang bed
handrail untuk mencegah risiko jatuh.
Pengkajian
47
keperawatan dasar

Berikut ini yang bukan jenis pengkajian yang digunakan dalam dokumentasi
keperawatan adalah ...
a. pengkajian awal (Initial Assessment)
b. pengkajian lanjutan (Ongoing Assessment)
c. Pengkajian akhir (End Assessment)
d. pengkajian ulang (Reassessment)
47 Pembahasan

Dalam melaksanakan dokumentasi pada tahap pengkajian perlu diketahui bahwa jenis dokumentasi
keperawatan meliputi:

● Pengkajian awal (Initial Assessment)

Dokumentasi yang dibuat ketika pasien pertama kali masuk rumah sakit. Data yang dikaji pada
pasien berupa data awal yang digunakan sebagai dasar dalam pemberian asuhan keperawatan.

● Pengkajian lanjutan (Ongoing Assessment)

Data pada dokumentasi ini merupakan pengembangan dasar yang dilakukan untuk melengkapi
pengkajian awal dengan tujuan semua data menjadi lengkap sehingga mendukung infromasi
tentang permasalahan kesehatan pasien. Hasil pengkajian ini dimasukkan dalam catatan
perkembangan terintegrasi pasien atau pada lembar data penunjang.

● Pengkajian ulang (Reassessment)

Dokumentasi ini merupakan pencatatan terhadap hasil pengkajian yang didapat dari informasi
selama evaluasi.
Pengkajian
48
keperawatan dasar

Keluarga berkata, “Ibu kalau dirumah susah untuk membuat jadwal makan.
Terkadang kalau disesuaian dengan diet yang dianjurkan, ibu makannya hanya
sedikit dan selalu tidak habis.” Jenis data apakah yang di dokumentasikan oleh
perawat dalam pengkajian tersebut?
a. Data objektif
b. Data primer
c. Data sekunder
d. Data subjektif
48 Pembahasan

Dalam pengkajian keperawatan terdapat jenis data yang dapat diperoleh, yaitu:
● Data Subjektif
Data subjektif diperoleh dari hasil pengkajian terhadap pasien dengan teknik
wawancara, keluarga, konsultan, dan tenaga kesehatan lainnya serta riwayat
keperawatan. Data ini berupa keluhan atau persepsi subjektif pasien terhadap
status kesehatannya.
● Data Objektif
Informasi data objektif diperoleh dari hasil observasi, pemeriksaan fisik, hasil
pemeriksaan penunjang dan hasil laboratorium. Fokus dari pengkajian data
objektif berupa status kesehatan, pola koping, fungsi status respons pasien
terhadap terapi, risiko untuk masalah potensial, dukungan terhadap pasien.
Keperawatan spesifik
49
area anak

Seorang perempuan (25 tahun) dengan status obsetri G1P0A0 datang ke poli KIA
dengan keluhan lelah terus menerus, kesemutan, muntah dipagi hari. Hasil
pengkajian: wajah tampak pucat, kurus. Apakah pemeriksaan antropometi yang
tepat untukpasien diatas?
a. LiLA
b. BB
c. Hb
d. Kolesterol
49 Pembahasan

Data objektif → lelah terus menerus, kesemutan, muntah dipagi hari.


Hasil pengkajian → wajah tampak pucat dan kurus merupakan gejala dari KEK
(kurang energi kronis).
Salah satu pemeriksaan yang dapat mengidentifikasi masalah tersebut adalah
pengukuran LiLA.
LiLA menggambarkan keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit
dilengan atas ibu hamil yang digunakan sebagai cadangan energi.
Jika LiLA didapatkan < 23,5cm, maka berisiko KEK.
Keperawatan spesifik
50
area komunitas

Ketika melakukan home visit, perawat menjumpai lansia (70 tahun) yang tinggal
bersama pembantu rumah tangganya. Setelah dikaji, ART klien mengatakan
selama beberapa minggu ini klien lebih sering menyendiri di kamar, sering lupa
kegiatan yang baru saja dilakukan seperti makan, menaruh benda kecil, dan lain
sebagainya. Apakah instrumen yang tepat untuk melanjutkan pengkajian?
a. Pengkajian MMSE
b. Pengkajian GDS
c. Pengkajian PSQI
d. Pengkajian MNA
50 Pembahasan

Data fokus :
Klien sering menyendiri, sering lupa kegiatan yang baru saja dilakukan seperti
makan, menaruh benda kecil → klien mengalami penurunan fungsi kognitif →
pengkajian lebih lanjut dapat menggunakan instrumen MMSE (Mini Mental State
Examination)

● Pengkajian GDS (Geriatric Depression Scale) → kuesioner untuk mengukur


status depresi lansia
● Pengkajian PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index) → kuesioner untuk
mengukur kualitas tidur
● pengkajian MNA (Mini Nutritional Assessment) → kuesioner untuk
mengkajian status nutrisi
Pengkajian
51
keperawatan dasar

Seorang laki-laki (40 tahun) dirawat dengan keluhan perut membuncit. Hasil
pengkajian: pasien mengeluh nafsu makannya turun, mual, sesak napas dan hasil
perkusi terdengar suara pekak samping meningkat serta shifting dullness (+).
Apakah pemeriksaan penunjang yang dgunakan untuk melengkapi pengkajian
pasien?
a. Pemeriksaan SAAG
b. Pemeriksaan sitogenik
c. Pemerisaan HbSag
d. Pemeriksaan osmolaritas serum
51 Pembahasan

Data fokus :
Pasien dengan perut membuncit, nafsu makannya turun, mual, sesak napas dan
hasil perkusi terdengar suara pekak samping meningkat

Pemeriksaan penunjang yang tepat adalah pemeriksaan SAAG (Serum Acites


Albumin Gradient)

Jika hasilnya > 1,1 mg/dL maka sangat mungkin klien mengalami sirosis
hepatika

Jika hasilnya < 1,1 mg/dL maka perlu dikaji penyebab lainnya
Pengkajian
52
keperawatan dasar

Seorang laki-laki (30 tahun) dibawa ke RS karena kecelakaan lalu lintas. Hasil
pengkajian: terdapat luka robek pada area paha dengan panjang 10 cm dan telah
dilakukan tindakan penjahitan pada luka. Pasien mengeluh nyeri pada area jahitan
skala 3 dan tampak kemerahan diarea sekitar luka jahitan. Pasien emiliki riwayat
diabetes mellitus dan penyembuhan luka lambat. Apakah kriteria hasil utama yang
diharapkan pada pasien?
a. Nyeri yang dirasakan klien berkurang
b. Kadar gula darah dalam batas normal
c. Tidak terjadi infeksi pada area luka
d. Pengetehuan klien tentang asupan nutrisi untuk penyembuhan luka meningkat
52 Pembahasan

Tanda mayor
● Data objektif
Terdapat luka robek area paha sepanjang 10 cm dan telah dilakukan tindakan
penjahitan luka serta tampak kemeraan pada area luka.
● Data subjektif
Klien mengeluh nyeri pada area jahitan skala 3, memiliki riwayat DM dan
penyembuhan luka lambat

