Anda di halaman 1dari 13

Tugas resume

Pertemuan 12
“kepemimpinan”

Kelompok 1

Ketua : Julia Kasih 041911535019

Anggota : Rayhan Dewangga Saputra 041911535026

Clementino Bramedsa 041911535030


Muhammad Dzakwan Ihza Mahendra 041911535035
Hendrawan Purnama Setya Putra 041911535038
Hakikat Kepemimpinan

 3 aspek kepemimpinan yang paling menonjol: manusia, pengaruh dan tujuan. Kepemimpinan
dijalankan oleh manusia, melibatkan penggunaan pengaruh, dan digunakan untuk mencapai
tujuan. Pengaruh berarti bahwa hubungan antara manusia tidak terjadi secara pasif. Lebih jauh,
pengaruh dirancang untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu.
 Kepemimpinan (leadership) didefinisikan sebagai kemampuan untuk memengaruhi orang lain
guna mencapai tujuan organisasi. Definisi ini menangkap pemikiran bahwa pemimpin terlibat
dengan orang lain dalam mencapai tujuan. Kepemimpinan bersifat timbal-balik dan dilakukan
antara manusia. Kepemimpinan merupakan kegiatan “manusia”, yang berbeda dengan kegiatan
persuratan administrative atau pemecahan masalah.

Kepemimpinan Masa Kini

 Kepemimpinan tingkat 5
Konsep ini diungkap oleh jim collins tahun 2001, namun makin mengemuka penerapannya.
Dikemukakan bahwa kunci penting yang memungkinkan perusahaan menjadi hebat adalah
memiliki kepemimpinan tingkat 5. “tingkat 5” mengacu pada tingkat tertinggi dalam hierarki
kemampuan eksekutif yang diidentifikasi oleh collin selama penelitiannya. Pemimpin di empat
tingkatan lainnya dalam hierarki dapat menghasilkan tingkat kesuksesan yang tinggi namun tidak
cukup untuk mengangkat perusahaan dari segi sedang hingga mencapai kesempurnaan yang
berkelanjutan.
Empat lapisan lainnya, masing-masing sesuai dengan karakternya sendiri namun tidak pada
kemampuan di tingkat 5. Seroang individu tidak perlu mengembangkan secara berurutan pada
setiap tingkat hierarki untuk mencapai puncak, namun untuk menjadi level 5 penuh memerlukan
kemampuan dari semua tingkat bawah, ditambah karakteristik khusus level 5.
Berikut adalah detail dari 5 level:
Tingkat 5, eksekutif: membangun kebesaran yang abadi melalui kombinasi kerendahan hati dan
kemauan pribadi yang paradoks. Tingkat 4, pemimpin yang efektif, tingkat 3, competent
manager, tingkat 2, anggota tim yang berkontribusi: dan tingkat 1, adalah individu yang sangat
mampu memberikan kontribusi produktif melalui bakat, pengetahuan, keterampilan, dan
kebiasaan kerja yang baik.
Pemimpin tingkat 5 adalah individu yang memadukan kerendahan hati yang ekstrem dengan
kehendak profesional yang kuat. Konsep ini mirip dengan konsep ki hadjar dewantoro: ing ngarso
dinyanyikan tulodo; hal ini sama dengan rendah hati, sederhana, menunjukkan kasih sayang dan
perhatian, tulus. Di madyo mangun karso sama dengan profesionalisme. Tut wuri handayani sama
dengan mekanisme kepemimpinan melalui pendelegasian
 Kepemimpinan interaktif
Fokus untuk menekan ambisi pribadi dan membangun potensi orang lain juga merupakan cirri
utama kepemimpinan interaktif. Kepemimpinan interaktif berarti bahwa pemimpin lebih
menyukai proses konsensual dan kolaboratif, serta pengaruh muncul lewat hubungan, bukan
kekuasaan posisi dan kewenangan formal.
Minat terhadap kepemimpinan interaktif tumbuh sebagiannya karena pengamatan terhadap
perbedaan cara memimpin perempuan dan laki-laki. Penelitian menunjukkan bahwa gaya
kepemimpinan perempuan biasanya berbeda dengan gaya kepemimpinan kebanyakan laki-laki,
dan sangat cocok untuk organisasi masa kini. Ciri-ciri kepemimpinan interaktif melejit sebagai
kualitas berharga dari pemimpin laki-laki dan perempuan di tempat kerja masa kini. Nilai-nilai
kepemimpinan interaktif meliputi bersikap rendah hati, merangkul semua orang, membina
hubungan, dan peduli.

