Anda di halaman 1dari 9

RAYHAN DEWANGGA SAPUTRA

041911535026

RESUME TM 13

“MEMIMPIN TIM”

Pengertian dan Konsep Tim

Tim (team) unit dari dua atau lebih orang yang berinteraksi dan mengoordinassikan kerja mereka
untuk mencapai tujuan tertentu.

• Definisi tim memiliki tiga komponen:


1. Diperlukan dua orang atau lebih,
2. Orang-orang dalam sebuah tim akan melakukan interaksi secara rutin, dan
3. Orang-orang dalam tim memiliki tujuan kerja.

Meskipun tim adalah sekelompok orang-orang, kedua istilah tersebut tidak memiliki makna yang
sama. Berikut perbedaan tim dengan kelompok:

• Kelompok:
1. Memiliki orang yang ditugasi sebagai pemimpin,
2. Menempatkan langsung tanggung jawab ditangan individu,
3. Memiliki tujuan yang serupa untuk kelompok dan organisasi,
4. Memiliki hasil kerja individu,
5. Menjalankan rapat yang efisien,
6. Mengukur keefektifan secara tidak langsung dengan hal-hal memengaruhi bisnis
(seperti kinerja keuangan), dan
7. Mendiskusikan, memutuskan, dan mendelegasikan kerja pada individu.
• Tim:
1. Berbagi atau menggilirkan peran pemimpin,
2. Menempatkan tanggung jawab bersama pada tim,
3. Menentukan visi dan tujuan spesifik untuk tim,
4. Memiliki hasil kerja kolektif ,
5. Menjalankan rapat yang mendorong terciptanya diskusi terbuka dan penyelesaian
masalah,
6. Mengukur keefektifan secara langsung dengan menilai kerja kolektif, dan
7. Mendiskusikan, memutuskan dan membagi pekerjaan.

Sebagian orang sangat menyukai ide kerja tim, sebagian lainnya tidak suka, dan banyak orang
memiliki emosi yang positif maupun negatif terhadap kerja tim. Ada tiga alasan utama mengapa
tim memberikan dilema pada sebagian besar orang:

• Kita harus mengesampingkan kemandirian kita,


• Kita harus berhadapan dengan pembonceng, dan
• Tim terkadang menjadi kehilangan fungsi.

Lima disfungsi yang biasa terjadi didalam tim:

1. Kurangnya kepercayaan,
2. Ketakutan akan konflik,
3. Kurangnya komitmen,
4. Penghindaran akuntabilitas, dan
5. Kurangnya perhatian pada hasil.

Jenis-Jenis dan Karakteristik Tim

• Tim Formal : tim yang dibentuk oleh organisasi untuk menjadi bagian dari struktur
formal dari organisasi tersebut
1. Tim vertikal : tim formal yang terdiri atas manajer dan bawahannya dalam rantai
perintah formal dalam sebuah organisasi. Vetikal tim sering disebut sebagai tim
fungsional atau tim perintah.
2. Tim horizontal : tim formal yang terdiri pegawai-pegawai dan tingkat hierarki yang
sama tetapi dari area keahlian yang berbeda, sering disebut gugus tugas.
Tim horizontal terdiri atas: tim lintas fungsi, komite, dan tim dengan tujuan khusus
➢ Tim lintas fungsi: sekelompok pegawai dari beberapa departemen berbeda
yang dibentuk untuk menangani aktivitas tertentu dan akan berakhir ketika
aktivitas tersebut selesai.
➢ Komite: tim yang bertahan lama, terkadang permanen dalam struktur
organisasi yang dibentuk untuk menghadapi permasalahan yang timbul secara
rutin.
➢ Tim dengan tujuan khusus: tim yang dibentuk di luar organisasi formal untuk
menjalankan proyek penting dan membutuhkan kreativitas tersendiri.
• Tim yang Diarahkan Sendiri
Ada tim yang dibentuk untuk meningkatkan pekerjaan dalam melakukan pengambilan
keputusan dan melaksanakan pekerjaan mereka dengan tujuan untuk meningkatkan
kinerja, dengan membentuk tim penyelesaian masalah, dan tim yang diarahkan sendiri.
1. Tim penyelesaian masalah
Biasanya terdiri atas 15 hingga 12 pegawai per jam-an yang berasal dari departemen
yang sama secara sukarela bertemu untuk melakukan diskusi mengenai cara-cara
meningkatkan kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja. Rekomendasi diberikan pada
manajemen untuk disetujui, penerapan yang palingg dikenal dengan siklus kualitas,
yang pertama kali digunakan oleh perusahaan-perusahaan Jepang, dimana para
pegawai fokus pada cara-cara untuk meningkatkan kualitas produksi.
2. Tim yang Diarah Sendiri
➢ Tim yang terdiri atas pegawai-pegawai dengan keterampilan dan fungsi yang
beragam, dan keterampilan-keterampilan yang digabungkan akan cukup
melaksanakan tugas organisasi yang besar.
➢ Tim yang diberikan akses untuk menggunakan sumber daya seperti
informasi,peralatan,mesin,dan pasokan yang dibutuhkan untuk mengerjakan
tugas secara keseluruhan.
➢ Tim yang diberdayakan dengan dibekali wewenang untuk melakukan
pengambilan keputusan, yang berarti anggota-anggotanya memiliki kebebasan
untuk menyeleksi anggota baru, menyelesaikan masalah, membelanjakan
uang, mengawasi hasil, dan membuat rencana untuk masa depan.

