Anda di halaman 1dari 3

Bangun jatuh basah

“cip...cip..cip...cip...cip..cip”

Suara kicauan burung di pagi hari yang begitu cerah disambut dengan udara yang begitu
menyegarkan dan suasana dinginnya pagi membangunkanku dari tidur nyenyak yang membuatku
begitu pemalas. Namun, Kalian tahu apa kesalahan terbesarku?, Kesalahan terbesarku adalah ketika
aku bangkit dari kamar maksudku tempat tidurku lalu kembali melompat ketempat tidurku dan lalu
bersembunyi di balik selimut, Hal ini membuat ibuku yang dari tadi mengetuk-ngetuk pintu kamarku
bertindak payah karna harus mengambil kunci cadangan untuk membukakan pintu kamarku.

Tak lama setelah ibuku lolos dari benteng pertahanan dan perlindungan tidurku. Ibuku sibuk
menari-narik selimut yang sedang ku selimuti itu, kami berdua seperti sedang bermain tarik
tambang, sama-sama menarik kesana dan kesini, ditambah dengan sedikit suara getaran radio pagi
(repetan ibu), hingga akhirnya....... kalian tahu apa yang terjadi?, sulit dijelaskan, tapi inilah
kenyataannya, selimut yang dari tadi kami tarik itu koyak!!! Menjadi 2!!!, saat itu aku sedikit
ketakutan, aku berpikir bahwa sebentar lagi ibuku akan mengoyakkan diriku sama seperti selimut
tengil ini. Namun, pikiranku jauh dari kenyataan, ibuku malah pergi meninggalkanku sendiri dikamar
sambil tersenyum manis, entahlah itu manis, lalu menutup pintu dengan tenang. Berhasil!

“ Yeah...!, itu dia yang kutunggu” gumamku.

Sepertinya ibuku akan mengalah lagi dan lagi, yeah.. mungkin karna tak sanggup lagi menghadapi
anak berkepala kelapa muda sepertiku ini, apa lagi dengan adanya korban berkelanjutan.

Dan kemudian aku tidur lagi.

***

Aku berlari pelan di pinggir pantai di siang hari yang begitu hangat dan menyegarkan, ombak
laut yang begitu tenang, dan juga kesegaran yang mendalam. Aku memakai celana jins pendek, baju
lengan pendek warna biru muda dengan bunga-bunga, topi pantai, ples kacamata hitam yang
kukaitkan di dua telinga, aku menikmatinya. Ah, benar-benar surga dunia...

Air laut begitu biru, ini indah sekali. Lalu tiba-tiba ombaknya berhenti, bukankah itu
terdengar aneh?, masak laut gak ada ombak sih, semakin lama semakin panas hawa pantai itu,

“Duh..., Ombak! Ombak! Muncul dong! Gua bentar lagi angus nieh”,gumamku sendirian sambil
mengeluh.

Tak lama setelah itu desir pantai sedikit bergetar, bergetar, dan bergetar, semakin lama getarannya
semakin kuat, kencang dan dahsyat.

“A.a..apa Ini G.ge..gempa!?” aku bergumam dengan gugup.


Getarannya semakin kencang. Lalu aku terjatuh di tepi pantai sambil berteriak minta tolong. Namun
ngak ada guna, aku sendiri disini, kira-kira apa ini?

Lalu tiba-tiba...

Aku melihat ombak yang suuangatt tinggi, benar-benar tinggi, tingginya bukan main, besar dan
tinggi, hingga menutupi cahaya matahari kala itu, aku tercengik melihat ombak besar itu dengan
mulut terbuka lebar dan liur keluar...

“t..tunggu! bukankah itu tsunami?!!” kataku dengan mata bulat melotot.

Saat Ombak itu semakin dekat denganku...

“TUNGGU!!!!!!” teriak aku begitu keras.

Lalu tiba-tiba ombak setinggi gunung berhenti, namun dia masih berdiri setinggi gunung, ombak itu
seperti membeku!

“bukankah tadi kau memanggilku???” tanya ombak gunung itu dengan suara nyaring berangin.

“A.a.a.apa? K.kkau b.b.bisa ber.berbicarr.ra? (apa kau bisa berbicara?) jawabku dengan spontan
gugup dan ekspresi orang tengil sedunia dan juga bodoh.

“kau tau? Kau itu benar-benar sangat menggangu, Tadi itu aku sedang mengikuti rapat Ombak di
Samudra Atlant tapi presdirku malah mengusirku karna seekor ikan kecil sepertimu memanggilku,
entahlah seberapa ngefansnya dirimu kepadaku, hingga kau benar-benar membutuhkan tanda
tanganku, tapi jujur saja gayamu itu seribu kali lebih norak dari jutaan followers ku” jelas ombak
gunung itu dengan keangkuhannya.

“A-A-APA KAU BILANG?? NORAK?? HEI OMBAK GENDUT!! KAPAN AKU MEMINTA TANDA
TANGANMU? KAU BAHKAN TIDAK PUNYA TANGAN! BAGIKU KAU HANYALAH OMBAK GENDUT YANG
MENCOBA MENAKUT-NAKUTIKU!” jawabku dengan suara super keras dan mengolok-ngolok si
ombak gunung.

“A-APA KATAMU?” jawab si ombak gunung dengan suara kemarahannya.

Kemarahan si ombak gunung yang begitu menggenaskan pun melanjutkan ombaknya ke arah ikan
kecil yang menentangnya itu.

“J.j.jj.jangan!!! Ampun ombak gunung!!! Ampun!!!, jangan telan aku!!, aku masih ingin hidup!!
TIDAK!!!

Lalu tiba-tiba...

“BYUUUURRRSS!!!” suara hamburan air seember dari sang ibu tercintapun mampu membangunkan
anak berkepala kelapa itu dari tidurnya.

“IBUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU!!!!”. Teriaknya.

Teriakan yang begitu keras sehingga mampu membangunkan Burung-burung dan kucing tetangga
dekat rumahnya itu dari tidur mereka.
“gerbang pintu sekolahmu akan ditutup 15 menit lagi!, ibu tidak mau mendengar alasan konyolmu
itu lagi, sekarang bergegaslah! Ayahmu sudah berangkat kerja dari tadi “. Jelas sang ibu panjang
lebar.

Kemudian ibunyapun pergi meninggalkan kamar

“Huft..!”. aku menarik nafas panjang

“tu tu tunggu! Apa tadi dia bilang 15 menit lagi?” sadarku dari lamunan.

“ASTAGA!!!”.mengeluh.

***

Anda mungkin juga menyukai