Dari Manajemen Ke Kepimimpinan

Manajemen dan kepemimpinan mencerminkan dua rangkaian kualitas dan keterampilan yang sering
bertumpang tindih dalam pribadi seseorang. Seseorang bisa lebih cenderung kepada satu rangkaian
kualitas, namun seorang manajer idealnya mencapai keseimbangan kualitas manajer maupun pemimpin.
Perbedaan utama antara manajemen dan kepemimpinan adalah manajemen mengutamakan stabilitas,
ketertiban dan pemecahan masalah di struktur dan sistem organisasi yang ada.

 Kualitas manajer : pikiran yang meliputi rasional, siap berbagi saran, gigih , pemecah masalah,
teguh, analitis, terstruktur, waspada, berwibawa, menstabilkan, kekuatan posisis.
 Kualitas pemimpin : jiwa yang meliputi visioner, bergairah, kreatif, fleksibel, menginspirasi,
inovatif, berani, imajinatif, eksperimentasi, memulai perubahan, kekuatan pribadi.

Kepemimpinan tidak dapat menggantikan manajemen, melainkan harus melengkapinya. Manajemen yang
baik diperlukan untuk membantu organisasi memenuhi komitmen yang ada, sementara kepemimpinan
yang baik diperlukan untuk membawa organisasi ke masa depan. Kekuatan kepemimpinan muncul karena
dibangun di atas fondasi organisasi yang dikelola dengan baik.

Karakter Kepemimpinan
Karakter adalah ciri pribadi pemimpin yang menonjol, seperti kecerdasan, kejujuran, kepercayaan diri,
dan bahkan penampilan. Selain karakter pribadi mereka, karakter fisik, sosial, dan yang berhubungan
dengan pekerjaan mereka.

 Karakter fisik : energi dan stamina fisik


 Kepribadian : kepercayaan diri, kejujuran dan integritas, antusiasme, hasrat memimpin,
kemandirian.
 Karakter terkait pekerjaan : dorongan berprestasi, hasrat untuk unggul, kewaspadaan dalam
mencapai tujuan, kegigihan menghadapi rintangan, dan keuletan.
 Kecerdasan & kemampuan : kecerdasan, kemampuan kognitif, pengetahuan, penilaian, dan
ketegasan.
 Karakter sosial : kesosialan, keterampilan interpersonal, kerjasama, kemampuan mendapat
kerjasama, kebijakan, dan diplomasi.
 Latar belakang sosial : pendidikan, dan monilitas.

Namun, karakter-karakter tersebut tidak berdiri sendiri.kepatutan suatu karakter atau kumpulan karakter
bergantung kepada situasi kepemimpinan. Karakter yang sama tidak selalu berlaku untuk semua
organisasi. Penelitian lebih lanjut memperluas pemahaman tentang kepemimpinan dengan melampaui
karakter pribadi individu dan berfokus kepada dinamika hubungan antara pemimpin dan pengikut.

