Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN

“EKUITAS (EQUITY)”

DI SUSUN OLEH:
Kelompok 9

1. NINGSIH (201710189)
2.
KATA PENGANTAR
Puji syukur yangkita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan

Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Ekuitas” ini dapat diselesaikan
sebagaimana mestinya.
Meskipun apa yang dapat kami sajikan ini masih jauh dari kesempurnaan, kami harap dapat
memberikan manfaat bagi kita semua dan khususnya bagi kami pribadi dalam menambah ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang Akuntansi khususnya Akuntansi Keuangan.
Kami sadar kesempurnaan hanya milik-Nya. Atas segala kekurangan dan khilaf, kami
mengharapkan kritik dan saran yang kritis, logis, dan bersifat membangun untuk penyempurnaan
makalah ini. Sehingga apa yang dapat kami berikan pada waktu yang akan datang dapat lebih baik
serta semuanya dapat memberikan hikmah dan membawa berkah bagi kita semua.
BAB I
PANDAHULUAN
1.1. Latarbelakang
Pada dasarnya setiap perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, jasa, maupun
dagang memerlukan pengelolaan ekuitas yang baik dalam perusahaannya, istilah ekuitas
(ekuitas pemegang saham atau stockholders' equity) lebih merefleksi kata yang ingin
dikandungnya. Istilah modal sering digunakan pula sebagai padan kata equity walaupun modal
lebih dekat maknanya dengan istilah capital. Ekuitas mengandung unsur kepemilikan
(ownership), untuk organisasi nonprofit ekuitas disebut dengan aset bersih (net assets) untuk
menghindari kesan adanya pemilikan.

Dalam perusahaan, Investasi ekuitas umumnya berhubungan dengan pembelian dan


menyimpan saham stok pada suatu pasar modal oleh individu dan dana dalam mengantisipasi
pendapatan dari deviden dan keuntungan modal sebagaimana nilai saham meningkat. Hal
tersebut juga kadang kadang berkaitan dengan akuisisi saham (kepemilikan) dengan turut serta
dalam suatu perusahaan swasta (tidak tercatat di bursa) atau perusahaan baru (suatu
perusahaan sedang dibuat atau baru dibuat). Ketika investasi dilakukan pada perusahaan yang
baru, hal itu disebut sebagai investasi modal ventura dan pada umumnya dimengerti
mempunyai risiko lebih besar dari pada investasi situasi-situasi dimana saham tercatat di bursa
dilakukan

Ekuitas juga mengatur konsep kesatuan usaha yang memisahkan antara manajemen dan
pemilikan, informasi tentang akuitas pemegang saham menjadi sangat penting karena hal
tersebut menunjukan hubungan antara perusahaan (perseroan) dengan pemegang saham. dari
sudut pemegang saham, ekuitas pemegang saham merupakan hak atas kekayaan atau nilai yang
tertanam dalam perseroan. Kalau dipandang dari sudut kesatuan usaha, ekuitas pemegang
saham merupakan "utang" perseroan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu, ekuitas
pemegang saham dapat juga dipandang sebagai gambaran hubungan yuridis antara perseroan
dan pemegang saham. Dengan kedudukannya yang demikian persoalannya adalah bagaimana
melaporkan atau menyajikan informasi elemen ini agar hubungan dan tanggung jawab yuridis
dapat dipertahankan.

Konsep kesatuan usaha menuntut artikulasi antar statemen keuangan,tidak terdapat


masalah semantik atau definisional dalam pembahasan ekuitas seperti halnya elemen
pendapatan, biaya dan laba. Ekuitas juga membutuhkan definisi, pengukuran, penilaian dan
pengakuan untuk dapat disajikan dalam laporan keuangan agar laporan keuangan yang
dihasilkan dapat dipahami dan menghasilkan informasi yang dapat digunakan sebagai
pengambilan keputusan oleh semua pihak yang berkepentingan. Teori ekuitas yang bersifat
semantik adalah teori sudut pandang atau teori entitas. Ekuitas pemegang saham itu sendiri
terdiri atas dua komponen penting yaitu modal setoran (paid-in atau contributed capital) dan
laba ditahan (retained earnings). sebagai pasangan modal setoran, laba ditahan dapat disebut
sebagai modal bentukan atau cioptaan (earned capital).

