Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN

“EKUITAS (EQUITY)”

DI SUSUN OLEH:
Kelompok I
1. Reza Muhammad Rizqi (NIM 12F015060)
2. Angga Pramana Jaya (NIM 12F015043)
3. Ikhsan Rosyidi (NIM 12F015050)

MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS MATARAM


2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur yangkita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Ekuitas” ini dapat diselesaikan
sebagaimana mestinya.

Meskipun apa yang dapat kami sajikan ini masih jauh dari kesempurnaan, kami harap
dapat memberikan manfaat bagi kita semua dan khususnya bagi kami pribadi dalam
menambah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Akuntansi khususnya Akuntansi
Keuangan.

Kami sadar kesempurnaan hanya milik-Nya. Atas segala kekurangan dan khilaf, kami
mengharapkan kritik dan saran yang kritis, logis, dan bersifat membangun untuk
penyempurnaan makalah ini. Sehingga apa yang dapat kami berikan pada waktu yang akan
datang dapat lebih baik serta semuanya dapat memberikan hikmah dan membawa berkah bagi
kita semua.

Mataram, 1 November 2015

Penulis
BAB I
PANDAHULUAN
1.1. Latarbelakang
Pada dasarnya setiap perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, jasa, maupun
dagang memerlukan pengelolaan ekuitas yang baik dalam perusahaannya, istilah ekuitas
(ekuitas pemegang saham atau stockholders' equity) lebih merefleksi kata yang ingin
dikandungnya. Istilah modal sering digunakan pula sebagai padan kata equity walaupun
modal lebih dekat maknanya dengan istilah capital. Ekuitas mengandung unsur
kepemilikan (ownership), untuk organisasi nonprofit ekuitas disebut dengan aset bersih
(net assets) untuk menghindari kesan adanya pemilikan.
Dalam perusahaan, Investasi ekuitas umumnya berhubungan dengan pembelian dan
menyimpan saham stok pada suatu pasar modal oleh individu dan dana dalam
mengantisipasi pendapatan dari deviden dan keuntungan modal sebagaimana nilai saham
meningkat. Hal tersebut juga kadang kadang berkaitan dengan akuisisi saham
(kepemilikan) dengan turut serta dalam suatu perusahaan swasta (tidak tercatat di bursa)
atau perusahaan baru (suatu perusahaan sedang dibuat atau baru dibuat). Ketika investasi
dilakukan pada perusahaan yang baru, hal itu disebut sebagai investasi modal ventura dan
pada umumnya dimengerti mempunyai risiko lebih besar dari pada investasi situasi-situasi
dimana saham tercatat di bursa dilakukan
Ekuitas juga mengatur konsep kesatuan usaha yang memisahkan antara manajemen
dan pemilikan, informasi tentang akuitas pemegang saham menjadi sangat penting karena
hal tersebut menunjukan hubungan antara perusahaan (perseroan) dengan pemegang
saham. dari sudut pemegang saham, ekuitas pemegang saham merupakan hak atas
kekayaan atau nilai yang tertanam dalam perseroan. Kalau dipandang dari sudut kesatuan
usaha, ekuitas pemegang saham merupakan "utang" perseroan kepada para pemegang
saham. Oleh karena itu, ekuitas pemegang saham dapat juga dipandang sebagai gambaran
hubungan yuridis antara perseroan dan pemegang saham. Dengan kedudukannya yang
demikian persoalannya adalah bagaimana melaporkan atau menyajikan informasi elemen
ini agar hubungan dan tanggung jawab yuridis dapat dipertahankan.
Konsep kesatuan usaha menuntut artikulasi antar statemen keuangan,tidak terdapat
masalah semantik atau definisional dalam pembahasan ekuitas seperti halnya elemen
pendapatan, biaya dan laba. Ekuitas juga membutuhkan definisi, pengukuran, penilaian
dan pengakuan untuk dapat disajikan dalam laporan keuangan agar laporan keuangan
yang dihasilkan dapat dipahami dan menghasilkan informasi yang dapat digunakan
sebagai pengambilan keputusan oleh semua pihak yang berkepentingan. Teori ekuitas
yang bersifat semantik adalah teori sudut pandang atau teori entitas. Ekuitas pemegang
saham itu sendiri terdiri atas dua komponen penting yaitu modal setoran (paid-in atau
contributed capital) dan laba ditahan (retained earnings). sebagai pasangan modal
setoran, laba ditahan dapat disebut sebagai modal bentukan atau cioptaan (earned capital).
Dalam struktur kepemilikian perusahaan, pengidentifikasian ekuitas dan komponen-
komponen yang membentuk ekuitas tersebut sangat berpengaruh pada kemajuan
perusahaan dalam meengelola perusahaannya agar dapat berkembang sesuai yang
diharapkan. Di dalam suatu perusahaan terdapat struktur kepemilikan Ekuitas yang
berbeda-beda, struktur kepemilikan ini mencerminkan proporsi kepemilikan perusahaan.
Struktur kepemilikan mencerminkan hak principal (pemilik), dengan mengetahui hal ini
tentu bagian-bagian dalam perusahaan mengetahui hak-hak dan tanggung jawabnya
masing-masing dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekuitas


Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua
kewajiban. Berbagai sumber yang lain mendefinisikan ekuitas yang tidak berbeda dengan
definisi diatas dimana ekuitas didefinisikan sebagai hak residual untuk menunjukan bahwa
ekuitas bukan kewajiban. Ini berarti ekuitas bukan pengorbanan sumber ekonomik masa
datang. Karena didefinisi atas dasar aset dan kewajiban, nilai ekuitas juga bergantung pada
bagaimana aset dan kewajiban diukur.
Secara sederhana Ekuitas diformulasikan sebagai total aktiva dikurangi total pasiva.
Ekuitas merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yaitu selisih antara aktiva dan
kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak merupakan ukuran nilai jual perusahaan
tersebut. Pada dasarnya ekuitas berasal dari investasi pemilik dan hasil usaha perusahaan.
Ekuitas akan berkurang terutama dengan adanya penarikan kembali penyertaan oleh pemilik,
pembagian keuntungan atau karena kerugian.
Ekuitas memiliki contoh-contoh diantaranya sebagai berikut:
1. Modal saham
2. Agio saham
3. Laba ditahan
4. Akumulasi pendapatan komprehensif lain
5. Saham treasury
6. Kepentingan nonpengendali

2.2 Modal Saham


Ekuitas pemegang saham dalam satu perusahaan umumnya terdiri dari sejumlah besar
unit atau lembar saham. Setiap saham memiliki hak dan keistimewaaan tertentu yang hanya
dapat dibatasi oleh kontrak khusus pada saat saham diterbitkan. Seseorang harus meneliti
anggaran dasar perusahaan, sertifikat saham, dan ketentuan hukum Negara bagian untuk
meyakinkan pembatasan atas atau variasi dari hak dan keistimewaan standar. Jika tidak ada
ketentuan yang membatasi, maka setiap saham memiliki hak-hak berikut :

1. Untuk membagi laba dan rugi secara proporsional


2. Untuk ikut serta dalam manajemen (hak untuk memilih direktur) secara proporsional
3. Untuk membagi aktiva perusahaan apabila terjadi likuidasi secara roporsional
4. Untuk ikut serta secara proporsional dalam setiap penerbitan saham baru dari kelompok
yang sama disebut hak istimewa.

Hak Istimewa untuk melindungi seorang pemegang saham dari kehilangan


kepentingan kepemilikan di luar kemauannya. Tanpa hak ini, pemegang saham yang memiliki
persentase kepentingan tertentu akan merasa dirugikan akibat penerbitan saham tambahan
tanpa sepengetahuannya pada tingkat harga yang tidak menguntungkan mereka. Namun
banyak perseroan yang menghapus hak istimewa ini, karena hak istimewa ini melekat pada
saham yang akan membuat perusahaan tidak dapat menerbitkan lebih banyak saham
tambahan, seperti yang sering dilakukan ketika mengakuisisi perusahaan lain.

2.3 Berbagai Kepentingan Kepemilikan


Dalam setiap perseroan ada kelompok saham yang mewakili kepemilikan dasar, yaitu
saham biasa dan saham preferen. Saham Biasa adalah hak residu perseroan yang menanggung
ririko besar bila terjadi kerugian dan menerima manfaat bila terjadi keuntungan. Pegeang
saham ini tidak dijamin akan menerima dividen tetapi mereka ikut dalam manajemen
perusahaan. Sedangkan saham preferen adalah sebagai pengganti atas setiap preferensi
khusus, pemegang saham preferen menjadi prioritas untuk mengklaim laba. Mereka
dijaminkan untuk memperoleh laba dan biasanya pada tingkat yang telah ditetapkan dan
didahuukan pembayarannya daripada pemegang saham biasa, namun mereka tidak memilik
hak suara dalam manajemen perusahaan.