Pendekatan-Pendekatan

 Pendekatan perilaku
 Penelitian ohio state
Penelitian univeristas ohio tentang pola perilaku kepemimpinan dilakukan pada tahun 1950-
an. Para peneliti mengidentifikasi kategori pola perilaku kepemimpinandan mengembangkan
kuesioner yang menjelaskan perilaku ini. Hasil penelitian universitas ohio diawali dengan
lebih dari 1000 dimensi yang akhirnya dipersempit menjadi 2(dua) kategori penelitian, yaitu:
a) Konsiderasi/ pertimbangan
Dimensi ini berkonsentrasi pada hubungan interpersonal dengan karakteristik pemimpin
yang menunjukkan sikap bersahabat, selalu mendukung dan berusaha untuk memenuhi
apa yang menjadi kebutuhan bawahannya untuk mencapai tujuan bersama.
b) Struktur inisiasi/ struktur permulaan
Dimensi ini menjelaskan para pemimpin yang berkonsentrasi pada tujuan dan target
penyelesaian tugas dengan membuat pola organisasi dengan membagi tanggung jawab dan
peran antara pemimpin dan bawahannya.
 Penilitian michigan
Fokus dari penelitian universitas michigan adalah mengidentifikasi hubungan antara kebiasaan
pemimpin, kinerja kelompok dan hasil dari kinerja kelompok tersebut.penelitian universitas
michigan ini menemukan 3 tipe kebiasaan kepemimpinan.
a) Berorientasi pada tugas
Pemimpin bekerja berdasarkan pengelompokan tugas antara atasan dan
bawahan.pemimpin berkonsentrasi pada fungsi tugas seperti perencanaan, penjadwalan,
koordinasi aktifitas bawahan dan menyediakan kebutuhan bawahan terkait hal teknis.
b) Berorientasi pada hubungan
Pemimpin memposisikan diri sebagai pihak yang dapat mendukung bawahannya dengan
menunjukkan kepercayaan dan bersikap bersahabat serta selalu mencoba untuk mengerti
permasalahan bawahan.
c) Berorientasi pada partisipasi
Pemimpin pada tipe ini selalu melibatkan bawahannya dalam pengambilan keputusan.
Peran pemimpin mengarahkan kelompok dalam diskusi penyelesaian masalah dengan
berpikir konstruktif dan berorientasi pada target penyelesaian masalah.
 Kisi-kisi kepemimpinan
Teori kepemimpinan dua dimensi yang mengukur perhatian pemimpin terhadap manusia dan
produksi. Berikut model beserta lima dari ketujuh gaya manajemen utamanya dengan setiap
sumbu pada kisi-kisi memiliki sembilan titik, dengan angka 1 berarti perhatian kecil dan 9
berarti perhatian besar.
1. Manajemen tim (9,9) sering diangggap sebagai gaya paling efektif dan disarankan
bagi pemimpin karena anggota organisasi bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan
tugas-tugas.
2. Manajemen klub olahraga (1,9) terjadi ketika perhatian utama lebih diberikan kepeda
manusia daripada hasil kerja.
3. Manajemen pemenuhan kewenangan (9,1) terjadi ketika efisiensi operasi menjadi
orientasi utama.
4. Manajemen jalan tengah (5,5) mencerminkan perhatian sekadarnya terhadap manusia
maupun produksi.
5. Manajemen melarat (1,1) mencerminkan tidak adanya falsafah manajemen, yang
berarti manajer tidak banyak menangani hubungan interpersonal atau prestasi kerja.

 Pendekatan kontingensi
Pendekatan kontingensi merupakan sebuah cara berfikir yang komparatif (berdasarkan
perbandingan) baru diantara teori-teori manajemen yang telah dikenal. Manajemen kontingensi
berupaya untuk melangkah keluar dari prinsip-prinsip manajemen yang dapat diterapkan dan
menuju kondisi situasional.
 Teori situasional hersey dan blanchard
Teori kepemimpinan situasional, teori ini dikembangkan oleh paul hersey dan kenneth
blanchard. Kepemimpinan situasional menurut harsey dan blanchard adalah didasarkan pada
saling berhubungannya diantara hal-hal berikut: jumlah petunjuk dan pengarahan yang
diberikan oleh pimpinan, jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan dan
tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukan dalam melaksankan tiugas
khusus, fungsi atau tujuan tertentu.
Model ini didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuan diagnosis bagi seorang manajer tidak
bisa diabaikan , seperti terlihat pada “manajer yang berhasil harus seorang pendiagnosis yang
baik dan dapat menghargai semangat mencari tahu”. Apabila kemampuan motif serta
kebutuhan bawahan sangat bervariasi , seorang pemimpin harus mempunyai kepekaan dan
kemampuan mendiagnosis agar mampu membaca dan menerima perbedaan- perbedaan itu.
 Teori kontingensi fiedler
Teori atau model kontingensi fiedler, 196 sering disebut teori situasional karena teori ini
mengemukakan kepemimpinan yang tergantung pada situasi. Model atau teori kontingensi
fiedler melihat bahwa kelompok efektif tergantung pada kecocokan antara gaya pemimpin
yang berinteraksi dengan subordinatnya sehingga situasi menjadi pengendali dan berpengaruh
terhadap pemimpin. Kepemimpinan tidak akan terjadi dalam satu kevakuman sosial atau
lingkungan.
 Mencocokkan gaya pemimpin dengan situasi
Gaya kepemimpinan situasional merupakan gaya kepemimpinan yang dilakukan berdasarkan
situasi yang ada. Penggunaan situasi untuk menentukan apa saja hal yang akan dilakukan akan
sangat penting agar suatu organisasi bisa berjalan dengan baik. Perubahan situasi akan
menyebabkan perubahan kebutuhan yang ada pada anak buah. Perbedaan tersebut menjadikan
pemimpin harus memilih gaya kepemimpinan yang berbeda di situasi anak buah yang berbeda.
Hal ini dilakukan agar setiap anak buah dipahami oleh pemimpin apa yang sedang
dibutuhkannya dalam mengerjakan tugas dari pemimpin. Pengetahuan pemimpin terhadap apa
yang dibutuhkan oleh anak buah hendaknya segera dipenuhi oleh pemimpin agar anak buah
tersebut bisa bekerja secara lebih optimal.
 Pengganti kepemimpinan
Pengganti kepemimpinan menguraikan latar organisasi yang tidak memerlukan atau tidak
mementingkan gaya kepemimpinan.
Pengganti : kepemimpinan menyebabkan gaya kepemimpinan tidak diperlukan lagi.
Pembatalan : meniadakan gaya kepemimpinan dan mencegah pemimpin menunjukkan
perilaku tertentu.