Dalam struktur kepemilikian perusahaan, pengidentifikasian ekuitas dan


komponenkomponen yang membentuk ekuitas tersebut sangat berpengaruh pada kemajuan
perusahaan dalam meengelola perusahaannya agar dapat berkembang sesuai yang diharapkan.
Di dalam suatu perusahaan terdapat struktur kepemilikan Ekuitas yang berbeda-beda, struktur
kepemilikan ini mencerminkan proporsi kepemilikan perusahaan. Struktur kepemilikan
mencerminkan hak principal (pemilik), dengan mengetahui hal ini tentu bagian-bagian dalam
perusahaan mengetahui hak-hak dan tanggung jawabnya masing-masing dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekuitas


Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Berbagai
sumber yang lain mendefinisikan ekuitas yang tidak berbeda dengan definisi diatas dimana ekuitas
didefinisikan sebagai hak residual untuk menunjukan bahwa ekuitas bukan kewajiban. Ini berarti
ekuitas bukan pengorbanan sumber ekonomik masa datang. Karena didefinisi atas dasar aset dan
kewajiban, nilai ekuitas juga bergantung pada bagaimana aset dan kewajiban diukur.

Secara sederhana Ekuitas diformulasikan sebagai total aktiva dikurangi total pasiva. Ekuitas
merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yaitu selisih antara aktiva dan kewajiban yang ada,
dan dengan demikian tidak merupakan ukuran nilai jual perusahaan tersebut. Pada dasarnya ekuitas
berasal dari investasi pemilik dan hasil usaha perusahaan. Ekuitas akan berkurang terutama dengan
adanya penarikan kembali penyertaan oleh pemilik, pembagian keuntungan atau karena kerugian.

Ekuitas memiliki contoh-contoh diantaranya sebagai berikut:


1. Modal saham
2. Agio saham
3. Laba ditahan
4. Akumulasi pendapatan komprehensif lain
5. Saham treasury
6. Kepentingan nonpengendali

2.2 Modal Saham


Ekuitas pemegang saham dalam satu perusahaan umumnya terdiri dari sejumlah besar unit
atau lembar saham. Setiap saham memiliki hak dan keistimewaaan tertentu yang hanya dapat
dibatasi oleh kontrak khusus pada saat saham diterbitkan. Seseorang harus meneliti anggaran dasar
perusahaan, sertifikat saham, dan ketentuan hukum Negara bagian untuk meyakinkan pembatasan
atas atau variasi dari hak dan keistimewaan standar. Jika tidak ada ketentuan yang membatasi, maka
setiap saham memiliki hak-hak berikut :

1. Untuk membagi laba dan rugi secara proporsional


2. Untuk ikut serta dalam manajemen (hak untuk memilih direktur) secara proporsional
3. Untuk membagi aktiva perusahaan apabila terjadi likuidasi secara roporsional
4. Untuk ikut serta secara proporsional dalam setiap penerbitan saham baru dari kelompok yang
sama disebut hak istimewa.

Hak Istimewa untuk melindungi seorang pemegang saham dari kehilangan kepentingan
kepemilikan di luar kemauannya. Tanpa hak ini, pemegang saham yang memiliki persentase
kepentingan tertentu akan merasa dirugikan akibat penerbitan saham tambahan tanpa
sepengetahuannya pada tingkat harga yang tidak menguntungkan mereka. Namun banyak perseroan
yang menghapus hak istimewa ini, karena hak istimewa ini melekat pada saham yang akan membuat
perusahaan tidak dapat menerbitkan lebih banyak saham tambahan, seperti yang sering dilakukan
ketika mengakuisisi perusahaan lain.

2.3 Berbagai Kepentingan Kepemilikan


Dalam setiap perseroan ada kelompok saham yang mewakili kepemilikan dasar, yaitu saham
biasa dan saham preferen. Saham Biasa adalah hak residu perseroan yang menanggung ririko besar
bila terjadi kerugian dan menerima manfaat bila terjadi keuntungan. Pegeang saham ini tidak
dijamin akan menerima dividen tetapi mereka ikut dalam manajemen perusahaan. Sedangkan
saham preferen adalah sebagai pengganti atas setiap preferensi khusus, pemegang saham preferen
menjadi prioritas untuk mengklaim laba. Mereka dijaminkan untuk memperoleh laba dan biasanya
pada tingkat yang telah ditetapkan dan didahuukan pembayarannya daripada pemegang saham
biasa, namun mereka tidak memilik hak suara dalam manajemen perusahaan.
2.4 Modal Perseroan
Ekuitas pemilik dalam perseroan didefiniskan sebagai ekuitas pemegang saham,
shareholders equity, atau modal perseroan. Tiga kategori ini biasanya muncul sebagai bagian dari
ekuitas pemegang saham:

1. Modal Saham
2. Tambahan Modal Disetor
3. Laba Ditahan
Dua kategori yang pertama, yaitu modal saham dan tambahan modal disetor, merupakan
modal (disetor) kontribusi. Laba ditahan merupakan modal yang diperoleh/dihasilkan perusahaan.
Modal kontribusi adalah total jumlah yang disetorkan kemodal saham, jumlah tersebut diberikan
oleh pemegang saham kepada perseroan untuk digunakan dalam bisnisnya. Modal kontribusi ini pos-
pos seperti nilai pari dari semua saham yang beredar dan premi dikurangi diskonto atas penerbitan
saham. Modal yang diperoleh/dihasilkan adalah modal yang dikembangkan jika bisnis berjalan
dengan menguntungkan. Modal ini terdiri dari semua laba yang tidak dibagi yang tetap
diinvestasikan dalam perusahaan.

2.5 Penerbitan Saham


Dalam penerbitan saham, prosedur berikut harus dilakukan. Pertama, saham harus
diotorisasi oleh negara bagian, umumnya dalam suatu sertifikat atau akta perusahaan. Kemudian
saham ditawarkan untuk dijual dan dibuat kontrak untuk menjual saham tersebut. Lalu, dana dari
saham dikumpulkan dan saham diterbitkan. Perusahaan biasanya tidak membuat ayat jurnal dalam
akun buku besar ketika menerima otorisasi sahamnya dari negara bagian dalam proses sertifikasi.

Masalah akuntansi yang ada pada penerbitan saham akan dibahas dalam topic berikut:
1. Akuntansi untuk saham tanpa nilai pari
2. Akuntansi untuk saham dengan nilai pari
3. Akuntansi untuk penerbitan saham yang digabungkan dengan sekuritas lainnya (penjualan lump
sum)
4. Akuntansi untuk saham yang diterbitkan dalam transaksi non kas
5. Akuntansi untuk biaya penerbitan saham

Saham merupakan tanda sebuah kepemilikan perusahaan atas penyetoran kekayaan atau
uang oleh investor kepada perusahaan penerbitnya, jadi ketika seorang investor membeli atau
memiliki saham perusahaan sebesar 30% maka investor tersebut berhak mengklaim atas
kepemilikannya sebesar 30% atas perusahaan tersebut. Saham, dalam penerbitannyapun dapat
dilakukan dengan berbagai cara penerbitan saham, sebagai berikut:

1. Penerbitan Saham tanpa nilai pari


Banyak Negara bagian mengizinkan penerbitan modal saham tanpa nilai pari. Jika saham
tidak memiliki nilai pari maka perlakuan yang dapat dipertanyakan dalam menggunakan nilai
pari sebagai dasar untuk nilai wajar tidak akan muncul. Situasi ini memiliki keunggulan
tertentu jika saham yang diterbitkan untuk pos-pos property seperti aktiva tetap berwujud
atau tidak berwujud.
Kelemahan utama dari saham tanpa nilai pari adalah bahwa beberapa Negara bagian
mengenakan pajak yang tinggi atas penerbitan ini, dan totalnya akan dimasukkan sebagai
modal dasar yang akan mengurangi fleksibilitas dalam pembayaran dividen.

Sebagai contoh, Penerbitan saham 2.000 lembar saham biasa pada harga Rp. 10 per lembar
saham. Ayat jurnalnya :

Kas 20.000
Saham Biasa-tanpa nilai pari 20.000

2. Penerbitan Saham yang dijual atas dasar pesanan atau tanpa nilai pari
Untuk memperlihatkan informasi tentang penerbitan saham dengan nilai pari, akun harus
dipertahankan untuk masing-masing kelompok saham berikut :

a) Saham Preferen atau Saham Biasa. Kedua akun ini mencerminkan nilai pari saham
perseroan yang diterbitkan. Akun ini dikredit ketika saham pertama kali diterbitkan. Tidak
ada ayat jurnal tambahan pada akun ini kecuali saham tambahan yangditerbitkan atau
saham yang ditarik.
b) Modal Disetor yang Melebihi Nilai Pari atau Tambahan Modal (Additional Paidin Capital).
Menunjukkan setiap nilai pari yang disetor oleh pemegang saham sebagai pengganti
saham yang diterbitkan untuk mereka
Selain dijual secara tunai, kadangkala penerbitan saham juga dapat dilakukan secara
pesanan, biasanya ini dilakukan oleh perusahaan yang baru saja masuk dibursa pasar modal
atau go publik.
Sebagai contoh, PT Sinar Mas menawarkan saham pesanan ke para investor untuk membeli
1.000 lembar saham dengan nilai pari 20 pada harga Rp. 50. sebanyak 100 investor tertarik
untuk memesan dengan membayar uang muka 70% dan 30% sisanya pada akhir bulan
keenam. Ayat jurnalnya : Pada tanggal penerbitan saham