Setelah memutuskan jenis tim yang akan digunakan, persoalan berikutnya yang harus
diperhatikan manajer adalah merancang tim agar dapat bekerja secara efektif. Karakteristik tim
yang harus diperhatikan :
• Ukuran: Sebuah tim harus berukuran cukup besar untuk menampung beragam
keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah tugas, memungkinkan
anggota-anggotanya untuk mengungkapkan perasaan yang baik dan buruk, serta
menyelesaikan permasalahan secara agresif.
• Keberagaman: Karena sebuah tim memerlukan keberagaman keterampilan, pengetahuan,
dan pengalaman, kemungkinan besar tim yang bersifat heterogen lebih menguntungkan
daripada tim yang bersifat homogen.
• Peran Anggota: Agar tim dapat sukses dalam jangka waktu yang lama, tim ini harus
disusun sedemikian rupa agar dapat menjaga keamanan sosial para anggotanya serta
menjaga upaya dalam menyelesaikan tugas. Orang-orang yang memainkan spesialis tugas
akan menggunakan waktu dan energinya untuk membantu tim meraih tujuan-tujuannya
mereka serimg kali menunjukkan waktu seperti dibawah ini :
1. Menciptakan ide,
2. Mencari informasi,
3. Meringkas,
4. Menyemangati,
5. Mendorong,
6. Menyelaraskan,
7. Mengurangi ketegangan, dan
8. Melakukan kompromi.

Proses tim

• Tahap-tahap perkembangan tim:


Dalam suatu Organisasi ataupun perusahaan, selain terdapat Struktur Organisasi yang
formal, diperlukan juga membentuk kelompok kerja dalam menyelesaikan suatu
permasalahan yang sedang dihadapinya ataupun mengerjakan suatu proyek khusus.
Anggota dari Kelompok kerja tersebut dapat berasal dari satu departemen itu sendiri
maupun berasal dari beberapa departemen (antar departemen). Dalam pembentukan
kelompok atau Tim, terdapat tahap-tahap yang harus dilewatinya hingga akhirnya
mencapai tujuan dari pembentukan kelompok ataupun Tim tersebut.
Tahap Perkembangan Kelompok
1. Tahap ini merupakan tahap pertama dalam pembentukan kelompok kerja, para
anggota mulai mempelajari tugas yang diberikan dan berkenalan dengan anggota
lainnya. Tahap Forming ini dikarakteristikkan oleh banyaknya ketidakpastian, para
anggota kelompok masih tidak terlalu jelas mengenai Tujuan dan Objective
kelompok, merasa kebingungan, masih menyembunyikan perasaan masing-masing,
keterlibatannya masih kurang.
2. Tahap kedua adalah Tahap timbulnya konflik yang menurut Tuckmen disebut dengan
Storming. Para anggota mulai bekerja tetapi mereka cenderung akan mempertahankan
pendapat mereka sendiri, menolak batasan-batasan yang ditetapkan oleh Kelompok
terhadap Individu mereka. Tahap Storming ini dikarakteristikan oleh konflik Intra
Kelompok. Beberapa tanda-tanda bahwa Kelompok berada di Tahap Storming adalah
timbulnya kemarahan, perasaan menyebalkan, ketidaknyamanan, terjadinya adu
pendapat / konfilik dan kegagalan.
3. Tahap ketiga adalah Tahap Normalisasi (Norming) yaitu Tahap terbentuk hubungan
yang dekat antar anggota kelompok dan menetapkan aturan-aturan serta menemukan
cara komunikasi yang tepat supaya dapat membantu mereka mencapai tujuan yang
diinginkan. Tanda-tanda Kelompok berada di Tahap Norming adalah adanya
peninjauan ulang dan penjelasan mengenai Objective/Tujuan Kelompok, timbulnya
persahabatan dan kerjasama antar anggota kelompok, mulai dapat mendengar
pendapat anggota lain serta dapat meng-identifikasi-kan kekuatan dan kelemahan.
4. Tahap keempat adalah Tahap berkinerja (Performing) dimana semua anggota
kelompok telah dapat bekerja dan berfungsi secara penuh. Pada tahap ini, semua
anggota memiliki kebersamaan, Percaya diri, kreatif, Inisiatif dan semangat yang
tinggi serta Sukses.
5. Tahap kelima adalah Tahap Pembubaran (Adjourning). Tahap ini dikhususkan
untuk Kelompok-kelompok kerja yang bersifat sementara. Setelah suatu proyek
selesai ataupun suatu permasalahan berhasil dituntaskan, kelompok kerja tersebut
akan dibubarkan.
• Kepaduan tim: sejauh mana para anggota tertarik pada timnya dan termotivasi untuk tetap
berada dalam tim tersebut.
Faktor-faktor yang menentukan kepaduan tim:
1. Interaksi tim
2. Tujuan bersama
3. Ketertarikan pribadi pada tim
Dua factor yang mempengaruhi kepaduan tim
1. Adanya kompetisi
2. Kesuksesan tim
• Norma-norma tim: standar perilaku informal yang dianut oleh semua anggota tim dan
dijadikan acuan dalam berperilaku. Norma-norma adalah sesuatu yang berharga karena
norma memberikan kerangka acuan atas apa yang diharapkan dan apa yang diterima.
Empat cara perkembangan norma tim:
1. Keunggulan : teladan perilaku utama
2. Bawaan dari pengalaman lainnya
3. Pernyataan eksplisit dari pemimpin atau anggota
4. Peristiwa penting dalam riwayat tim

Pengerahan Tim yang Inovatif

Beberapa pendekatan baru yang menarik mengenai kerja tim telah dihasilkan dari kemajuan
teknologi informasi, pengharapan pegawai yang berubah, dan globalisasi bisnis. Dua jenis tim
yang makin sering digunakan adalah tim virtual dan tim global.

• Tim Virtual: tim yang berisi anggota-anggota yang terpisah secara geografi dan
organisasi, jarang bertatapan muka secara langsung, dan menjalankan pekerjaan mereka
dengan menggunakan teknologi informasi yang maju.
1. Menggunakan teknologi untuk menjalin hubungan adalah hal yang sangat penting
untuk mengerahkan tim virtual yang baik.
2. Membentuk budaya melalui teknologi dapat dilakukan dengan cara menciptakan
lingkungan virtual dimana orang-orang merasa aman untuk mengungkapkan
kecemasan, mengakui kesalahan, membagi ide, mengakui rasa takut, atau menerima
pertolongan.
3. Mengawasi progres dan memberikan penghargaan pada para anggota berarti bahwa
pemimpin berada dipuncak perkembangan proyek dan menjamin bahwa semua
anggota tau bagaimana kemajuan tim dalam mencapai tujuan bersama.
• Tim global (global team) adalah tim kerja lintas bats yang terdiri atas anggota-anggota
dari bangsa yang berbeda dan memiliki aktivitas yang mencakup banyak negara. Dalam
beberapa kasus yang para anggotanya menggunakan bahasa yang berbeda, teknologi
yang berbeda, dan memiliki keyakinan yang berbeda mengenai wewenang, komunikasi,
pengambilan keputusan, dan orientasi waktu.

Mengelola Konflik Tim

• Harus mampu menyeimbangkan konflik dan kerjasama dalam tim.


Tingkat konflik yang sehat dapat mencegah terjadinya groupthink (pengambilan
kepututsan yang tidak masuk akal). Hal ini bisa terjadi apabila anggota tim tidak
berkomitmen untuk mengungkapkan opini yang berlawanan.
• Konflik dalam tim biasanya terjadi karena adanya persaingan dalam tim untuk
memperebutkan sumber daya dalam bentuk uang, informasi atau pasokan.
• Gaya penanganan konflik.
Tim serta individu mengembangkan gaya-gaya khusus untuk mengatasi konflik:
1. Gaya bersaing: mencerminkan ketegasan seseorang untuk memenangkan keinginan
dan dapat digunakan ketika tindakan lebih cepat dan tegas menjadi persoalan penting
atau tindakan yang tidak biasa, seperti saat dalam pemotongan mendesak atau darurat.
2. Gaya menghindar: tidak mencerminkan ataupun kerja sama. Gaya ini cocok ketika
persoalan bersifat trivia, ketika tidak akan ada kesempatan untuk menang, ketika
dibutuhkan waktu untuk lebih banyak mengumpulkan informasi atau ketika gangguan
akan memakan biaya besar.
3. Gaya berkompromi: mencerminkan jumlah yang cukup dari ketegasan dan kerja
sama. Gaya ini cocok ketika tujuan-tujuan kedua belah pihak sama-sama penting,
ketika pihak lawan memiliki kekuatan yang setara, atau ketika orang-orang harus
membuat solusi sementara dan bijaksana di bawah tekanan waktu.
4. Gaya mengakomodasi: mencerminkan derajat kerja sama yang tinggi, yang akan
sangat cocok ketika orang-orang menyadari bahwa diri mereka salah, ketika suatu
persoalan lebih berarti bagi orang lain daripada bagi diri sendiri, ketika sedang
membangun citra sosial untuk dijadikan modal dalam diskusi mendatang, dan ketika
menjaga keselarasan yang penting.
5. Gaya berkolaborasi: mencerminkan tingkat ketegasan dan kerja sama yang tinggi.
Gaya ini memungkinkan kedua belah pihak untuk menang, meskipun harus dilakukan
tawar-menawar dan negosiasi. Gaya kolaborasi adalah gaya yang penting ketika
kedua kepentingan tersebut terlalu penting untuk dikompromikan, ketika pengetahuan
dari orang-orang yang berbeda harus digabungkan menjadi solusi bersama. Dann
ketika komitmen kedua pihak dibutuhkan untuk melakukan konsensus.

Penelitian menyatakan bahwa penggunaan tujuan-tujuan superordinat, mediasi, dan negosiasi


untuk menyelesaikan konflik di antara orang-ornag atau department:

• Tujuan-tujuan superordinat: tujuan yang tidak dapat dicapai oleh satu belah pihak.
• Mediasi: proses penggunaan pihak ketiga untuk menyelesaikan sebuah sengketa.
• Negosiasi: strategi pengelolaan konflik dimana orang-orang terlibat dalam diskusi serah
terima dan mempertimbangkan berbagai alternatif untuk mencapai keputusan bersama
yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. Jenis-jenis negosiasi:
1. Negosiasi integratif: pendekatan kolaboratif dalam melakukan negosiasi yang
didasarkan pada asumsi menang-menang, dimana kedua pihak ingin menghasilkan
solusi kreatif yang menguntungkan kedua belah pihak yang bertentangan.
2. Negosiasi distributif: pendekatan negosiasi yang kompetitif dan bermusuhan, diman
masing-masing pihak berusaha keras untuk mendapatkan sebanyak mungkin
semampunya, biasanya dengan mengorbankan pihak lain.

Aturan-aturan untuk mencapai solusi yang memenagkan kedua pihak:

1. Memisahkan orang-orang dari permasalahan,


2. Berfokus pada kepentingan bukan tuntutan,
3. Menghasilkan banyak alternatif untuk keuntungan dua belah pihak,
4. Bersikeras bahwa hasil didasarkan pada standar objektif.

Tim Kerja yang Efektif


Tim adalah balok-balok pembangun organisasi-organisasi saat ini, tetapi sebuah tim tidak selalu
harus memuaskan potensinya atau memuaskan mimpi yang diberikan manajer padanya.

• Keluaran produktif: apakah keluaran yang dihasilkan oleh tim (seperti: keputusan,
barang, atau jasa) memenuhi tantangan pelanggan atau klien berkenaan dengan kualitas,
kuantitas, dan tenggat waktu.
• Kepuasan anggota: apakah pengalaman yang dialami tim berkontribusi pada
kebahagiaan, kepuasan pribadi, dan perkembangan anggota-anggotanya.
• Kapasitas untuk beradaptasi dan belajar: tim yang baik belajar dari pengalaman serta
menggunakan pembelajaran ini untuk memperkuat dan menciptakan kembali tim
tersebut, dengan secara mulus beradaptasi pada tuntutan organisasi dan persaingan yang
berubah-ubah.

Anda mungkin juga menyukai