Berdasarkan tanda mayor yang ditemukan pada kasus, didapatkan masalah


keperawatan kerusakan intregitas kulit. Intervensi keperawatan yang tepat
adalah perawatan luka, sehingga kriteria hasil yang diharapkan pada klien
adalah tidak terjadi infeksi pada luka.
53 Etik keperawatan

Seorang perempuan (30 tahun) dirawat diruang bedah dengan post amputasi kaki
sebelah kiri akibat kecelakaan lalu lintas. Hasil pengkajian, klien belum menikah,
terlihat marah, tidak mau bekomunikasi dengan keluarga karena menyetujui
operasinya dan tidak nafsu makan. Klien mengatakan sangat sedih terngat terakhir
kali klien masih bisa berjalan sebelum akhirnya mengalami kecelakaan. Apakah
dilema etik yang dihadapi oleh perawat?
a. Non-maleficience vs fidelity
b. Beneficience vs veracity
c. Otonomi vs veracity
d. Otonomi vs beneficience
53 Pembahasan

Prinsip Otonomi
● Otonomi pasien diwakili oleh keluarganya dimana menyatakan setuju

untukdilakukan operasi
Prinsip Beneficience
● Dengan dilakukannnya operasi amputasipadapasien, akan

memperkecil kemungkinan terjadinya infeksi pada beberapa


organsekitar jika tiadak segera dilakukan tindakan
Keperawatan pre,
54
intra, post operasi

Seorang pasien (19 tahun) direncanakan untuk operasi apendiktomi. Hasil


pengkajian klien merasa khawatir terhadap operasi yang akan dijalani, sering
bertanya kepada perawat terkait operasi, sulit berkonsentrasi gelisah dan sulit
tidur. Klien belum pernah menjalani prosedur operasi sebelumnya dan sering
meminta keluarga untuk bertanya kepada dokter terkait apa yang akan dilakukan.
Hasil pemeriksaan tanda tanda vital menunjukkan RR 20x/menit TD 130/90 mmHg
dan HR 100x/menit. Apakah tindakan yang tepat dilakukan perawat pada kasus
tersebut?
a. Meminta klien untuk tenang dan mengatakan semua akan baik-baik saja
b. Meminta keluarga untuk membantu menenangkan klien
c. Melaporkan kepada dokter
d. Mendampingi klien dan menjelaskan kembali proses operasi yang akan dijalani
54 Pembahasan

Penyebab dari kecemasan yang dirasakan klien adalah kurangnya


pengetahuan terkait prosedur operasi. Untuk mengatasi kecemasan klien
perlu menciptakan situasi yang nyaman baik secara fisik maupun
psikologis. Mendampingi klien disertai dengan penjelasan yang logis
terkait tindakan operasi yang akan dijalani termasuk apa yang akan
dilakukan pada klien saat di dalam kamar operasi serta hal yang dialami
pasca operasi adalah hal yang harus dilakukan untuk mengurangi
kekhawatiran dalam menghadapi rencana operasi.
Keperawatan pre,
55
intra, post operasi

Seorang laki-laki (25 tahun) dirawat dengan post operasi ORIF hari ke 4. Pasien
mengatakan paha belakang hingga pinggang terasa nyeri. Hasil pengkajian: nyeri
skala VAS 3, seperti ditarik, nyeri bertambah saat bergerak dan berubah posisi
serta merasa lelah setiap latihan mobilisasi. TD 120/70 mmHg, HR 88 x/menit, RR
20 x/menit, suhu 36,50C. Apakah intervensi yang tepat terhadap kasus diatas?
a. Ajarkan teknik napas dalam dan distraksi
b. Kolaborasi pemberian analgesik
c. Berikan pendkes tentang nyeri dan cara mengatasinya
d. Berikan bedrest dan pembatasan gerak
55 Pembahasan

Data fokus:
Pasien mengatakan nyeri hingga paha belakang VAS 3, seperti ditarik, nyeri bertambah saat
bergerak dan berubah posisi serta merasa lelah setiap latihan mobilisasi

Berdasarkan data fokus diatas, masalah keperawatan pada kasus tersebut adalah nyeri akut
dengan pengkajian nyeri :
P → nyeri saat bergerak dan berubah posisi
Q → seperti ditarik
R → paha belakang hingga pinggang
S → VAS 3 (nyeri ringan)
T→-
Oleh karena itu, intervensi keperawatan yang tepat pada kasus tersebut adalah ajarkan teknik
napas dalam dan distraksi karena nyeri masih dengan kategori ringan.
Keperawatan pre,
56
intra, post operasi

Tn. D (45 tahun) dirawat di RS dengan post TURP atas indikasi BPH. Hasil
pengkajian: klien terpasang kateter urin, mengeluh terasa penuh pada kandung
kemih dan nyeri pada area kemaluan. Haluaran urin berwarna keruh dan
kemerahan. Pemeriksaan TTV menunjukkan tekanan darah 130/80 mmHg, HR
80x/menit RR 18x/menit. Apakah tindakan yang tepat dilakukan perawat?
a. Menganjurkan pasien untuk relaksasi napas dalam
b. Mengganti kateter
c. Melakukan irigasi kateter
d. Kolaborasi pemberian analgesic
56 Pembahasan

Data pada kasus menyebutkan bahwa klien merupakan pasien post TURP, terpasang kateter,
mengeluh terasa penuh pada kandung kemih dan nyeri pada area kemaluan. Hal ini
menunjukkan bahwa klien mengami retensi urin yang disebabkan karena aliran urin yang tidak
lancar akibat adanya sumbatan sisa operasi pada selang kateter. Tindakan yang dapat
dilakukan perawat adalah melakukan irigasi kateter. Untuk mempertahankan kepatenan
kateter, perlu dilakukan inigasi kateter yang bertujuan untuk membilas kateter agar sedimen,
durah atau pus yang terkumpul dalam kateter sehingga aliran urin dapat lancar.
Pengkajian
57
keperawatan dasar

Seorang perawat komunitas mendapatkan data keluarga yang memiliki keluarga


dengan DM. Perawat ingin mengumpulkan data tentang pengalaman anggota
keluarga yang pernah merawat keluarga dengan DM. Apakah jenis metode
pengumpulan data yang sebaiknya digunakan?
a. Key informan
b. Focus grup
c. Partisipan observation
d. Survey
57 Pembahasan

Beberapa metode Pengumpulan Data Komunitas


1. Winshield survey → Windshield survey dilakukan dengan berjalan-jalan dilingkungan komunitas untuk
menemukan gambaran tentang kondisi dan situasi yang terjadi di komunitas, lingkungan sekitar komunitas,
kehidupan komunitas dan karakteristik penduduk yang ditemui di jalan saat survey dilakukan.
2. Key informant → Wawancara informan melibatkan warga masyarakat yang merupakan informan kunci atau
anggota masyarakat. Informan kunci adalah individu yang memiliki posisi kekuasaan atau pengaruh dalam
masyarakat seperti pemimpin dalam masyarakat. Contoh: wawancara dengan tokoh masyarakat, Kepala
Desa
3. Survey → Survey digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang masyarakat menggunkan kuisioner
4. Literatur review → Data yang berasal dari tinjauann pustaka (seperti buku, artikel) berhubungan dengan
masalah tertentu yang dikumpulkan lalu di analisis dan interpretasi
5. Partisipant observation → Proses pengamatan yang dilakukan oleh observer dengan ikut mengambil
bagian dalam kehidupan orang yang akan diobservasi tanpa memberikan pertanyaan/intervensi
6. Focus grup → Sekelompok kecil orang berkumpul bersama dengan karakteristik/pengalaman tertentu
7. Archival data → Data yang menggambarkan kesehatan masyaakat seperti data statistik vital
Berdasarkan uraian ditas maka jenis metode pengumpulan data yang sedang digunakan oleh perawat saat ini
adalah “focus grup”
Keperawatan spesifik
58
area komunitas

