Anda di halaman 1dari 12

Ekuitas : Modal Disetor | Barlia Annis

AKM 2 / Materi 3

EKUITAS : MODAL DISETOR

BENTUK ORGANISASI PERUSAHAAN


Terdapat 3 bentuk organisasi perusahaan, yaitu Proprietorship (Perusahaan Perorangan),
Partnership (Perusahaan Persekutuan), dan Corporation (Perusahaan Perseroan). Ketiga bentuk
perusahaan ini masing-masing mempunyai keunggulan dan kerugian. Bentuk perusahaan perseroan
lah yang paling mendominasi sejauh ini, kelebihan perusahaan perseroan antara lain adalah fasilitas
untuk menarik dan mengumpulkan sejumlah besar modal karena kepemilikan dalam jumlah lembar
saham, kewajiban terbatas, serta going concern yang lebih terjamin.

Karakter khusus dari bentuk perseroan yang mempengaruhi akuntansi adalah :

1. Pengaruh hukum perseroan negara bagian

2. Penggunaan modal saham atau sistem saham

3. Pengembangan berbagai kepentingan kepemilikan

 Hukum Perseroan Negara Bagian

Siapapun yang ingin mendirikan perusahaan harus menyerahkan anggaran dasar perusahaan
(articles of incorporation) pada negara bagian tempat perusahaan itu didirikan. Saat pendirian
perusahaan, harus mengajukan permohonan kepada menteri untuk mengadakaan pengesahan atas
pendirian perseroan setelah akte pendirian ditaandatangi oleh notaris.

 Modal Saham atau Sistem Saham

Ekuitas pemegang saham dalam satu perusahaan umumnya terdiri dari sejumlah besar unit
atau lembar saham. Setiap saham memiliki hak dan keistimewaan tertentu yang hanya dapat
dibatasi oleh kontrak khusus pada saat saham diterbitkan. Seseorang harus meneliti anggaran dasar
perusahaan, sertifikat saham, dan ketentuan hukum negara bagian untuk meyakinkan pembatasan
atas atau variasi dari hak dan keistimewaan standar.

Jika tidak ada ketentuan yang membatasi, maka setiap saham memiliki hak-hak sebagai berikut :

1. Untuk membagi laba dan rugi secara proporsional

2. Untuk ikut serta dalam manajemen (hak untuk memilih direktur) secara proporsional

3. Untuk membagi aktiva perusahaan apabila terjadi likuidasi secara roporsional

4. Untuk ikut serta secara proporsional dalam setiap penerbitan saham baru dari kelompok

yang sama disebut hak istimewa.

AKM 2 / MATERI 3 1
Ekuitas : Modal Disetor | Barlia Annis

Hak istimewa untuk melindungi seorang pemegang saham dari kehilangan kepentingan
kepemilikan di luar kemauannya. Tanpa hak ini, pemegang saham yang memiliki persentase
kepentingan tertentu akan merasa dirugikan akibat penerbitan saham tambahan tanpa
sepengetahuannya pada tingkat harga yang tidak menguntungkan mereka. Namun banyak
perseroan yang menghapus hak istimewa ini, karena hak istimewa ini melekat pada saham yang
akan membuat perusahaan tidak dapat menerbitkan lebih banyak saham tambahan, seperti yang
sering dilakukan ketika mengakuisisi perusahaan lain.

 Berbagai Kepentingan Kepemilikan

Bagi pemegang saham, memiliki saham berarti memiliki perusahaan yang mengeluarkan
saham tersebut. Perusahaan menarik dana dari pemilik dengan mengeluarkan saham. Dalam setiap
perseroan ada kelompok saham yang mewakili kepemilikan dasar, yaitu saham biasa dan saham
preferen.

Saham Biasa

adalah hak residu perseroan yang menanggung risiko besar bila terjadi kerugian dan menerima
manfaat bila terjadi keuntungan. Saham biasa merupakan kepemilikan dasar dari saham dengan hak-
hak seperti memilih anggota direksi, memperoleh pembagian laba, membeli saham tambahan.

Merupakan saham yang mempunyai hak suara, hak residu terhadap pembagian laba setiap
tahunnya, dan hak residu atas pembagian aset pada saat perusahaan dilikuidasi. Pemegang saham
ini tidak dijamin akan menerima dividen tetapi mereka ikut dalam manajemen perusahaan.

Saham preferen

adalah jenis saham yang memiliki hak istimewa melebihi saham biasa, terutama dalam hal
pembayaran dividen dan likuidasi perusahaan. Saham preferen sebagai pengganti atas setiap
preferensi khusus, pemegang saham preferen menjadi prioritas untuk mengklaim laba. Mereka
dijaminkan untuk memperoleh laba dan biasanya pada tingkat yang telah ditetapkan dan
didahulukan pembayarannya daripada pemegang saham biasa, namun mereka tidak memilik hak
suara dalam manajemen perusahaan.

EKUITAS PEMILIK
Ekuitas pemilik disebut juga ekuitas pemegang saham (shareholders equity) atau investasi pemegang
saham atau Modal pemegang saham.. Ekuitas didefinisikan sebagai hak residual atas aktiva
perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Ekuitas pemegang saham dalam Neraca terletak di
sisi pasiva, dibawah pos Liability. Penyebab perubahan posisi ekuitas adalah :

Ekuitas (+) : Setoran tambahan dari pemilik


Laba perusahaan

Ekuitas (-) : Penarikan kembali oleh pemilik

AKM 2 / MATERI 3 2
Ekuitas : Modal Disetor | Barlia Annis

Rugi perusahaan
Investasi ekuitas umumnya berhubungan dengan pembelian dan menyimpan saham pada suatu
pasar modal oleh individu sebagai investor, dan dana dalam mengantisipasi pendapatan dari deviden
dan keuntungan modal karena nilai saham meningkat.

Tiga kategori ini biasanya muncul sebagai bagian dari ekuitas pemegang saham :

1. Modal Saham

2. Tambahan Modal Disetor: berasal dari peegang saham

3. Laba Ditahan: Laba bersih ditahan dalam bisnis, disebut juga saldo laba (retained earning)

Laba ditahan ( retained earning ) merupakan laba bersih yang tidak didistribusikan kepada para
pemegang saham. Maksud laba yang ditahan (retained earning) menurut pendapat Martono dan
Agus Harjito (2005:201) yaitu “Laba yang tidak dibagi”.

Ada beberapa unsur yang mempengaruhi (faktor) perubahan laba ditahan, antara lain:

- adanya laba bersih (net income) atau rugi bersih ( net loss)
- adanya penyesuaian periode sebelumnya ( prior period adjusment) dan perubahan kebijakan
akuntansi ( change in accounting policy)
- adanya deviden ( cash devicend, stock devidend, property dividend dan scrip dividend)
- adanya transaksi atas treasury stock
- adanya penyesuaian akibat quasi reorganization

Laporan laba ditahan berisikan informasi mengenai perubahan laba ditahan perusahaan yang
menyebabkan terjadinya perubahan modal sendiri perusahaan.

Laba di tahan = laba bersih - deviden yang dibagikan.

Laba ditahan diinvestasikan kembali dengan harapan peningkatan laba perusahaan pada tahun
mendatang. Laporan ini digunakan investor untuk menilai usulan kebijakan manajemen perusahaan
mengenai deviden. Pembagian deviden yang merupakan hak pemegang saham yang diatur dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) biasanya tidak dibagikan seluruhnya, tetapi sebagian
digunakan kembali untuk berinvestasi. Sebagian yang digunakan untuk berinvestasi inilah menjadi
laba ditahan perusahaan. Semakin besar laba ditahan perusahaan akan semakin besar aset
perusahaan, dan dapat dikatakan perusahaan tersebut “sehat”. Agar sebuah perusahaan bisa
berkembang secara efektif, laba ditahan harus diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan.
Biasanya hal ini dilakukan dengan menggunakan laba ditahan untuk meningkatkan efisiensi dan/atau
memperluas usahanya. Perusahaan yang tidak menahan laba atau membayar dividen, tidak akan
menarik minat investor.