Kepemimpinan karismatik dan transformasional

 Kepemimpinan karismatik dan visioner


Kepemimpinan karismatik adalah gaya kepemimpinan yang membuat para anggota yang di
pimpinnya mengikuti inovasi inovasi yang di ajukan oleh pemimpin ini. Pemimpin karismatik
visioner mengekpresikan visi bersama mengenai masa depan. Sedangkan pemimpin karismatik di
masa krisis akan menunjukkan pengaruhnya ketika system harus menghadapi situasi dimana
pengetahuan, informasi, dan prosedur yang ada tidak mencukupi (ian i. Mirtoff, 2004).
Sedangkan yang dimaksud dengan seorangpemimpin yang visioner adalah seorang yang sangat
responsive. Artinya dia selalutanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan dan impian
dari mereka yang dipimpinnya. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari
setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi organisasinya.
Gaya kepemimpinan kharismatik dan visioner dianggap penting karena para pemimpin yang
karismatik mempunyai daya tarik tersendiri sehingga dapat membuat para bawahannya untuk
mengikutinya. Sedangkan kepemimpinan yang visioner selalu dapat mengemukakan ide-ide baik
dalam masa krisis ataupun ide-ide yang fleksibel yang dapat mengikuti perkembangan jaman.
Cirri-ciri utama kepemimpinan visioner adalah:
1. Berwawasan ke masa depan, bertindak sebagai motivator, berorientasi pada the best
performance.
2. Mampu menggalang orang lain untuk kerja keras dan kerjasama dalam menggapai tujuan.
3. Mampu merumuskan visi yang jelas, inspirasional dan menggugah, mengelola mimpi
menjadi kenyataan.
4. Mampu memberi inspirasi, memotivasi orang lain untuk bekerja lebihkreatif dan bekerja
lebih keras.
5. Mampu mengubah visi ke dalam aksi
 Kepemimpinan transformasional versus kepemimpinan transaksional
 Pengertian kepemimpinan transaksional
Burns mendefinisikan kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang memotivasi
bawahan atau pengikut dengan minat-minat pribadinya. Kepemimpinan transaksional juga
melibatkan nilai-nilai akan tetapi nilai-nilai itu relevan sebatas proses pertukaran (exchange
process), tidak langsung menyentuh substansi perubahan yang dikehendaki. Kudisch,
mengemukakan kepemimpinan transaksional dapat digambarkan sebagai :
1. Mempertukarkan sesuatu yang berharga bagi yang lain antara pemimpin dan
bawahannya.
2. Intervensi yang dilakukan sebagai proses organisasional untuk mengendalikan dan
memperbaiki kesalahan.
3. Reaksi atas tidak tercapainya standar yang telah ditentukan.