Perawat melakukan pengkajian kesehatan sistem reproduksi pada remaja putri


pada tingkat SMA di lingkungan warga Desa A. Hasil pengkajian : 20% remaja SMA
di RW 1 mengalami keputihan, 8% remaja SMA di RW 2 mengalami menstruasi
berkepanjangan, 15% remaja SMA di RW 3 mengalami dismenore ketika
menstruasi. Untuk menangani masalah tersebut, apakah intervensi yang tepat
pada kasus tersebut?
a. Kelompok swabantu
b. Pendidikan kesehatan
c. Kemitraan
d. Intervensi profesional
58 Pembahasan

Data objektif pada kasus diatas adalah 20% remaja SMA di RW 1 mengalami
keputihan, 8% remaja SMA di RW 2 mengalami menstruasi berkepanjangan, 15%
remaja SMA di RW 3 mengalami dismenore ketika menstruasi menunjukkan bahwa
diperlukan adanya aktivitas kelompok yang memiliki masalah yang sama dimana
kelompok tersebut menjadi ruang untuk berdiskusi, bertukar pendapat dan
mencari solusi tentang masalah yang dialami, sehingga intervensi yang tepat
untuk menangani masalah tersebut adalah pembentukan kelompok swabantu.
Keperawatan spesifik
59
area komunitas

Disebuah desa didapatkan data bahwa 20% lansia mengeluhkan kaku pada jari-jari
tangan disertai bengkak dan kemerahan pada jari. Data menunjukkan bahwa 10%
lansia memiliki kadar asam urat yang tinggi. Kader mengatakan bahwa lansia
memiliki kebiasaan ngemil kacang-kacangan dan hobi memakan petai karena
didesa tersebut banyak kebun petai. Perawat komunitas akan memberikan
pendidikan kesehatan tentang diet pada penderita asam urat. Apakah peran yang
sedang dijalankan perawat tersebut?
a. Caregiver
b. Educator
c. Case manager
d. Case finder
59 Pembahasan

Educator merupakan peran perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan


tentang masalah yang dialami pasien. Adapun peran perawat yang lain yaitu:
1. Caregiver → orang yang memberikan perawatan/ pelayanan kesehatan
2. Advocate → orang yang memberikan layanan perlindungan hak kepada klien
3. Case finder → penemu kasus atau kondisi gangguan kesehatan
4. Case manager → orang yang mengelola kasus/ masalah kesehatan klien.
5. Conselor → perawat merupakan seorang pembibing yang expert dalam bidang
keahliannya
6. Role model → perawat sebagai contoh baik dalam berinteraksi maupun
memberikan pelayanan kepada masyarakat
7. Peneliti → perawat harus menyelesaikan permasalahan dengan pendekatan
ilmiah
8. Agen of change → perawat sebagai agen untuk melakukan perubahan ke arah
kehidupan yang lebih baik dan sehat
Keperawatan spesifik
60
area komunitas

Perawat melakukan pengkajian terhadap suatu keluarga. Hasil pengkajian


didapatkan keluarga menerapkan peraturan tidak tertulis untuk anaknyang
mengatur jam untuk keluar dimalam hari yakni maksimal jam 21.30 WIB. Hal ini
dikarenakan, di daerah tempat tinggal keluarga tersebut menganggap remaja yang
pulang larut malam adalah kumpulan anak-anak nakal. Apakah fungsi keluarga
yang sedang dikaji oleh perawat?
a. Fungsi afektif
b. Fungsi ekonomi
c. Fungsi perawatan kesehatan
d. Fungsi sosialisasi
59 Pembahasan

Pengkajian fungsi keluarga:


● Fungsi afektif → Persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan psikososial anggota keluarga.
● Fungsi sosialisasi → suatu proses yang berlangsung seumur hidup, dimana keluarga menanamkan nilai-
nilai yang ada di keluarga dan masyarakat kepada anggota keluarganya agar anggota keluarganya dapat
bersosialisasi dengan baik di lingkungan masyarakat.
● Fungsi reproduksi → keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia.
● Fungsi ekonomi → keluarga berfungsi unutk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat
untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
● Fungsi perawatan kesehatan → menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan
kesehatan dan praktik-praktik sehat merupakan bagian yang paling relevan dari fungsi perawatan
kesehatan. Fungsi perawatan kesehatan terdiri dari 5 komponen yaitu:
1. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga
2. Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi keluarga.
3. Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
4. Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau menciptakan suasana rumah sehat.
5. Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas
“Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras.
Tidak ada keberhasilan tanpa kebersamaan.
Tidak ada kemudahan tanpa doa.”
Ridwan Kamil
PEMBAHASAN SOAL
61-90
Oleh:
Ns. Arintan Nur Safitri, S.Kep., M.Kep.
Keperawatan spesifik
61
area komunitas

Hasil survei di suatu SD didapatkan bahwa 60% siswa tidak mencuci tangan
sebelum makan, dalam satu bulan terakhir data di klinik kesehatan menunjukkan
bahwa 10% santri menderita diare, 30% santri mengalami ISPA, dan 5% mengeluh
gatal-gatal pada kulit. Sebagian besar siswa belum melaksanakan cuci tangan
sesuai dengan aturan 6 langkah cuci tangan dan beberapa siswa sering lupa
memotong kuku seminggu sekali. Guru mengatakan program edukasi tentang
PHBS hanya dilakukan satu tahun sekali oleh puskesmas. Apakah masalah
keperawatan yang tepat pada kasus tersebut?
a. Perilaku kesehatan cenderung berisiko
b. Defisiensi kesehatan komunitas
c. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
d. Ketidakefektifan manajemen kesehatan
61 Pembahasan

Data fokus:
1. 60% siswa tidak mencuci tangan sebelum makan
2. 10% santri menderita diare
3. 30% santri mengalami ISPA
4. 5% mengeluh gatal-gatal pada kulit
5. Sebagian besar siswa belum melaksanakan cuci tangan sesuai dengan aturan 6 langkah
cuci tangan
6. beberapa siswa sering lupa memotong kuku seminggu sekali
7. Guru mengatakan program edukasi tentang PHBS hanya dilakukan satu tahun sekali
oleh puskesmas
Berdasarkan data fokus, masalah keperawatan yang terdapat pada
kasus adalah defisiensi kesehatan komunitas dimana terdapat satu atau lebih
masalah kesehatan, terdapat sikap atau perilaku yang berisiko terhadap
munculnya masalah kesehatan, belum terdapat program kesehatan di
masyarakat
61 Pembahasan

