NIM : 2010111217
Kelas : E
Prodi : S1 Manajemen
ANALISIS
A. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Pelanggaran Etika Bisnis dan Profesi
Skandal kasus PT. Agis Tbk. melibatkan banyak pihak, antara lain:
1. PT. Agis Tbk.
2. Akuntan pasar modal Tan Siddharta dari KAP Eddy Prakarsa Permana dan Siddharta,
serta Akuntan pasar modal Oman Pieters Arifin dari KAP Andi, Arifin, Amita,
Wisnu & Rekan.
3. PT. Agis Elektronik (Anak perusahaan PT. Agis Tbk.)
4. Republic Securities
5. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
6. Beberapa perusahaan yang terlibat, antara lain:
PT. Net Sekuritas, PT. Danpac Securities, PT. Kuo Capital Raharja, PT. Panin
Capital, PT. Philip Securities, PT. CIMB-GK Securities, PT. Optima Kharya
SecuritieS, PT. Buana Capital, PT. Reliance Securities, PT. Mahakarya Artha, PT.
Sekuritas Indo Pacific Investasi, PT. Asjaya Indosurya Sekuritas, PT. NISP
Sekuritas, PT. Paramitra Alfa Sekuritas, PT. BNI Securities.
7. Bursa Efek Jakarta (saat ini menjadi Bursa Efek Indonesia)
8. Para kreditur lainnya yang memberikan pinjaman kepada PT. Agis Tbk.
Para pihak yang telah disebutkan di atas mempunyai peranan yang berbeda-beda. Dalam
kasus ini, pihak manajemen dan pemilik PT. Agis Tbk. yang memainkan peranan penting
karena mereka telah menipu publik untuk mendapatkan keuntungan, serta anak
perusahaan PT. Agis Elektronik membantu dalam melakukan penipuan dan pemalsuan
laporan keuangan yang tidak sesuai fakta.
Republic Securities berperan membantu investor suruhan PT. Agis Tbk. dalam
melakukan aksi titip beli dan titip jual di banyak broker yang akhirnya berakibat
terjadinya gagal bayar. Sedangkan, Bapepam-LK dan BEJ juga berperan dalam kasus ini,
yaitu dengan tidak berlaku tegas sejak awal kasus ini akan terjadi. Lantaran fee yang
diperoleh BEJ terus membesar, sehingga berbagai keanehan yang menyertai pergerakan
saham PT. Agis Tbk. dibiarkan begitu saja.
Kantor akuntan publik yang turut berperan dalam kasus ini adalah akuntan pasar modal
Tan Siddharta dari Kantor Akuntan Publik Eddy Prakarsa Permana dan Siddharta, yang
berperan sebagai auditor independen dalam mengaudit laporan keuangan PT. Agis Tbk.,
PT. TT Indonesia, dan PT perusahaan yang akan diakuisisi. Akhirnya mulai periode 2003
sampai dengan 2006, akuntan pasar modal Oman Pieters Arifin dari Kantor Akuntan
Publik Andi, Arifin, Amita, Wisnu & Rekan, yang berperan dalam audit atas laporan
keuangan perusahaan yang diakusisi PT. Agis Tbk. yaitu PT. Electronic Solution
Indonesia untuk tutup buku yang berakhir 31 Maret 2007.
Skandal ini melangar prinsip etika atau moral bisnis, seperti Prinsip Utilitarianism
karena PT. Agis Tbk. telah melakukan penipuan terhadap publik untuk memperoleh
keuntungan pribadi semata dan merugikan banyak pihak bila dibandingkan dengan
keuntungan (Cost and Benefit). PT. Agis Tbk. juga melanggar Prinsip Rights (Hak)
dengan cara tidak memberikan hak para investor untuk mendapatkan informasi yang
sebenar-benarnya tentang kondisi perusahaan. Dalam Justice Principles, ditegaskan
bahwa bisnis yang beretika harus dapat memberikan keadilan pada semua pihak.
Sedangkan dalam kasus ini, PT. Agis Tbk. telah mengakibatkan terjadinya ketidakadilan,
dimana banyak investor yang bisa memperoleh untung tetapi banyak broker yang harus
menanggung risiko atas gagal bayar dari investor.
Pada kasus ini, terlihat jelas bahwa PT. Agis Tbk. dan seluruh anak perusahaannya pada
awalnya memperoleh banyak keuntungan. Namun, setelah kasus ini terungkap maka hal
tersebut menjadi berubah. Seluruh direksinya diberikan sanKsi, saham perusahaannya
dibekukan, dan pemiliki PT. Agis Tbk. yang diduga sebagai dalang dibalik semua ini,
ditetapkan sebagai buronan. Republic Securities, perusahaan securities yang jelas
memperoleh banyak keuntungan dengan membantu PT. Agis Tbk. dalam melakukan
pelanggaran, wajar setelah diketahui keterlibatannya, izin usahanya dicabut. KAP Eddy
Prakarsa Permana dan Siddharta serta KAP Andi, Arifin, Amita, Wisnu & Rekan,
mungkin bisa dikatakan sebagai salah satu korban dari kasus ini, bila mereka sebenarnya
benar-benar tidak tahu adanya upaya PT. Agis Tbk. untuk membohongi publik. Akan
tetapi, bila ternyata mereka ikut memberikan andil dalam kasus ini, maka rasanya
pemberian sanksi tersebut cukup setimpal. Sedangkan, pihak yang benar-benar dirugikan
dari kasus ini adalah para broker yang tidak tahu menahu dan sama sekali tidak terlibat
dalam kasus ini. Karena jika para investor tak juga membayar kewajiban mereka, maka
untuk menalangi pembayaran tersebut, otoritas bursa akan menyedot modal kerja broker.
C. Alternatif Penyelesaian Mengenai Pelanggaran Etika Bisnis Pada PT. Agis Tbk.
1. Bapepam-LK dan BEJ harus bekerja sama dengan seluruh pihak (kepolisian,
kejaksaan, dan lainnya) untuk dapat menangkap dan menjatuhkan sanksi hukum yang
tidak hanya perdata, tetapi juga pidana kepada seluruh pihak yang terlibat dalam
kasus ini.
2. Bapepam-LK dan BEJ harus lebih peka dan tanggap terhadap setiap pergerakan
transaksi yang dirasa "abnormal" yang terjadi di lantai bursa untuk menghindari
terulang kembalinya kasus serupa di masa yang akan datang. Setiap kasus yang
terjadi harus segera diselesaikan secara tuntas dan diberikan sanksi yang tidak hanya
bersifat denda, tetapi juga sampai tahanan badan kepada mereka yang terbukti
melakukan kecurangan. Sehingga hal ini dapat menimbulkan efek jera bagi para
pelakunya dan juga dapat membuat orang berfikir berkali-kali bila akan melakukan
kecurangan.
3. Ikatan Akuntan Indonesia, selaku organisasi profesi yang menaungi profesi akuntan
publik harus juga turut serta berperan aktif membantu pemerintah dalam
memberantas tindak kecurangan yang dilakukan oleh akuntan publik, yaitu dengan
jalan memberikan sanksi tegas berupa pencabutan izin dan blacklist seumur hidup
terhadap para akuntan publik, baik yang terlibat langsung maupun yang tidak
langsung, sehingga hal ini bisa menjadi pelajaran bagi para akuntan publik lainnya.
4. Rencana pemerintah untuk mengeluarkan undang-undang yang mengatur tentang
profesi akuntan publik mungkin juga bisa menjadi salah satu alat untuk menjaga agar
tidak terjadi penyimpangan, asalkan undang-undang tersebut diterapkan secara benar
dan tidak tebang pilih.
D. Kesimpulan
Menurut saya kasus pelanggaran yang dilakukan oleh PT. Agis Tbk dan semua pihak
yang terlibat, sangat melanggar prinsip etika bisnis dan profesi. Prinsip yang dilanggar
adalah Prinsip Utilitarianism karena PT. Agis Tbk. telah melakukan penipuan terhadap
publik untuk memperoleh keuntungan pribadi dan merugikan banyak pihak. PT. Agis
Tbk. juga melanggar Prinsip Rights (Hak) dengan cara tidak memberikan hak para
investor untuk mendapatkan informasi yang sebenar-benarnya tentang kondisi
perusahaan. Tidak hanya itu, Prinsip Keadilan juga dilanggar, dimana banyak investor
yang bisa memperoleh keuntungan. tetapi banyak broker yang harus menanggung risiko
atas gagal bayar dari investor.
Akuntan yang terlibat dalam kasus ini juga sangat melanggar kode etik sebagai seorang
akuntan. Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa banyak para akuntan yang masih belum
bisa memegang teguh sumpahnya sebagai seorang akuntan yang seharusnya menjunjung
tinggi etika profesi akuntansi. Kasus ini juga menggambarkan kurangnya pengawasan
kepada para akuntan yang berkepentingan dalam menilai laporan keuangan, sehingga
penyalahgunaan wewenang pun terjadi. Penyalahgunaan wewenang yang terjadi adalah
seorang akuntan memanipulasi data. Padahal berdasarkan kode etik profesi akuntan,
informasi haruslah dibuat dengan sebenar-benarnya sesuai fakta, bukan rekayasa.
Dengan adanya kasus-kasus seperti ini diharapkan kedepannya perusahaan, para akuntan,
dan semua yang melibatkan kehidupan banyak orang, dapat lebih profesional dan jujur
dalam bekerja. Tidak hanya itu, sanksi harus lebih bersifat jera, dan yang terpenting
adalah pekerja harus memahami dan mengimplementasikan prinsip etika bisnis dan
profesi, agar perusahaan dapat berkembang dan maju, serta terhindar dari skandal yang
bisa membawa dampak buruk bagi perusahaan itu sendiri maupun masyarakat.