Anda di halaman 1dari 11

NASKAH ROLE PLAY

“SDIDTK DI POSYANDU”
Peranan :

1. Bidan : Dian Lutfi Rahmawati


2. Kader : Regita Sulistiya Nindya Wijaya
3. Ibu Anita : Mirza Aulia Cahyani
4. Suami : Rima Labiibah Hannun
5. Mertua : Diajeng Fenti Setiawan

Ibu Anita adalah seorang primipara yang mempunyai anak berusia 3 bulan. Pada
suatu pagi, Ibu Anita sedang bermain-main dengan bayinya di ruang keluarga dan dari
arah belakang tiba-tiba mertuanya datang.

Mertua : “Nak, tak lihat-lihat bayimu kok belum bisa ngangkat kepala ya, seperti
tetangga kita itu lo, dia sudah bisa diajak senyum, sudah bisa mengangkat
kepalanya sendiri.”
Ibu Anita : “Iya to bu? Masak anak saya kelainan to bu?”
Mertua : “Apa iya ya, ibuk juga nggak tahu, ibu juga sudah lupa dulu anak ibuk
gimana bayinya”
Ibu Anita : “Ya sudah bu, nanti tak coba tanya ke bu kader dulu. Mungkin beliau tahu
informasi mengenai bayi saya, beliau kan juga sering memantau tumbuh
kembang bayi di posyandu.”
Tiba-tiba suami Ibu Anita datang menghampiri Ibu Anita, mertua dan bayinya
Suami : “Dek, ada apa sih kok panik seperti itu?
Ibu Anita : “Ini lo mas, kata ibu kok anak kita tidak seperti tetangga sebelah, setahuku
umurnya sama, tapi dia sudah bisa ngangkat kepala.”
Suami : “Apa coba kita periksakan ya, takutnya nanti pas teman-temannya sudah bisa
jalan, anak kita belum bisa.”
Ibu Anita : “Aku tanyakan ke bu kader dulu aja lah mas, mungkin beliau tahu informasi
tentang tumbuh kembang bayi, beliau kan sering ke posyandu menangani
bayi dan balita.”
Suami : “Ya sudah, habis ini kita kesana. Kamu siap-siap dulu, aku main dulu sama si
kecil.”
Setelah bersiap, ibu Anita dan suami pergi ke rumah bu kader untuk
menanyakan kondisi anaknya karena ia khawatir anaknya tidak tumbuh dan
berkembang sebagaimana mestinya.

Ibu Anita : (mengetuk pintu) “Assalamulaikum bu.”


Kader : “Waalaikumsalam. Eh ada ibu Anita dan suami. Mari mari, silahkan masuk.”
Suami : “Iya bu, terima kasih.”
Kader : “Ada yang bisa saya bantu pak, bu?”
Ibu Anita : “Ini lo bu, anak saya kan sudah umur 3 bulan bu. Tetangga saya itu anaknya
juga seumuran sudah bisa mengangkat kepala, tetapi anak saya kok belum
bisa mengangkat kepala. Apa kelainan ya bu?”
Kader : “Setahu saya tidak bu, mungkin anaknya belum waktunya untuk mengangkat
kepala, nanti kalau sudah waktunya pasti bisa mengangkat kepalanya sendiri
bu. Coba bu tanya ke bu bidan waktu posyandu bu.”
Ibu Anita : “Seperti itu ya bu, ini posyandu nya jadwalnya kapan nggih bu?”
Kader : “Kebetulan posyandu nya 3 hari lagi bu, ibu datang saja sambil bawa Buku
KIA nggih bu.”
Ibu Anita : “Baik bu, saya akan datang ke posyandu. Terima kasih bu kader, sedikit
mengurangi kekhawatiran saya dan suami bu.”
Kader : “Baik bu, sama sama.”
Suami : “Kalau begitu, saya dan istri pamit dulu bu kader. Assalamualaikum.”
Kader : “Baik pak, Waalaikumsalam. Jangan lupa 3 hari lagi ya bu, ini tadi kan
tanggal 23 Februari, jadi posyandu tanggal 26 Februari 2021 pukul 08.00
nggih bu.”
Ibu Anita : “Baik bu kader.”
Tiga hari kemudian, ada posyandu di Desa Pojok Kecamatan Garum. Ibu Anita
sangat antusias untuk mengikuti kegiatan posyandu sekaligus ingin berkonsultasi
kepada bidan mengenai kondisi anaknya.
Ibu Anita : “Mas, hari ini ada posyandu jam 8. Aku mau berangkat kesana sama si
kecil.”
Suami : “Tapi aku nggak bisa menemani ya, tak antar jemput saja. Karena aku masih
ada kerjaan. Nanti kamu ceritakan saja penjelasan dari bu bidan tentang
perkembangan anak kita.”
Ibu Anita : “Iya mas, tidak apa apa.”
Mertua : “Jangan lupa buku KIA nya ya nak.”
Ibu Anita : “Iya bu, terima kasih sudah diingatkan.”
Suami : “Ya udah yuk berangkat, udah hampir jam 8 ini.”
Ibu Anita : “Iya mas.”
Sesampainya di posyandu…
Ibu Anita : “Assalamualaikum bu kader.”
Kader : “Waalaikumsalam Bu Anita. Bawa buku KIA nggih bu, boleh saya pinjam
untuk pendaftaran bu?”
Ibu Anita : “Iya, silahkan bu.”
Kader : “Namanya Muhammad Andre Prayoga, usia 3 bulan dengan tanggal
persalinan 25 November 2021 ya bu, jenis kelamin laki-laki, berat lahir 3,5
kg dan panjang badan saat lahir 50 cm.”
Ibu Anita : “Iya bu kader.”
Kader : “Saya timbang dulu ya (sambil menimbang). Berat badannya 4,3 kg bu.
Panjang badannya 53 cm. Alhamdulillah semuanya naik ya bu daripada
bulan kemarin.”
Ibu Anita : “Itu normal apa tidak bu?”
Kader : “Normal bu, berat badan bayi 3 bulan berjenis kelamin laki-laki normalnya
yaitu 4–6 kg, dengan panjang badan antara 53–58 cm. Saya isi di KMS nya
dulu ya bu.”
Ibu Anita : “KMS itu untuk apa ya bu?”
Kader : “Jadi KMS ini untuk memantau pertumbuhan anak bu. Kalau grafiknya
berada di bawah garis merah, tandanya si kecil mengalami kurang gizi
sedang hingga berat. Jika grafik pertumbuhan anak di KMS berada di area
warna kuning, hal ini menunjukkan si kecil mengalami kurang gizi ringan.
Bila grafik pertumbuhan terletak di warna hijau muda di atas garis kuning, si
kecil memiliki berat badan cukup atau status gizi baik dan dikatakan normal.
Grafik KMS di atas warna hijau tua menunjukkan anak memiliki berat badan
yang lebih di atas normal.
Ibu Anita : “Oalah seperti itu bu.”
Kader : “Iya bu. Mari bu, saya antar ke bidan untuk memeriksakan perkembangan
anak ibu, nanti ibu sampaikan yang keamrin knapa anaknya
perkembangannya tidak sama dengan teman seusianya.”
Ibu Anita : “Baik bu kader.”
Kader : “Permisi bu bidan, ini bu Anita ingin berkonsultasi tentang umbuh kembang
putranya bu.”
Bidan : “Silahkan bu.”
Ibu Anita : “Jadi begini bu, waktu saya bermain dengan anak saya, ibu mertua saya
bilang bu, anak saya kok tidak seperti teman seusianya. Belum bisa
mengangkat kepala, saya kan takut ya bu bidan. Karena saya baru pertama
kali punya anak dan takutnya anak saya punya kelainan. “
Bidan : “Coba saya periksa dulu bu tumbuh kembang anak ibu. Boleh pinjam buku
KIA nya?”
Kader : “Ini bu, silahkan.”
Bidan : “Baik bu, jadi ini nanti saya ukur lingkar kepalanya dulu nggih bu, baru saya
deteksi tumbuh kembang anak ibu, anaknya nanti ditidurkan disini nggih
bu.”
Ibu Anita : “Baik bu bidan.”
Bidan : “Lingkar kepalanya 38 cm ya bu. Itu normal,karena normal lingkar kekpala
bayi laki-laki itu antara 38-43 ya bu. Lalu saya lihat tadi dari pengukuran
tinggi badan dan berat badan, anak ibu berada di jalur hijau yang berarti
status gizinya normal, tidak kurang gizi ataupun obesitas. Ini saya cek
perkembangan dan tes daya dengar ya bu. Pada tes daya dengar ini, ibu saya
Tanya mengenai kemampuan anak ibu dalam mendengar, ibu jawab saja apa
adanya, tidak usah ragu bu. Kalau memang ada keluhan dsampaikan saja bu.
(Melakukan pemeriksaan dengan KPSP dan tes daya dengar)
Ibu Anita : “Baik bu bidan.”
Setelah pemeriksaan…
Bidan : “Bu, ini tadi setelah saya lakukan pemeriksaan, daya dengarnya bagus ya bu,
tetapi untuk perkembangannya skore nya 8 nggih ibu, artinya anak ibu
belum berkembang sesuai tahap perkembangannya. Tetapi ibu tidak usah
khawatir bu, ibu, suami dan keluarga di rumah harus sering-sering
melakukan stimulasi ya bu. Karena ini tadi, anaknya belum bisa mengangkat
kepala 45°. “
Ibu Anita : “Stimulasi itu apa ya bu?”
Bidan : “Stimulasi itu kegiatan merangsang kemampuan dasar anak agar anak
tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat
stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan.
Stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan oleh ibu dan ayah yang
merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu/pengasuh anak,
ataupun anggota keluarga lain. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan
penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap pada
anak.”
Ibu Anita : “Seperti itu ya bu. Lalu cara menstimulasi anak saya bagaimana bu bidan?”
Bidan : “Nah sebelumnya saya jelaskan sedikit tentang stimulasi ya ibu. Stimulasi Ini
terdiri dari 4 bagian, yaitu stimulasi gerak kasar, gerak halus, bicara dan
bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Nah karena anak ibu ini tadi
belum bisa mengangkat kepala 45°, jadi yang perlu di stimulasi gerak
kasarnya bu. Caranya letakkan bayi pada posisi telungkup. Gerakkan
sebuah mainan berwarna cerah atau buat suara-suara gembira di depan bayi
sehingga ia akan belajar mengangkat kepalanya. Secara berangsur-angsur
ia akan menggunakan kedua lengannya untuk mengangkat kepala dan
dadanya. Lalu stimulasi yang kedua caranya gendong bayi dalam posisi
tegak agar ia dapat belajar menahan kepalanya tetap tegak. Bisa ditambah
dengan menstimulasi kemampuan bicara dan bahasanya bu, caranya
dengan mengajak bayi tersenyum, setiap hari bicara dengan bayi dengan
bahasa ibu sesering mungkin menggunakan setiap kesempatan seperti waktu
memandaikan bayi, mengenakan pakaiannya, menyusui, di tempat
tidur,ataupun ketika sedang mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan
sebagainya. Seperti ini ya bu (sambil mempraktikkan stimulasi pada bayi) ”
Ibu Anita : “Baik bu bidan.”
Bidan : “Apa bisa dipraktikkan disini dulu bu, biar saya lihat dulu, kalau ada yang
kurang pas bisa saya benarkan.”
Ibu Anita : “Seperti ini ya bu bidan.”
Bidan : “Baik bu, kelihatannya ibu sudah mahir dalam menstimulasi anak ibu. Apa
ada yang ingin ditanyakan bu?
Kader : “Silahkan Tanya bu, mumpung ada bu bidan.”
Ibu Anita : “Kalau perkembangannya tidak sama dengan anak seusianya itu apa kelainan
ya bu bidan?”
Bidan : “Belum tentu bu, perkembangan setiap anak itu kan berbeda-beda ya bu,
mungkin dalam usia 3 bulan ada yang sudah bisa mengangkat kepala, ada
yang belum, itu bisa disebabkan kurang stimulasi atau mungkin ada
gangguan yang menghambat perkembangan anak. Hal itu perlu diperiksa
terlebih dahulu bu. Oleh karena itu, posyandu itu penting untuk dilakukan
agar penyimpangan tumbuh kembang anak dapat terdeteksi sejak dini bu,
sebelum terlambat penanganannya. Apakah ibu memahami penjelasan yang
saya berikan?”
Ibu Anita : “Iya bu, saya sudah paham. Terima kasih bu bidan atas penjelasannya.”
Bidan : “Baik bu, sama sama. Ini nanti kunjungan ulangnya 2 minggu lagi ya bu,
tanggal 10 Maret 2021. Ibu bisa datang ke tempat praktik saya.”
Ibu Anita : “Baik bu bidan.”
Bidan : “Ini ada leaflet untuk panduan stimulasi anaknya di rumah, ini juga ada snack
untuk bayinya bu, semoga tumbuh kembangnya bisa sesuai dengan tahap
perkembangannya ya bu, ingat pesan saya harus sering dilakukan stimulasi.”
Ibu Anita : “Baik bu, saya pamit dulu bu kader, bu bidan. Assalamualaikum.
Kader : “Waalaikumsalam.”
Bidan : “Waalaikumsalam. Hati hati bu.”
Ibu Anita : “Baik bu bidan.”
Sesampainya di rumah, Ibu Anita, mertua dan suaminya berkumpul di ruang
keluarga.
Mertua : “Gimana tadi kata bu bidan nak?”
Ibu Anita : “Jadi Andre ini perkembangannya belum sesuai dengan umurnya. Tetapi
bukan karena kelainan bu, karena kurang stimulasi saja. ”
Suami : “Oalah, cara stimulasinya gimana dek?”
Ibu Anita : “Kalau pas tengkurap itu, mainannya di letakkan di depannya atau bisa juga
di atasnya, jadi dia berusaha ngangkat kepalanya. Lalu pas gendong iu
posisinya tegak, jadi dia bisa belajar menahan kepalanya agar tetap tegak.
Jangan lupa sering ajak bicara si kecil, biar kemampuan bicara dan
bahasanya berkembang.”
Suami : “Oalah seperti itu, ya sudah nati kita coba, biarkan Andre istirahat dulu.”
Ibu Anita : “Iya mas.”
Lampiran 1
Properti yang dibutuhkan :
Ibu Bayi : boneka untuk bayi, gendongan bayi
Bidan : lembar KPSP, lembar TDD, meteran, wool merah
Kader : timbangan bayi, pengukur panjang badan bayi (stature meter)
Lampiran 2
Lembar KPSP usia 3 bulan
Lampiran 3
Lembar TDD usia 3 bulan
Lampiran 4
Leaflet Tumbuh Kembang Bayi Usia 0-3 bulan

Anda mungkin juga menyukai