Diangosis Kesiapan Defisiensi Kesehatan Ketidakefektifan Perilaku Kesehatan Ketidakefektifan


Meningkatkan Komunitas Manajemen Kesehatan Cenderung Pemeliharaan Kesehatan
Manajemen Kesehatan Berisiko

Definisi Pola pengaturan dan Adanya satu atau lebih Pola pengaturan dan Hambatan Ketidakmampuan dalam
pengintegrasian ke masalah kesehatan atau pengintegrasian ke dalam kemampuan untuk mengidentifikasi, mengelola,
dalam kehidupan faktor yang kebiasaan terapeutik mengubah gaya dan/atau mencari bantuan
sehari-hari suatu mengganggu hidup sehari-hari untuk hidup/perilaku untuk mempertahankan
regimen terapeutik kesejahteraan atau pengobatan penyakit dan dalam cara kesehatan.
untuk pengobatan meningkatkan risiko sekuelnya yang tidak memperbaiki
penyakit dan masalah kesehatan memuaskan untuk tingkat
sekuelannya yang yang dialami oleh suatu memenuhi tujuan kesejahteraan
dapat ditingkatkan. populasi. kesehatan spesifik.

Kata kunci - Ditandai dengan data- - Terdapat satu atau - Populasi telah - Data mengarah - Data-data menunjukkan
data yang adaptif lebih masalah mengetahui program pada perilaku- masalah kesehatan yang
- Cenderung kesehatan terapi yang harus perilaku sudah terjadi
mempunyai motivasi - Terdapat sikap atau dilakukan, namun klien maladaptif yang - Populasi memiliki
terhadap perubahan perilaku yang berisiko tidak menjalankan dilakukan oleh pengetahuan yang kurang
perilaku terhadap munculnya program terapi sesuai populasi tentang praktik kesehatan
- Cenderung ada upaya masalah kesehatan dengan pengetahuan - Belum terjadi dasar
untuk melakukan - Terdapat faktor yang yang dimiliki masalah - Perilaku maladaptif terhadap
perubahan perilaku mengganggu - Populasi belum kesehatan perbaikan kesehatan
yang positif kesehatan masyarakat melakukan tindakan - Tidak mampu
- Belum terdapat untuk mengurangi faktor bertanggungjawab pada
program kesehatan di risiko pemenuhan praktik
masyarakat kesehatan dasar
Keperawatan spesifik
62
area komunitas

Hasil pengkajian di suatu kelurahan, jumlah lansia di kelurahan tersebut adalah


25% dari total jumlah penduduk. 65% lansia rutin mengikuti posyandu lansia yang
diadakan oleh puskesmas. Perawat puskesmas mengadakan kegiatan senam
lansia 2 minggu sekali dan pemberian gizi tambahan. Apakah bentuk upaya
pelaksanaan kesehatan pada kasus tersebut?
a. Promotif
b. Preventif
c. Kuratif
d. Rehabilitatif
62 Pembahasan

Kegiatan senam lansia 2 minggu sekali dan pemberian gizi tambahan merupakan kegiatan promotif.
Kegiatan promotif adalah kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan komunitas. Upaya pelayanan kesehatan komunitas terdiri dari empat hal sebagai berikut:

● Kegiatan promotif
● Kegiatan kuratif
→ Untuk memelihara dan meningkatkan
→ Mengidentifikasi, mengetahui, dan
kesehatan komunitas. Contoh kegiatan:
melakukan tindakan perawatan pada
olahraga, pendidikan kesehatan, pemberian
yang sakit
PMT pada ibu hamil dan balita.
● Kegiatan rehabilitatif
● Kegiatan preventif
→ Tindakan pemulihan agar fungsi
→ Mencegah terjadi penyakit. Contoh
kesehatan klien kembali pulih atau tidak
kegiatan: Gerakan 3M untuk DBD, 3M untuk
ada gejala sisa dan dapat berfungsi
covid19, imunisasi, vaksinasi, isolasi
optimal sesuai fungsinya
penderita penyakit menular
Keperawatan spesifik
63
area komunitas

Perawat puskesmas bertugas dan bertanggung jawab dalam merencanakan dan


pelaksanaan kesehatan pada masyarakat binaan bersama dengan kader. Salah
satu kegiatan yang dilakukan adalah pemeriksaan berkala dan check-up kesehatan
pada kelompok berisiko tinggi seperti anak, lansia, dan ibu hamil.
Apakah fokus tindakan yang dilakukan perawat tersebut?
a. Prevensi primer
b. Prevensi sekunder
c. Prevensi tersier
d. Promosi kesehatan
63 Pembahasan

pemeriksaan berkala dan check-up kesehatan pada kelompok berisiko


tinggi seperti anak, lansia, dan ibu hamil merupakan pendekatan prevensi
sekunder. Prevensi sekunder ditujukan untuk kelompok/komunitas yang
mengalami masalah kesehatan. Intervensi pada prevensi sekunder seperti
early diagnosis dan perawatan dan penatalaksanaan yang tepat..
Keperawatan spesifik
64
area komunitas

Perawat puskesmas melakukan kunjungan ke RW dengan fokus masalah stunting.


Berdasarkan data pengkajian, RW tersebut terdapat 10% kasus stunting. Program
yang berikan adalah pembentukan kelompok peduli stunting yang terdiri dari kader
kesehatan dengan tugas untuk meningkatkan kesadaran ibu hamil akan
pentingnya gizi yang cukup saat hamil dan kesadaran pada ibu dengan balita untuk
pemberian ASI eksklusif dan gizi yang seimbang bagi anak. Apakah tindakan
evaluasi yang tepat pada kasus tersebut?
a. Melakukan analisis keberhasilan program dibandingkan program sebelumnya
b. Melakukan komunikasi dengan kader kesehatan terkait keberjalanan program
c. Menilai apakah tujuan program dapat tercapai
d. Melakukan modifikasi program
e. Berkolaborasi dengan professional lain untuk pengembangan program
64 Pembahasan

Program yang berikan adalah pembentukan kelompok peduli


stunting yang terdiri dari kader kesehatan. Tindakan evaluasi yang
tepat setelah pelaksanaan program adalah menilai apakah tujuan
program dapat tercapai, sehingga bisa ditentutkan intervensi
selanjutnya.
Keperawatan spesifik
65
area anak

Seorang bayi perempuan (4 bulan) dibawa ke posyandu untuk mendapatkan


imunisasi. Hasil pengkajian didapatkan bayi masih diberikan ASI dan sudah
medapatkan imunisasi BCG, Polio 1-2, DPT 1-2, dan Hepatitis 0, 1-2. Hasil
pemeriksaan didapatkan: BB: 5,5 kg, PB 59 cm, S 36,8oC, P 30 x/menit. Imunisasi
apakah yang harus disiapkan oleh perawat ?
a. DPT-Hb-Hib 1 dan Polio 2
b. DPT-Hb-Hib 3 dan Polio 3
c. DPT-Hb-Hib 3 dan Polio 4
d. DPT-Hb-Hib 2 dan Polio 3
65 Pembahasan

