Anda di halaman 1dari 23

Pengertian

Embalming: proses pengawetan mayat untuk


mempertahankan penampilan mayat dalam, tetap
dalam kondisi yang baik untuk jangka waktu lama
dimana dilakukan pemberian bermacam-macam
bahan kimia tertentu pada interior dan eksterior
jaringan orang mati (menghambat dekomposisi
jaringan) dan membuat serta menjaganya tetap
mirip dengan kondisi sewaktu hidup sesuai dengan
waktu yang diperlukan.
Tujuan
Tujuan embalming:
mencegah terjadinya pembusukan atau dekomposisi.
Dekomposisi
perubahan terakhir yang terjadi (late post-
mortem period) pada tubuh mayat setelah
kematian, dimana terjadinya pemecahan
protein kompleks menjadi protein yang lebih
sederhana disertai timbulnya gas-gas
pembusukan yang bau dan terjadinya
perubahan warna.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kecepatan dekomposisi
Temperatur: Temperatur optimum 26-380C.
Udara yang lembab

Ruangan dan pakaian

Umur: Orang tua dan anak lebih lambat membusuk

Keadaan tubuh: Bagian tubuh yang terluka


biasanya lebih cepat membusuk.
Penyakit: Kematian oleh karena infeksi
mempercepat pembusukan.
Bahan kimia embalming
Formaldehida (formalin)
Pada jenazah digunakan formalin sebanyak 3 liter
sebagai pengawet karena bahan kimia ini dapat
mengawetkan mayat dengan sangat baik. Selain itu,
formalin juga dapat digunakan sebagai disinfektan
karena cukup efektif dalam membunuh sebagian
besar bakteri. Larutan formalin dapat diserap
dengan baik oleh jaringan karena ukuran molekulnya
yang cukup kecil walaupun proses penyerapannya
relatif lambat
Etil Alkohol dan Polietilen Glikol (Kryofix)
merupakan gabungan antara etil alkohol dan
polietilen glikol tanpa aldehid. Waktu fiksasi
kryofix lebih pendek dan lebih baik dibandingkan
formaldehid. Dengan demikian, penggunaan
kryofix pada jaringan yang besar diperlukan untuk
menentukan keberhasilan kryofix dalam proses
embalming.
Glutaraldehid
memiliki bau ringan, dan berwarna terang.
Glutaraldehida menyebabkan deformasi struktur
heliks-alfa protein dan mengawetkan jaringan
dengan sangat cepat, namun harga glutaraldehid
lebih mahal 4-5 kali lipat.
Phenoxyethanol
merupakan pengawet nontoksik untuk mengurangi
paparan formaldehid. Embalming menggunakan
phenoxyethanol membutuhkan jumlah yang lebih
rendah dan konsentrasi yang lebih rendah
dibandingkan formaldehid. Teknik ini mengurangi
resiko terhadap paparan formaldehid saat proses
embalming
Indikasi dan Kontraindikasi Embalming
Indikasi :
Adanya penundaan penguburan atau kremasi lebih
dari 24 jam
Jenazah perlu dibawa ke tempat lain

Jenazah meninggal akibat penyakit menular


Kontraindikasi :
Tidak dapat dilakukan pada kematian tidak wajar
sebelum autopsi
Yang dimaksud dengan kematian tidak wajar

Keracunan Kekerasan

Cara kematian tidak wajar : pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan

LAPOR
PENYIDIK!
Bila tetap dilakukan embalming pada seseorang
dengan kematian tidak wajar maka dapat dikenakan
sanksi pidana penghilangan benda bukti
Yang diatur dalam pasal 233 KUHP
Pasal 233 KUHP : Barang siapa dengan sengaja menghancurkan,
merusak, membikin tak dapat dipakai, menghilangkan barang-
barang yang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan sesuatu
di muka penguasa yang berwenang, akta-akta, surat-surat atau
daftar-daftar yang atas perintah penguasa umum, terus-menerus
atau untuk sementara waktu disimpan, atau diserahkan kepada
seorang pejabat, ataupun kepada orang lain untuk kepentingan
umum, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
Proses Embalming

Mencuci secara menyeluruh dan desinfeksi


tubuh. Mulut, hidung, dan lubang lainnya
dibersihkan dan ditutup

insisi pada segitiga femoralis untuk


mengidentifikasi arteri/vena femoralis.
Setelah ditemukan, diikatkan di dua sisi
untuk memfiksasi, lalu diinsisi dinding
pembuluh darah dan dimasukkan trocar,
larutan dialirkan melalui alat pompa
Selain pada vena/arteri femoralis, dapat
juga melalui arteri karotis, arteri aksilaris,
maupun vena saphenous. Pada jenazah ini,
larutan dimasukkan melalui arteri
femoralis.
Penyulit embalming
Sumbatan pada arteri
Trauma

Prosedur autopsi

Pada kasus autopsi, dilakukan hal berikut:


Melakukan injeksi cairan embalming dibawah kulit
pada daerah-daerah dimana sistem arterial dirusak
oleh proses autopsi.
Merendam organ visceral pada larutan embalming
minimal selama 1 jam.
Hazard And Safety
Orang yang menangani jenazah harus menggunakan apron
dan sarung tangan, agar tidak ada kontak langsung
dengan pakaian yang digunakan. Selama proses
menangani jenazah ini, sudah digunakan apron dan sarung
tangan.
Ketika menangani jenazah, tidak boleh merokok, makan,
minum, dan hindari menyentuh bibir, mata, dan hidung diri
sendiri.
Hindari kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh
dari jenazah.
Tutup semua luka yang terbuka.
Kebersihan tangan harus tetap diperhatikan setelah selesai
menangani jenazah.17
EMBALMING DITINJAU
DARI BERBAGAI ASPEK
Embalming dari Sudut Medikolegal

Embalming boleh dilakukan oleh dokter pada mayat yang


meninggal secara wajar (natural death), pada mayat yang
meninggal tidak wajar (akibat pembunuhan, bunuh diri, serta
kecelakaan) embalming baru boleh dilakukan setelah proses
pemeriksaan forensik selesai dilakukan.
Dokter yang melakukan embalming sebelum pemeriksaan
forensik, akan diancam hukuman pidana sebagai
penghilangan barang bukti (pasal 233 KUHP).
Bunyi pasal 233 KUHP adalah Barang siapa dengan sengaja
menghancurkan, merusak, membikin tak dapat dipakai,
menghilangkan barang-barang yang digunakan untuk
meyakinkan atau membuktikan sesuatu di muka penguasa
yang berwenang, akta-akta, surat-surat atau daftar-daftar
yang atas perintah penguasa umum, terus-menerus atau untuk
sementara waktu disimpan, atau diserahkan kepada seorang
pejabat, ataupun kepada orang lain untuk kepentingan umum,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
Di Indonesia, embalming sebaiknya dilakukan oleh orang yang
mempunyai keahlian dan kewenangan yaitu dokter spesialis
forensik, alasannya yaitu :
1. Indonesia tidak menganut sistim koroner atau medical examiner
yang bertugas memilah kasus kematian wajar dan tidak
wajar.
2. Embalmer di Indonesia, yang secara sengaja maupun tidak
sengaja melakukan embalming pada kasus kematian tidak
wajar sebelum dilakukan otopsi, menyebabkan terjadinya
kesulitan penyidikan karena adanya bukti-bukti tindak pidana
yang hilang atau berubah pasal 233 KUHP. Jika pada kasus
ini dilakukan gugatan perdata, pihak rumah duka ikut
dilibatkan sebagai pihak tergugat.
3. Kewenangan dan keahlian untuk melakukan embalming ada
pada dokter spesialis forensik, berdasarkan pendidikannya
Pada embalming tanpa sertifikat dan hasilnya jelek dan
merugikan keluarga, maka pihak rumah duka sebagai
pihak yang memfasilitasi embalming tersebut dapat turut
digugat secara perdata berdasarkan pasal 1365
KUHPer.

Pasal 1365 KUHPer berbunyi Tiap perbuatan yang


melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena
kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut
Embalming untuk Pendidikan
Anatomi
Embalming ini diperbolehkan dengan bertujuan untuk
pelestarian jangka panjang bukan untuk presentasi atau
tampilan dalam hal pendidikan kedokteran yang
mempelajari anatomi.

Pengawetan medis yang lazim digunakan adalah cairan


yang mengandung formaldehid terkonsentrasi (37-40%),
yang dikenal sebagai (formalin) atau gluteraldehyde
serta fenol dan dibuat tanpa pewarna atau parfum
Embalming dari Sudut Pandang
Agama
Sudut pandang agama islam:
Sesuai ajaran agama islam tertulis adanya larangan untuk
tidak dilakukannya pengawetan, sesuai firman- Nya bahwa
jenazah harus dimakamkan dalam waktu 24 jam, karena
mereka percaya bahwa roh orang itu akan terus ada sampai
selesai dimakamkan, Tetapi untuk kasus tertentu seperti
(pendidikan, proses penyelidikan) hukum embalming ini dapat
menjadi mubah, dengan syarat segera dikuburkan setelah
urusan terhadap jenazah selesai.
Sudut Pandang Agama Kristen dan Katholik
Badan organisasi dalam Ortodoksi Timur mengatakan untuk
dilakukan pengawetan kecuali jika diwajibkan oleh hukum atau
keharusan lainnya, sedangkan yang lain mungkin mencegah,
tetapi tidak melarang juga untuk dilakukan untuk dilakukan
pengawetan.
Menurut Kristen, embalming tidak masalah untuk
dilakukan.Sebagian besar tokoh agama Kristen mengatakan
bahwa pengawetan dapat dilakukan.
Sudut Pandang Agama Buddha
Pengawetan jenazah tidak dilarang dalam ajaran agama
Buddha. Sehubungan jenazah akan dikremasikan maka
pengawetan jenazah tidak wajib untuk dilakukan.
Sudut Pandang Agama Hindu
Pada agama hindu tidak melarang keras untuk dilakukan
pengawetan, seperti pengawetan yang pernah terjadi pada
tokoh agama Hindu yang sangat dihormati, umumnya
pengawetan ini dilakukan untuk pemulangan ke India untuk
dilakukan ritual keagamaan dan keagamaan di rumah
keluarganya sebelum kremasi akhir

Anda mungkin juga menyukai