Piutang Pesanan (1.000 x 50 x 100 ) 5.000.000


Saham Biasa yang dipesan ( 1.000 x 20 x 100 ) 2.000.000
Agio Saham Biasa ( 5.000.000 - 2.000.000) 3.000.000
(untuk mencatat penerimaan pesanan penerbitan saham)

Kas 3.500.000
Piutang Pesanan 3.500.000
( 5.000.000 x 70% )
( untuk mencatat penerimaan angsuran pertama 70% )

Pencatatan pada enam bulan kemudian


Kas 1.500.000
Piutang Pesanan 1.500.000
( 5.000.000 x 30% )
( untuk mencatat penerimaan angsuran kedua 30% )

Saham Biasa yang dipesan 2.000.000


Saham Biasa 2.000.000

3. Penerbitan Saham yang diterbitkan secara lumpsum


Penerbitan saham secara lumpsum adalah penerbitan saham yang pembayarannya dilakukan
secara tunggal atau sekaligus atas dua atau lebih sekuritas yang diterbitkan. Masalah
akuntansi dalam penjualan lump sum adalah mengalokasikan hasil di antara beberapa
kelompok sekuritas. Perusahaan menggunakan dua metode alokasi yang tersedia yaitu:

a) Metode Proporsional adalah jika nilai pasar wajar atau dasar lainnya yang baik untuk
menentukan nilai relative setiap kelompok sekuritas tersedia, maka nilai lump sum yang
diterima dialokasikan antara kelompok-kelompok sekuritas atas dasar proporsional.
b) Metode Inkremental adalah jika nilai pasar wajar semua kelompok sekuritas tidak dapat
ditentukan, maka metode inkremental dapat digunakam. Nilai pasar sekuritas itu
digunakan sebagai dasar untuk kelompok-kelompok yang telah diketahui dan sisa dari
nilai lump sum dialokasikan ke kelompok di mana nilai pasar tidak diketahui.
Sebagai contoh, Penerbitan saham 500 lembar saham biasa, nilai pari 10, nilai pasar 20, dan
200 lembar saham preferen, nilai pari 40, nilai pasar 80. Keduanya secara lumpsum sebesar
Rp. 15.000.
Penyelesaiannya sebagai berikut menggunakan metode proporsional :

Saham biasa 500 x 20 = 10.000


Saham preferen 200 x 80 = 16.000
26.000
Alokasi ke saham biasa (10.000/26.000) x 15.000 = 5.769
Alokasi ke saham preferen (16.000/26.000) x 15.000 = 9.231
Ayat jurnalnya:
Kas 15.000
Saham Biasa 5000
Agio Saham Biasa 769
Saham Preferen 8.000
Agio Saham Preferen 1.231

4. Penerbitan Saham yang diterbitkan dalam transaksi nonkas


Akuntansi untuk penerbitan saham atas priperti atau jasa kadang-kadang menimbulkan
maslaah dalam penilaian. Aturan umumnya adalah ; Saham yang diterbitkan untuk jasa atau
property selain kas harus dicatat, baik pada nilai pasar wajar saham yang diterbitkan maupun
pada nilai pasar wajar pertimbangan non kas yang dterima, tergantung mana yang dapat
ditentukan secara jelas. Jika keduanya telah dapat ditentukan, dan transaksi itu merupaan
hasil pertukaran jarak jauh, maka kemungkinan terjadinya perbedaan nilai pasar wajar
sangatlah kecil. Dalam kasus seperti itu, tidak menjadi masalah mana yang akan digunakan
sebagai dasar untuk penilaian pertukaran.
Sebagai contoh, Penerbitan saham sebanyak 1.000 lembar saham biasa, nilai pari 10 untuk
sebuah bidang tanah dengan harga 15.000 Ayat jurnalnya:
Tanah 15.000
Saham Biasa 10.000
Agio Saham Biasa 5.000

Maka dari itu, ketika sebuah perusahaan menerbitkan saham, ,maka seharusnya
melaporkan biaya yang dikeluarkan untuk menjual saham, seperti biaya penjaminan,biaya akuntansi
dan hukum, biaya percetakan dan pajak sebagai pengurang jumlah yang disetor. Oleh karena itu,
biaya penerbitan didebet ke Tambahan Modal Disetor karena biaya tersebut tidak berhubungan
dengan operasi perusahaan. Gaji manajemen dan biaya tidak langsung lainnya yang berhubungan
dengan penerbitan saham harus dibebankan pada saat dikeluarkan karena sulit untuk menetapkan
hubungan antara biaya-biaya tersebut yang diterima dari hasil penjualan.