Jadwal imunisasi
pada bayi berusia
4 bulan sesuai
dengan jadwal
vaksinasi dari IDAI
tahun 2023 adalah
DPT-Hb-Hib 3 dan
Polio 3.
Keperawatan spesifik
66
area anak

Seorang bayi laki-laki (3 bulan) sedang melakukan imunisasi di puskesmas. Hasil


pengkajian: bayi masih menyusu ASI eksklusif, BAK lancar, BAB 1x/sehari. Hasil
pemeriksaan fisik: BB 4.9 kg, PB 65 cm, S 36,7oC, RR 30 x/menit, dan reflek hisap
kuat. Apakah asuhan keperawatan yang tepat diberikan sesuai kasus tersebut?
a. Mengajarkan ibu cara pijat bayi
b. Memberikan edukasi tentang pemberian MPASI
c. Melanjutkan pemberian ASI esklusif
d. Menganjurkan untuk mengoleskan madu pada mulut bayi
66 Pembahasan

Data fokus:
● Bayi berusia 3 bulan masih menyusu ASI eksklusif
● BAK lancar, BAB 1x/sehari
● Hasil pemeriksaan fisik: BB 4.9 kg, PB 65 cm, S 36,7oC, RR 30 x/menit, dan reflek hisap kuat
Asuhan keperawatan yang tepat dilakukan pada kasus di atas adalah melanjutkan pemberian
ASI eksklusif, karena bayi dalam kondisi sehat dan tidak ada masalah pada usia 3 bulan.
Keperawatan spesifik
67
area anak

Seorang bayi laki-laki baru lahir prematur dengan BB 2,3 kg. Nilai APGAR skor 7-8
dan bayi mendapat IMD dengan baik. Apakah asuhan keperawatan yang perlu
dilakukan pada kasus tersebut?
a. Meningkatkan suhu ruangan agar lebih hangat
b. Menganjurkan ibu untuk memberikan kehangatan dengan metode kanguru
c. Melakukan perawatan pada inkubator
d. Memberikan selimut tebal pada bayi
67 Pembahasan

Skor APGAR bayi dalam kasus 7-8 yang termasuk dalam kategori
normal. Pada kasus ini bayi hanya membutuhkan tindakan
pertolongan yang bertujuan untuk meningkatkan kehangatan.
Pada kasus disebutkan bahwa bayi mendapat IMD dengan baik,
sehingga tindakan yang paling tepat adalah menganjurkan ibu
untuk memberikan kehangatan dengan metode kanguru.
Keperawatan spesifik
68
area anak

Seorang bayi perempuan lahir tanggal 14 Juli 2014 dengan usia gestasi 7 bulan.
Saat ini 26 Maret 2015 bayi dibawa ke klinik tumbuh kembang dan dilakukan
pemeriksaan DDST. Berapakah usia koreksi untuk pemeriksaan bayi tersebut?
a. 6 bulan 2 hari
b. 6 bulan 5 hari
c. 6 bulan 12 hari
d. 6 bulan 10 hari
68 Pembahasan

Tgl pemeriksaan : 2015 – 03 – 26

Tgl lahir : 2014 – 07 – 14

8 bln 12 hr

Gestasi prematur → 7 bulan = 210 hari = 30 minggu

Jumlah minggu prematur → 40 – 30 = 10 minggu = 2 bulan 10 hari

Usia koreksi:

= 8 bulan 12 hari – 10 minggu

= 8 bulan 12 hari – 2 bulan 10 hari

= 6 bulan 2 hari
Keperawatan spesifik
69
area anak

Seorang anak laki-laki berusia 1 tahun 7 bulan dirawat dengan diagnosis diare
dengan dehidrasi sedang. Hasil pengkajian: anak rewel, tampak kurus, tidak mau
menyusu, mata cekung, dan cubitan kulit di perut kembali lambat. Hasil
pemeriksaan: RR 34 x/menit, N 100 x/menit, S 36,8oC, grafik BB/PB <-3 SD, dan lila
<11,5 cm. Apa klasifikasi status gizi pada anak tersebut?
a. Gizi baik
b. Gizi kurang
c. Gizi buruk tanpa komplikasi
d. Gizi buruk dengan komplikasi
69 Pembahasan

Data fokus:

● anak rewel, tampak kurus, tidak mau menyusu, mata cekung, dan cubitan kulit di
perut kembali lambat

● RR 34 x/menit, N 100 x/menit, S 36,8oC, grafik BB/PB <-3 SD, dan lila <11,5 cm

Berdasarkan pedoman MTBS, grafik BB/PB <-3 SD termasuk dalam kategori gizi
buruk. Gizi buruk dengan komplikasi ditandai dengan gejala anak tampak sangat
kurus, mata cekung, cubitan kulit di perut kembali lambat, dan terdapat tanda
bahaya umum seperti anak tidak mau menyusu.
Keperawatan spesifik
70
area anak

Seorang ibu membawa anak berusia 2 tahun ke klinik tumbuh kembang. Perawat
melakukan pemeriksaan DDST dengan meminta anak untuk menyusun balok dan
memindahkan bola kecil ke suatu wadah. Apakah jenis keterampilan yang sedang
diuji oleh perawat?
a. Personal social
b. Fine motor adaptive
c. Language
d. Gross motor
70 Pembahasan

Pemeriksaan DDST yang dilakukan → meminta anak untuk menyusun balok dan memindahkan bola kecil ke
suatu wadah → termasuk dalam kategori melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu
dan dilakukan otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat → fine motor adaptive atau gerakan
motorik halus.

Tugas perkembangan atau sektor perkembangan terdiri dari empat hal diantaranya:

a. Personal social (perilaku social) → aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisi,
dan berinteraksi dengan lingkungannya.

b. Fine motor adaptive (gerakan motorik halus) → aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan
otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.

c. Language (Bahasa) → aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respon terhadap
suara, mengikuti perintah, dan berbicara spontan

d. Gross motor (gerakan motorik kasar) → aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Keperawatan spesifik
71
area anak

Seorang perempuan inpartu baru saja melahirkan seorang bayi Perempuan secara
spontan. Hasil pengkajian: bayi menangis lemah, warna kulit kemerahan tapi
ekstremitas biru, ekstremitas sedikit fleksi, pernapasan lemah dan tidak teratur,
frekuensi nadi 103 x/menit. Apakah interpretasi skor APGAR pada kasus tersebut?
a. Asfiksia sedang
b. Asfiksia berat
c. Normal
d. Gagal napas
71 Pembahasan

A = warna kulit kemerahan tapi ekstremitas biru = skor 1

P = 103 x/menit = skor 2

G = bayi menangis lemah = skor 1

A = ekstremitas sedikit fleksi = 1

R = pernapasan lemah dan tidak teratur = skor 1

Total skor = 6 → asfiksia sedang


Keperawatan spesifik
72
area anak

Seorang bayi (5 hari) dirawat di rumah sakit dengan BBLR. Hasil pengkajian: ibu
mengatakan bayi rewel dan menangis saat disusui, ASI keluar sedikit, nyeri pada
putting, dan ibu merasa kelelahan. Frekuensi BAK bayi 5 x/24 jam. Apakah
masalah keperawatan yang tepat?
a. Nyeri akut
b. Gangguan perlekatan
c. Kecemasan
d. Menyusui tidak efektif
72 Pembahasan

DO :
ibu mengatakan bayi rewel dan menangis saat disusui, ASI keluar sedikit, nyeri
pada putting, dan ibu merasa kelelahan.
Menyusui tidak efektif didefinisikan sebagai suatu kondisi ibu dan bayi mengalami
ketidakpuasan atau kesukaran pada proses menyusui. Didukung dengan data
kelelahan maternal, bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu, BAK bayi kurang
dari 8 x/24 jam, nyeri dan/atau lecet pada payudara secara terus menerus.
Keperawatan spesifik
73
area anak

Seorang anak (6 tahun) dibawa ke IGD RS karena mengalami demam sudah tiga
hari, BAB cair 4x/12 jam, dan muntah-muntah. Perawat segera melakukan
pemasangan IV line untuk pemberian cairan per enteral setelah diberikan informed
consent kepada keluarga pasien. Perawat menggunakan kateter IV dengan ukuran
24 agar tidak memberikan rasa sakit yang berlebih dengan didampingi keluarga
dan memberikan hiburan agar anak tidak trauma. Apakah prinsip etik yang sedang
dilakukan perawat tersebut?
a. Non-maleficience
b. Beneficience
c. Otonomi
d. Veracity
73 Pembahasan

Non maleficence → Perawat memberikan tindakan pada pasien dengan tidak menimbulkan
cidera fisik maupun psikis pada pasien

Pada kasus, melakukan pemasangan IV line untuk pemberian cairan per enteral menggunakan
kateter ukuran 24G untuk mengurangi rasa sakit dengan didampingi keluarga dan memberikan
hiburan agar anak tidak trauma. Penggunaan kateter IV ukuran 24 merupakan ukuran kateter IV
yang diperuntukkan untuk usia anak-anak. Selain itu pemasangan IV line juga didampingi orang
tua dan diberikan hiburan untuk mengurangi trauma pada anak. Sehingga prinsip etik yang
sedang diterapkan perawat adalah non-maleficence.
Keperawatan spesifik
74
area anak

Seorang bayi berusia 5 bulan 20 hari dibawa ke puskesmas. Hasil pengkajian: bayi
masih minum ASI eksklusif dan sudah memenuhi daftar imunisasi wajib sesuai
usia. Ibu merasa khawatir dengan berat badan bayi sudah termasuk kategori ideal
atau masih kurang. Perawat melakukan perhitungan berat badan bayi sesuai usia.
Berapakah berat badan ideal bayi tersebut?
a. 6 kg
b. 7 kg
c. 7,5 kg
d. 7,25 kg
74 Pembahasan

Rumus perhitungan berat badan ideal bayi berdasarkan usia menggunakan rumus Behrman:

Berat badan usia 3-12 bulan:

BB = (umur (bulan) + 9) : 2

→ Usia bayi = 5 bulan 20 hari → > 15 hari dibulatkan ke atas sehingga usia bayi = 6 bulan

BB = (umur (bulan) + 9) : 2

= (6 + 9) : 2

= 15 : 2

= 7,5 kg
Keperawatan spesifik
75
area anak

Berikut merupakan jenis vaksin yang sensitif terhadap suhu panas adalah...
a. Vaksin Hepatitis B
b. Vaksin TT
c. Vasin Campak
d. Vaksin DT
75 Pembahasan

Penggolongan vaksin dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Vaksin yang sensitif terhadap beku (tidak boleh beku disimpan pada suhu 2-8oC) → Vaksin
DT, TT, Td, Hepatitis B dan DPT?HB/Hib

2. Vaksin yang sensitif terhadap suhu panas (suhu -15 s.d -25 ºC) → Vaksin campak, Polio dan
BCG
76 Oksigenasi Sederhana

Seorang laki-laki (35 tahun) dibawa ke IGD setelah mengalami kecelakaan lalu
lintas. Hasil pengkajian menunjukkan pasien mengalami cedera kepala sedang,
GCS 10, tekanan darah 111/70 mmHg, HR 108x/menit, RR 35 x/menit, terdengar
suara nafas tambahan gurgling, SpO2 86%. Pasien sudah dilakukan tindakan
suction namun belum ada peningkatan saturasi oksigen. Apakah alat bantu nafas
yang perlu diberikan pada pasien tersebut?
a. Nasal canul
b. Rebreathing mask
c. Non rebreathing mask
d. Ventilator
76 Pembahasan

Data fokus:
● Pasien mengalami cedera kepala sedang
● GCS 10
● tekanan darah 111/70 mmHg
● HR 108x/menit
● RR 35 x/menit
● terdengar suara nafas tambahan gurgling
● SpO2 86%

SpO2 86% menunjukkan adanya hipoksia sedang-berat, sehingga alat bantu nafas
yang paling tepat diberikan yaitu non-rebreathing mask.
77 Oksigenasi sederhana

Seorang perempuan (60 tahun) dirawat dengan diagnosis PPOK. Hasil pengkajian
pasien merasa sulit bernapas kecuali dalam posisi duduk/berdiri, RR 28 x/menit,
HR 100x/menit, 90/70 mmHg, menggunakan alat bantu nafas nasal canule, terlihat
retraksi intercosta, dan nafas dangkal. Apakah jenis perubahan pola napas pada
pasien tersebut?
a. Orthopnea
b. Tachypnea
c. Paradoksial
d. Hiperventilasi
77 Pembahasan

Pada kasus disebutkan bahwa pasien mengalami merasa sulit bernapas kecuali dalam posisi
duduk/berdiri yang menunjukkan perubahan pola nafas yang disebut dengan orthopnea.

Jenis perubahan pola nafas:


● Tachypnea → RR > 24 x/menit
● Bradipnea → RR < 10 x/menit
● Dipsnea → sesak nafas berat
● Hiperventilasi → cara tubuh dalam mengkompensasi peningkatan jumlah oksigen dalam
paru agar nafas lebih cepat dan dalam
● Hipoventilasi → Upaya tubuh mengeluarkan karbon dioksida dengan cukup yang
dilakukan pada saat ventilasi alveolar
● Orthopnea → sulit bernafas, kecuali dalam posisi duduk/berdiri
● Stridor → pernafasan bising karena saluran nafas menyempit
● Paradoksial → pernafasan yang ditandai dengan pergerakan dinding paru berlawanan
arah dari keadaan normal
78 Oksigenasi sederhana

Berikut ini bukan merupakan kontraindikasi penggunaan alat bantu nafas nasal
canule yaitu...
a. Ditemukan adanya tanda-tanda obstruksi nasal
b. Bernafas spontan dan memerlukan bantuan oksigen
c. Pasien mengalami henti nafas
d. Pasien menalami obstruksi maksilofasial
78 Pembahasan

Nasal canule

→ Indikasi: pasien masih bisa bernafas spontan namun membutuhkan alat


bantu untuk memenuhi kebutuhan oksigen

→ Kontraindikasi: pasien mengalami obstruksi nasal, apneu, fraktur tengkorak


kepala, fraktur maksilofasial
79 Oksigenasi sederhana

Seorang laki-laki (40 tahun) datang ke IGD dengan riwayat pengobatan TBC 3 bulan
mengeluh sesak napas dan dada terasa berat. Hasil pengkajian : TD 130/90
mmHg, frekuensi nadi 96x/menit, frekuensi nafas 31 x/menit. Hasil analisa gas
darah menunjukkan pH 7,25, PCO2 55 mmHg, PO2 70 mmHg, HCO3 25 mmHg.
Berapakah kecepatan pemberian oksigen pada pasien tersebut?
a. 5-8 lpm
b. 10-12 lpm
c. 8-10 lpm
d. 7-10 lpm
79 Pembahasan

Hasil AGD :
● pH 7,25 ( menurun)
● PCO2 55 mmHg (meningkat)
● PO2 70 mmHg (menurun)
● HCO3 25 mmHg (normal)
Dari data tersebut, pasien mengalami kondisi asidosis respiratorik akut dimana
terjadi penumpukan CO2 dalam darah dan paru-paru tidak bisa mengeluarkan
oksigen dengan optimal. Jadi untuk mengatasi masalah tersebut, klien diberikan
suplemen oksigen berupa NRM agar udara saat inspirasi tidak bercampur dengan
udara ekspirasi. Kecepatan pemberian oksigen dengan NRM adalah 10-12 lpm.
80 Oksigenasi sederhana

Pasien laki-laki (30 tahun) datang ke IGD dengan penurunan kesadaran akibat
benturan kepala yang dialami. Hasil pengkajian: terdengar suara snoring, RR
28x/menit, frekuensi nadi 110x/menit, GCS 11, TD 110/80 mmHg dan terdapat gag
reflek. Apakah target keperawatan yang tepat pada pasien tersebut?
a. Jalan nafas paten
b. Penurunan RR
c. Penurunan HR
d. Tidak terdapat gag reflek
80 Pembahasan

Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pasien mengalami penurunan


kesadaran, terdapat suara snoring dan terdapat gag reflek. Adanya
suara snoring menandakan adanya bersihan jalan napas tidak efektif.
Tindakan yang perlu dilakukan adalah mempertahakan jalan nafas agar
jalan nafas paten.
81 Oksigenasi sederhana

Seorang perempuan (25 tahun) dibawa ke IGD RS dengan keluhan sesak nafas.
Hasil pengkajian: pasien memiliki riwayat asma, penafasan cuping hidung, terlihat
kuku tangan sianosis, terlihat retraksi interkosta, terdengar suara wheezing, TD
100/70 mmHg, frekuensi nadi 90x/menit, RR 28x/menit dan suhu 37,4oC, SpO2
88%. Apakah masalah keperawatan yang tepat pada pasien tersebut?
a. Ketidakefektifan pola nafas
b. Hambatan ventilasi spontan
c. Hambatan pertukaran gas
d. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
81 Pembahasan

Data objektif:
a. Pasien sesak napas
b. Penafasan cuping hidung
c. Terlihat retraksi intercosta
d. Terlihat kuku tangan sianosis
e. Terdengar suara wheezing
f. TD 100/70 mmHg, frekuensi nadi 90x/menit, RR 28x/menit dan suhu 37,4oC,
SpO2 88%
Berdasarkan data mayor tersebut, masalah keperawatan yang tepat pada kasus
tersebut yaitu ketidakefektifan pola nafas. Ketidakefektifan pola napas
didefinisikan sebagai inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi
yang adekuat. Kata kunci: pola napas abnormal, dipsnea, pernapasan cuping
hidung, pernapasan bibir, penggunaan otot bantu napas, dan retraksi intercosta.
Diangosis Ketidakefektifan Ketidakefektifan pola Hambatan ventilasi Hambatan
bersihan jalan napas napas spontan pertukaran gas

Definisi Ketidakmampuan Inspirasi dan/atau Ketidakmampuan Kelebihan atau


membersihkan sekresi ekspirasi yang tidak memulai dan/atau defisit oksigenasi
atau obstruksi dari memberi ventilasi mempertahankan dan/atau eliminasi
saluran napas untuk yang adekuat pernapasan yang karbon dioksida
mempertahankan adekuat untuk pada membrane
bersihan jalan napas menyokong alveolar kapiler
kehidupan
Kata kunci - Dipsnea - Pola napas abnormal - Penurun SaO2 - pH arteri abnormal
- batuk tidak efektif - Dipsnea - Penurunan PO2 - Penurunan CO2
- Suara napas tambahan - Pernapasan cuping - Peningkatan PCO2 - Hiperkapnia
- Sputum berlebih hidung - Dipsnea - Hipoksemia
- Pernapasan bibir - Penggunaan otot - Hipoksemia
- Penggunaan otot bantu napas - Dipsnea
bantu napas
- Retraksi intercosta
Penerapan edukasi
82
kesehatan

Seorang perempuan (35 th) datang ke puskesmas dengan diagnosis TBC paru
setelah pemeriksaan dinyatakan positif dan gambaran Rontgen thorax terdapat
infiltrate pada lobus kiri bawah. Pasien mengatakan sudah mengonsumsi OAT
selama seminggu, namun saat ini pasien merasa cemas dan sulit tidur karena BAK
berwarna merah dan nyeri pada sendi-sendi pertulangan. Apakah topik penyuluhan
yang sesuai dengan kasus?
a. Koping stres pada pasien TBC
b. Konsumsi air putih yang cukup
c. Efek samping OAT
d. Cara meningkatkan kualitas tidur
82 Pembahasan

Pada kasus disebutkan bahwa pasien sudah didiagnosis TBC paru dan sudah mengonsumsi
OAT selama satu minggu, namun pasien merasa cemas dan sulit tidur karena BAK berwarna
merah dan nyeri pada sendi-sendi pertulangan. Sehingga topik penyuluhan yang tepat adalah
efek samping OAT.

Efek samping OAT:


● Warna kemerahan pada urine
● Tidak nafsu makan karena mual/nyeri perut
● Nyeri sendi
● Kesemutan atau rasa terbakar pada kaki
● Gatal dan kemerahan pada kulit
● Penurunan fungsi pendengaran
● Gangguan keseimbangan
● Kuning pada mata/kulit
● Gangguan penglihatan
Penerapan edukasi
83
kesehatan

Sepasang laki-laki dan perempuan usia subur datang ke poli KIA untuk
mendapatkan konseling terkait KB yang tepat bagi mereka. Saat ini pasangan
tersebut sudah memiliki dua anak dan mengatakan masih ingin memiliki anak lagi
namun ingin dijeda dengan anak sebelumnya. Apakah media edukasi yang tepat
untuk kasus tersebut?
a. Flipchart
b. Leaflet
c. Video
d. X-banner
83 Pembahasan

Pasangan usia subur yang sudah dua anak dan mengatakan masih ingin memiliki
anak lagi namun ingin dijeda dengan anak sebelumnya. Pasangan tersebut ingin
mendapatkan konseling terkait KB yang tepat bagi mereka. Rekomendasi media
edukasi yang tepat adalah flipchart, karena pilihan KB terdiri dari beberapa
macam sehingga flipchart menjadi media edukasi yang paling direkomendasikan
karena memungkinkan diskusi selama konseling dengan klien.
Penerapan edukasi
84
kesehatan

Perawat bersama tim promosi kesehatan sedang memberikan edukasi dengan


cara demonstrasi tentang etika batuk pada pasien di poliklinik paru. Apakah
evaluasi formatif yang dilakukan perawat pada kegiatan tersebut?
a. Pasien dapat mempraktikkan prosedur etika batuk
b. Pasien mampu melakukan pencegahan penularan ISPA
c. Pasien mampu menyampaikan pencegahan penularan ISPA
d. Pasien mampu mengambil keputusan terhadap penyakit ISPA yang diderita
84 Pembahasan

● Evaluasi Formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk mengumpulkan


data tentang efektifitas dan efisiensi dari pendidikan kesehatan yang sudah
dilaksanakan.
● Evaluasi Sumatif adalah Evaluasi Akhir, evaluasi terhadap keseluruhan
penyuluhan atau pendidikan kesehatan yang sudah berlangsung.
● Edukasi kesehatan yang sudah diberikan → etika batuk.
● Evaluasi formatif → pasien mampu mempraktikkan batuk efektif.
● Kata kunci: perawat mendemonstrasikan prosedur batuk efektif.
Penerapan edukasi
85
kesehatan

Hasil pegkajian di TK menunjukkan data 35% siswa pernah mengalami diare, 45%
diantaranya tidak membawa bekal dari rumah, banyak penjual makanan di luar
sekolah. 50% siswa tidak mencuci tangan sebelum makan. Perawat akan
memberikan edukasi tentang cuci tangan 6 langkah. Apakah metode edukasi
kesehatan yang tepat pada kasus tersebut?
a. Demonstrasi video interaktif
b. Ceramah dengan alat peraga
c. Ceramah menggunakan flipchart
d. Demonstrasi dengan gambar
85 Pembahasan

● Perawat akan memberikan edukasi tentang cuci tangan 6 langkah pada siswa
TK.
● Metode edukasi yang paling tepat adalah demonstrasi dengan video karena
Penerapan edukasi
86
kesehatan

Seorang ibu post SC hari kedua sudah bisa miring kanan dan kiri. Saat melahirkan
sudah dilakukan IMD dan saat ini ASI sudah keluar. Apakah topik pendidikan
kesehatan yang tepat digunakan untuk sasaran tersebut ?
a. Mobilisasi dini
b. ASI eksklusif
c. Perawatan luka post op
d. Perawatan vulva hygiene
86 Pembahasan

● Seorang ibu post SC hari kedua sudah bisa miring kanan dan kiri. Saat
melahirkan sudah dilakukan IMD dan saat ini ASI sudah keluar.
● Topik pendidikan kesehatan yang tepat yaitu mobilisasi dini.
● Pasien diberikan edukasi mobilisasi dini agar bisa segera mulai aktivitas
perawatan pada bayi.
87 Tanda gejala pasien

Seorang anak laki-laki (7 tahun) di rawat di rumah sakit dengan keluhan demam
sejak 4 hari yang lalu, BAK terasa sakit, dan urin keluar sedikit. Hasil pemeriksaan
fisik: suhu 39oC, mukosa bibir kering, nyeri tekan pada area suprapubik, nadi 118
x/menit, RR 20 x/menit. Hasil pemeriksaan lab menunjukkan nilai LED meningkat,
leukosit 15.000 /mm3. Apakah kemungkinan diagnosis pasien?
a. Infeksi saluran kemih
b. Gagal ginjal akut
c. Nefrolitiasis
d. Glumerulonefritis
87 Pembahasan

Data fokus:
● Demam sejak 4 hari yang lalu
● BAK terasa sakit
● Urin keluar sedikit
● Hasil pemeriksaan fisik: suhu 39oC, mukosa bibir kering, nyeri tekan pada area
suprapubik, nadi 118 x/menit, RR 20 x/menit.
● Hasil pemeriksaan lab menunjukkan nilai LED meningkat, leukosit 15.000
/mm3.
Berdasarkan data mayor tersebut, pasien memungkinkan mengalami infeksi
saluran kemih.
88 Tanda gejala pasien

Seorang perempuan (68 th) mengeluh nyeri pada punggung. Pasien mengatakan
tidak ada riwayat jatuh terduduk. Hasil pemeriksaan rontgen menunjukkan adanya
destruksi pada tulang belakang yang mengarah pada pengeroposan tulang.
Apakah pemeriksaan penunjang lanjutan yang perlu dilakukan pasien?
a. Bone Marrow Density
b. Magnetic Resonance Imaging
c. CT Scan
d. Biopsi tulang
88 Pembahasan

Pasien dicurigai mengalami pengeroposan tulang ditandai dengan adanya


destruksi pada tulang. Saat ini pasien sudah memasuki tahap lansia dan
mengeluh nyeri pada tulang belakang. Pemeriksaan penunjang lanjutan yang
perlu dilakukan adalah bone marrow density.
Bone marrow density (BMD) atau densitometri adalah pemeriksaan yang akurat
dan untuk menilai densitas massa tulang, seseorang dikatakan menderita
osteoporosis apabila nilai BMD berada dibawah -2,5 dan dikatakan mengalami
osteopenia bila nilai BMD berada antara -2,5 dan -1 dan normal apabila BMD
berada diatas nilai -1.
Keperawatan spesifik
89
area anak

Seorang bayi laki-laki lahir secara spontan pervaginam 3 jam yang lalu, APGAR
score 10. Bayi tersebut mengalami ikterik pada bagian kepala, leher, dan badan
hingga atas umbilicus. Berapakah derajat ikterik bayi tersebut?
a. Derajat I
b. Derajat II
c. Derajat III
d. Derajat IV
89 Pembahasan

Bayi mengalami ikterik pada area kepala, leher, dan badan hingga atas umbilicus
yang dikategorikan menjadi derajat II ikterik.

Derajat ikterik:
1. Derajat I → kepala, leher
2. Derajat II → kepala, leher, badan sampai atas umbilicus
3. Derajat III → kepala, leher, badan bawah sampai atas lutut
4. Derajat IV → kepala, leher, badan sampai tungkai atas dan bawah
5. Derajat V → kepala, leher, badan, tungkai atas, bawah, dan telapak kaki
Pendokumentasian
90
tindakan keperawatan

Perawat melakukan anamnesa pada pasien baru dengan menanyakan riwayat


alergi, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat obat rutin yang dikonsumsi. Apakah
jenis pendokumentasian yang dilakukan perawat tersebut?
a. Allo anamnesa
b. Auto anamnesa
c. Process Oriented System
d. Problem Intervention & Evaluation
e. Problem Oriented Record
90 Pembahasan

Perawat melakukan pengkajian secara langsung kepada pasien meliputi riwayat


alergi, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat obat rutin yang dikonsumsi.
Pengkajian yang dilakukan pada pasien langsung disebut allo anamnesa.
Sedangkan pengkajian yang dilakukan dari keluarga atau kerabat disebut dengan
auto anamnesa.
“Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras.
Tidak ada keberhasilan tanpa kebersamaan.
Tidak ada kemudahan tanpa doa.”
Ridwan Kamil

Anda mungkin juga menyukai