2.4 Modal Perseroan


Ekuitas pemilik dalam perseroan didefiniskan sebagai ekuitas pemegang saham,
shareholders equity, atau modal perseroan. Tiga kategori ini biasanya muncul sebagai bagian
dari ekuitas pemegang saham:
1. Modal Saham
2. Tambahan Modal Disetor
3. Laba Ditahan
Dua kategori yang pertama, yaitu modal saham dan tambahan modal disetor,
merupakan modal (disetor) kontribusi. Laba ditahan merupakan modal yang
diperoleh/dihasilkan perusahaan. Modal kontribusi adalah total jumlah yang disetorkan
kemodal saham, jumlah tersebut diberikan oleh pemegang saham kepada perseroan untuk
digunakan dalam bisnisnya. Modal kontribusi ini pos-pos seperti nilai pari dari semua saham
yang beredar dan premi dikurangi diskonto atas penerbitan saham. Modal yang
diperoleh/dihasilkan adalah modal yang dikembangkan jika bisnis berjalan dengan
menguntungkan. Modal ini terdiri dari semua laba yang tidak dibagi yang tetap diinvestasikan
dalam perusahaan.

2.5 Penerbitan Saham


Dalam penerbitan saham, prosedur berikut harus dilakukan. Pertama, saham harus
diotorisasi oleh negara bagian, umumnya dalam suatu sertifikat atau akta perusahaan.
Kemudian saham ditawarkan untuk dijual dan dibuat kontrak untuk menjual saham tersebut.
Lalu, dana dari saham dikumpulkan dan saham diterbitkan. Perusahaan biasanya tidak
membuat ayat jurnal dalam akun buku besar ketika menerima otorisasi sahamnya dari negara
bagian dalam proses sertifikasi.

Masalah akuntansi yang ada pada penerbitan saham akan dibahas dalam topic berikut:
1. Akuntansi untuk saham tanpa nilai pari
2. Akuntansi untuk saham dengan nilai pari
3. Akuntansi untuk penerbitan saham yang digabungkan dengan sekuritas lainnya
(penjualan lump sum)
4. Akuntansi untuk saham yang diterbitkan dalam transaksi non kas
5. Akuntansi untuk biaya penerbitan saham

Saham merupakan tanda sebuah kepemilikan perusahaan atas penyetoran kekayaan


atau uang oleh investor kepada perusahaan penerbitnya, jadi ketika seorang investor membeli
atau memiliki saham perusahaan sebesar 30% maka investor tersebut berhak mengklaim atas
kepemilikannya sebesar 30% atas perusahaan tersebut. Saham, dalam penerbitannyapun dapat
dilakukan dengan berbagai cara penerbitan saham, sebagai berikut:
1. Penerbitan Saham tanpa nilai pari
Banyak Negara bagian mengizinkan penerbitan modal saham tanpa nilai pari. Jika
saham tidak memiliki nilai pari maka perlakuan yang dapat dipertanyakan dalam
menggunakan nilai pari sebagai dasar untuk nilai wajar tidak akan muncul. Situasi ini
memiliki keunggulan tertentu jika saham yang diterbitkan untuk pos-pos property
seperti aktiva tetap berwujud atau tidak berwujud.
Kelemahan utama dari saham tanpa nilai pari adalah bahwa beberapa Negara bagian
mengenakan pajak yang tinggi atas penerbitan ini, dan totalnya akan dimasukkan
sebagai modal dasar yang akan mengurangi fleksibilitas dalam pembayaran dividen.
Sebagai contoh, Penerbitan saham 2.000 lembar saham biasa pada harga Rp. 10 per
lembar saham. Ayat jurnalnya :
Kas 20.000
Saham Biasa-tanpa nilai pari 20.000

2. Penerbitan Saham yang dijual atas dasar pesanan atau tanpa nilai pari
Untuk memperlihatkan informasi tentang penerbitan saham dengan nilai pari, akun
harus dipertahankan untuk masing-masing kelompok saham berikut :
a) Saham Preferen atau Saham Biasa. Kedua akun ini mencerminkan nilai pari
saham perseroan yang diterbitkan. Akun ini dikredit ketika saham pertama kali
diterbitkan. Tidak ada ayat jurnal tambahan pada akun ini kecuali saham
tambahan yangditerbitkan atau saham yang ditarik.
b) Modal Disetor yang Melebihi Nilai Pari atau Tambahan Modal (Additional Paid-
in Capital). Menunjukkan setiap nilai pari yang disetor oleh pemegang saham
sebagai pengganti saham yang diterbitkan untuk mereka
Selain dijual secara tunai, kadangkala penerbitan saham juga dapat dilakukan secara pesanan,
biasanya ini dilakukan oleh perusahaan yang baru saja masuk dibursa pasar modal atau go
publik.
Sebagai contoh, PT Sinar Mas menawarkan saham pesanan ke para investor untuk membeli
1.000 lembar saham dengan nilai pari 20 pada harga Rp. 50. sebanyak 100 investor tertarik
untuk memesan dengan membayar uang muka 70% dan 30% sisanya pada akhir bulan
keenam. Ayat jurnalnya :
Pada tanggal penerbitan saham