AKM 2 / MATERI 3 3
Ekuitas : Modal Disetor | Barlia Annis

PENERBITAN SAHAM

Prosedur penerbitan saham :

1. Tahap Persiapan: Persetujuan RUPS dan menunjuk penjamin emisi (underwriter)


2. Tahap Pengajuan dan Pernyataan Pendaftaran: Otorisasi BAPEPAM-LK
3. Tahap Penawaran/Penjualan Saham, dan di buatkan kontrak
4. Tahap Pencatatan Saham Di Bursa Efek
5. Modal saham yang diautorisasi merupakan jumlah maksimum saham yang dapat
dikeluarkan.

Modal saham yang diautorisasi merupakan jumlah maksimum saham yang dapat dikeluarkan.

Semua biaya langsung yang terkait dengan penerbitan saham (biaya penjamin emisi, akuntansi,
biaya hukum, percetakan, pajak, dsb) mengurangi pendapatan atas penjualan saham. Biaya
penerbitan didebet ke Tambahan Modal Disetor karena biaya tersebut tidak berhubungan dengan
operasi perusahaan.

Jika saham biasa dijual < nilai nominalnya, maka selisih antara nilai nominal dan harga jual dicatat
dalam akun Disagio. Disagio ekuitas saham biasa adalah pengurang modal saham biasa.

Jika saham biasa dijual > nilai nominalnya, maka selisih antara nilai nominal dan harga jual dicatat
dalam akun Agio. Agio ekuitas saham biasa adalah penambah modal saham biasa.

Masalah akuntansi yang ada pada penerbitan saham sebagai berikut :

1. Akuntansi untuk saham dengan nilai pari


2. Akuntansi untuk saham tanpa nilai pari.
3. Akuntansi untuk penerbitan saham yang digabung dengan sekuritas lainnya (penjualan
lumpsum)
4. Akuntansi untuk saham yang diterbitkan dalam transaksi non kas
5. Akuntansi untuk biaya penerbitan saham

Saham Dengan Nilai Pari

Untuk memperlihatkan informasi tentang penerbitan saham dengan nilai pari, akun harus
dipertahankan untuk masing-masing kelompok saham berikut :

1. Saham Preferen atau Saham Biasa. Kedua akun ini mencerminkan nilai pari saham perseroan
yang diterbitkan. Akun ini dikredit ketika saham pertama kali diterbitkan. Tidak ada ayat jurnal
tambahan pada akun ini kecuali saham tambahan yang diterbitkan atau saham yang ditarik

AKM 2 / MATERI 3 4
Ekuitas : Modal Disetor | Barlia Annis

2. Modal Disetor yang Melebihi Nilai Pari atau Tambahan Modal ( Additional Paid-in Capital).
Kelebihan nilai pari yang dibayarkan oleh pemegang saham sebagai imbalan hasil atas saham yang
diterbitkan kepada perusahaan, ditunjukan dengan akun Premi Saham (Share Premium).

Contoh :

Pada 1 Mei 2017, PT. Mulyono mengeluarkan saham biasa dan menjualnya 20.000 lembar dengan
kurs 120%. Nilai nominal per lembar saham adalah Rp 500.

Jurnalnya :
Kas (20.000 lbr x Rp500) x 120% 12,000,000
Saham biasa (20.000 lbr x Rp500) 10,000,000
Agio saham 2,000,000

Saham Tanpa Nilai Pari

Banyak Negara bagian mengizinkan penerbitan modal saham tanpa nilai pari (No-par Shares),
dengan alasan menghindari kewajiban kontijensi dan menghindari kebingungan dalam pencatatan
nilai pari vs nilai pasar (fair market value).