Kepemimpinan transaksional menurut metcalfe (2000) pemimpin transaksional harus


memiliki informasi yang jelas tentang apa yang dibutuhkan dan diinginkan bawahannya dan
harus memberikan balikan yang konstruktif untuk mempertahankan bawahan pada tugasnya.
Pada hubungan transaksional, pemimpin menjanjikan dan memberikan penghargaan kepada
bawahannya yang berkinerja baik, serta mengancam dan mendisiplinkan bawahannya yang
berkinerja buruk. Bernard m. Bass mengemukakan kepemimpinan transaksional adalah
kepemimpinan di mana pemimpin menentukan apa yang harus dikerjakan oleh karyawan agar
mereka dapat mencapai tujuan mereka sendiri atau organisasi dan membantu karyawan agar
memperoleh kepercayaan dalam mengerjakan tugas tersebut. Jadi kepemimpinan
transaksional merupakan sebuah kepemimpinan dimana seorang pemimpin mendorong
bawahannya untuk bekerja dengan menyediakan sumberdaya dan penghargaan sebagai
imbalan untuk motivasi, produktivitas dan pencapaian tugas yang efektif.

 Ciri-ciri kepemimpinan transaksional.


Kepemimpinan transaksional sangat memperhatikan nilai moral seperti kejujuran, keadilan,
kesetiaan dan dan tanggung. Kepemimpinan ini membantu orang ke dalam kesepakatan yang
jelas, tulus hati, dan memperhitungkan hak-hak serta kebutuhan orang lain. Inilah
kepemimpinan kepala sekolah dengan mendengarkan keluhan dan perhatian berbagai
partisipan, memutuskan perdebatan dengan adil, membuat orang bertanggungjawab atas target
kerja mereka, menyediakan sumberdaya yang diperlukan demi pencapaian tujuan.
Kepemimpinan transaksional menurut bass memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Contingent reward: Kontrak pertukaran penghargaan untuk usaha, penghargaan yang
dijanjikan untuk kinerja yang baik, mengakui pencapaian.
2. Active management by exception: Melihat dan mencari penyimpangan dari aturan
atau standar, mengambil tindakan perbaikan.
3. Pasive management by exception: Intervensi hanya jika standar tidak tercapai.
4. Laissez-faire: Melepaskan tanggung jawab, menghindari pengambilan keputusan.
 Pengertian kepemimpinan transformasional.
Istilah kepemimpinan transformasional terdiri dari dua kata yaitu kepemimpinan (leadership)
dan transformasional (transformational). Kepemimpinan adalah setiap tindakan yang yang
dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada
individu atau kelompok lain lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Mcfarlan (1978) mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu proses dimana pimpinan
dilukiskan akan memberi perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses mempengaruhi
pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut
pfiffner (1980) kepemimpinan adalah seni mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu
atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Istilah transformasional berinduk dari kata to transform, yang bermakna mentransformasikan
atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda. Misalnya, mengubah energi
potensial menjadi energi aktual atau motif berprestasi menjadi prestasi riil. Jadi, seorang
kepala sekolah bisa disebut menerapkan kaidah kepemimpinan transformasional, jika dia
mampu mengubah sumber daya baik manusia, instrumen, maupun situasi untuk mencapai
tujuan-tujuan reformasi sekolah.
Kepemimpinan transformasional adalah kemampuan seorang pemimpin dalam bekerja dengan
dan atau melalui orang lain untuk mentransformasikan secara optimal sumber daya organisasi
dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target capaian yang telah
ditetapkan. Sumber daya yang dimaksud yaitu sumber daya manusia seperti pimpinan, staf,
bawahan, tenaga ahli, guru, dosen, peneliti, dan lain-lain. Berkaitan dengan kepemimpinan
transformasional ini, leithwood, dkk (1999) mengemukakan : Transformational leadership is
seen to be sensitive to organization building, developing shared vision, distributing leadership
and building school culture necessary to current restructuring efforts in schools.
Kepemimpinan transformasional menggiring sdm yang dipimpin ke arah tumbuhnya
sensitivitas pembinaan dan pengembangan organisasi, pengembangam visi secara bersama,
pendistribusian kewenangan kepemimpinan, dan membangun kultur organisasi sekolah yang
menjadi keharusan dalam skema restrukturisasi sekolah.
 Ciri-ciri kepemimpinan transformasional
1. Mampu mendorong pengikut untuk menyadari pentingnya hasil pekerjaan.
2. Mendorong pengikut untuk lebih mendahulukan kepentingan organisasi.
3. Mendorong untuk mencapai kebutuhan yang lebih tinggi.
Kepemimpinan transformasional menurut bernard m. Bass memiliki karakteristik yang
membedakan dengan gaya kepemimpinan yang lainnya diantaranya:

1. Charisma: Memberikan visi dan misi yang masuk akal, menimbulkan kebanggaan,
menimbulkan rasa hormat dan percaya.
2. Inspiration: Mengkomunikasikan harapan yang tinggi, menggunakan simbol untuk
memfokuskan upaya, mengekspresikan tujuan penting dengan cara yang sederhana.
3. Intellectual stimulation: Meningkatkan intelegensi, rasionalitas, dan pemecahan
masalah secara teliti.
4. Individualized consideration: Memberikan perhatian pribadi, melakukan pelatihan
dan konsultasi kepada setiap bawahan secara individual.

Kepengikutan

Dimensi pertama adalah berpikir kritis dan mandiri, yang dikembalikan dengan berpikir tidak kritis dan
bergantung. Pemikir kritis, berpikir mandiri dan menyadari dampak perilaku mereka sendiri dalam
mencapai tujuan organisasi. Berpikir tidak kritis, gagal memikirkan kemungkinan di luar perintah yang
diterima, menerima pemikiran orang lain tanpa berpikir.

 Pengikut terasing : pengikut hanya memperhatikan kekurangan atasa (pimpinan) , bersikap sinis
dan mampu bepikir mandiri, namun tidak ikut serta dalam memecahan kekurangan yang mereka
lihat.
 Konformis : pengikut berpartisipasi, namun tidak memikirkan dampak yang akan diterima
meskipun beresiko berbahaya.
 Orang bertahan pragmatis : pengikut menggunakan gaya mana yang paling sesuai dengan
posisinya untuk memperkecil risiko. Pragmatis sering muncul ketika organisasi melalui masa
sulit.
 Pengikut Pasif : pengikut tidak menunjukan inisiatif maupun rasa tanggungjawab. Kegiatan
mereka terbatas mengerjakan apa yang atasan perintahkan/awasi.
 Pengikut Efektif : pengikut berani mengelola ke arah atasan, memelopori perubahan, dan
menghadapi risiko atau konflik dengan atasan jika mereka percaya hal itu adalah yang terbaik
bagi organisasi.