Piutang Pesanan (1.000 x 50 x 100 ) 5.000.000


Saham Biasa yang dipesan ( 1.000 x 20 x 100 ) 2.000.000
Agio Saham Biasa ( 5.000.000 - 2.000.000) 3.000.000
(untuk mencatat penerimaan pesanan penerbitan saham)

Kas 3.500.000
Piutang Pesanan 3.500.000
( 5.000.000 x 70% )
( untuk mencatat penerimaan angsuran pertama 70% )

Pencatatan pada enam bulan kemudian


Kas 1.500.000
Piutang Pesanan 1.500.000
( 5.000.000 x 30% )
( untuk mencatat penerimaan angsuran kedua 30% )
Saham Biasa yang dipesan 2.000.000
Saham Biasa 2.000.000

3. Penerbitan Saham yang diterbitkan secara lumpsum


Penerbitan saham secara lumpsum adalah penerbitan saham yang pembayarannya dilakukan
secara tunggal atau sekaligus atas dua atau lebih sekuritas yang diterbitkan. Masalah
akuntansi dalam penjualan lump sum adalah mengalokasikan hasil di antara beberapa
kelompok sekuritas. Perusahaan menggunakan dua metode alokasi yang tersedia
yaitu:
a) Metode Proporsional adalah jika nilai pasar wajar atau dasar lainnya yang baik
untuk menentukan nilai relative setiap kelompok sekuritas tersedia, maka nilai
lump sum yang diterima dialokasikan antara kelompok-kelompok sekuritas atas
dasar proporsional.
b) Metode Inkremental adalah jika nilai pasar wajar semua kelompok sekuritas tidak
dapat ditentukan, maka metode inkremental dapat digunakam. Nilai pasar
sekuritas itu digunakan sebagai dasar untuk kelompok-kelompok yang telah
diketahui dan sisa dari nilai lump sum dialokasikan ke kelompok di mana nilai
pasar tidak diketahui.
Sebagai contoh, Penerbitan saham 500 lembar saham biasa, nilai pari 10, nilai pasar 20, dan
200 lembar saham preferen, nilai pari 40, nilai pasar 80. Keduanya secara lumpsum sebesar
Rp. 15.000.
Penyelesaiannya sebagai berikut menggunakan metode proporsional :

Saham biasa 500 x 20 = 10.000


Saham preferen 200 x 80 = 16.000
26.000
Alokasi ke saham biasa (10.000/26.000) x 15.000 = 5.769
Alokasi ke saham preferen (16.000/26.000) x 15.000 = 9.231
Ayat jurnalnya:
Kas 15.000
Saham Biasa 5000
Agio Saham Biasa 769
Saham Preferen 8.000
Agio Saham Preferen 1.231

4. Penerbitan Saham yang diterbitkan dalam transaksi nonkas


Akuntansi untuk penerbitan saham atas priperti atau jasa kadang-kadang menimbulkan
maslaah dalam penilaian. Aturan umumnya adalah ; Saham yang diterbitkan untuk
jasa atau property selain kas harus dicatat, baik pada nilai pasar wajar saham yang
diterbitkan maupun pada nilai pasar wajar pertimbangan non kas yang dterima,
tergantung mana yang dapat ditentukan secara jelas. Jika keduanya telah dapat
ditentukan, dan transaksi itu merupaan hasil pertukaran jarak jauh, maka kemungkinan
terjadinya perbedaan nilai pasar wajar sangatlah kecil. Dalam kasus seperti itu, tidak
menjadi masalah mana yang akan digunakan sebagai dasar untuk penilaian pertukaran.

Sebagai contoh, Penerbitan saham sebanyak 1.000 lembar saham biasa, nilai pari 10 untuk
sebuah bidang tanah dengan harga 15.000
Ayat jurnalnya:
Tanah 15.000
Saham Biasa 10.000
Agio Saham Biasa 5.000

Maka dari itu, ketika sebuah perusahaan menerbitkan saham, ,maka seharusnya
melaporkan biaya yang dikeluarkan untuk menjual saham, seperti biaya penjaminan,biaya
akuntansi dan hukum, biaya percetakan dan pajak sebagai pengurang jumlah yang disetor.
Oleh karena itu, biaya penerbitan didebet ke Tambahan Modal Disetor karena biaya tersebut
tidak berhubungan dengan operasi perusahaan. Gaji manajemen dan biaya tidak langsung
lainnya yang berhubungan dengan penerbitan saham harus dibebankan pada saat dikeluarkan
karena sulit untuk menetapkan hubungan antara biaya-biaya tersebut yang diterima dari hasil
penjualan.