2.6 Reakuisisi Saham


Alasan perusahaan membeli kembali sahamnya yang beredar cukup bervariasi. Beberapa
alasan utamanya adalah :

1. Untuk memenuhi distribusi pajak yang efisien dari kelebihan kas kepada pemegang saham.
Tingkat keuntungan modal kas atas penjualan saham kepada perusahaan oleh pemegang saham
diperkirakan sekitar setengah tarif pajak biasa. Keuntungan ini agak terkurangi karena baru-baru
ini terjadi perubahan mengenai hukum pajak yang berkenaan dengan dividen
2. Untuk meningkatkan laba per saham dan pegembalian atas ekuitas (ROE). Dengan mengurangi
jumlah saham yang beredar dan mengurangi ekuitas pemegang saham, rasio kinerja tertentu
sering kali meningkat.
3. Untuk memenuhi saham dalam kontrak kompensasi saham karyawan atau memenuhi
kebutuhan merger yang potensial. Honeywell Inc. melaporkan bahwa sebagian dari
pembeliannya atas satu juta lembar saham biasa igunakan untuk kontrak opsi saham karyawan
4. Untuk mengurangi upaya pengambilalihan atau mengurangi jumlah pemegang saham. Dengan
mengurangi jumlah saham yang dipegang public, pemilik sekarang dan manajemen dapat
menghindari pihak luar untuk mengendalikan perusahaan atau pengaruh yang signifikan.
5. Membentuk pasar bagi saham. Dengan membeli saham di pasar modal, diciptakan suatu
permintaan yang dapat menstabilan harga saham atau dalam kenyataannya meningkatkan
harga saham itu.

2.7 Pembelian, Penjualan, dan Penarikan Saham Treasuri


Saham treasury adalah saham yang dibeli oleh perusahaan penerbitnya sendiri, jadi ketika
perusahaan menerbitkan saham lalu suatu ketika perusahaan membeli saham tersebut, maka
saham yang dibeli itulah saham treasury.

1. Ada dua metode umum yang digunakan untuk menangani saham treasuri yaitu:
a) Metode Biaya. Menghasilkan pendebetan akun Saham Treasuri untuk biaya reakusisi, serta
dalam pelaporan akun ini sebagai suatu pengurangan dari total modal dsetor dan laba
ditahan di neraca
b) Motode Nilai Pari atau Nilai Ditetapkan. Mencatat semua transaksi saham treasuri pada nilai
parinya dan melaporkan saham treasuri hanya sebagai pengurang atas modal saham.
Metode biaya atau harga pokok umumnya digunakan dalam akuntansi untuk saham treasuri.
Metode ini mengambil namanya dari kenyataan bahwa saham treasuri dibuat pada biaya
atau harga pokok saham yang dibeli. Menurut metode biaya, akun saham treasuri didebet
pada biaya saham yang diperoleh dan penerbitan kembali saham dikredit pada akun biaya
yang sama. Harga yang diterima untuk saham ketika pertama kali diterbitkan tidak
mempengaruhi ayat jurnal untuk mencatat akusisi dan penerbitan kembali saham treasuri.

2. Dalam Penjualan Saham Treasuri terdapat dua metode yang digunakan, yaitu:
a) Penjualan Saham Traesuri di Atas Harga Pokoknya. Apabila harga jual saham treasuri lebih
besar dari harga pokonya, maka perbedaan ini dikredit ke Modal
Disetor dari Saham Treasuri

b) Penjualan Saham Treasuri di Bawah Harga Pokok. apabila saham treasuri dijual dibawah
harga pokok, maka kelebihan harga pokok atas harga jual didebet ke Modal Disetor dari
Saham Treasuri.
3. Penarikan Saham Treasuri
Dewan direksi dapat menyetujui penarikan saham terasuri. Penarikan saham treasuri
mempunyai status sebagai saham yang diotorisasi dan saham yang belum diterbitkan.
Pengaruh akuntansinya adalah sama dengan penjualan saham treasuri kecuali bahwa debet
dilakukan ke akun modal disetor yang dapat diaplikasikan ke penarikan saham, bukan ke kas.

2.8 Saham Preferen


Saham preferen adalah Saham dengan kelas khusus yang memiliki kelebihan atau fitur yang
tidak dimiliki saham biasa. Karakteristik saham preferen :

1. Preferensi atas dividen


2. Preferensi atas aktiva pada saat likuidasi
3. Dapat dikonversi menjadi saham biasa
4. Dapat ditebus pada opsi perseron
5. Tidak mempunyai hak suara

Karakteristik yang membedakan saham preferen dengan saham biasa terletak pada sifatnya yang
lebih tertutup dan negatif disamping preferensinya, misalnya seperti tidak memiliki hak suara, tidak
kumulatif, dan non partisipasi.

Karakterisik paling umum yang melekat pada saham preferen adalah sebagai berikut :

1. Saham Preferen Kumulatif


Dinyatakan bahwa jika perseroan gagal membayar dividen dalam satu tahun, maka harus
dibayarkan dalam tahun berikutnya sebelum laba dapat dbagikan kepada pemegang saham
biasa
2. Saham Preferen Partisipasi
Pemegang saham ini membagi rata dengan pemegang saham biasa setiap pembagian laba di
luar tingkat yang ditentukan.
3. Saham Preferen Konvertibel
Mengizinkan pemegang saham, menurut opsinya, menukar saham preferen menjadi saham
biasa pada rasio yang telah ditentukan sebelumnya.

4. Saham Preferen yang Dapat Ditarik


Mengizinkan perusahaan penerbit saham untuk menarik atau menebus, pada opsinya, saham
preferen yang beredar pada tanggal tertentu di masa depan dan pada harga yang telah
ditentukan.
5. Saham Preferen yang Dapat Ditebus
Terbitan saham preferen yang mempunyai karakter yang membuat sekuritas itu bersifat seperti
hutang (mempunyai kewajiban hukum untuk membayar) dan bukan seperti instrument ekuitas.
Misalnya pada saham preferen yang dapat ditebus ini mempunyai periode penebusan wajib
atau karakter penebusan yang tidak dapat dikontrol oleh perusahaan penerbit saham.

2.9 Akuntansi dan Pelaporan Saham Preferen


Akuntansi saham preferen pada saat penerbitannya sama dengan akuntansi saham biasa.
Perusahaan mengalokasikan proceeds antara nilai pari saham preferen dan tambahan modal disetor.
Sebagai gambaran, misalkan Bishop Co. Menerbitakan 1000 saham preferen dengan nilai pari
sebesar $10 seharga $12 per saham, maka Bishop mencatat penerbitan ini sebagai berikut :

Kas $120.000

Saham preferen $100.000


Modal disetor sebagai kelebihan nilai pari $20.000

Berkebalikan dengan obligasi konvertibel (dicatat sebagai kewajiban saat tanggal


penerbitan), perusahaan memasukkan saham preferen konvertibel sebagai ekuitas pemegang
saham. Di samping itu, ketika menerbitkan saham preferen konvertibel, tidak ada justifikasi teoritis
untuk mengakui keuntungan atau kerugian. Perusahaan tidak mengakui keuntungan atau kerugian
ketika berurusan dengan pemegang saham dalam kapasitas mereka sebagai pemilik perusahaan.
Namun perusahaan memakai metode nilai buku : mendebit saham preferen dan tambahan modal
disetor yang terkait dan mengkredit saham biasa dan tambahan modal disetor (apabila ada
kelebihan)

2.10 Kebijakan Deviden


Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya saham yang
dimiliki. Pembagian ini akan mengurangi laba ditahan dan kas yang tersedia bagi perusahaan, tapi
distribusi keuntungan kepada para pemilik memang adalah tujuan utama suatu bisnis. Sangat sedikit
perusahaan yang membayar dividen dalam jumlah yang sama dengan laba ditahan yang tersedia
secara legal. Alasan utamanya adalah sebagai berikut :
1. Persetujuan (kontrak obligasi) dengan kreditor tertentu untuk menahan semua atau sebagian
laba, dalam bentuk aktiva, guna membentuk proteksi tambahan terhadap kemungkinan
kerugian
2. Beberapa hukum perseroan Negara bagian mensyaratkan bahwa laba yang ekuivalen dengan
biaya saham treasuri yang dibeli dilarang untuk diumumkan sebagai dividen
3. Kerugian untuk menahan aktiva yang tidak dibayarkan sebagai dividen guna membiayai
pertumbuhan atau ekspansi
4. Keinginan untuk memperlancar pembayaran dividen dari tahun ke tahun dengan
mengakumulasi laba dalam tahun-tahun yang menghasilkan laba dan menggunakan akumulasi
itu sebagai dasar untuk membayar dividen tahun-tahun yang buruk
5. Keinginan untuk membentuk perlindungan atau penyangga terhadap kemungkinan kerugian
atau kesalahan dalam kalkulasi laba.

2.11 Kondisi Keuangan, Pembagian Dividen dan Jenis-jenis deviden


Eksistensi kewajiban lancar sangat kuat menyatakan bahwa sebagian dari kas diperlukan
untuk membayar kewajiban lancar ketika jatuh tempo. Selain itu kebutuhan akan uang tunai sehari-
hari untuk penggajian dan pengeluaran lainnya yang tidak dimasukkan dalam kewajiban lancar juga
memerlukan kas.

Jadi, sebelum dividen diumumkan, manajemen harus mempertimbangkan ketersediaan dana


untuk membayar dividen. Suatu dividen sebaiknya tidak dibayarkan kecuali baik posisi keuangan
sekarang ataupun yang akan datang tampak menjamin pembagian dividen.

Pembagian dividen pada umumnya didasarkan atas akumulasi laba (laba ditahan) atau atas bebrapa
pos modal lainnya seperti tambahan modal disetor. Berikut adalah beberapa jenis dividen :

1. Dividen Tunai
Pengumuman dividen tunai merupakan kewajiban dan karena pembayaran biasanya harus
harus dilakukan dengan segera dan biasanya disebut sebagai kewajiban lancar

2. Dividen Properti
Hutang dividen dalam bentuk aktiva perusahaan selain kas, dapat berupa barang dagang, real
estate, atau investasi yang dirancang oleh dewan direksi. Ketika dividen property diumumkan,
maka perusahaan harus menetapkan kembali nilai wajar property yang akan dibagikan dengan
mengakui setiap keuntungan atau kerugian sebagai perbedaan nilai wajar dengan nilai buku
pada tanggal pengumuman.

3. Dividen Likuidasi
Dividen yang tidak didasarkan pada laba ditahan, yang menyiratkan bahwa dividen ini
merupakan pengembalian dari investasi pemegang saham dan bukan dari laba. Dengan kata
lain, setiap dividen yang tidak didasarkan pada laba merupakan pengurangan modal disetor
prusahaan dan sejauh itu merupakan dividen likuidasi

4. Dividen Saham
Dividen saham merupakan penerbitan oleh suatu perseroan atas saham miliknya sendiri
kepada pemegang saham sesuai dengan porsi masing-masing.

2.12 Pemecahan Saham


Manajemen dari banyak perusahaan merasa yakin bahwa untuk menjalin hubungan dengan
masyarakat yang lebih baik, kepemilikan yang lebih luas sangat diperlukan. Karena itu, mereka ingin
memiliki harga pasar yang cukup rendah sehingga berada dalam batas kemampuan mayoritas calon
investor. Untuk mengurangi nilai pasar saham, cara yang biasa dilakukan adalah dengan melakukan
pemecahan saham.

Dari sudut pandang akuntansi, tidak ada ayat jurnal untuk mencatat pemecahan saham.
Namun suatu catatn memorandum dibuat untuk menunjukkan bahwa nilai pari saham telah
berubah, dan jumlah saham telah bertambah.

2.13 Perbedaan Pemecahan Saham dan Dividen Saham


Pemecahan saham menghasilkan kenaikan jumlah saham yang beredar dan penurunan nilai
pari atau nilai ditetapkan per saham. Sementara dividen saham, meskipun menghasilkan kenaikan
jumlah saham yang beredar, namun tidak mengurangi nilai pari, jadi dividen itu menambah total
nilai pari saham yang beredar.

Ketika tambahan saham diterbtikan dengan tujuan mengurangi harga pasar per unit, maka
pembagian itu lebih merupakan pemecahan saham daripada dividen saham. Pembagian ini biasanya
timbul jika jumlah saham yang diterbitkan lebih besar dari 20%-25% jumlah saham yang beredar
sebelumnya.Selain itu, karena nilai pari saham yang beredar juga tidak berubah, maka transfer dari
laba ditahan hanya dilakukan jumllah yang disyaratkan menurut akta. Biasanya hal ini merupakan
transfer laba ditahan ke modal saham sebesar nilai pari saham yang diterbitkan yang berlawanan
dengan transfer nilai pasar sham yang diterbitkan.

2.14 Analisis
Analisis menggunakan rasio ekuitas pemegang saham untuk mengevaluasi profitabilitas dan
solvensi jangka panjang perusahaan, dan berikut adalah rasio yang digunakan, yaitu :

1. Tingkat Pengembalian atas ekuitas saham biasa


Rasio yang digunakan secara luas yang mengukur profitablitas dari sudut pandang
pemegang saham biasa adalah Tingkat Pengembalian atas ekuitas saham biasa. Rasio ini
menunjukkan seberapa banyak dolar laba bersih yang diperoleh dari setiap dolar yang
diinvestasikan oleh pemiliknya.

Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih dikurangi dividen saham preferen dibagi
dengan rata-rata ekuitas pemegang saham biasa.

Laba bersih – Dividen saham preferen


Tingkat Pengembalian Atas Ekuitas Saham Biasa =
Rata-rata ekuitas pemegang saham

2. Rasio Pembayaran
Rasio pembayaran merupakan rasio dividen tunai terhadap laba bersih. Jika saham
preferen sedang beredar, maka rasio ini dihitung untuk pemegang saham biasa dengan
membagi dividen tunai yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa dengan laba bersih
yang tersedia untuk pemegang saham biasa.

Deviden Tunai
Rasio Pembayaran =
Laba bersih – Dividen preferen

3. Nilai buku per saham


Nilai buku persaham merupakan jumlah setiap saham yang akan diterima jika perusahaan
dilikuidasi atas dasar jumlah yang dilaporkan dalam neraca. Akan tetapi, angka tersebut
akan kehilangan banyak relevansinya jika penilaian atas neraca tidak memperkirakan nilai
pasar wajar aktiva. Nilai buku persaham dihitung dengan membagi ekuitas pemegang
saham biasa dengan saham dengan saham biasa yang beredar.
Ekuitas pemegang saham bias
Nilai buku persaham =
Saham yang beredar

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dilihat dari definisinya ekuitas merupakan hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi
semua kewajiban. Ekuitas mengandung makna kepemilikan, oleh karena itu, untuk organisasi
nonbisnis ekuitas sering disebut sebagai aset bersih. Ekuitas berbeda dengan kewajiban dalam tiga
hal, yaitu hak atas penyelesaian klaim, hak penggunaan aset, dan substansi perjanjian (yuridis).
Walaupun demikian, atas dasar konsep kesatuan usaha kreditor dan investor dipandang sebagai
pihak luar perusahaan yang terpisah dari manajemen.

Ekuitas dapat berbentuk modal setoran dan laba ditahan dimana modal setoran merupakan suatu
bentuk kontrak yuridis yang harus dipertahankan keutuhannya sedangkan laba ditahan merupakan
modal yang tercipta atau terhimpun karena pemanfaatan aset, selain itu modal setoran juda dapat
menyebabkan perubahaan aset dalam rangka pendanaan (transaksi modal) sedangkan laba ditahan
hanya menyebabkan perubahan aset dalam rangka produksi (transaksi operasi).

3.2 Saran
Sebaiknya Perusahaan melakukan Pendekatan yang signifikan mengenai pengolaan ekuitas yang ada
di perusahaan tersebut. Mengenai semua hal yang melandasi konsep-konsep kontinuitas usaha
serta upaya dan hasil yang menegaskan bahwa statemen laba-rugi harus memuat semua perubahan
ekuitas kecuali yang berasal dari transaksi dengan pemilik. Perubahan ekuitas harus dipisahkan
dengan tegas menjadi ekuitas yang berasal dari transaksi modal dan transaksi operasi. Laba ditahan
hanya akan berisi laba komprehensif yang dipindah dari statemen laba rugi dan berbagai komponen
transaksi modal seperti dividen dan saham treasuri, sehingga perusahaan akan dengan mudah
mengidentifikasikan apa yang menjadi masalah perusahaan terutama dalam pengolaan ekuitas ini.
DAFTAR PUSTAKA

Kieso, Weygandt, dan Warfield. 2011. Intermediate Accounting IFRS Edision. Volume
Kedua. United States of America: Wilay

Brag, M Steven. 2011. Panduan IFRS. Jakarta: Indeks

Lam, Nelson dan Lau, Peter. 2014. Akuntansi Keuangan: perspektif IFRS. Jakarta: Salemba Empat

Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Teori Akuntansi Edisi Revisi 2011. Jakarta: Rajawali Pers

Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield, 2002. Akuntansi Intermediate,
Terjemahan Emil Salim, Jilid 2, Edisi Kesepuluh, Penerbit Erlangga, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai