Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajement Office
Administration (MOA)
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
( 202210027 )
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Peran Pengawasan (Controlling) Dalam Mengaplikasikan Kinerja Dunia
Perkantoran”. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Irwanto, M.Si, M.Si
selaku Dosen Pembimbing Bidang Manajemen Office Administration (MOA) yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Irwanto, M.Si, M.Si pada bidang Studi Manajemen Office Administration
(MOA). Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Peran Pengawasan (Controlling) Dalam Mengaplikasikan Kinerja Dunia
Perkantoran bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Banyak kendala yang kami alami dalam menyusun makalah ini. Namun, itu
semua tidak menyurutkan niat kami untuk menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3
2.1 Pengertian Pengawasan............................................................................ 3
2.2 Tujuan dan Bidang-Bidang Pengawasan.................................................. 5
2.2.1 Produksi................................................................................... 6
2.2.2 Pemasaran................................................................................ 6
2.2.3 Keuangan................................................................................. 6
2.2.4 Personalia................................................................................ 6
2.2.5 Administrasi (Perkantoran)..................................................... 6
2.3 Elemen-elemen Esensial dalam Manajemen Pengawasan....................... 7
2.4 Fungsi Pengawasan................................................................................... 9
2.4.1 Pengawasan Pendahuluan (Feedforward Control).................. 9
2.4.2 Pengawasan Berjalan (Concurrent Control)............................ 9
2.4.3 Pengawasan Umpan Balik (Postaction Control)..................... 9
2.5 Prinsip-Prinsip Conroling.........................................................................10
2.5.1 Titik Kontrol Strategis (Strategic Point Control)....................11
2.5.2 Umpan Balik (Feedback).........................................................11
2.5.3 Kontrol yang Fleksibel (Flexible Control)..............................11
2.5.4 Kesesuaian Organisasi (Organizational Suitability)................11
2.5.5 Kontrol Diri (Self Control)......................................................11
2.5.6 Kontrol Langsung (Direct Control).........................................11
3
2.5.7 Faktor Manusia (Human Factor).............................................12
3.1 Kesimpulan...............................................................................................20
3.2 Saran .......................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................23
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengawas atau controller dapat diibaratkan dengan navigator kapal.
Navigator kapal yang sudah terlatih itu membantu kapten kapal. Tanpa seorang
navigator, kapal dapat terkandas pada batu karang atau kehilangan haluan, tetapi
hak untuk memberi komando tetap berada di tangan kapten kapal. Navigator
hanya memberi petunjuk dan memberitahukan kapten, bagaimana posisi kapal
yang sedang dikemudikan itu. Jadi organisasi atau badan usaha juga bisa
diibaratkan sebagai kapal, sehingga peran pengawas (controller) sangat penting
dalam maju mundurnya suatu organisasi atau badan usaha.
Pengawasan (Controlling) sendiri memiliki arti penemuan, penerapan cara
dan alat untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang
telah ditetapkan dan mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan adanya
manajemen pengawasan (controlling) dimaksudkan untuk mengawasi kegiatan-
kegiatan organisasi agar pelaksanaan kegiatan tersebut sejalan dengan tujuan yang
ditetapkan.
Secara singkat, dapat dikatakan bahwa fungsi ini berusaha untuk
menjamin kegiatan organisasi bergerak ke arah tujuannya. Dengan adanya fungsi
pengawasan, dapat diketahui apakah pelaksanaan kegiatan berjalan sebagaimana
mestinya atau terjadi kesalahan atau penyimpangan. Jika telah diketahui, tindakan
lebih lanjut dapat dilaksanakan. Kemudian, dapat diusahakan untuk
meningkatkannya dan jika terjadi kesalahan dapat dilakukan perbaikan.
1.2 Rumusan Masalah
Kami sebagai penulis, memiliki beberapa point-point permasalahan mengenai
“Manajemen Pengawasan (Controlling)” ini, yaitu sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan pengawasan ?
2. Apa saja tujuan dan bidang-bidang pengawasan ?
3. Bagaimana elemen-elemen esensial yang ada di dalam tiap sistem kontrol
sendiri ?
4. Ada berapa fungsi, tipe, dan proses pengawasan dalam manajemen ?
1
5. Bagaimana menerapkan prinsip-prinsip kontrol yang berguna untuk
mengembangkan sistem kontrol ?
6. Ada berapa macam dan jenis-jenis pengawasan jika ditinjau dari setiap segi?
7. Apakah pengawasan itu merupakan aspek penting dalam manajemen ?
8. Apa saja asas-asas yang menyangkut tentang pengawasan ?
9. Bagaimana sifat dan waktu dalam pengawasan ?
10. Bagaimana karakteristik sistem pengawasan yang lebih efektif ?
11. Bagaimana cara-cara melakukan pengawasan yang baik ?
12. Bagaimana langkah-langkah dan proses pengawasan ?
3.1 Tujuan
Adapun maksud dan tujuan kami sebagai penulis dalam membuat makalah ini
1. Agar dapat memahami tentang pengertian dari pengawasan.
2. Agar mengetahui tujuan dan bidang-bidang pengawasan.
3. Agar mengetahui elemen-elemen esensial yang ada dalam tiap sistem kontrol.
4. Agar mengetahui fungsi, tipe dan proses dalam pengawasan.
5. Agar mengetahui prinsip-prinsip dalam pengawasan.
6. Agar bisa mengetahui macam dan jenis-jenis pengawasan.
7. Agar mengetahui bahwa pengawasan itu adalah aspek yang sangat penting.
8. Agar mengetahui asas-asas yang terkait dengan pengawasan.
9. Agar mengetahui sifat dan waktu dalam pengawasan
10. Agar mengetahui karakteristik sistem pengawasan yang efektif.
11. Agar mengetahui cara-cara melakukan pengawasan yang baik.
12. Agar mengetahui cara-cara dan langkah-langkah dan proses pengawasan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
b. Harold Koontz: Pengawasan adalah pengukuran dan perbaikan terhadap
pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk
mencapai tujuan-tujuan perusahan dapat terselenggara.
c. C. G. R. Terry: Pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses penentuan apa
yang harus dicapai yaitu, standar apa yang sedang dijalankan yaitu
pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikan-
perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan
standar.
d. Schermerhorn, menyatakan bahwa pengawasan adalah merupakan proses
dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat
mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang
telah ditetapkan tersebut.
e. Stoner, Freeman dan Gilbert, menyatakan bahwa pengawasan adalah
proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai
dengan apa yang telah direncanakan.
f. Secara lebih lengkap, mockler, dalam Stoner, Freeman, dan
Gilbert mengemukakan fungsi pengawasan dalam manajemen adalah upaya
sistematis dalam menetapkan standar kinerja dan berbagai tujuan yang
direncanakan, mendesain sistem informasi umpan balik, membandingkan
antara kinerja yang dicapai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya,
menentukan,apakah terdapat penyimpangan dan tingkat signifikan dari setiap
penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk
memastikan bahwa seluruh sumber daya perusahaan dipergunakan secara
efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan.
g. Mockler secara lengkap menguraikan bahwa pada intinya pengawasan tidak
hanya berfungsi untuk menilai apakah sesuatu itu berjalan ataukah tidak, akan
tetapi termasuk tindakan koreksi yang mungkin diperlukan maupun
penentuan sekaligus penyesuaian standar yang terkait dengan pencapaian
tujuan dari waktu ke waktu.
4
2.2 Tujuan Dan Bidang-Bidang Pengawasan
5
Dalam kenyataannya pengawasan tidak hanya dilakukan bagi para pekerja
di perusahaan, namun mencakup hampir semua bidang dalam perusahaan. Secara
singkat pengawasan dapat dilakukan pada bidang :
2.2.1 Produksi
Di bidang ini pengawasan dimulai saat menerima pesanan dari
pembeli, kemudian melakukan pembelian bahan sampai dengan produk
selesai dibuat. Hal ini meliputi pula pengawasan persediaan barang dan
pengawasan kualitas serta kuantitas produk.
2.2.2 Pemasaran
Tugas bagian ini dimulai saat produk akan dikirim ke pasar atau
konsumen. Oleh karena itu biasanya pengawasan berawal dari sini, tetapi
adakalanya bagi perusahaan yang cukup besar sebelumnya sudah dimulai
dengan riset dan mengumpulkan informasi dari pasar.
2.2.3 Keuangan
Bidang ini harus ditangani dengan cepat, tepat, dan akurat.
Pengolahan dan pengawasan yang kurang teliti akan berakibat
terjerumusnya perusahaan di dalam masalah keuangan yang bertujuan agar
perusahaan dapat menekan biaya-biaya yang digunakan.
2.2.4 Personalia
Bidang ini merupakan faktor penting yang akan ikut menentukan
tercapainya tujuan suatu organisasi sehingga perlu mendapatkan perhatian
yang serius. Tugas dari bidang ini adalah mengatur, membina,
menggerakkan, mengarahkan, serta mengembangkan pegawai agar mampu
menyelesaikan tugas-tugasnya secara efektif dan efisien guna menunjang
tercapainya tujuan perusahaan atau organisasi.
2.2.5 Administrasi (Perkantoran)
merupakan penerapan fungsi manajemen di bidang perkantoran,
yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan
kantor agar tujuan perusahaan dapat tercapai dan karyawan merasa puas.
6
2.3 Elemen-Elemen Esensial Dalam Manajemen Pengawasan
Elemen pertama dari suatu sistem melibatkan jawaban atas pertanyaan:
kira-kira hasilnya akan bagaimana? Elemen ini menuntut perhatian akan masa
yang akan datang atas apa yang diinginkan dan apa yang diharapkan. Usaha untuk
meramalkan kejadian yang akan datang merupakan dasar untuk menafsirkan
kejadian yang aktual sedang berjalan. Ramalan yang lemah sekalipun, merupakan
kerangka kerja untuk lebih baik memahami pengalaman. Kriteria yang ditentukan
sebelumnya dapat diterapkan dengan bebas. Tujuannya bisa dinilai oleh orang
lain, baik atau tidak baik.
Suatu sistem kontrol yang berfaedah tidak dinilai dari baiknya tujuan. dia
hanya menyajikan sarana yang mengarahkan aktivitas ke suatu tujuan aktual.
Kriteria yang ditentukan sebelumnya harus dinyatakan secara eksplisit. Maka dari
itu, pernyataan kuantitatif lebih diutamakan. Dalam manajemen produksi, unit-
unit fisik, seperti angkutan per-ton, jarak, unit-unit per jam, kerja mesin, atau
berat limbah per-unit keluaran atau output, dapat memberikan tolok ukur yang
sederhana dan langsung untuk operasi. Dalam manajemen financial, nilai uang
atau dollar berlaku sebagai pernyataan khusus untuk norma-norma. Seringkali
para manajer financial menggunakan keberhasilan yang lalu sebagai tolok ukur
kasar untuk mengontrol operasi yang berjalan, contohnya, laporan 12 bulan yang
lalu. Asumsinya adalah bahwa prestasi yang lalu tidak terlalu jelek dan bahwa
apabila dapat disamakan atau dilewati, maka perusahaan tidak akan mundur. Para
7
manajer pemasaran sebaliknya seringkali menggunakan data- data industry
sebagai tolok ukur yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk membandingkan
hasil-hasil penjualannya sendiri. Mereka juga mengembangkan yang didasarkan
pada potensi pasar untuk digunakan sebagai tujuan yang ditentukan sebelumnya.
Elemen kedua dalam sistem kontrol ialah pengukuran prestasi aktual.
Langkah ini pada umumnya menuntut perhatian khusus dan pengeluaran, karena
pencatatan dan laporan-laporan haruslah disusun untuk menyampaikan informasi
dalam bentuk yang cocok untuk sistem kontrol. Pengukuran-pengukuran prestasi
aktual harus dalam unit sama dengan yang ditentukan kriteria sebelumnya.
Pelaporan prestasi aktual yang benar menaikkan nilai sistem kontrol. Perbaikan-
perbaikan dalam pemprosesan data yang baru ini meningkatkan kecepatan
pelaporan data-data tersebut.
Elemen ketiga sistem kontrol melibatkan studi pertautan. Teknik tersebut
seperti ratio, kecenderungan, ekuasi matematis, dan peta-peta membantu
mengartikan pengukuran-pengukuran prestasi aktual dengan menunjukan
hubungan antara pengalaman aktual atas kriteria yang ditetapkan terdahulu.
Gunanya perbandingan prestasi yang lalu dengan prestasi yang sudah
direncanakan ialah tidak hanya untuk mengetahui apabila ada kesalahan tetapi
juga untuk memungkinkan manajer meramalkan problem di masa datang. Suatu
sistem kontrol yang baik akan memberikan informasi secepatnya sehingga
hambatan-hambatan dapat dicegah.
Elemen keempat suatu sistem kontrol ialah tahap membuat koreksi.
Elemen keempat ini melibatkan suatu keputusan untuk tidak melakukan kegiatan
apapun apabila prestasi “tidak terkontrol”.
Dua tipe dasar kekeliruan yang menghinggapi manajer dalam mengambil
tindakan korektif ialah :
Suatu sistem kontrol yang baik harus memberikan beberapa dasar yang
membantu manajer mengestimasikan resiko-resikonya sehubungan dengan tipe-
8
tipe kekeliruan di atas. Sudah barang tentu, tes akhir suatu sistem kontrol ialah
tindakan korektifnya jatuh pada waktu yang tepat.
2.4 Fungsi Pengawasan
9
2.4.2 Pengawasan Berjalan (Concurrent Control’s)
2.5 Prinsip-Prinsip Kontrol
10
2.5.2 Umpan Balik (Feedback)
11
2.5.7 Faktor Manusia (Human Factor)
Ada beberapa macam pengawasan ditinjau dari beberapa segi antara lain:
12
e. Formal Control, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat (
social control),misalnya oleh berbagai media.
Selain macam pengawasan di atas, ada beberapa jenis dari pengawasan,
diantaranya :
13
perubahan itu. Misalnya timbulnya perubahan teknologi, adanya pesaing-
pesaing baru yang muncul.
14
2. Asas efisiensi dan pengawasan (Principle of efficiency and control).
Pengawasan itu efisien bila dapat menghindarkan deviasi dari perencanaan,
sehingga tidak menimbulkan hal-hal lain di luar dugaan.
3. Asas tanggung jawab pengawasan (Principle of control responsibility).
Pengawasan hanya dapat dilaksanakan apabila manajer bertanggung jawab
penuh terhadap pelaksanaan rencana.
4. Asas pengawasan terhadap masa depan (Principle of future control).
Pengawasan yang efektif harus ditujukan ke arah pencegahan penyimpangan
perencanaan yang akan terjadi baik pada waktu sekarang maupun masa yang
akan datang.
5. Asas pengawasan langsung (Principle of direct control). Teknik kontrol yang
paling efektif adalah mengusahakan adanya manajer yang berkualitas baik.
Pengawasan itu dilakukan manajer atas dasar bahwa manusia itu sering
berbuat salah. Cara yang paling tepat demi pelaksanaan yang sesuai dengan
perencanaan ialah mengusahakan agar petugas memiliki kualitas yang baik.
6. Asas refleksi perencanaan (Principle of reflection of plans). Pengawasan
harus disusun dengan baik, sehingga dapat mencerminkan karakter dan
susunan perencanaan.
7. Asas penyesuaian dengan organisasi (Principle of organizational suitability).
Pengawasan harus dilakukan sesuai dengan struktur organisasi. Manajer dan
bawahannya merupakan sarana untuk melaksanakan rencana. Dengan
demikian pengawasan yang efektif harus disesuaikan dengan besarnya
wewenang manajer, sehingga mencerminkan struktur organisasi.
8. Asas pengawasan individual (Principle of individuality of control).
Pengawasan dan teknik pengawasan harus sesuai dengan kebutuhan manajer,
teknik kontrol harus ditujukan terhadap kebutuhan-kebutuhan akan informasi
setiap manajer, ruang lingkup informasi yang dibutuhkan itu berbeda satu
sama lain, tergantung tingkat dan tugas manajer.
9. Asas standar (Principle of standard). Kontrol yang efektif dan efisien
memerlukan standar yang tepat, yang berguna sebagai tolok ukur pelaksanaan
dan tujuan yang akan dicapai.
15
10. Asas pengawasan terhadap strategis (Principle of strategic point control).
Pengawasan yang efektif dan efisien memerlukan adanya perhatian yang
ditujukan terhadap faktor- faktor yang strategis dalam perusahaan.
11. Asas kekecualian (The exception principle). Efisiensi dalam kontrol
membutuhkan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor kekecualian.
Kekecualian ini dapat terjadi dalam keadaan tertentu ketika situasi berubah
atau tidak sama.
12. Asas pengendalian fleksibel (Principle of flexibility of control). Pengawasan
harus luwes untuk menghindarkan kegagalan pelaksanaan rencana.
13. Asas Peninjauan Kembali (Principle of review). Sistem kontrol harus ditinjau
berkali-kali, agar sistem yang digunakan berguna untuk mencapai tujuan.
14. Asas tindakan (Principle of action). Pengawasan dapat dilakukan apabila ada
ukuran-ukuran untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana,
organisasi, staffing dan directing.
16
2.9.2 Repressive Control
Pengawasan yang dilakukan setelah terjadi penyimpangan dalam
pelaksanaan kegiatan, agar tidak terjadi pengulangan kesalahan, sehingga
sasaran dapat tercapai. Hal ini bisa dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut :
2.9.4 Pengawasan berkala
Pengawasan berkala yaitu pengawasan yang dilakukan secara
berkala sebulan sekali atau satu kuartal sekali atau satu tahun sekali.
2.9.5 Pengawasan mendadak
Pengawasan mendadak ialah pengawasan yang dilakukan secara
mendadak tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu.
1) Akurat ; setiap data harus akurat, jika tidak mengakibatkan organisasi tidak
tepat dalam mengambil keputusan untuk mengoreksi suatu penyimpangan.
2) Tepat waktu ; informasi segera dikumpulkan, diarahkan dan dievaluasi jika
hendak diambil tindakan yang tepat pada waktunya untuk perbaikan.
17
3) Objektif dan Komprehensif ; informasi dalam sistem pengawasan harus
dapat dipahami dan dianggap obyektif oleh individu yang menggunakannya.
4) Dipusatkan pada titik pengawasan strategis ; sistem pengawasan sebaiknya
dipusatkan pada daerah yang paling banyak kemungkinan akan terjadi
penyimpangan dari standar.
5) Ekonomis ; biaya untuk implementasi sistem sebaiknya lebih kecil daripada
keuntungan yang diperoleh dari sistem itu.
6) Fleksibel ; sistem harus fleksibel agar organisasi lebih mudah bertindak
untuk mengatasi perubahan yang kurang menguntungkan atau
memanfaatkan kesempatan-kesempatan baru.
7) Dapat diterima oleh seluruh anggota organisasi ; idealnya jika sistem
tersebut dapat menghasilkan prestasi yang tinggi diantara para anggota
organisasi dengan membangkitkan perasaan bahwa mereka memiliki
otonomi, tanggung jawab dan kesempatan untuk mencapai tujuan.
8) Dapat diorganisasikan dengan arus pekerjaan organisasi. Hal ini
disebabkan oleh:
a. Setiap langkah dalam proses pekerjaan dapat mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan seluruh operasi.
b. Informasi pengawasan harus sampai kepada orang yang
memerlukannya.
18
5. Pengawasan harus fleksibel. Dalam melakukan pengawasan, perlu dicari
alternatif-alternatif rencana untuk situasi yang memungkinkan.
6. Pengawasan harus serasi dengan pola organisasi. Jika satu bagian membuat
kekeliruan, maka hal itu harus diatasi bersama- sama dengan kegiatan lain
yang merupakan satu kesatuan organisasi.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang telah dirangkum dari bagian awal sampai akhir :
20
8. Harold Kontz dan Cryil O Donnell menetapkan asas pengawasan menjadi
beberapa asas, diantaranya Asas tercapainya tujuan (Principle of assurance
of objective), Asas efisiensi dan pengawasan (Principle of efficiency and
control), Asas tanggung jawab pengawasan (Principle of control
responsibility), Asas pengawasan terhadap masa depan (Principle of future
control), Asas pengawasan langsung (Principle of direct control), Asas
refleksi perencanaan (Principle of reflection of plans), Asas penyesuaian
dengan organisasi (Principle of organizational suitability), Asas
pengawasan individual (Principle of individuality of control), Asas standar
(Principle of standard),Asas pengawasan terhadap strategis (Principle of
strategic point control), Asas kekecualian (The exception principle), Asas
pengawasan fleksibel (Principle of flexibility of control), Asas peninjauan
kembali (Principle of review), Asas tindakan (Principle of action).
9. Sifat dan waktu pengawasan (control) dibedakan atas preventive control,
repressive control, pengawasan yang dilakukan tengah proses
penyimpangan terjadi, pengendalian berkala, dan pengendalian mendadak.
10. Karakteristik pengawasan yang efektif yaitu, akurat, tepat waktu, obyektif
dan komprehensif, dipusatkan pada titik pengawasan strategis, ekonomis,
fleksibel, dapat diterima oleh seluruh anggota organisasi, dapat
diorganisasikan dengan arus pekerjaan organisasi.
11. Cara-cara pengawasan yang baik itu, diantaranya pengawasan harus
mendukung sifat atau kebutuhan dari kegiatan, harus segera melaporkan
setiap ada penyimpangan, harus berorientasi jauh kedepan, harus akurat dan
objektif, harus fleksibel, harus serasi dengan pola organisasi.
12. Langkah-langkah dan proses pengawasan terdiri dari, menetapkan standard
and metode untuk mengukur prestasi, mengukur prestasi kerja, menentukan
apakah prestasi kerja memenuhi standar, mengambil tindakan korektif.
21
3.2 Saran
Pengawasan dirasa sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi. Karena jika
tidak ada pengawasan dalam suatu organisasi akan menimbulkan banyaknya
kesalahan-kesalahan yang terjadi baik yang berasal dari bawahan maupun
lingkungan.
Pengawasan menjadi sangat dibutuhkan karena dapat membangun suatu
komunikasi yang baik antara pemimpin organisasi dengan anggota organisasi.
Serta pengawasan dapat memicu terjadinya tindak pengoreksian yang tepat dalam
merumuskan suatu masalah.
Pengawasan lebih baik dilakukan secara langsung oleh pemimpin
organisasi. Disebabkan perlu adanya hak dan wewenang ketegasan seorang
pemimpin dalam suatu organisasi. Pengawasan disarankan dilakukan secara rutin
karena dapat merubah suatu lingkungan organisasi dari yang baik menjadi lebih
baik lagi.
22
DAFTAR PUSTAKA
23