2.6 Reakuisisi Saham


Alasan perusahaan membeli kembali sahamnya yang beredar cukup bervariasi.
Beberapa alasan utamanya adalah :

1. Untuk memenuhi distribusi pajak yang efisien dari kelebihan kas kepada pemegang
saham. Tingkat keuntungan modal kas atas penjualan saham kepada perusahaan oleh
pemegang saham diperkirakan sekitar setengah tarif pajak biasa. Keuntungan ini agak
terkurangi karena baru-baru ini terjadi perubahan mengenai hukum pajak yang
berkenaan dengan dividen
2. Untuk meningkatkan laba per saham dan pegembalian atas ekuitas (ROE). Dengan
mengurangi jumlah saham yang beredar dan mengurangi ekuitas pemegang saham,
rasio kinerja tertentu sering kali meningkat.
3. Untuk memenuhi saham dalam kontrak kompensasi saham karyawan atau memenuhi
kebutuhan merger yang potensial. Honeywell Inc. melaporkan bahwa sebagian dari
pembeliannya atas satu juta lembar saham biasa igunakan untuk kontrak opsi saham
karyawan
4. Untuk mengurangi upaya pengambilalihan atau mengurangi jumlah pemegang
saham. Dengan mengurangi jumlah saham yang dipegang public, pemilik sekarang dan
manajemen dapat menghindari pihak luar untuk mengendalikan perusahaan atau
pengaruh yang signifikan.
5. Membentuk pasar bagi saham. Dengan membeli saham di pasar modal, diciptakan suatu
permintaan yang dapat menstabilan harga saham atau dalam kenyataannya
meningkatkan harga saham itu.

2.7 Pembelian, Penjualan, dan Penarikan Saham Treasuri


Saham treasury adalah saham yang dibeli oleh perusahaan penerbitnya sendiri, jadi
ketika perusahaan menerbitkan saham lalu suatu ketika perusahaan membeli saham
tersebut, maka saham yang dibeli itulah saham treasury.
1. Ada dua metode umum yang digunakan untuk menangani saham treasuri yaitu:
a) Metode Biaya. Menghasilkan pendebetan akun Saham Treasuri untuk biaya
reakusisi, serta dalam pelaporan akun ini sebagai suatu pengurangan dari total modal
dsetor dan laba ditahan di neraca
b) Motode Nilai Pari atau Nilai Ditetapkan. Mencatat semua transaksi saham treasuri
pada nilai parinya dan melaporkan saham treasuri hanya sebagai pengurang atas
modal saham.
Metode biaya atau harga pokok umumnya digunakan dalam akuntansi untuk saham
treasuri. Metode ini mengambil namanya dari kenyataan bahwa saham treasuri
dibuat pada biaya atau harga pokok saham yang dibeli. Menurut metode biaya, akun
saham treasuri didebet pada biaya saham yang diperoleh dan penerbitan kembali
saham dikredit pada akun biaya yang sama. Harga yang diterima untuk saham ketika
pertama kali diterbitkan tidak mempengaruhi ayat jurnal untuk mencatat akusisi dan
penerbitan kembali saham treasuri.
2. Dalam Penjualan Saham Treasuri terdapat dua metode yang digunakan, yaitu:
a) Penjualan Saham Traesuri di Atas Harga Pokoknya. Apabila harga jual saham
treasuri lebih besar dari harga pokonya, maka perbedaan ini dikredit ke Modal
Disetor dari Saham Treasuri
b) Penjualan Saham Treasuri di Bawah Harga Pokok. apabila saham treasuri dijual
dibawah harga pokok, maka kelebihan harga pokok atas harga jual didebet ke
Modal Disetor dari Saham Treasuri.
3. Penarikan Saham Treasuri
Dewan direksi dapat menyetujui penarikan saham terasuri. Penarikan saham treasuri
mempunyai status sebagai saham yang diotorisasi dan saham yang belum diterbitkan.
Pengaruh akuntansinya adalah sama dengan penjualan saham treasuri kecuali bahwa
debet dilakukan ke akun modal disetor yang dapat diaplikasikan ke penarikan saham,
bukan ke kas.