Saham tanpa nilai pari harus dicatat sebesar nilai saat diterbitkan tanpa agio saham.

Kelemahan utama dari saham tanpa nilai pari adalah bahwa beberapa Negara bagian mengenakan
pajak yang tinggi atas penerbitan ini, dan totalnya akan dimasukkan sebagai modal dasar yang akan
mengurangi fleksibilitas dalam pembayaran dividen.

Contoh:

PT. Merapi memiliki 1000 lembar saham biasa yang diotorisasi tanpa nilai pari. Jika PT. Merapi
menerbitkan kembali 200 lembar saham dengan harga Rp.500 perlembar saham, maka akan di catat
sebagai berikut :

Kas 100,000
Saham biasa 100,000

Tetapi jika saham yang diterbitkan memiliki nilai yang ditetapkan sebesar Rp200 perlembar saham,
maka akan di catat :
Kas 40,000
Saham biasa 40,000

Saham yang Diterbitkan dengan Sekuritas Lainnya (Penjualan Lump Sum)

AKM 2 / MATERI 3 5
Ekuitas : Modal Disetor | Barlia Annis

2 (dua) atau lebih kelompok sekuritas diterbitkan oleh perusahaan untuk suatu pembiayaan
tunggal/sekaligus/lump sum, pada saat mengakuisisi perusahaan lain.

Masalah akuntansi dalam penjualan lump sum adalah mengalokasikan hasil di antara beberapa
kelompok sekuritas. Perusahaan menggunakan dua metode alokasi yang tersedia yaitu Metode
Proporsional dan Metode Inkremental.

Metode Proporsional

adalah jika nilai pasar wajar atau dasar lainnya yang baik untuk menentukan nilai relative setiap
kelompok sekuritas tersedia, maka nilai lump sum yang diterima dialokasikan antara kelompok-
kelompok sekuritas atas dasar proporsional.

Contoh :

PT DEF menerbitkan 500 lembar saham biasa dengan nilai pari Rp 100 dan nilai wajar Rp 600, serta
200 lembar saham preferen dengan nilai pari Rp 200 dan nilai wajar Rp 1.000 yang dijual dengan
lump sum Rp 400.000.

Jumlah saham Nilai Total %


Saham biasa 500 x Rp 600 = Rp 300,000 60%
Saham Preferen 200 x 1,000 200,000 40%
Nilai pasar Rp 500,000 100%

Alokasi: Saham Biasa Saham Preferen


Harga penerbitan Rp 400,000 Rp 400,000
Alokasi % 60% 40%
Total Rp 240,000 Rp 160,000

Jurnalnya :

Kas 400,000
Saham preferen (200 lbr x Rp200) 40,000
Agio saham preferen (160.000 - 40.000) 120,000
Saham biasa (500 lbr x Rp100) 50,000
Agio saham biasa (240.000 - 50.000) 190,000

Metode Inkremental

adalah jika nilai pasar wajar semua kelompok sekuritas tidak dapat ditentukan, maka metode
inkremental dapat digunakan. Nilai pasar sekuritas itu digunakan sebagai dasar untuk kelompok-
kelompok yang telah diketahui dan sisa dari nilai lump sum dialokasikan ke kelompok di mana nilai
pasar tidak diketahui.

Contoh :

PT DEF menerbitkan 500 lembar saham biasa dengan nilai pari Rp 100 dan nilai wajar Rp 600, serta
200 lembar saham preferen dengan nilai pari Rp 200 dan nilai wajar tidak diketahui yang dijual
dengan lump sum Rp 400.000.

AKM 2 / MATERI 3 6
Ekuitas : Modal Disetor | Barlia Annis

Jumlah saham Nilai Total


Saham biasa 500 x Rp 600 = Rp 300,000
Saham preferen 200 x -
Nilai pasar Rp 300,000

Alokasi: Saham Biasa Saham preferen


Harga penerbitan Rp 400,000
Saham Biasa (300,000)
Total Rp 300,000 Rp 100,000

Jurnalnya:

Kas 400,000
Saham preferen (200 lbr x Rp200) 40,000
Agio saham preferen (100.000 - 40.000) 60,000
Saham biasa (500 lbr x Rp100) 50,000
Agio saham biasa (300.000 - 50.000) 250,000

Saham yang Diterbitkan dalam Transaksi Nonkas

Akuntansi untuk penerbitan saham atas properti atau jasa kadang-kadang menimbulkan
masalah dalam penilaian. Aturan umumnya adalah : Saham yang diterbitkan untuk jasa atau
property selain kas harus dicatat, baik pada nilai pasar wajar saham yang diterbitkan maupun pada
nilai pasar wajar pertimbangan non kas yang dterima, tergantung mana yang dapat ditentukan
secara jelas. Jika keduanya telah dapat ditentukan, dan transaksi itu merupakan hasil pertukaran
jarak jauh, maka kemungkinan terjadinya perbedaan nilai pasar wajar sangatlah kecil. Dalam kasus
seperti itu, tidak menjadi masalah mana yang akan digunakan sebagai dasar untuk penilaian
pertukaran.

Contoh:

PT GHI menerbitkan saham biasa sebanyak 2000 lembar dengan nilai par Rp 500 untuk mendapatkan
paten atas produk PT GHI. Berikut ini 3 (tiga) kasus yang tidak saling terkait.

a. PT GHI tidak dapat menentukan nilai wajar paten, tetapi dapat menentukan nilai wajar
saham sebesar Rp 750,-

Paten (2000 lbr x Rp750) 1,500,000


Saham biasa (2000 lbr x Rp500) 1,000,000
Agio saham biasa 500,000

b. PT GHI tidak dapat menentukan nilai wajar saham dan paten, tetapi konsultan independen
menentukan nilai wajar paten sebesar Rp 1.250.000,- berdasarkan metode diskonto arus
kas.

Paten 1,250,000
Saham biasa 1,000,000
Agio saham biasa 250,000

AKM 2 / MATERI 3 7
Ekuitas : Modal Disetor | Barlia Annis

c. PT GHI tidak dapat menentukan nilai wajar saham, tetapi dapat menentukan nilai wajar
paten sebesar Rp 1.200.000,-

Paten 1,200,000
Saham biasa 1,000,000
Agio saham biasa 200,000

REAKUISISI SAHAM

Alasan perusahaan membeli kembali sahamnya yang beredar cukup bervariasi.

Beberapa alasan utamanya adalah :

1. Untuk memenuhi distribusi pajak yang efisien dari kelebihan kas kepada pemegang saham.
Tingkat keuntungan modal kas atas penjualan saham kepada perusahaan oleh pemegang
saham diperkirakan sekitar setengah tarif pajak biasa. Keuntungan ini agak terkurangi karena
baru-baru ini terjadi perubahan mengenai hukum pajak yang berkenaan dengan dividen.

2. Untuk meningkatkan earning per share dan Return On Equity.Dengan mengurangi jumlah
saham yang beredar dan mengurangi ekuitas pemegang saham, rasio kinerja tertentu sering
kali meningkat.

3. Untuk memenuhi saham dalam kontrak kompensasi saham karyawan atau memenuhi
kebutuhan merger yang potensial. Honeywell Inc. Melaporkan bahwa sebagian dari
pembeliannya atas satu juta lembar saham biasa digunakan untuk kontrak opsi saham
karyawan.

4. Untuk mengurangi upaya pengambilalihan atau mengurangi jumlah pemegang saham.


Dengan mengurangi jumlah saham yang dipegang public, pemilik sekarang dan manajemen
dapat menghindari pihak luar untuk mengendalikan perusahaan atau pengaruh yang
signifikan.

