melengkapi; yaitu aspek fisiologis dan aspek psikologis. Yang pertama lebih
memfokuskan diri pada hal-hal yang konkret dan rasional; sedang yang kedua,
lebih mengarah pada dimensi emosional. Untuk mendapatkan pengertian
komprehensif tentang kepemimpinan, maka masing-masing pendekatan tersebut
harus mendapat porsi yang seimbang. Pada kesempatan yang terbatas ini, tulisan
ini membatasi diri pada telaah aspek psikologis saja.
KEMAMPUAN “ACTUATING”
MODEL PENDEKATAN
Dalam teori kepemimpinan dikenal tiga model pendekatan dasar, yaitu: (1) model
sifat (trait model), yang memusatkan bawahannya pada karakteristik personal
pemimpin; (2) model perilaku (behavioral model), yang memusatkan pada
tindakan pemimpin; (3) model kontinjensi (contingency model), yang menilai
hubungan antara karakterisitik situasi yang ada dengan perilaku yang dimiliki
seorang pemimpin.
Konflik akan memiliki konotasi positif dan negatif, tergantung pada cara pemimpin
memandang hakikat konflik dan pengaruhnya terhadap efekvifitas pencapaian
tujuan organisasi. Bila pandangan negatif, maka dia akan memandang orang
(individu atau kelompok) sebagai oposisi bagi dirinya. Dalam hal ini konflik akan
dipandang sebagai agresi (serangan), kekerasan dan kompetisi yang merusak.
Pandangan yang negatif terhadap konflik akan mewarnai sikap pemimpin untuk
mengutamakan kemenangan dari pada timbulnya pemecahan masalah yang
efektif bagi organisasi yang eksesnya akan menghambat pemecahan masalah
secara fair.