2.8 Saham Preferen


Saham preferen adalah Saham dengan kelas khusus yang memiliki kelebihan atau fitur
yang tidak dimiliki saham biasa. Karakteristik saham preferen :

1. Preferensi atas dividen


2. Preferensi atas aktiva pada saat likuidasi
3. Dapat dikonversi menjadi saham biasa
4. Dapat ditebus pada opsi perseron
5. Tidak mempunyai hak suara

Karakteristik yang membedakan saham preferen dengan saham biasa terletak pada
sifatnya yang lebih tertutup dan negatif disamping preferensinya, misalnya seperti tidak
memiliki hak suara, tidak kumulatif, dan non partisipasi.

Karakterisik paling umum yang melekat pada saham preferen adalah sebagai berikut :

1. Saham Preferen Kumulatif


Dinyatakan bahwa jika perseroan gagal membayar dividen dalam satu tahun, maka harus
dibayarkan dalam tahun berikutnya sebelum laba dapat dbagikan kepada pemegang
saham biasa

2. Saham Preferen Partisipasi


Pemegang saham ini membagi rata dengan pemegang saham biasa setiap pembagian laba
di luar tingkat yang ditentukan.

3. Saham Preferen Konvertibel


Mengizinkan pemegang saham, menurut opsinya, menukar saham preferen menjadi
saham biasa pada rasio yang telah ditentukan sebelumnya.
4. Saham Preferen yang Dapat Ditarik
Mengizinkan perusahaan penerbit saham untuk menarik atau menebus, pada opsinya,
saham preferen yang beredar pada tanggal tertentu di masa depan dan pada harga yang
telah ditentukan.

5. Saham Preferen yang Dapat Ditebus


Terbitan saham preferen yang mempunyai karakter yang membuat sekuritas itu bersifat
seperti hutang (mempunyai kewajiban hukum untuk membayar) dan bukan seperti
instrument ekuitas. Misalnya pada saham preferen yang dapat ditebus ini mempunyai
periode penebusan wajib atau karakter penebusan yang tidak dapat dikontrol oleh
perusahaan penerbit saham.

2.9 Akuntansi dan Pelaporan Saham Preferen


Akuntansi saham preferen pada saat penerbitannya sama dengan akuntansi saham
biasa. Perusahaan mengalokasikan proceeds antara nilai pari saham preferen dan tambahan
modal disetor. Sebagai gambaran, misalkan Bishop Co. Menerbitakan 1000 saham preferen
dengan nilai pari sebesar $10 seharga $12 per saham, maka Bishop mencatat penerbitan ini
sebagai berikut :

Kas $120.000
Saham preferen $100.000
Modal disetor sebagai kelebihan nilai pari $20.000

Berkebalikan dengan obligasi konvertibel (dicatat sebagai kewajiban saat tanggal


penerbitan), perusahaan memasukkan saham preferen konvertibel sebagai ekuitas pemegang
saham. Di samping itu, ketika menerbitkan saham preferen konvertibel, tidak ada justifikasi
teoritis untuk mengakui keuntungan atau kerugian. Perusahaan tidak mengakui keuntungan
atau kerugian ketika berurusan dengan pemegang saham dalam kapasitas mereka sebagai
pemilik perusahaan. Namun perusahaan memakai metode nilai buku : mendebit saham
preferen dan tambahan modal disetor yang terkait dan mengkredit saham biasa dan tambahan
modal disetor (apabila ada kelebihan)

2.10 Kebijakan Deviden


Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya
saham yang dimiliki. Pembagian ini akan mengurangi laba ditahan dan kas yang tersedia bagi
perusahaan, tapi distribusi keuntungan kepada para pemilik memang adalah tujuan utama
suatu bisnis. Sangat sedikit perusahaan yang membayar dividen dalam jumlah yang sama
dengan laba ditahan yang tersedia secara legal. Alasan utamanya adalah sebagai berikut :
1. Persetujuan (kontrak obligasi) dengan kreditor tertentu untuk menahan semua atau
sebagian laba, dalam bentuk aktiva, guna membentuk proteksi tambahan terhadap
kemungkinan kerugian
2. Beberapa hukum perseroan Negara bagian mensyaratkan bahwa laba yang ekuivalen
dengan biaya saham treasuri yang dibeli dilarang untuk diumumkan sebagai dividen
3. Kerugian untuk menahan aktiva yang tidak dibayarkan sebagai dividen guna
membiayai pertumbuhan atau ekspansi
4. Keinginan untuk memperlancar pembayaran dividen dari tahun ke tahun dengan
mengakumulasi laba dalam tahun-tahun yang menghasilkan laba dan menggunakan
akumulasi itu sebagai dasar untuk membayar dividen tahun-tahun yang buruk
5. Keinginan untuk membentuk perlindungan atau penyangga terhadap kemungkinan
kerugian atau kesalahan dalam kalkulasi laba.

