Anda di halaman 1dari 5

TUGAS UCP 1 – ETIKA BISNIS DAN PROFESI

Nama : Mirsya Rosida

NIM : 2010111217

Kelas : E

Prodi : S1 Manajemen

Dosen : Dra. Pusporini, MM

Kasus Pelanggaran Etika Bisnis dan Profesi


PT. Agis Tbk.
Peristiwa pelanggaran yang dilakukan oleh PT. Agis Tbk. menyangkut dua aspek antara lain
aspek akuntansi dan aspek bisnis. Pelanggaran pertama adalah akuntansi pencatatan
pendapatan lain-lain dalam laporan laporan laba rugi konsolidasi PT. Agis Tbk. disajikan
secara tidak wajar. Dalam laporan tersebut, pendapatan lain-lain bersih sebesar Rp 29,4
miliar yang berasal dari laporan keuangan PT. Agis Elektronik sebagai anak perusahaan PT.
Agis Tbk. tidak didukung dengan bukti-bukti kompeten serta terdapat kesalahan dalam
penerapan prinsip akuntansi.
Peristiwa pelanggaran kedua adalah kesalahan penyampaian informasi yang disengaja yang
disampaikan oleh Jhonny Kesuma (Direktur Utama PT. Agis Tbk.) pada kegiatan public
expose terkait dengan rencana akuisisi PT. Agis Tbk. terhadap PT. Akira Indonesia dan PT.
TT Indonesia. Dimana disampaikan bahwa pendapatan dari dua perusahaan yang akan
diakuisisi tersebut adalah sebesar Rp 800 miliar, padahal berdasarkan laporan keuangan per
31 Maret 2007, pendapatan kedua perusahaan tersebut hanya sebesar Rp 466,8 miliar.
Informasi mengenai rencana merger PT. Agis Tbk. dengan PT. E-Solution mendapat
tanggapan yang baik di pasar modal, sehingga harga saham PT. Agis Tbk. di pasar
meningkat.
Bhakti Investama menjual kepemilikan sahamnya kepada PT. Agis Tbk. dengan harga Rp
200 per saham, transaksi terhadap saham ini tiba-tiba melonjak. Rata-rata transaksi harian
mencapai 140 juta saham. Namun anehnya, walaupun transaksinya cukup tinggi, Free float-
nya sangat kecil dan transaksinya hanya melibatkan beberapa investor. Harga saham PT. Agis
Tbk. (TMPI) naik dari Rp 225,- menjadi Rp 2.725,- per saham, alias naik 1.111% hanya
dalam jangka waktu lima bulan. Padahal kondisi perusahaan ini tidak mengalami perubahan
yang besar. Kenaikan tersebut terjadi karena kecurangan yang dilakukan oleh PT. Agis Tbk.
Modus lama yang telah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya oleh perusahaan-perusahaan
lain di pasar modal, seperti Dharma Samudera Fishing (DSFI) yang sama gagal membayar
saham pada tahun 2003.
PT. Agis Tbk. meningkatkan harga sahamnya setinggi mungkin untuk mendapatkan
keuntungan besar dengan cara melakukan order transaksi saham TMPI pada Republic
Securities, kemudian broker tersebut selanjutnya melakukan order titip jual dan titip beli
kepada 20 broker untuk menunjukan bahwa saham TMPI aktif diperdagangkan, sehingga
permainan ini membantu dan harga saham TMPI naik dengan cepat.
Hal ini tidak berlangsung lama hingga pada tanggal 27 Juni 2007, harga saham TMPI ini
turun dari  24,39% ke level Rp 2,325 per saham yang disebabkan oleh para investor tidak
ingin membayar saham yang telah mereka beli karena merasa dibohongi dengan ambruknya
harga saham TMPI ini dan akibatnya banyak broker yang mengalami gagal bayar dalam
transaksi saham TMPI. Besarnya gagal bayar tersebut ditaksir mencapai Rp 500 miliar,
sehingga KPEI menunda pembayaran saham TMPI itu selama 2 pekan, dan membuat BEJ
melakukan suspensi pada 28 Juni 2007.
Lantaran transaksi ini melibatkan banyak pihak, maka gagal bayar yang terjadi pada
sekelompok broker juga menjalar ke broker lain. Efek domino, semua broker yang terlibat
transaksi, akhirnya PT. Agis Tbk kesulitan dalam hal likuiditas atau kemampuan untuk
membayar utang perusahaan dalam jangka waktu dekat.

ANALISIS
A. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Pelanggaran Etika Bisnis dan Profesi
Skandal kasus PT. Agis Tbk. melibatkan banyak pihak, antara lain:
1. PT. Agis Tbk.
2. Akuntan pasar modal Tan Siddharta dari KAP Eddy Prakarsa Permana dan Siddharta,
serta Akuntan pasar modal Oman Pieters Arifin dari KAP Andi, Arifin, Amita,
Wisnu & Rekan.
3. PT. Agis Elektronik (Anak perusahaan PT. Agis Tbk.)
4. Republic Securities
5. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
6. Beberapa perusahaan yang terlibat, antara lain:
PT. Net Sekuritas, PT. Danpac Securities, PT. Kuo Capital Raharja, PT. Panin
Capital, PT. Philip Securities, PT. CIMB-GK Securities, PT. Optima Kharya
SecuritieS, PT. Buana Capital, PT. Reliance Securities, PT. Mahakarya Artha, PT.
Sekuritas Indo Pacific Investasi, PT. Asjaya Indosurya Sekuritas, PT. NISP
Sekuritas, PT. Paramitra Alfa Sekuritas, PT. BNI Securities.
7. Bursa Efek Jakarta (saat ini menjadi Bursa Efek Indonesia)
8. Para kreditur lainnya yang memberikan pinjaman kepada PT. Agis Tbk.

Para pihak yang telah disebutkan di atas mempunyai peranan yang berbeda-beda. Dalam
kasus ini, pihak manajemen dan pemilik PT. Agis Tbk. yang memainkan peranan penting
karena mereka telah menipu publik untuk  mendapatkan keuntungan, serta anak
perusahaan PT. Agis Elektronik membantu dalam melakukan penipuan dan pemalsuan
laporan keuangan yang tidak sesuai fakta.

Republic Securities berperan membantu investor suruhan PT. Agis Tbk. dalam
melakukan aksi titip beli dan titip jual di banyak broker yang akhirnya berakibat
terjadinya gagal bayar. Sedangkan, Bapepam-LK dan BEJ juga berperan dalam kasus ini,
yaitu dengan tidak berlaku tegas sejak awal kasus ini akan terjadi. Lantaran fee yang
diperoleh BEJ terus membesar, sehingga berbagai keanehan yang menyertai pergerakan
saham PT. Agis Tbk. dibiarkan begitu saja.

Kantor akuntan publik yang turut berperan dalam kasus ini adalah akuntan pasar modal
Tan Siddharta dari Kantor Akuntan Publik Eddy Prakarsa Permana dan Siddharta, yang
berperan sebagai auditor independen dalam mengaudit laporan keuangan PT. Agis Tbk.,
PT. TT Indonesia, dan PT perusahaan yang akan diakuisisi. Akhirnya  mulai periode 2003
sampai dengan 2006, akuntan pasar modal Oman Pieters Arifin dari Kantor Akuntan
Publik Andi, Arifin, Amita, Wisnu & Rekan, yang berperan dalam audit atas laporan
keuangan perusahaan yang diakusisi PT. Agis Tbk. yaitu PT. Electronic Solution
Indonesia untuk tutup buku yang berakhir 31 Maret 2007.

Skandal ini melangar prinsip etika atau moral bisnis, seperti Prinsip Utilitarianism
karena PT. Agis Tbk. telah melakukan penipuan terhadap publik untuk memperoleh
keuntungan pribadi semata dan merugikan banyak pihak bila dibandingkan dengan
keuntungan (Cost and Benefit). PT. Agis Tbk. juga melanggar Prinsip Rights (Hak)
dengan cara tidak memberikan hak para investor untuk mendapatkan informasi yang
sebenar-benarnya tentang kondisi perusahaan. Dalam Justice Principles, ditegaskan
bahwa bisnis yang beretika harus dapat memberikan keadilan pada semua pihak.
Sedangkan dalam kasus ini, PT. Agis Tbk. telah mengakibatkan terjadinya ketidakadilan,
dimana banyak investor yang bisa memperoleh untung tetapi banyak broker yang harus
menanggung risiko atas gagal bayar dari investor.

B. Keputusan dan Penyelesaian Atas Pelanggaran Etika Bisnis dan Profesi


Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan memberikan sanksi kepada
seluruh pihak yang dianggap terlibat, yaitu:
1. Direktur Utama PT. Agis Tbk. (Jhonny Kesuma). Dikenakan sanksi berupa denda
sebesar Rp 5 miliar. Jhonny dinyatakan bersalah karena memberikan beberapa
informasi yang secara material tidak benar.
2. Denda sebesar Rp 2 miliar kepada direksi dari anak perusahaan PT. Agis Tbk. yaitu
Bintoro Tjitrowirjo selaku Direktur Utama PT. Agis Elektronik sebesar Rp 1 miliar,
dan Eka Hikmawati Supriyadi selaku Direktur PT. Agis Elektronik sebesar Rp 1
miliar, karena membuat laporan keuangan yang tidak sesuai dengan fakta
sebenarnya.
3. Sanksi kepada dua akuntan yang melakukan audit terhadap laporan keuangan PT.
Agis Elektronik, karena mereka dianggap membuat laporan keuangan tidak sesuai
dengan fakta sebenarnya dan salah satu akuntan juga tidak melakukan klarifikasi
secukupnya berdasarkan standar akuntansi yang berlaku.
4. Pembekuan kegiatan usaha akuntan pasar modal Tan Siddharta dari Kantor Akuntan
Publik Eddy Prakarsa Permana dan Siddharta selama 24 bulan.
5. Pembekuan kegiatan usaha akuntan pasar modal Oman Pieters Arifin dari Kantor
Akuntan Publik Andi, Arifin, Amita, Wisnu & Rekan selama 9 bulan.
6. Bapepam-LK mencabut izin usaha Republic Securities, serta izin wakil perusahaan
efek (WPE) dan wakil perantara perdagangan efek (WPPE) Benny.
7. Denda administratif bagi perusahaan sekuritas yang terlibat sebesar:
 PT. Danpac Securities Rp 500 juta
 PT. Kuo Capital Raharja Rp 500 juta
 PT. Sekuritas Indo Pacific Investasi Rp 500 juta
 PT. Philip Securities Rp 500 juta
 PT. Net Sekuritas Rp 500 juta
 PT. Panin Capital Rp 500 juta
 PT. Buana Capital Rp 500 juta
 PT. CIMB-GK Securities Rp 500 juta
 PT. Reliance Securities Rp 500 juta
 PT. Optima Kharya Securities Rp 100 juta
 PT. Asjaya Indosurya Sekuritas Rp 200 juta
 PT. Mahakarya Artha Securiteis Rp 100 juta
 PT. NISP Sekuritas Rp 200 juta
 PT. Paramitra Alfa Sekuritas Rp 100 juta
 PT. BNI Securities Rp 100 juta

Pada kasus ini, terlihat jelas bahwa PT. Agis Tbk. dan seluruh anak perusahaannya pada
awalnya memperoleh banyak keuntungan. Namun, setelah kasus ini terungkap maka hal
tersebut menjadi berubah. Seluruh direksinya diberikan sanKsi, saham perusahaannya
dibekukan, dan pemiliki PT. Agis Tbk. yang diduga sebagai dalang dibalik semua ini,
ditetapkan sebagai buronan. Republic Securities, perusahaan securities yang jelas
memperoleh banyak keuntungan dengan membantu PT. Agis Tbk. dalam melakukan
pelanggaran, wajar setelah diketahui keterlibatannya, izin usahanya dicabut. KAP Eddy
Prakarsa Permana dan Siddharta serta KAP Andi, Arifin, Amita, Wisnu & Rekan,
mungkin bisa dikatakan sebagai salah satu korban dari kasus ini, bila mereka sebenarnya
benar-benar tidak tahu adanya upaya PT. Agis Tbk. untuk membohongi publik. Akan
tetapi, bila ternyata mereka ikut memberikan andil dalam kasus ini, maka rasanya
pemberian sanksi tersebut cukup setimpal. Sedangkan, pihak yang benar-benar dirugikan
dari kasus ini adalah para broker yang tidak tahu menahu dan sama sekali tidak terlibat
dalam kasus ini. Karena jika para investor tak juga membayar kewajiban mereka, maka
untuk menalangi pembayaran tersebut, otoritas bursa akan menyedot modal kerja broker.

C. Alternatif Penyelesaian Mengenai Pelanggaran Etika Bisnis Pada PT. Agis Tbk.
1. Bapepam-LK dan BEJ harus bekerja sama dengan seluruh pihak (kepolisian,
kejaksaan, dan lainnya) untuk dapat menangkap dan menjatuhkan sanksi hukum yang
tidak hanya perdata, tetapi juga pidana kepada seluruh pihak yang terlibat dalam
kasus ini.
2. Bapepam-LK dan BEJ harus lebih peka dan tanggap terhadap setiap pergerakan
transaksi yang dirasa "abnormal" yang terjadi di lantai bursa untuk menghindari
terulang kembalinya kasus serupa di masa yang akan datang. Setiap kasus yang
terjadi harus segera diselesaikan secara tuntas dan diberikan sanksi yang tidak hanya
bersifat denda, tetapi juga sampai tahanan badan kepada mereka yang terbukti
melakukan kecurangan. Sehingga hal ini dapat menimbulkan efek jera bagi para
pelakunya dan juga dapat membuat orang berfikir berkali-kali bila akan melakukan
kecurangan.
3. Ikatan Akuntan Indonesia, selaku organisasi profesi yang menaungi profesi akuntan
publik harus juga turut serta berperan aktif membantu pemerintah dalam
memberantas tindak kecurangan yang dilakukan oleh akuntan publik, yaitu dengan
jalan memberikan sanksi tegas berupa pencabutan izin dan blacklist seumur hidup
terhadap para akuntan publik, baik yang terlibat langsung maupun yang tidak
langsung, sehingga hal ini bisa menjadi pelajaran bagi para akuntan publik lainnya.
4. Rencana pemerintah untuk mengeluarkan undang-undang yang mengatur tentang
profesi akuntan publik mungkin juga bisa menjadi salah satu alat untuk menjaga agar
tidak terjadi penyimpangan, asalkan undang-undang tersebut diterapkan secara benar
dan tidak tebang pilih.

D. Kesimpulan
Menurut saya kasus pelanggaran yang dilakukan oleh PT. Agis Tbk dan semua pihak
yang terlibat, sangat melanggar prinsip etika bisnis dan profesi. Prinsip yang dilanggar
adalah Prinsip Utilitarianism karena PT. Agis Tbk. telah melakukan penipuan terhadap
publik untuk memperoleh keuntungan pribadi dan merugikan banyak pihak. PT. Agis
Tbk. juga melanggar Prinsip Rights (Hak) dengan cara tidak memberikan hak para
investor untuk mendapatkan informasi yang sebenar-benarnya tentang kondisi
perusahaan. Tidak hanya itu, Prinsip Keadilan juga dilanggar, dimana banyak investor
yang bisa memperoleh keuntungan. tetapi banyak broker yang harus menanggung risiko
atas gagal bayar dari investor.
Akuntan yang terlibat dalam kasus ini juga sangat melanggar kode etik sebagai seorang
akuntan. Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa banyak para akuntan yang masih belum
bisa memegang teguh sumpahnya sebagai seorang akuntan yang seharusnya menjunjung
tinggi etika profesi akuntansi. Kasus ini juga menggambarkan kurangnya pengawasan
kepada para akuntan yang berkepentingan dalam menilai laporan keuangan, sehingga
penyalahgunaan wewenang pun terjadi. Penyalahgunaan wewenang yang terjadi adalah
seorang akuntan memanipulasi data. Padahal berdasarkan kode etik profesi akuntan,
informasi haruslah dibuat dengan sebenar-benarnya sesuai fakta, bukan rekayasa.
Dengan adanya kasus-kasus seperti ini diharapkan kedepannya perusahaan, para akuntan,
dan semua yang melibatkan kehidupan banyak orang, dapat lebih profesional dan jujur
dalam bekerja. Tidak hanya itu, sanksi harus lebih bersifat jera, dan yang terpenting
adalah pekerja harus memahami dan mengimplementasikan prinsip etika bisnis dan
profesi, agar perusahaan dapat berkembang dan maju, serta terhindar dari skandal yang
bisa membawa dampak buruk bagi perusahaan itu sendiri maupun masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai