Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
yang berjudul “Resusitasi Bayi Baru Lahir” ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Ketrampilan Dasar Kebidanan 2 Semester II Tahun 2014.
Makalah ini kami susun berdasarkan data-data yang telah kami ambil dari Buku
maupun internet. Hambatan yang kami temui pada penyusunan Makalah ini adalah
kurangnya waktu penyusunan karena banyaknya tugas kami pada mata kuliah lain.
Selesainya makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Dalam
penyusunan Makalah ini penulis juga memberi kesempatan kepada pembaca, kiranya
berkenan memberi kritikan dan saran yang bersifat membangun dengan maksud
meningkatkan pengetahuan penulis agar lebih baik dalam karya selanjutnya.
Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 35 (3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir
mengalami asfiksia, hamper 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari
seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa BBL (usia di bawah 1
bulan). Setiap 6 menit terdapat satu BBL yang meninggal. Penyebab kematian BBL di
Indonesia adalah bayi berat lahir rendah (29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus
neonatorum, infeksi lain dan kelainan congenital.
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab
utama kematian BBL adalah pelayanan antenatal yang berkualita, asuhan persalinan
normal/dasar dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga professional. Untuk
menurunkan kematian BBL karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi
baru lahir. Kemampuan dan keterampilan ini digunakan setiap kali menolong
persalinan.
Makalah ini berisi materi pelatihan Manajemen Asfiksia pada BBL yang difokuskan
pada: menyiapkan resusitasi, mengambil keputusan perlunya dilakukan resusitasi,
tindakan resusitasi, asuhan pasca resusitasi, asuhan tindak lanjut pasca resusitasi dan
pencegahan infeksi. Langkah-langkah dalam Manajemen Asfisia pada makalah ini
ditujukan kepada bidan yang pada umumnya bekerja secara mandiri dalam
memberikan pelayanan kesehatan.
1.2 Tujuan
1. Demonstrasi menyiapkan resusitasi BBL
2. Menilai dan memutuskan resusitasi BBL
3. Demonstrasi resusitasi BBL pada model
4. Menjelaskan asuhan bayi pasca resusitasi
5. Menjelaskan asuhan bayi pasca lahir
6. Menjelaskan langkah pencegahan infeksi pada resusitasi BBL
BAB II
PEMBAHASAN
2.11 Pengertian Resusitasi
Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang
adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen
kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, 2002).
2.2 Tujuan Resusitasi
1. Memberikan ventilasi yang adekuat
2. Membatasi kerusakan serebi
3. Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada
otak, jantung dan alat – alat vital lainnya
4. Untuk memulai atau mempertahankan kehidupan ekstra uteri
2.3 Tanda-tanda Resusitasi Perlu Dilakukan
1. Pernafasan
Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa
pernafasan tidak adekuat. Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya
pernafasan selama 1 menit. Nafas tersengal-sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu
tindakan, misalnya apneu. Jika pernafasan telah efektif yaitu pada bayi normal biasanya
30 – 50 x/menit dan menangis, kita melangkah ke penilaian selanjutnya.
1. Apabila frekuensi>100x / menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan menilai
warna kulit.
2. Apabila frekuensi < 100x / menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi indikasi untuk
dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif).
3. Warna Kulit
Apabila penilaian warna kulit menunjukkan bahwa warna kulit bayi pucat atau bisa
sampai sianosis. Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit
menjadi kemerahan. Jika masih ada sianosis central, oksigen tetap diberikan. Bila
terdapat sianosis purifier, oksigen tidak perlu diberikan, disebabkan karena peredaran
darah yang masih lamban, antara lain karena suhu ruang bersalin yang dingin.
2.5.1 Persiapan Keluarga
Sebelum menolong persalina, bicarakan dengan keluarga mengenai kemunginan-
kemungkinan yang terjadi pada ibu dan bayinya dan persiapan persalinan.
Kain yang digunakan sebaiknya bersih, kering, hangat dan dapat menyerap cairan
misalnya handuk, kain flannel, dll. Kalau tidak ada gunakan kain panjang atau sarung.
Kain ke-3 untuk ganjal bahu. Ganjal bahu bias dibuat dari kain (kaos, selendang, handuk
ecil), digulung setinggi 3cm dan bias disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi agar sedikit
tengadah.
Alat Penghisap Lendir DeLee
Bola Karet
Alat penghisap lender DeLee adalah alat yang digunakan untuk menghisap lender husus
untuk BBL
Tabung dan sungup/balon dan sungkup merupakan alat yang sangat penting dalam
tindakan ventilasi pada resusitasi, siapkan sungkup dalam eadaan terpasang dan steril.
Tabung/balon serta sungkup dan alat penghisap lender DeLee dalam keadaan steril,
disimpan dalam kotak alat resusitasi.
Cara menyiapkan:
Kain ke-1:
Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan BBL yang basah oleh air ketuban
segera lahir. Bagi bidan yang sudah biasa dan terlatih meletakkan bayi baru lahir di
atas perut ibu, sebelum persalinan akan menyediakan sehelai kain di atas perut ibu
untuk mengeringkan bayi. Hal ini dapat juga digunakan pada bayi asfiksia.
Bila tali pusat sangat pendek, bayi dapat diletakkan did eat perineum ibu sampai
talipusat telah diklem dan dipotong kemudian jika perlu dilakukan tindakan resusitasi.
Kain ke-2:
Fungsi kain ke-2 adalah untu menyelimutiBBL, agar tetap kering dan hangat. Singkirkan
kain e-1 yang basah sesudah dipakai mengeringkan bayi. Ain ke-2 ini diletakkan di atas
tempat resusitasi, digelar menutupi permukaan yang rata.
Kain ke-3:
Fungsi kain ke-3 adalah untuk ganjal bahu bayi agar memudahkan dalam pengaturan
posisi kepala bayi. Ain digulung setebal kira-kira 3cm diletakkan di bawah kain ke-2
yang menutupi tempat resusitasi untuk mengganjal bahu.
Alat Resusitasi:
Kotak alat resusitasi yang berisi alat penghisap lender DeLee dan alat resusitasi
tabung/balon dan sungkup diletakkan deat tempat resusitasi, maksudnya agar mudah
diambil sewaktu-waktu dibutuhkan untuk melakukan tindakan resusitasi BBL.
Sarung tangan
Jam atau pencatat waktu
2.5.4 Persiapan diri
Lindungi dari kemungkinan infeksi dengan cara:
Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek plastic, masker, penutup kepala,
kaca mata, sepatu tertutup).
Lepaskan perhiasan, cincin, jam tangan sebelum cuci tangan.
Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran alcohol dan gliserin.
Eringkan dengan kain/tisu bersih.
Selanjutnya gunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan.
2.6 Keputusan Resusitasi Bayi Baru Lahir
Bidan harus mampu melakukan penilaian untuk mengambil keputusan guna
menentukan tindakan resusitasi.
Sebelum bayi lahir:
Apakah kehamilan cukup bulan?
Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah:
Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur
mekonium (warna kehijauan)?
Segera setelah bayi lahir (jika bayi cukup bulan):
Menilai apakah bayi menangis atau
bernapas/megap-megap?
PENILAIAN Menilai apakah tonus otot baik?
Memutuskan bayi perlu resusitasi jika:
Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-
megap/tidak bernapas dan atau tonus otot bayi tidak
baik.
KEPUTUSAN Air ketuban bercampur mekonium.
Mulai lakukan resusitasi segera jika:
Beritahukan ibu dan keluarga, bahwa bayi mengalami kesulitan untuk memulai
pernapasannya dan bahwa Anda akan menolngnya bernapas.
Mintalah salah seorang keluarga mendampingi ibu untuk member dukungan moral,
menjaga ibu dan melaporkan bila ada perdarahan.
TAHAP 1: LANGKAH AWAL
Langkah awal diselesaikan dalam waktu 30 detik. Bagi kebanyakan bayi baru lahir, 5
langkah awal di bawah ini cukup untuk merangsang bayi bernapas spontan dan teratur.
Langkah tersebut meliputi:
Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau megap-megap.
o Bila bayi bernapas normal: lakukan asuhan pasca resusitasi.
o Bila bayi megap-megap atau tidak bernapas: mulai lakukan ventilasi bayi.
Langkah-langkah:
1. Pemasangan sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.
2. Ventilasi 2 kali
Lakukan tiupan / pemompaan dengan tekanan 30 cm Air
Tiupan awal tabung-sungkup / pemompaan awal balon-sungkup sangat penting untuk
membuka alveoli paru agar bayi bias mulai bernapas dan menguji apakah jalan napas
bayi terbuka.
o Periksa posisi sungkup dan pastikkan tidak ada udara yang bocor.
o Periksa cairan atau lender di mulut. Bila ada lender atau cairan lakukan pengisapan.
o Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30cm air (ulangan0, bila dada mengembang,
lakukan tahap berikutnya.
Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik
kemudian lakuan penilaian ulang napas setiap 30 detik.
5. Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi.
Jelaskan kepada ibu apa yang terjadi, apa yang Anda lakukan dan mengapa
Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan
Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan
Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medic persalinan
6. Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi
Bila dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar dan pulsasi tali pusat tisak teraba,
lanjutkan ventilasi selama 10 menit.
Hentikan resusitasi jika denyut jantung tetap tidak terdengar dan pulsasi tali pusat tidak
teraba, jelaskan kepada ibu dan berilah dukungan kepadanya serta lakukan pencatatan
Bayi yang mengalami asistol (tidak ada denyut jantung0 selama 10 menit kemungkinan
besar mengalami kerusakan otak yang permanen.
Apa yang dapat dilakukan untuk membantu seorang bayi bila terdapat air ketuban bercampur
mekonium (warna kehijauan)?
Siap untuk melakukan resusitasi bayi apabila cairan ketuban bercampur mekonium.
Langkah-langkah tindakan resusitasi pada bayi baru lahir jika air ketuban bercampur
mekonium sama dengan pada bayi yang air ketubannya tidak bercampur mekonium
hanya berbeda pada:
Setelah seluruh badan bayi lahir: penilaian apakah bayi menangis / bernapas normal /
megap-megap / tidak bernapas?
Jika menangis / bernapas normal, potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan tidak
dibubuhi apapun, dilanjutkan dengan Langkah Awal/
Jika megap-megap atau tidak bernapas, bua mulut lebar, usap mulut dan isap lender,
ptong tali pusat dengan cepat, tidak diikat & tidak dibubuhi apapun, dilanjutan dengan langkah
awal.
Keterangan: Pemotongan Tali Pusat dapat merangsang pernapasan bayi, apabila
masih ada air ketuban dan mekonium di jalan napas, bayi bias tersedak (aspirasi).
2.8 Asuhan Pascaresusitasi
Asuhan pasca resusitasi adalah pelayanan kesehatan pasca resusitasi yang diberikan
baik kepada BBL ataupun ibu dan keluarga. Pelayanan kesehatan yang diberikan
berupa pemantauan, asuhan BBL dan konseling.
Bicaralah dengan ibu dan keluarga bayi tentang resusitasi yang telah dilakukan. Jawab
setiap pertanyaan yang diajukan.
Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan BBL setelah menerima tindakan
resusitasi dan dilakukan pada keadaan:
Resusitasi berhasil: bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal atau
sesudah ventilasi.
Resusitasi belum / kurang berhasil: bayi perlu rujukan yaitu sesudah resusitasi 2 menit
belum bernapas atau megap-megap atau pada pemantauan didapatkan kondisinya memburuk.
Resusitasi tidak berhasil: sesudah resusitasi 10 menit dihitung dari bayi tidak bernapas
dan detak jantung 0.
2.9 Asuhan Pasca Lahir (Usia 2-24 jam Setelah Lahir)
Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi masih perlu asuhan pasca lahir lebih
lanjut. Asuhan pasca lahir dapat dilakukan dengan cara kunjungan rumah (kunjungan
BBL/Neonatus). Tujuan dari asuhan pasca lahir adalah untuk mengetahui kondisi lebih
lanjut dalam 24 jam pertama kesehatan bayi setelah mengalami tindakan resusitasi.
o Bila pada penilaian menunjukkan klasifikasi merah, bayi harus segera dirujuk.
Ajari ibu dan atau keluarga untuk menilai keadaan bayi. Jelaskan mengenai
pemantauan BBL dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila bayi mengalami
masalah.
2.10 Pencegahan Infeksi
Pencegahan Infeksi menurut Jenis Alat Resusitasi:
Berikut ini adalah beberapa contoh alat dan bahan habis pakai yang digunakan dalam
resusitasi dan cara pencegahan infeksinya:
Meja resusitasi:
Basuh dengan larutan dekontaminasi dan kemudian cuci dengan sabun dan air,
dikeringkan dengan udara/angin.
Tabung resusitasi
Lakukan dekontaminasi, pencucian secara teratur misalnya setiap minggu, tiap 2
minggu, atau setiap bulan tergantung frekuensi resusitasi. Selalu lakukan ke 3 langkah
pencegahan infeksi kalau alat digunakan pada bayi dengan infeksi. Pencegahan infeksi
Tabung/Balon Resusitasi dilakukan setiap habis digunakan. Pisahkan masing-masing
bagian sebelum melakukan pencegahan infeksi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Resusitasi merupakan upaya untuk mengembalikan bayi baru lahir dengan asfiksia
berat menjadi keadaan yang lebih baik dapat bernafas atau menangis spontan dan
denyut jantung menjdi teratur
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin Abdul Bari, Dkk, 2002, Buku panduan praktis pelayanan kesehatan Maternal
dan Neonatal, Jakarta: Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo.
Sarwono Prawirohardjo, 2008, Ilmu Kebidanan, Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.