PEMBAHASAN
2.1 Kepemimpinan
A. Fungsi & Gaya-gaya kepemimpinan
Pendekatan perilaku membahas orientasi atau identifikasi pemimpin,aspek
pertama pendekatan perilaku kepemimpinan menekankan pada fungsi-fungsi yang
dilakukan pemimpin dalam kelompoknya.
Agar kelompok berjalan dengan efektif, seseorang harus melaksanakan dua fungsi
utama :
1. fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas (task related) atau pemecahan masalah
2. fungsi-fungsi pemeliharaaan kelompok (group maintenance) atau sosial.
Gaya-gaya kepemimpinan
1
Penelitian Awal Tentang Sifat-Sifat Kepmimpinan
Usaha sistematik pertama yang dilakukan oleh para psikolog dan para peneliti
lainnya untuk memahami kepemimpinan adalah mengidentifikasikan sifat-sfat pemimpin.
Sebagian besar penelitian-penelitian awal tentang kepemimpinan ini bermaksud untuk :
Penemuan-Penemuan Lanjutan
2
Sedangkan Keith Davis mengikhtisarkan 4 siri atau sifat utama yang mempunyai
pengaruh terhadap kesuksesan kepemimpinan organisasi anatara lain :
1. kecerdasan
2. kedewasaan dan keluasan hubungan sosial
3. motivasi diri dan dorongan berprestasi dan,
4. sikap-sikap hubungan manusiawi.
Komunikasi dan negosiasi memiliki nilai strategis dalam pengembangan bisnis saat ini.
Dalam konteks eksternal, komunikasi dan negosiasi efektif mampu mendongkrak citra
perusahaan dan posisi perusahaan ditengah persaingan yang tajam saat ini. Dalam konteks
internal, komunikasi dan negosiasi efektif akan menjadi kunci keharmonisan hubungan
ketenagakerjaan dan mendorong efektifitas komunikasi organisasi, sehingga permasalahan
internal yang terkait dengan hubungan antar karyawan dapat diminimalkan. Untuk itu skill
komunikasi dan negosiasi sangat diperlukan bagi first line managers, midle level managers,
dan top level managers, agar mendorong perusahaan tetap survive dalam jangka panjang.
3
efektif. Perintah dari seorang pemimpin yang pada hakikatnya adalah komunikasi
seringkali menjadi tidak jelas dan sulit diimplementasikan karena komunikasi yang
dijalankan tidak efektif.
Komunikasi yang sulit dipahami untuk kemudian diimplementasikan dalam
program organisasi tentu bukan masalah baru. Sejak lama, orang merumuskan
bagaimana agar komunikasi sebagai sebuah hubungan timbal-balik, tidak hanya
memainkan peran sebagai pengiriman pesan kepada pihak lain, tetapi juga menjadi
perekat yang bersifat sosio-psikologis, terlebih dalam sebuah organisasi yang
menghendaki kerjasama yang sinergis.
Sebagai pelaku dalam proses komunikasi, komunikator memegang peranan
yang sangat penting terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi. Untuk
mencapai komunikasi yang efektif, seorang komunikator selain dituntut untuk
mengenal dirinya terlebih dahulu, maka ia juga harus memiliki kepercayaan
(credibility), daya tarik (attractiveness) dan kekuatan (power).
B. Proses Komunikasi
Model ini menunjukkan tiga unsur esensi komunikasi. Bila salah satu unsur
hilang, komunikasi tidak dapat berlangsung. Meksipun modelnya sederhana, proses
komunikasi adalah kompleks.Model proses komunikasi yang lebih terperinci, dengan
unsur-unsur penting yang terlibat dalam komunikasi antara dan di antara para anggota
organisasi.
Komunikasi Organisasi
5
pertumbuhan oragnisasi. Kedua, saluran komunikasi formal dapat menghambat aliran
informasi antar tinngkat-tingkat organisasi.
Ada 5 macam jaringan komunikasi yaitu seperti terlihat pada gambar dibawah
ini.
6
(downward), yang artinya menganut hubungan komunikasi garis langsung (komando)
baik ke atas atau ke bawah tanpa terjadinya suatu penyimpangan.
Model Roda
Sistem jaringan komunikasi disini, semua laporan, instruksi perintah kerja dan
kepengawasan terpusat satu orang yang memimpin empat bawahan atau lebih, dan
antara bawahan tidak terjadi interaksi (komunikasi sesamanya).
Model Lingkaran
Model Menyeluruh
Komunikasi adalah hal yang sanagt vital, namun sering tidak efektif karena
adanya hambatan dari luar yang mengganggunya. Adapun hambatan-hambatan
komunikasi efektif dikelompokkan menjadi hambatan komunikasi efektif dalam
organisasi dan hambatan komunikasi efektif antarpribadi.
7
tingkatan organisasi akan melalui “filter” dengan berbagai persepsi, motif,
kebutuhan dan hubungannya sendiri. Adapun setiap tingkatan dalam ranati
komunikasi dapat menambah, mengurangi, mengubah, atau sama sekali berbeda
dengan berita aslinya.
Ketetapan komunikasi cendenrung berkurang bila melalui rantai perintah
Direktur
Wakil Direktur
Manajer Divisi
Manajer Pabrik
Penyelia
Karyawan
b. Wewenang Manajerial
Terkadang pada kenyataannya seseorang yang menegndalikan orang lain juga
dapat menimbulkan hambatan terhadap komunikasi. Banyak atasan merasa bahwa
mereka tidak dapat sepenuhnya menerima berbagai masalah, kondisi, atau hasil
yang membuat mereka terlihat lemah. Namun disisi lain, para bawahan
menghindari situasi yang mengharuskan mereka mengungkapkan informasi yang
dapat membuat mereka dalam kedudukan yang tidak menguntungkan sehingga hal
ini menimbulkan “leveling” antara atasan dan bawahan.
c. Spesialisasi
Spesialisasi merupakan prinsip dasar dalam organisasi namun terkadang juga
menimbulkan masalah komunikasi dan cenderung memisahkan orang-orang,
bahkan apabila mereka bekerja saling berdekatan. Dengan adanya perbedaan
fungsi, kepenitngan dan istilah pekerjaand apat membuat orang-orang merasa
bahwa mereka hidup dalam dunia yang berbeda sehingga dapat menghalangi
perasaan bermasyarakat, cenderung sulit memahami, dan mendorong timbulnya
kesalahan.
8
Selain adanya hambatan dalam organisasi, manajer juga perlu memerhatikan
hambatan-hambatan antarpribadi, yaitu :
a. Persepsi Selektif
Persepsi adalah sebuah proses yang menyeluruh dimana seseorang menyeleksi,
mengorganisasikan, dan mengartikan segala sesuatu dilingkungannya. Seorang
karyawan akan menjadi “defensif” secara otomatis apabila dipanggil oleh
atasannya. Pengharapan yang mengarahkan seseorang untuk melihat kejadian,
orang, objek, atau situasi merupakan sesuatu yang ingin dilihat dan didengar. Hal
inilah yang kemudian disebut persepsi selektif. Adapun tiga aspek yang perlu
diperhatikan dalam persepsi selektif adalah :
1. Penerima akan menginterpretasikan berita berdasarkna pengalaman diri dan
bagaimana mereka belajar menggapai sesuatu.
2. Penerima akan menginterpretasikan berita dengan cara menolak setiap
perubahan dalam struktur kepribadian yang kuat.
3. Penerima akan mengelompokkan dan menyimpan karakteristik pengalaman
mereka sehingga dapat membuat pola menyeluruh.
b. Status atau Kedudukan Komunikator
Kecenderungan untuk menilai, mempertimbangkan dan membentuk pendapat atas
dasar karakteristik pengirim atau sumber terutama kredibilitasnya. Kredibilitas
didasarkan atas keahlian dalam bidang yang dikomunikasikan dan tingkat
kepercayaan bahwa orang tersebut akan mengkomunikasikan kebenaran. Manajer
harus dapat dipandang sebagai orang yang terpercaya oleh bawahannya sebab
dapat mempengaruhi dan mengarahkan kegiatan bawahan serta memotivasi
bawahannya.
c. Keadaan Membela Diri
Keadaan membela diri seseorang mengakibatkan ekspresi wajah, gerakan tubuh
dan pembicaraan tertentu meningkatkan tingkat pembelaan di pihak lain sehingga
timbul reaksi rantai defensif yang membuat pendengar lebih berkonsentrasi pada
apa yang akan dikatakan dan bukan apa yang sedang didengar.
d. Pendengaran Lemah
Manajer perlu mengatasi berbagai hal berikut ini agar timbul komunikasi yang
efektif, yaitu :
1. Mendengar hanya permukaan saja
9
2. Memberikan pengaruh melalui perkataan atau tanda-tanda seperti
menunjukkan kegelisahan
3. Menunjukkan tanda-tanda kejengkelan atau kebosanan terhadap pembicaraan
4. Mendengar dengan tidak aktif
e. Ketidaktepatan Penggunaan Bahasa
Adanya anggapan dalam kata-kata yang digunakan juga dapat menimbulkan
masalah dalam komunikasi, seperti perintah yang diberikan oleh manajer untuk
mengerjakan “secepat mungkin”. Kata secepat mungkin dalam hal ini dapat
berarti satu jam, dua hari, seminggu, atau lainnya, tidak ada rentang waktu yang
jelas.
2. Pendekatan Negosiasi
Integrative Bargaining Strategy yaitu pada saat pihak negotiator yakin bahwa
win-win solution dapat tercapai, tujuannya adalah menghasilkan satu atau lebih solusi
yang baik dan dapat diterima oleh kedua belah pihak. Pendekatan ini hanya dapat
dilakukan jika kedua belah pihak sepakat untuk lebih mempertahankan hubungan
10
yang baik. Pendekatan ini juga membutuhkan kemampuan untuk menyelesaikan
masalah dengan baik dan kreatif, sehingga dapat menghasilkan sebuah tujuan yang
dapat disetujui oleh kedua belah pihak.
11
menentukan tanggal penyelesaian proyek yang dilimpahkan kepada bawahan),
dalam satu kelompok ( seperti pada kebanyakan proses pengambilan keputusan
dalam kelompok), antarkelompok ( seperti yang terjadi antara departemen
pembelian dan penyedia material mengenai harga, kualitas, atau tanggal
pengiriman).
5. Negosiasi Menggunakan Pihak Ketiga
a. Mediasi
Pihak ketiga yang netral hanya menjembatani kedua belah pihak (tidak memiliki
kepentingan dalam negosiasi). situasi di mana pihak ketiga menggunakan
penalaran, pemberian usulan, dan persuasi dalam kapasitasnya sebagai fasilitator.
Para mediator ini memfasilitasi penyelesaian masalah dengan mempengaruhi
bagaimana pihak-pihak yang terlibat dalam negosiasi berinteraksi. Para mediator
tidak memiliki otoritas yang mengikat, pihak-pihak yang terlibat bebas
mengacuhkan usaha mediasi ataupun rekomendasi yang dibuat oleh pihak ketiga.
b. Arbitrase
Pihak ketiga yang netral, dimana pihak ini memiliki kewenangan yang legal untuk
meyatukan dua atau lebih pendapat (masukan atau saran) dari masalah yang
diputuskan secara obyektif. Situasi di mana pihak ketiga memiliki wewenang
memaksa terjadinya kesepakatan. Kelebihan arbitrase dibanding mediasi adalah
bahwa arbitrase selalu menghasilkan penyelesaian.
c. Konsiliasi
Pihak ketiga dipercaya untuk membuat pendekatan terhadap keputusan yang akan
disetujui dan memberikan keterangan pendekatan apa saja yang sudah dibuat.
Seorang konsiliator bertugas menjembatani proses komunikasi pihak-pihak yang
bersitegang. Seorang konsiliator tidak memiliki kekuasaan formal untuk
mempengaruhi hasil akhir negosiasi seperti seorang mediator.
d. Konsultasi
Pihak ketiga yang netral dimana memberi masukan (saran) dalam melakukan
negosiasi. situasi di mana pihak ketiga, yang terlatih dalam isu konflik dan
memiliki keterampilan penyelesaian konflik, berupaya memfasilitasi pemecahan
permasalahan dengan lebih memusatkan hubungan antarpihak ketimbang isu-isu
yang substantif.
e. Global Negosiasi
12
Mengurusi negosiasi domestik dengan organisasi atau perusahaan asing (luar
negeri).
13
BAB III
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15