5. Membentuk pasar bagi saham. Dengan membeli saham di pasar modal, diciptakan suatu
permintaan yang dapat menstabilan harga saham atau dalam kenyataannya meningkatkan
harga saham itu.

Seringkali perusahaan memilih Go Privat karena alasan tertentu, yaitu dengan


mengeliminasi semua kepemilikan public dengan cara Leverage Buy Out (perusahaan meminjam
uang untuk membeli kembali sahamnya). Setelah dibeli kembali, saham tersebut dapat dihapus,
atau disimpan untuk diterbitkan kembali, yang disebut Saham Treasuri.

Saham treasuri tidak digolongkan sebagai asset dan mengurangi nilai asset bersih. Kepemilikan
saham treasuri tidak memberikan hak-hak pemegang saham.

AKM 2 / MATERI 3 8
Ekuitas : Modal Disetor | Barlia Annis

Pembelian Saham Treasuri

Ada dua metode yang umum digunakan :

1. Metode Biaya.
Menghasilkan pendebetan akun Saham Treasuri untuk biaya reakusisi, serta dalam
pelaporan akun ini sebagai suatu pengurangan dari total modal disetor dan laba ditahan di
neraca
2. Metode Nilai Pari atau Nilai Ditetapkan.
Mencatat semua transaksi saham treasuri pada nilai parinya dan melaporkan saham
treasuri hanya sebagai pengurang atas modal saham.

Penjualan Saham Treasuri

Ada dua metode yang umum digunakan, yaitu :

1. Penjualan Saham Treasuri di Atas Harga Pokoknya.


Apabila harga jual saham treasuri lebih besar dari harga pokonya, maka perbedaan ini
dikredit ke Modal Disetor dari Saham Treasuri.
2. Penjualan Saham Treasuri di Bawah Harga Pokok.
Apabila saham treasuri dijual dibawah harga pokok, maka kelebihan harga pokok atas
harga jual didebet ke Modal Disetor dari Saham Treasuri.

Penarikan Saham Treasuri

Dewan direksi dapat menyetujui penarikan saham terasuri. Penarikan saham treasuri
mempunyai status sebagai saham yang diotorisasi dan saham yang belum diterbitkan. Pengaruh
akuntansinya adalah sama dengan penjualan saham treasuri kecuali bahwa debet dilakukan ke akun
modal disetor yang dapat diaplikasikan ke penarikan saham, bukan ke kas.

Contoh :

- PT JKL menerbitkan 20.000 lembar saham biasa dengan nilai pari Rp 200 pada harga Rp 500
per share. Sebagai tambahan, perusahaan juga memiliki laba ditahan sebesar Rp20.000.000.

Posisi Ekuitas :

AKM 2 / MATERI 3 9
Ekuitas : Modal Disetor | Barlia Annis

- Pada tanggal 2 Februari, PT. JKL melakukan reakuisisi saham sebanyak 5.000 lembar saham
dengan harga Rp 700.

Jurnalnya :

Saham Treasuri 3,500,000


Kas 3,500,000

Posisi Ekuitas setelah reakuisisi :

- Tanggal 2 April, PT. JKL menjual kembali saham treasurinya sebanyak 500 lembar dengan
harga Rp1.000.

Jurnalnya :

Kas (500 lbr x Rp1000) 500,000


Agio saham treasuri 150,000
Saham treasuri (500 lbr x Rp700) 350,000

SAHAM PREFEREN

Saham preferen (preferred stock) adalah saham yang memiliki kelebihan keutamaan (hak)
dibandingkan saham biasa. Tentang hak saham preferen yang lebih diutamakan daripada saham
biasa, ini ditekankan oleh kata prefer (merupakan kata dalam bahasa Inggris yang artinya lebih suka).
Adapun hak-hak yang lebih diutamakan (didahulukan) tersebut adalah hak untuk mendapatkan
dividen dan hak untuk mendapatkan pembagian aset sebagai hasil likuidasi (pembubaran)
perusahaan.

Karakteristik saham preferen :

- Preferensi atas dividen


- Preferensi atas aktiva pada saat likuidasi
- Dapat dikonversi menjadi saham biasa
- Dapat ditebus pada opsi perseron
- Tidak mempunyai hak suara

Jenis Saham Preferen :

1. Saham Preferen Kumulatif

Dinyatakan bahwa jika perseroan gagal membayar dividen dalam satu tahun, maka harus dibayarkan
dalam tahun berikutnya sebelum laba dapat dbagikan kepada pemegang saham biasa

AKM 2 / MATERI 3 10
Ekuitas : Modal Disetor | Barlia Annis

2. Saham Preferen Partisipasi

Pemegang saham ini membagi rata dengan pemegang saham biasa setiap pembagian laba di luar
tingkat yang ditentukan.

3. Saham Preferen Konvertibel

Mengizinkan pemegang saham, menurut opsinya, menukar saham preferen menjadi saham biasa
pada rasio yang telah ditentukan sebelumnya.

4. Saham Preferen yang Dapat Ditarik

Mengizinkan perusahaan penerbit saham untuk menarik atau menebus, pada opsinya, saham
preferen yang beredar pada tanggal tertentu di masa depan dan pada harga yang telah ditentukan.

5. Saham Preferen yang Dapat Ditebus

Terbitan saham preferen yang mempunyai karakter yang membuat sekuritas itu bersifat seperti
hutang (mempunyai kewajiban hukum untuk membayar) dan bukan seperti instrument ekuitas.
Misalnya pada saham preferen yang dapat ditebus ini mempunyai periode penebusan wajib atau
karakter penebusan yang tidak dapat dikontrol oleh perusahaan penerbit saham.

Akuntansi dan Pelaporan Saham Preferen

Akuntansi saham preferen pada saat penerbitannya sama dengan akuntansi saham biasa.
Perusahaan mengalokasikan proceeds antara nilai pari saham preferen dan tambahan modal disetor.
Kebalikan dengan obligasi konvertibel (dicatat sebagai kewajiban saat tanggal penerbitan),
perusahaan memasukkan saham preferen konvertibel sebagai ekuitas pemegang saham. Di samping
itu, ketika menerbitkan saham preferen konvertibel, tidak ada justifikasi teoritis untuk mengakui
keuntungan atau kerugian. Perusahaan tidak mengakui keuntungan atau kerugian ketika berurusan
dengan pemegang saham dalam kapasitas mereka sebagai pemilik perusahaan. Namun perusahaan
memakai metode nilai buku : mendebit saham preferen dan tambahan modal disetor yang terkait
dan mengkredit saham biasa dan tambahan modal disetor (apabila ada kelebihan)

Contoh :

PT MNO menerbitkan 5.000 lembar saham preferen dengan nilai pari Rp 300 dengan harga Rp 1.000
per lembar saham.

Jurnalnya :

Kas (5.000 lbr x Rp1000) 5,000,000


Saham Preferen (5.000 lbr x Rp300) 1,500,000
Agio saham preferen 3,500,000

=================================== S E L E S A I =====================================

Sumber :

AKM 2 / MATERI 3 11
Ekuitas : Modal Disetor | Barlia Annis

Intermediate Accounting Kieso, Weygandt, Walfield, IFRS edition, John Wiley.

http://sashaannisa18.blogspot.com/2014/03/rangkuman-akuntansi-keuangan-ii-bab-15.html

https://akurniawan1920.wordpress.com/2019/02/18/akuntansi-keuangan-menengah-ekuitas/
http://aniswirdaasyek.blogspot.com/2016/12/akuntansi-keuangan-menengah-2-ekuitas.html

https://www.academia.edu/27453980/Akuntansi_Keuangan_2_-_Pertemuan_3_-_Ekuitas

Standar Akuntansi Keuangan Dewan Standar Akuntansi Keuangan, IAI

AKM 2 / MATERI 3 12

Anda mungkin juga menyukai