Anda di halaman 1dari 6

Nama

: Nurhaliza

Kelas

: XII IPS 1

GADIS MALANG
Dari terowongan kegelapan kereta senja mulai memasuki gerbang malam
yang telah terbuka dan menyajikan mimpi-mimpi bagi penumpangnya. Tiba-tiba
dari kejauhan aku melihat dua orang berbaju hitam dan bertubuh besar, tiba-tiba
mereka mendekat dan mengetuk pintu rumah tua yang hampir roboh, mungkin
usianya sudah ratusan tahun. Tok, tok, tok tiba-tiba dan kedua adik tiri ku
membuka pintu rumah, ternyata dua laki-laki yang bertubuh besae itu adalah
pegawai dari kerajaan, mereka datang kerumahku untuk memberikan sebuah
undangan pesta kerajaan. Tapi mungkun aku tidak akan bisa pergi kepesta tersebut
karena aku Cuma babu yang bekerja dan terus bekerja.
cinderella, cinderella.
iya bu, ada apa?
tolong bersihkan rumah, ibu dan adik-adik mu mau pergi ke pesta kerajaan
tapi bu, aku juga mau pergi ke pesta kerajaan.
apa? Pergi? Kamu itu Cuma pembantu, kamu Cuma cocok di dapur bukan di
kerajaan.
Perkataan itu membuat hatiku sedih. Malam semakin larut, aku sendiri bermenung
dan meratap dalam kesepian. Air mata ini terus menetes ditengah-tengah gelapnya
malam. Tiba-tiba dari kegelapan malam aku melihat cahaya yang bersinae.
wahai gadis cantik dan manis sedang apa kau disini?
siapa kau?
tidak perlu takut, aku adalah seorang peri yang membantu mu, memangnya
kenapa kamu menangis wahai gadis cantik?
aku hanya sedih tidak bisa pergi ke pesta kerajaan.
kamu tidak peril menangis, aku akan membantumu.

Berkat bantuan peri tersebut, akhirnya aku bisa pergi ke pesta kerajaan.
Sempainya dikerajaan, semua pandangan tertuju padaku, mungkin karena diriku
yang sudah berubah menjadi seorang gadis cantik dengan balutan gaun mewah
dan sepatu kaca yang berkilau. Tiba-tiba dari kejauhan terlihat seorang laki-laki
menghampiriku dan bertanya-tanya siapa namamu wahai gadis cantik? namaku
Cinderella pangeran. maukah kau berdansa denganku? didalam hatiku aku
hanya berdoa semoga ini bukan mimpi.tenggg, tenggg, tengg pukul 00:00
malam pun tiba tuhan aku hanya ingin waktu ini berhenti, karena aku ingin mimpi
indah ini tetap berlanjut bukan berhenti pada pukul 00:00 malam. Aku berlari
keluar dari kerajaan agar pangeran tidak melihatku berubah menjadi seorang babu
yang berpakaian seperti pengemis, berkulit kusam dan berbau amis seperti ikan.
Tiba-tiba petir menggelegar diikuti dengan hujan deras, kemudian aku berlari
sambil menangis, aku berharap mimpi indah ini tidak berakhir begitu saja.
******
Tiba-tiba aku mendengar suara ledakan, ternyata suara ledakan itu adalah
bunyi alarm yang telah menunjukkan pukul 05:00 subuh. Aku pun terbangun dari
tidurku. Tiba-tiba aku terkejut melihat pakaia ku yang sudah basah kuyup karena
atap rumahku yang sudah bocor dan aku berfikir sejenak ternyata kejadian yang
benar-benar ku alami semalam benar-benar mimi dan dengan pikiran yang bodoh
aku bertanya-tanya kenapa aku bisa bermimpi menjadi seorang Cinderella.
mei, mei!
iya bu, ada apa?
tolong cepat bersihkan rumah ini.
iya bu.
Aku langsung bergegas eluar kamar untuk membersihkan rumah yang
tergenang oleh air hujan, pekerjaan ini memang sudah biasa aku kerjakan,
karenatugasku sebelum berangkat ke sekolah yaitu membersihkan rumah. Setelah
semua pekerjaanku usai, aku pun bergegas untuk pergi ke sekolah. Aku
bersekolah di MTSN Sentajo sekolahku memang cukup dekat dari tempat
tinggalku. Aku biasa pergi kesekolah dengan berjalan kaki. Hari ini sepertinya

cuaca kurang bersahabat aku berusaha cepat sampai ke kesekolah agar aku tidak
kehujanan dijalan. Tapi, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, sesampainya
disekolah tubuhku sudah dibasahi dengan air hujan, aku pun masuk kedalam
kelas, tapi bukan pertanyaan baik yang terlontar dari mulut mereka tapi hanya
kata-kata yang menyakitkan.gembel kehujananemangnya gembel nggak punya
paying. Perkataan itu membuat diriku semakin sedih didalam hatiku, aku hanya
bertanya-tanya kepada mereka, apakah aku tidak bisa diperlakukan seperti
manusia? Mereka hanya menjawab, tidak dan tidak akan pernah, mereka selalu
memanggilku gembel karena menurut mereka aku tidak sederajat dengan
mereka, teman setiaku pada saat itu hanyalah diary, disanalah aku selalu
mencurahkan seluruh isi hatiku.
Jam telah menunjukkan pukul 14:00 siang, bel pulang pun telah berbunyi,
aku pun segera bergegas pulang ke rumah, agar aku bisa membantu ibuku bekerja.
Aku memang sangat berbeda dari anak-anak lainnya, karena anak lainnya jika
selepas pulang sekolah mereka bisa langsung beristirahat, sedangkan aku harus
bekerja terlebih dahulu menjual ikan keliling kampong untuk memenuhi
kebutuhan hidup kami, aku memiliki dua orang adik tiri, kami memang satu ibu,
tapi kami beda ayah, walaupun begitu aku tetap menyayangi mereka seperti adik
kandungku sendiri.
Sesampainya dirumah, ibuku telah menyiapkan ikan-ikan yang telah
ditangkapnya untuk dijual. Setelah itum bersama dua orang adiku akupun pergi
menjual ikan keliling kampong, ditengah matahari yang terik dan cuaca siang
yang ganas kami tetap berteriakikannn, ikannn, ikannn. Kami tidak pernah
peduli terhadap panas dan dingin karena kami hanya bisa berfikir bagaimana
caranya agar ikan-ikan ini bisa ditukar dengan beberapa lembaran uang, tapi
terkadang ikan-ikan yang kami jual tidak selamanya terjual habis, adakalanya ikan
yang kami jual tidak pernah tersentuh oleh tangan pembeli, alasannya yaitu karena
ikan yang kami jual sudah tercemar oleh air raksa dan juga karena ikan kami
sudah hampir berbau busuk. Tapi, bagaimanapun kami tidak menyerah karena
hanya dari ikan-ikan itu kami bisa bertahan hidup dan dengan ikan ini pula kami

bisa memakan sesuap nasi, terkadang aku sedih melihat adik-adiku yang harus
menderita dan merasakan pahitnya hidup.
Karena siang hampir berganti malam, kami pun memutuskan untuk pulang
kerumah, sesampainya dirumah kami terlebih dahulu membersihkan diri dari
keringat dan debu-debu dan bersiap-siap untuk makan malam. Dengan satu pelita
yang menerangi sudut-sudut rumah tua ini, kami berkumpul bersma untuk makan
malam, walaupun kami tidak makan ditempat-tempat mewah dengan menu
makanan seperti: steak, pizza, burgerm spaghetti dan lainnya, kami tetap
bersyukur, hari ini tuhan masih memberikan kami rezki walaupun kami makan
malam hanya ditemani oleh nasi putih dan kerupuk dan dengan segelas air putih
untuk melepas dahaga. Aku selalu berkata pada adikku anggap saja kerupuk ini
sebagai makanan yang lezat.
Karena sudah hampir larut malam, aku dan adikku memutuskan untuk
tidur. Angin-angin malam membelai rambutku dengan lembutm dinginnya malam
pun berlomba-lomba untuk menyelimuti tubu, tubuh malang ini, dengan
beralaskan tikar yang sudah tua ini kami pun berbaring dan beristirahat ditemani
dengan suara-suara jangkrik yang membuat malam yang dingin ini semakin sunyi.
Rembulan malam pun telah memperlihatkan keindahannya, aku hanya ingin mala
mini aku terlelap bersama mimpi-mimpi yang akan membawa kebahagiaan, aku
berharap malam kali ini akan menayangkan dan memperlihatkan kembali mimpimimpi indah untuk ku jelajahi.
******
Mataku sedikit terbuka, pertanda mimpi-mimpi indah tadi malam telah
usai. Mataharipun telah menampakkan senyumannya, dengan mata yang masih
tertutup, aku bergegas untuk pergi mencuci ke sungai dan menolong ibuku untuk
menangkap ikan, melihat tawa dan canda anak-anak kecil yang sedang mandi di
sungai, tiba-tiba aku teringat akan kenangan masa lalu, mungkin sudah 10 tahun
lamanya. Kenangan itu tiba-tiba kembali muncul dibenakku, sembari mencuci,
aku mengingat kembali bahwa dulu aku pernah tenggelam disungai ini karena aku
dan teman-teman mandi bersama, persis seperti anak-anak kecil ini. Setelah

selesai mencuci aku pun pulang kerumah dan bersiap-siap untuk pergi menjual
ikan. Hari ini aku berdoa semoga ikan kami terjual habis, agar aku dapat
membelikan adikku sebuah buku bacaan iqra, agar adik-adikku nantinya dapat
membaca al-quran dan menjadi orang yang sukses dan aku berharap agar adikku
tidak bernasib sama seperti diriku saat ini.
Setelah selesai menjual ikan, aku bergegas pulang kerumah, setelah
sampai dirumah aku pun dikejutkan dengan adanya kabar bahwa aku harus
berhenti dari sekolah karena ibuku tidak mampu lagi untuk menyekolahkan ku.
mel maafkan ibu, karena ibu kamu tidak bisa lagi sekolah.
tidak apa-apa bu, aku akan menerimanya dengan ikhlas
Walaupun sulit untuk mengataknnya, aku tetap bersabar dan terus
bersabar, mungkin ini memang jalan terbaik dari tuhan, dan aku pun akan
menjalaninya sesuai dengan alur. Aku pun duduk termenung diatas kursi tua
kamar ku, aku melihat betapa cerahnya cuaca pada hari ini. Tapi, kenapa semua
ini harus terjadi padaku, kenapa aku merasa kesulitan dalam mencari tawa.
Dengan tangan yang lemah ini dan bermodalkan satu pensil dan secarik kertas aku
pun mulai mencurahkan seluruh hatiku.
Senja yang tak berujung
Malam yang semakin kelam
Hanyut dalam kesepian
Terbuang, tersakiti, menderita
Kegelisahan selalu menghantui
Berhenti..
Aku ingin kegelisahan ini berhenti
Aku ingin kesulitan ini pergi
Kegelisahan itu membawaku kejurang kegelapan yang dalam

Hanya dengan menulis puisi seperti ini aku dapat menghilangkan kesepian
dan menghilangkan kegelisahan hati, walaupun semua ini tidak akan berakhir
dengan hanya berkata berhenti dan pergi dan aku tetap menjadi gadis malang
dari Koto Sentajo

Anda mungkin juga menyukai