Anda di halaman 1dari 4

Nyanyian Kakek

Pada jaman dahulu di sebuah desa, hiduplah seorang kakek yang mempunyai kutil
di pipi kananya. Sidah tiga tahun desa itu di landa musim kemarau, sawah dan lading
menjadi kering. Anak-anak di desa menjadi kelaparan dan terlantar. “Tuit tuit tuit,”
terdengar suara suling yang amat gembira. “Wah! Kakek Kutil,” teriak anak-anak dengan
gembira. Tut tut tuit…. Ayo semuanya. Kita menari gembira. Anak-anak lupa akan rasa
laparnya, mereka mulai mengikuti suara suling Kakek Kutil.
“Huh Kakek Kutil Pipi Kanan memang bodoh, anak-anak itu kan kelaparan kok di
suruh menari, apa tidak tambah lapar?” Teriak Kakek Kutil Pipi Kiri. Ia adalah Kakek
yang paling jahat di Desa. Anak-anak lalu pulang dengan rasa kecewa. “Benar juga ya, apa
yang dikatakan Kakek Kutil Pipi Kiri. Aku telah melakukan hal yang menyusahkan
mereka. Kakek Kutil Pipi Kanan pergi ke gunung seorang diri, disana ia menyanyi dan
menari. “Ayo semuanya, kita akan bergembira kalau menyanyi.” Racoon, Rubah, dan juga
Kelinci, semuanya menari bersama-sama Kakek dengan gembira.
Blar, blar ! Tiba-tiba saja petir berkilat, dan hujan turun. Binatang-binatang
berhenti menari, dan lari. Kakek pun lalu berteduh di lubang pohon. “Wah, wah, sedang
asyik-asyiknya menari, hujan turun. Lebih baik aku berteduh di sini.” Tetapi hujan terus
menerus turun, dan dalam sekejap Kakek tertidur. “Huaaah…. Enak tidurku.” Di tengah
malam Kakek terbangun. “Eh? Hujan sudah berhenti, tapi hari sudah gelap.” Tetapi
sekelilingnya hangat dan terang oleh api unggun. Ketika Kakek melihat kea rah api
unggun. “Hih…. Setan!”
Ternyata disana banyak setan-setan yang menyeramkan sedang minum-minum.
Kakek Kutil melihat keadaan itu dengan gemetar Karena ketakutan. Lalu para setan yang
mabuk itu mulai bermain musik dengan meriah, mereka meniup suling dan memukul
gendang. Seorang setan mulai menari, tetapi “Stop! Kalau aku melihat tarian brengsek dan
jelek itu, maka sake ini jadi basi rasanya,” teriak Pemimpin Setan berang. “Siapa yang bisa
menarikan tarian yang indah, akan kuberi hadiah.”
Setan yang tadi menarikan tarian yang jelek menjadi diam tak menjawab Karena
ketakutan. “Hu! Jangan diam saja! Malam ini adalah malam ulang tahunku, apa kalian mau
menhinaku?” Pemimpin menjadi amat marah. Kakek Kutil yang melihat dari lubang
pohon, segera keluar sambil menari.
Malam ini adalah malam ulang tahun yang bahagia.
Ayo kita bernyanyi dan bergembira.
Ayo cepatlah cepat.
Para setan-setan mengiringi suara nyanyian Kakek Kutil dengan meniup suling dan
menabuh gendang. Kakek Kutil menarikan tarian yang menarik di sebelah api unggun.
Ayo setan-setan.
Berhentilah bermuka seram.
Ayo bergembira bersama. Ayo bertepuk tangan,
Ayo ayo.
Para setan bersama-sama mengikuti, mereka mulai bertepuk tangan dan menyanyi.
Malam ini adalah ulang tahun Pemimpi.
Selamat, selamat ulang tahun.
“Karena Kakeklah ulang tahunku jadi meriah begini.” Pemimpin Setan benar-benar
gembira. Para setan semua merasa senang, meraka menari bersama-sama dengan Kakek.
Pemimpin pun ikut menyanyi. “Sekarang, ayo kita minum dan menari.”
Sekarang adalah ulang tahunku yang menyenagkan. Binatang-binatang pun terkejut
Karena pesta yang amat meriah itu, kemudia mereka datang berkumpul. Seluruh penghuni
setan di gunung itu seperti sedang mengadakan suatu festival saja.
Kukuruyuuk……..!
Terdengarlah suara dari desa di bawah mereka. Para setan yang sedang menari terkejut,
“Gawat. Sudah pagi! Minum-minumnya sudah.” Pagi telah datang, danburung-burung
kecil, mulai berkicau “cit cit cit cit.” “Kakek Kutil terima kasih banyak. Karena kamu aku
bisa melewati ulang tahun dengan bahagia.
Tadi malam sangat menyenangkan. Malam ini, maukah engkau datang lagi kesini
dan menari lagi untuk kami?”
“Ya, ya. Tentu saja!”
Kakek Kutil berkata sambil tertawa, tetapi sebenarnya di dalam hatinya ia amat ketakutan
sekali. Ketika hari telah benar-benar terang, barulah ia melihat dengan jelas kelompok
setan yang berwajah menakutkan.
“Malam ini pun aku pasti datang,” kata Kakek Kutil berbohong. Sambil berkata bohong,
Kakek Kutil mengusap-ngusap kutilnya, dan itu sudah menjadi kebiasaanya. Ternyata
Pemimpin setan tahu isi hatinya. “Bohong, kalau kau bilang akan datang malam ini.”
Baiklah, kalau ku tahan kutil ini, kau tak akan berbohong,” kata Pemimpin Setan.
“Nah sebagai jaminan janjiku, kau bisa menahan kutilku,” kata Kakek “Pok” kutil itu ccpot
tiba-tiba.
Kakek yang merasa senang Karena kutilnya lepas, dengan sengaja berkata dengan
muka sedih. “Malam ini aku pasti datang. Jangan lupa ya, kembalikan kutilku itu.”
“Ya, ya. Aku kan sudah janji. Dan ini sebagai tanda terima kasihku kepadamu.”
Pemimpin memberikan kanung hartanya, lalu kembali ke tengah gunung. Pipiku ringan,
tetapi bebanku berat. Kakek pulang dengan gembira.
“Hei teman-teman! Kutil dipipiku telah aku tukar dengan mata uang emas kuno. Dengan
uang ini kita semua akan makan dengan kenyang.” Orang-orang desa yang kelaparan
kemudian membeli makanan dengan uang yang mereka terima. Penduduk desa yang telah
sehat kembali bekerja bahu-membahu menyalurkan air dari desa yang jauh ke desa mereka.
Sejak saat itu walaupun kemarau melanda, mereka tidak lagi kesusahan.
Mendengar cerita Kakek Kutil Pipi Kanan, maka Kakek Kutil Pipi Kiri menjadi iri,
ia pun datang berkunjung.
“Aku pun ingin menukar kutilku ini dengan uang, dan aku akan memberikannya kepada
orang-orang yang membutuhkan. Ayolah, katakana bagaimana caranya.” Kakek Kutil Pipi
Kiri sebenarnya ingin mengambil uang itu untuk dirinya sendiri, tetapi Kakek yang baik
hati itu tetap saja menceritakan pengalamannya. “Baiklah. Malam ini aku akan pergi ke
tempat setan-setan itu untuk menggantikanmu.” Segera saja Kakek Kutil Pipi Kiri
membawa kanong yang amat besar, dan pergi ke dalam hutan yang jauh. Kemudian dia
tidur di lubang pohon. Tiba-tiba terdengarlah suara musik para setan itu. “Tuit, tuit dum
dum dum. Kakek Kutil Pipi Kiri keluar dari dalam lubang pohon.
“Maafkan aku, Karena malam ini kalian harus menunggu. Malam ini aku akan menari
untuk kalian semua.”
Kakek Kutil Pipi Kiri mulai menari, Dum ! dum !
Ayo kita bersama-sama. Ia menari sambil menghentak-hentakkan kakinya. Tariannya
persis aeperti orang yang akan bergilat sumo. Ketika mendengar suara nyanyian itu, para
setan menutup telinga. Karena jengkel mereka menjadi marah.
“Kalau tariannya jelek seperti itu. Nanti sakeku benar-benar jadi basi.” Pemimpin jadi
kesal sekali, “Kalau aku mendengar suaramu yang serak itu, kepalaku jadi sakit.Berhenti.
Diam! Tetapi Kakek Kutil Pipi Kiri yang tak tahu malu berkata, “Belum, belum. Belum
sampai aku menerima hadiahku. Nah, ayolah, ayo.” Kakek Kkutil Pipi Kiri terus saja
menari. Pemimpin Setan menjadi kesal sekali, “aku sudah tak tahan lagi. Akan ku
kembalikan kutilmu, nah, ayo cepat pergi!” Pemimpin menempelkan kutil itu di pipi
sebelah kanan.
“Oh! Kutil ini bukan kutilku! Maafkan aku. Ayo tukarlah kutil ini dengan uang
yang banyak.”
“Cerewet! Serakah kau. Jangan datang-datang lagi, ayo cepat pergi!”
“Dhieng” Kakek yang serakah itu di tending oleh pemimpin, dan jatuh menggelinding
menuruni gunung. Ketika ia jatuh di dasar, seluruh badannya penuh luka. Kakek Kutil Pipi
Kiri berjalan terhuyung-huyung. Ketika itu Kakek baik dengan cemas menantinya. “Kakek
Kutil Pipi Kiri, bagaimana kau bisa mendapatkan kutil pipi kananku?” Kakek memanggul
Kakek Kutil Pipi Kiri dan membawanya pulang. Keesokan harinya ia membuat kue moshi
yang lezat dan menyuruh Kakek Kutil; Pipi Kiri untuk memakannya.
Kakek Kutil Pipi Kiri bangun dan mulai memakan mochi itu. Ketika ia menggigit
gigitan yang pertama, “Aduh ini enak sekali!” Lalu apa yang terjadi? Karena lezatnya
mochi itu, ia mengunyah dengan bersemangat dan “plok, plok,” kedua kutilnya copot.
“Wah kutil-kutilku copot. Terima kasih ya!” Sejak saat itu Kakek jahat merubah dirinya,
dan bekerja untuk kepentingan semua orang. Orang-orang desa menyebut dua kakek yang
telah copot kutil-kutilnya, dengan Kakek Kutil”. Sampai saat ini pun masih terdengar suara
suling Kakek Kutil yang gembira.

Moral: Tuit tuit tuit. Ayo, anak anak semua! Kita menyanyi dan menari. Ayolah
Tersenyum, jangan berduka! Kalau kita selalu tersenyum maka hati menjadi
Tenang.

Anda mungkin juga menyukai