2.11 Kondisi Keuangan, Pembagian Dividen dan Jenis-jenis deviden


Eksistensi kewajiban lancar sangat kuat menyatakan bahwa sebagian dari kas
diperlukan untuk membayar kewajiban lancar ketika jatuh tempo. Selain itu kebutuhan akan
uang tunai sehari-hari untuk penggajian dan pengeluaran lainnya yang tidak dimasukkan
dalam kewajiban lancar juga memerlukan kas.
Jadi, sebelum dividen diumumkan, manajemen harus mempertimbangkan ketersediaan
dana untuk membayar dividen. Suatu dividen sebaiknya tidak dibayarkan kecuali baik posisi
keuangan sekarang ataupun yang akan datang tampak menjamin pembagian dividen.
Pembagian dividen pada umumnya didasarkan atas akumulasi laba (laba ditahan) atau
atas bebrapa pos modal lainnya seperti tambahan modal disetor. Berikut adalah beberapa jenis
dividen :

1. Dividen Tunai
Pengumuman dividen tunai merupakan kewajiban dan karena pembayaran biasanya
harus harus dilakukan dengan segera dan biasanya disebut sebagai kewajiban lancar
2. Dividen Properti
Hutang dividen dalam bentuk aktiva perusahaan selain kas, dapat berupa barang
dagang, real estate, atau investasi yang dirancang oleh dewan direksi. Ketika dividen
property diumumkan, maka perusahaan harus menetapkan kembali nilai wajar property
yang akan dibagikan dengan mengakui setiap keuntungan atau kerugian sebagai
perbedaan nilai wajar dengan nilai buku pada tanggal pengumuman.
3. Dividen Likuidasi
Dividen yang tidak didasarkan pada laba ditahan, yang menyiratkan bahwa dividen ini
merupakan pengembalian dari investasi pemegang saham dan bukan dari laba. Dengan
kata lain, setiap dividen yang tidak didasarkan pada laba merupakan pengurangan
modal disetor prusahaan dan sejauh itu merupakan dividen likuidasi
4. Dividen Saham
Dividen saham merupakan penerbitan oleh suatu perseroan atas saham miliknya sendiri
kepada pemegang saham sesuai dengan porsi masing-masing.

2.12 Pemecahan Saham


Manajemen dari banyak perusahaan merasa yakin bahwa untuk menjalin hubungan
dengan masyarakat yang lebih baik, kepemilikan yang lebih luas sangat diperlukan. Karena
itu, mereka ingin memiliki harga pasar yang cukup rendah sehingga berada dalam batas
kemampuan mayoritas calon investor. Untuk mengurangi nilai pasar saham, cara yang biasa
dilakukan adalah dengan melakukan pemecahan saham.
Dari sudut pandang akuntansi, tidak ada ayat jurnal untuk mencatat pemecahan saham.
Namun suatu catatn memorandum dibuat untuk menunjukkan bahwa nilai pari saham telah
berubah, dan jumlah saham telah bertambah.

2.13 Perbedaan Pemecahan Saham dan Dividen Saham


Pemecahan saham menghasilkan kenaikan jumlah saham yang beredar dan penurunan
nilai pari atau nilai ditetapkan per saham. Sementara dividen saham, meskipun menghasilkan
kenaikan jumlah saham yang beredar, namun tidak mengurangi nilai pari, jadi dividen itu
menambah total nilai pari saham yang beredar.
Ketika tambahan saham diterbtikan dengan tujuan mengurangi harga pasar per unit,
maka pembagian itu lebih merupakan pemecahan saham daripada dividen saham. Pembagian
ini biasanya timbul jika jumlah saham yang diterbitkan lebih besar dari 20%-25% jumlah
saham yang beredar sebelumnya.Selain itu, karena nilai pari saham yang beredar juga tidak
berubah, maka transfer dari laba ditahan hanya dilakukan jumllah yang disyaratkan menurut
akta. Biasanya hal ini merupakan transfer laba ditahan ke modal saham sebesar nilai pari
saham yang diterbitkan yang berlawanan dengan transfer nilai pasar sham yang diterbitkan.
2.14 Analisis
Analisis menggunakan rasio ekuitas pemegang saham untuk mengevaluasi
profitabilitas dan solvensi jangka panjang perusahaan, dan berikut adalah rasio yang
digunakan, yaitu :

1. Tingkat Pengembalian atas ekuitas saham biasa


Rasio yang digunakan secara luas yang mengukur profitablitas dari sudut pandang
pemegang saham biasa adalah Tingkat Pengembalian atas ekuitas saham biasa. Rasio
ini menunjukkan seberapa banyak dolar laba bersih yang diperoleh dari setiap dolar
yang diinvestasikan oleh pemiliknya.
Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih dikurangi dividen saham preferen
dibagi dengan rata-rata ekuitas pemegang saham biasa.