Kekuasaan dan pengaruh

 Kekuasaan posisi
Kekuasaan yang didapat dari wewenang formal organisasi. Kekuasaan berkaitan erat dengan
pengaruh (influence) yaitu tindakan atau contoh tingkah laku yang menyebabkan perubahan sikap
atau tingkah laku orang lain atau kelompok.
 Kekuasaan sah
Kekuasaan formal yang diperoleh berdasarkan hukum atau aturan yang timbul dari
pengakuan seseorang yang dipengaruhi bahwa pemberi pengaruh berhak menggunakan
pengaruh sampai pada batas tertentu.
 Kekuasaan imbalan
Kekuasaan balas jasa (reward) ini timbul karena posisi atau jabatan seseorang yang
memungkinkan dirinya memberikan penghargaan atau imbalan terhadap pekerjaan ataupun
tugas yang dilakukan oleh orang lain.
 Kekuasaan hukuman
Kekuasaan hukuman berarti, kewenangan untuk menghukum atau merekomendasikan
hukuman. Manajer memiliki kekuasaan hukuman jika mereka berhak memecat atau
menurunkan jabatan pegawai, mengkritik, atau mengurangi gaji.
 Kekuasaan pribadi
Kekuasaan yang didapat dari para pengikut dan didasarkan pada seberapa besar pengikut
mengagumi, respek dan terikat pada pemimpin.
 Kekuasaan ahli
Kekuasaan keahlian atau expert power ini muncul karena adanya keahlian ataupun
keterampilan yang dimiliki oleh seseorang. Seringkali seseorang yang memiliki pengalaman
dan keahlian tertentu memiliki kekuasaan ahli dalam suatu organisasi meskipun orang
tersebut bukanlah manajer ataupun pemimpin. Individu-individu yang memiliki
keterampilan/keahlian tersebut biasanya dipercayai oleh manajernya untuk membimbing
karyawan lainnya dengan benar.
 Kekuasaan rujukan
Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang didasarkan pada indentifikasi
pemberi pengaruh yang menjadi contoh atau panutan bagi yang dipengaruhi. (karisma,
keberanian, simpatik dan lain-lain).
 Sumber kekuasaan lain
 Upaya pribadi
Orang yang menunjukan inisiatif, bekerja melebihi yang diharapkan dari mereka,
mengerjakan proyek yang tidak disukai namun penting, serta menunjukan minat belajar
tentang organisasi dan bisnis sering memperoleh kekuasaan.
 Jejaring hubungan
Orang yang berkecimpung di jejaring hubungan memiliki kekuasaan yang lebih besar
 Informasi
Sumber daya bisnis utama dan orang yang memiliki akses terhadap informasi dan
mengendalikan bagaimana dan untuk siapa informasi didistribusikan biasanya kuat.
 Taktik pengaruh interpersonal
1. Gunakan persuasi yang rasional
2. Buat orang lain menyukai anda
3. Andalkan aturan timbal balik
4. Bangun aliansi
5. Minta apa yang anda inginkan
6. Manfaatkan kewenangan yang lebih tinggi
7. Berikan imbalan atas perilaku yang anda inginkan

Konsep pengaruh

Keberadaan pengaruh dalam suatu kepemimpinan memiliki andil yang besar, yaitu dalam
hal menyampaikan gagasan, mendapatkan penerimaan dari kebijakan atau rencana dan
untuk memotivasi orang lain agar mendukung dan melaksanakan berbagai keputusan
yang sudah di tetapkan. Jika kekuasaan merupakan kapasitas untuk menjalankan
pengaruh, maka cara kekuasaan itu dilaksanakan berkaitan dengan perilaku
mempengaruhi. Oleh karena itu, cara kekuasaan itu dijalankan dalam berbagai bentuk
perilaku mempengaruhi dan proses-proses mempengaruhi yang timbal-balik antara
pemimpin dan pengikut, juga akan menentukan efektivitas kepemimpinan.

Kepemimpinan sebagai pelayanan

 Kepemimpinan abdi
Pemimpin abdi adalah pemimpin yang bekerja untuk memenuhi tujuan dan kebutuhan
bawahan mereka, dan mewujudkan tujuan atau misi lebih besar dari organisasi mereka.
Konsep kepemimpinan abdi yang digagas pertama kali oleh robert greenleaf di tahun 1970 ini
kembali menerima sorotan selama beberapa tahun belakanan dengan banyaknya perusahaan yang
bangkit dari skandal etika dan bersaing untuk menarik dan mempertahankan bakat-bakat terbaik.
Pemimpin abdi melampoi kepentingan diri mereka sendiri untuk melayani orang lain dari
organisasi. Mereka bekerja pada dua tingkat : untuk pemenuhan tujuan dan kebutuhan bawahan
mereka, dan perwujudan tujuan atau misi lebih besar dari organisassi mereka. Pemimpin abdi
banyak bekerja di organisasi nonprofit karena memberikan cara alamiah bagi mereka menerapkan
dorongan kepemimpinan dan keahlian untuk melayani orang lain.
 Kepemimpinan moral
Kepemimpinan moral melakukan hal yang benar. Ini berarti memperlihatkan perilaku
adil, jujur, baik, dan patut dalam melaksanakan kepemimpinan. Jelas bahwa kepemimpinan moral
memerlukan keberanian, yaitu kemampuan untuk menghadapi rasa takut dan bertindak menurut
nilai-nilai dan nurani. Kepemimpinan moral terkait dengan membedakan yang benar dari yang
salah dan memilih melakukan hal yang benar dalam melaksanakan kepemimpinan.

Anda mungkin juga menyukai