Laba bersih – Dividen saham preferen


Tingkat Pengembalian Atas Ekuitas Saham Biasa =
Rata-rata ekuitas pemegang saham

2. Rasio Pembayaran
Rasio pembayaran merupakan rasio dividen tunai terhadap laba bersih. Jika saham
preferen sedang beredar, maka rasio ini dihitung untuk pemegang saham biasa
dengan membagi dividen tunai yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa
dengan laba bersih yang tersedia untuk pemegang saham biasa.

Deviden Tunai
Rasio Pembayaran =
Laba bersih – Dividen preferen

3. Nilai buku per saham


Nilai buku persaham merupakan jumlah setiap saham yang akan diterima jika
perusahaan dilikuidasi atas dasar jumlah yang dilaporkan dalam neraca. Akan tetapi,
angka tersebut akan kehilangan banyak relevansinya jika penilaian atas neraca tidak
memperkirakan nilai pasar wajar aktiva. Nilai buku persaham dihitung dengan
membagi ekuitas pemegang saham biasa dengan saham dengan saham biasa yang
beredar.
Ekuitas pemegang saham bias
Nilai buku persaham =
Saham yang beredar
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dilihat dari definisinya ekuitas merupakan hak residual atas aset perusahaan setelah
dikurangi semua kewajiban. Ekuitas mengandung makna kepemilikan, oleh karena itu, untuk
organisasi nonbisnis ekuitas sering disebut sebagai aset bersih. Ekuitas berbeda dengan
kewajiban dalam tiga hal, yaitu hak atas penyelesaian klaim, hak penggunaan aset, dan
substansi perjanjian (yuridis). Walaupun demikian, atas dasar konsep kesatuan usaha kreditor
dan investor dipandang sebagai pihak luar perusahaan yang terpisah dari manajemen.
Ekuitas dapat berbentuk modal setoran dan laba ditahan dimana modal setoran
merupakan suatu bentuk kontrak yuridis yang harus dipertahankan keutuhannya sedangkan
laba ditahan merupakan modal yang tercipta atau terhimpun karena pemanfaatan aset, selain
itu modal setoran juda dapat menyebabkan perubahaan aset dalam rangka pendanaan
(transaksi modal) sedangkan laba ditahan hanya menyebabkan perubahan aset dalam rangka
produksi (transaksi operasi).
3.2 Saran
Sebaiknya Perusahaan melakukan Pendekatan yang signifikan mengenai pengolaan
ekuitas yang ada di perusahaan tersebut. Mengenai semua hal yang melandasi konsep-konsep
kontinuitas usaha serta upaya dan hasil yang menegaskan bahwa statemen laba-rugi harus
memuat semua perubahan ekuitas kecuali yang berasal dari transaksi dengan pemilik.
Perubahan ekuitas harus dipisahkan dengan tegas menjadi ekuitas yang berasal dari transaksi
modal dan transaksi operasi. Laba ditahan hanya akan berisi laba komprehensif yang dipindah
dari statemen laba rugi dan berbagai komponen transaksi modal seperti dividen dan saham
treasuri, sehingga perusahaan akan dengan mudah mengidentifikasikan apa yang menjadi
masalah perusahaan terutama dalam pengolaan ekuitas ini.
DAFTAR PUSTAKA

Kieso, Weygandt, dan Warfield. 2011. Intermediate Accounting IFRS Edision. Volume
Kedua. United States of America: Wilay

Brag, M Steven. 2011. Panduan IFRS. Jakarta: Indeks

Lam, Nelson dan Lau, Peter. 2014. Akuntansi Keuangan: perspektif IFRS. Jakarta: Salemba
Empat

Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Teori Akuntansi Edisi Revisi 2011. Jakarta: Rajawali Pers

Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield, 2002. Akuntansi Intermediate,
Terjemahan Emil Salim, Jilid 2, Edisi Kesepuluh, Penerbit Erlangga, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai