Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN KEPERAWATAN

KONSEP DELEGASI DAN SUPERVISI

OLEH

TINGKAT III REGULER A

1. NURIZKHY PUTRI LESTARI PO.530320118385


2. PATRICKSIUS A.D DAY PO.530320118386
3. RAINELDY L.V LAMAWITAK PO.530320118387
4. RINIATI V. A PELLO PO.530320118388

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG


D-III KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KONSEP
DELEGASI DAN SUPERVISI ”dengan baik.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari harapan pembaca yang mana di
dalamnya masih terdapat berbagai kesalahan baik dari sistem penulisan maupun isi. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Kupang, September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................... 1

1.3 Tujuan....................................................................................................................... 2

1.3.1 Tujuan Umum..................................................................................................... 2

1.3.2 Tujuan Khusus..................................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN TEORI.............................................................................................. 3

2.1 Pengertian delegasi..................................................................................................... 3

2.2 Ketidakefektifan delegasi.......................................................................................... 3

2.3 Konsep delegasi efekti............................................................................................... 3

2.4 Prinsip delegasi......................................................................................................... 5

2.5 Bentuk delegasi........................................................................................................ 7

2.6 Pengertian supervisi................................................................................................ 7

2.7 Tujuan dan manfaat supervisi.................................................................................. 7

2.8 Proses supervisi...................................................................................................... 8

2.9 Teknik supervisi...................................................................................................... 9

BAB 3 PENUTUP........................................................................................................... 10

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 10

3.2 Saran....................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 10
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen asuhan keperawatan dalam manajemen keperawatan adalah terlaksananya


asuhan keperawatan yang berkualitas kepada pasien.Tenaga keperawatan yang
bertanggung jawab dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang berkualitas adalah
perawat pelaksana.Sebagai kunci keberhasilan dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap pasien adalah komunikasi, koordinasi, konsultasi, pengawasan, dan
pendelegasian

Pendelegasian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian


tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, memberikan instruksi, menetapkan
prinsip-prinsip berdasarkan standar, membandingkan penampilan, standar dan
memperbaiki kekurangan

Supervisi adalah suatu proses memfasilitasi sumber-sumber yang diperlukan staf


untuk menyelesaikan tugas-tugasnya (Swansburg, 2000). Supervisi adalah suatu kegiatan
pembinaan dengan menerapkan prinsip mengajar, mengarahkan, mengobservasi dan
mengevaluasi secara terus menerus pada setiap perawat dengan sabar, adil serta
bijaksana sehingga setiap perawat dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik,
terampil, aman, cepat dan tepat secara menyeluruh sesuai kemampuan dan keterbatasan
dari perawat.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan delegasi ?


2. Apa yang dimaksud dengan ketidakefektifan delegasi ?
3. Apa saja konsep delegasi efektif ?
4. Apa saja prinsip delegasi ?
5. Apa saja bentuk delegasi ?
6. Apa yang dimaksud dengan supervisi ?
7. Apa saja tujuan dan manfaat dari supervisi ?
8. Apa saja proses dari supervisi ?
9. Apa saja teknik dari supervisi ?
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Agar mahasiswa mampu mengetahui konsep dari Delegsai dan Supervisi.

1.3.2 Tujuan Khusus

Agar mahasiwa mampu memahami dan menjelaskan :

1. Pengertian delegasi
2. Ketidakefektifan delegasi
3. Konsep delegasi efektif
4. Prinsip delegasi
5. Bentuk delegasi
6. Pengertian supervisi
7. Tujuan dan manfaat supervisi
8. Proses supervisi
9. Teknik supervisi
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Delegasi

Delegasi adalah suatu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada
orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Pendelegasian adalah  pelimpahan
kekuasaan, wewenang dan tanggung jawab kepada orang lain. Pekerjaan- pekerjaan yang
sifatnya rutinitas sebaiknya didelegasikan ke orang lain agar seorang manajer dapat
menggunakan waktunya itu untuk melakukan tugasnya sebagai seorang manajer.
Pendelegasian adalah kegiatan seseorang untuk menugaskan stafnya bawahannya
untuk melaksanakan bagian dari tugas manajer yang  bersangkutan dan pada waktu
bersamaan memberikan kekuasaan kepeda staf bawahan tersebut, sehingga bawahan itu
dapat melaksanakan tugas tugas itu sebaik baiknya serta dapat mempertanggung
jawabkan hal hal yang didelegasikan kepadanya.

2.2 Ketidakefektifan Delegasi

Delegasi dalam praktek keperawatan professional sering mengalami masalah, dimana


proses delegasi tidak dilaksanakan secara efektif. Hal ini dikarenakan tiga hal:

a. Pendelegasian yang terlalu sedikit (under-delegasi): Staf diberi wewenang yang


sangat sedikit, terbatas dan sering tidak terlalu jelas, sehingga tugas tersebut tidak 
dapat diselesaikan dengan baik.
b. Pendelegasian yang berlebihan (over-delegasi): Penggunaan waktu yang sia-sia,
yang disebabkan keterbatasan menajer untuk memonitori dan menghabiskan
waktu dalam tugas organisasi. Staf akan merasa terbebani dan dapat terjadi
penyalahgunaan wewenang yang diberikan.
c. Pendelegasian yang tidak tepat (improper delegasi): Kesalahan yang ditemukan
adalah, pendelegasian menjadi tidak efektif jika diberikan kepada orang yang
tidak tepat, dan alasan delegasi hanya karena faktor senang tidak senang.
Pelimpahan ini tidak efektif karena kecendrungan pimpinan menilai pekerjaanya
berdasarkan unsur subyektif
2.3 Konsep Delegasi Efektif
Sangat penting untuk seorang manager untuk memperhatikan apakah pelaksanaan
delegasi itu benar-benar berjalan dengan efektif Hal ini diperlukan agar dapat diketahui
apakah semua sumber daya yang ada digunakan secara efehif. organisasi harus
memberikan tugas yang khusus kepada tingkat manajemen yang lebih rendah, dimana
mada level ini dijumpar keterampilan. Demikian juga pada level manajemen yang lebih
rendah diperlukan imformasi yang cukup untuk melaksanakan tugas. Dengan demikian
suatu tugas yang diperuntukkan bagi para bawahan tidak perlu dike{akan para atasan.
Sebagai contoh seorang pimpinan perusahaan adalah sangat sia-sia mengawasi sendiri
kartu absen tingkat bawah.
Menurut Allen (1986), ada beberapa hal yang perlu dipedomani oleh manager, agar
pendelegasian dapat berjalan dengan seefektif mungkin. Hal tersebut adarah :
1) Definisikanlah tanggung jawab, wewenang dan pertanggung jawaban.
Tanggung jawab, wewenang dan pertangungjawaban merupakan unsur delegasi.
Ketiga unsur ini harus dinyatakan secara tegas dan terturis. Tindakan ini
memberikau kegunaan bagi atasan dan bawahan karena kedua berah pihak akan
lebih mengerti tentang tugas yang akan dikerjakan nya. Begitu juga melalui
tindakan ini, keputusan dan tujuan yang hendak dicapai dapat dilaksanakan.
Melalui pernyataan tertulis, dapat ditentukan mengenai setiap beban dari suatu
pekerjaan. Demikian juga tentang balas jasa dari pada pekerjaan itu dapat
diketahui. Disamping itu Pernyataan ini juga akan menghilangkan suatu pekerjaan
yang tidak perlu. Dilain pihak pemyatan ini juga merupakan salah satu bentuk
pengawasan dan penelitian vang penting. Dimana tindakan ini didasari oleh suatu
anggapan dimana diharapkan ciari parabawahan dapaf mencapai suatu hasil.
2) Berikanlah iklim yang wajar untuk delegasi.
Disini dinyatakan bahwa, seorang manager harus bersedia mendelegasikan tugas
kepada bawahan. Dengan kata lain, bahwa seorang manager harus bersedia
rnemberikan kesempatan kepada bahawan untuk mengalami kegagalan. Terlebih
bila pekerjaan rtu bersifut menantang diberikan kepada bawahan, maka bawahan
akan berusaha mencari jalan keluar untuk tujuan memperbaiki kedudukannya.
Sehingga bila mereka berhasil akan merasa bangga sebab dapat merampungkan
pekerjaan tenebut dengan baik. oleh sebab itu seorang manager rrarus mempunyai
keyakinan bahwa bawahan akan dapat melaksanakan pekerjaan yang sama jika
dilaksanakan sendiri oleh manager itu sendiri.
3) Ketahuilah kapan delegasi harus dibatalkan
Sering seorang bawahan yang diberikan wewenang dan tanggung jawab
berkurang kemampuannya untuk melaksanakan suatu tugas saat-saat mulai
berkurangnya kemampuan ini, atasan harus membatalkan untuk sementara waktu
delegasi tersebut.
Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar para bawahan jangan terus di dalam
kegagalannya melekukan pekerjaan dengan penuh kesungguhan. Apabila
kekurangan yang dialami aleh bawahan mulai kelihatan diperbaiki, maka
pendelegasian tanggung jawab dapat diteruskan. Demikian pula pada saat-saat
darurat atau pada saat kesatuaan atau bagian baru dibentuk dan bila seorang
manager baru mendudulii suatu jabatan maka pencabutan delegasi untuk
sementara perlu dilakukan.
4) Jelaskan ukuran-ukuran pekerjaan.
Dalam hal ini sangat diperrukan ukuran-ukuran pekerjaan terhadap
pertanggungjawaban, sehingga setiap pekerjaan dapat dipahami dan diukur. Untuk
itu atasan harus mengembangkan berbagai rencana yarg dapat dimengerti dan
diterina oleh bawahan yang melapor kepadanya. Hal ini perlu mengingat sukamya
meletakkan tangung jawab kepada bawahan untuk melakukan sesuatu pekeraan,
apabila tidak dikembangkan rencana yang akan ditrerikan kepada bawahan.
5) Berpeganglah pada pekerjaan yang telah rarnpung.
Sering bawahan dapat belajar lebih efektif bagaimana mendelegasikan ke atas dari
pada atasan belajar bagaimana mendelegasikan ke bawah. sering kali atasan
begitu sibuk karena mengerjakan pekerjaan untuk bawalannya, sehingga tidak
mempunyai waktu untuk melakukan pekerjaannya sendiri. Dohkrin pekejaan yang
mmpung dirancang untut membantu masarah ini. pekerjaan yang rampung
mewajibkan seorang nianajer mendefinisikan dengan teliti dan menerangkan
terlebih dahulu apa yang akan dikehendakinya.
Kemudian memberikan dorongan untuk “feet back” agar menjamin bahwa
bawahan memahami hasil-hasil yang harus dicapai dan ukuran-ukuran pekerjaan
yang akan dipakai untuk mengukur pekedaamya. Kemudian manager tersebut
mendesak supaya bawahan rrenyelesaikan pekefaan itu dengan prakarsanya
sendiri, sehingga memerlukan sedikit sekali pemeriksaan ulangan dan
pengambilan keputusan-keputusan pralihan dari atasannya.

2.4 Prinsip Delegasi

Prinsip-prinsip klasik yang dapat dijadikan dasar untuk delegasi yang efektif adalah:
1. Prinsip Skalar
Menyatakan harus ada garis otoritas yang jelas yang menghubungkan tingkat
paling tinggi dengan tingkat paling bawah. Garis otoritas yang jelas ini
memudahkan anggota organisasi untuk megetahui:
a) Kepada siapa dia dapat mendelegasikan
b) Siapa yang dapat melimpahkan wewenang kepadanya
c) Kepada siapa dia bertanggungjawab

Dalam proses penyusunan garis otoritas diperlukan kelengkapan pendelegasian


wewenang, yaitu semua tugas yang diperlukan dibagi habis. Hal ini digunakan untuk
menghindari:

a) Gaps, yaitu tugas-tugas yang tidak ada penangung jawabnya


b) Overlaps, yaitu tanggung jawab untuk satu tugas yang sama diberikan kepada
lebih dari satu orang
c) Splits, yaitu tanggung jawab atas tugas yang sama diberikan kepada lebih dari
satu-satuan organisasi
2. Prinsip kesatuan perintah (unity of command)
Menyatakan setiap orang dalam organisasi harus melapor pada satu atasan.
Melapor pada lebih dari satu orang akan menyulitkan seseorang untuk
mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab dan perintah siapa
yang harus diikuti. Bertanggung jawab kepada lebih dari satu atasan juga akan
membuat bawahan dapat menghindari tanggungjawab atas pelaksanaantugas
yang jelek dengan alasan banyaknya tugas dari atasan lain.
3. Tanggungjawab, wewenang dan akuntabilitas

Prinsip-prinsip ini menyatakan bahwa:

a. Dapat menggunakan sumber dayanya secara efisien


b. Masing-masing orang dalam organisasi dapat melaksanakan tugas
yang dibebankan kepadanya secara efektif
c. Akuntanbilitas penerimaan tanggungjawab dan wewenang

Ada 4 kegiatan terjadi ketika delegasi dilakukan:

a. Pendelegasian menetapkan dan memberikan tujuan dan tugas kepada


bawahan.
b. Pendelegasian melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk
mencapai ujuan atau tugas.
c. Penerimaan delegasi, yang menimbulkan kewajiban atau tanggung
jawab.
d. Pendelegasi menerima pertanggungjawaban bawahan untuk hasil-hasil
yang dicapai.

2.5 Bentuk Delegasi


Bentuk delegasi adalah bentuk dimana dalam instansi pertama suatu pemerintah
wewenang pemerintahan yang dilambangkan kepada suatu lembaga pemerintahan
diserahkan oleh lembaga pemerintahan yang lainnya. Namun, pihak yang didelegasikan
juga kadang-kadang bisa menyerahkan wewenang ini, sehingga kita dapat berbicara
tentang subdelegasi.
Bentuk delegasi dilaksanakan di beebrapa negara berkembang dengan memberikan
tanggung jawab kepada korporasi publik, serta agen-agen pembangunan regional.
Rondineli menyebutkan sejumlah negara berkembang yang mendelegasikan
pengendalian terhadap eksploitasi, proses dan ekspor beberapa sumber alam yang
bernilai tinggi kepada korporasi khusus dilandasi oleh pertimbangan bahwa birokrasi
reguler tidak mampu mengatur, pengendalian secara langsung, atau mengolah industri
tersebut. Misalnya, Indonesia mempunbyai pertamina, Meksiko mempunyai Pemex, dan
Aljazair mempunyai Sonatrach. Semua itu mempunyai peranan penting dalam industri
pertambangan.

2.6 Pengertian Supervisi


Pitman (2011) mendefinisikan supervisi sebagai suatu kegiatan yang digunakan
untuk menfasilitasi refleksi yang lebih mendalam dari praktek yang sudah dilakukan,
refleksi ini memungkinkan staf mencapai, mempertahankan, dan kreatif dalam
menigkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan melalui sarana pendukung yang
ada.
Supervisi menurut Rowe, dkk (2007) adalah kegiatan yang menjadi tanggung
jawab manajer untuk memberikan dukungan, mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan serta nilai-nilai kelompok, individu atau tim. Dalam supervisi keperawatan
dapat dilakukan oleh pemangku jabatan dalam berbagai level seperti ketua tim, kepala
ruangan, pengawas, kepala seksi, kepala bidang perawatan atau pun wakil direktur
keperawatan. Sistem supervisi akan memberikan kejelasan tugas, feedback dan
kesempatan perawat pelaksana mendapatkan promosi.
Supervisi menurut Nursalam (2015) merupakan suatu bentuk dari kegiatan
manajemen keperawatan yang bertujuan pada pemenuhan dan peningkatan pelayanan
pada klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan, dan kemampuan
perawat dalam melaksanakan tugas. Kunci supervisi menurut Nursalam (2015) meliputi
pra (menetapkan kegiatan, menetapkan tujuan dan menetapkan kompetensi yang akan di
nilai), pelaksanaan (menilai kinerja, mengklarifikasi permasalahan, melakukan Tanya
jawab, dan pembinaan), serta pasca supervisi 3F (F-fair yaitu memberikan penilaian,
feedback atau memberikan umpan balik dan klarifikasi, reinforcement yaitu memberikan
penghargaaan dan follow up perbaikan).

2.7 Tujuan

Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang nyaman, ini tidak hanya meliputi
lingkungan fisik, tetapi juga suasana kerja diantaranya para tenaga keperawatan dan
tenaga lainnya , juga meliputi jumlah persediaan dan kelayakan perawatan agar
memudahkan pelaksanaan tugas. Oleh karena itu tujuan supervisi adalah :
1. Mengorganisasikan staf dan pelaksanan keperawatan
2. Melatih staf dan pelaksana keperawatan
3. Memberikan arahan dalam pelaksanaan tugasnya agar menyadari dan mengerti
terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan.
4. Memberikan layanan kemampuan staf dan pelaksana keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan.

2.8 manfaat Supervisi

Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak


manfaat.menurut suarli & Bachtiar (2009), manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai
berikut

1. Supervisi dapat meningkatkan efektivitas kerja. Peningkatan efektivitas kerja ini


erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan,
serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara
atasan dan bawahan.
2. Supervisi dapat lebih meningkatkan efisiensi kerja. Peningkatan efisiensi kerja ini
erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan,
sehingga pemakaian sumber daya ( tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia akan
dapat dicegah.

Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telat tercapainya
tujuan suatu organisasi titik tujuan pokok ini dari supervisi ialah menjamin pelaksanaan
berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan tepat. Dalam arti lebih efektif
dan efisien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan
memuaskan

2.9 Proses Supervisi


Menurut Rifai (1982), supervisi merupakan suatu proses, yaitu serangkaian kegiatan
yang teratur dan beraturan serta berhubungan satu sama lain dan diarahkan kepada suatu
tujuan secara garis besar kegiatan dalam proses supervisi dapat dibagi atas empat, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut.
1. Perencanaan supervisi pendidikan
Perencanaan supervisi perlu disusun oleh supervisor agar pelaksanaansupervisi
dapat terarah. Mengingat perencnaan merupakan pedoman dan arah dalam
pelaksanaan, maka ada beberapa hal yang harus dicantumkandalam perencanaan
supervisi, yaitu :
a. Tujuan supervisi
b. Alasan mengapa kegiatan tersebut perlu dilaksanakan
c. Bagaimana (metode teknik) mencapai tujuan yang telah dirumuskan
d. Siapa yang akan dilibatkandiikutsertakan dalam kegiatan kegaitan yang
akan dilakukan
e. Waktu pelaksanaa
f. Hal- hal yang diperlukan dalam pelaksaannya serta cara memper oleh hal-
hal tersebut
Tahapan perencanaan terdiri dari tahap penyusunan dan tahap persiapan:
a) tahap penyusunan
b) Penyusunan Program Tahunan
2. Penyusunan program tahunan adalah bersifat penugasan yangdiberikan kepada
pengawas sekolah yang bersangkutan sesuai dengan keenangannya oleh
koordinator pengabmas sekolah langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan
penyusunan program tahunan adalah mengidentifikasi hasil pengabmasan
sebelumnya dan kebijakan bidang pendidikan adalah mendata atau menandai
keberhasilan dan ketidakberhasilan program pengabmas sebelumnya keberhasilan
akan dintandai dengan pencapaian tujuan atau terpenuhinya kriteria.
2.10 Teknik Supervisi
1. Supervisi Langsung
Supervisi langsung dilakukan pada saat perawat sedang melaksanakan
pengisian formulir dokumentasi asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan
pada kinerja pendokumentasian dengan mendampingi perawat dalam
pengisian setiap komponen dalam proses keperawatan mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi.
Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung (Wiyana, 2008):
a. Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa
pendokumentasiannya akan disupervisi.
b. Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan
pendokumentasian. Supervisor melihat hasil pendokumentasian secara
langsung dihadapan perawat yang mendokumentasikan.
c. Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan asuhan
keperawatan pakai yaitu menggunakan form A Depkes 2005.
d. Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat yang
disupervisi komponen pendokumentasian mulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kepada
perawat yang sedang menjalankan pencacatan dokumentasi asuhan
keperawatan sesuai form A dari Depkes.
e. Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen supervisi.

2. Supervisi Tidak langsung


Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui laporan baik
tertulis maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat langsung apa yang
terjadi di lapangan sehingga memungkinkan terjadinya kesenjangan fakta.
Umpan balik dapat diberikan secara tertulis (Bittel, 1987) dalam Wiyana,
2008.
Langkah-langkah Supervisi tak langsung.
a) Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil
dokumentasi pada buku rekam medik perawat.
b) Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.
c) Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar
dokumentasi asuhan keperawatan yang ditetapkan rumah sakit
yaitu form A dari Depkes.
d) Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi
dengan memberikan tanda bila ada yang masih kurang dan
berikan cacatan tertulis pada perawat yang
mendokumentasikan.
e) Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak
lengkap atau sesuai standar.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Delegasi adalah suatu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada
orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Pendelegasian adalah  pelimpahan
kekuasaan, wewenang dan tanggung jawab kepada orang lain. Pekerjaan- pekerjaan yang
sifatnya rutinitas sebaiknya didelegasikan ke orang lain agar seorang manajer dapat
menggunakan waktunya itu untuk melakukan tugasnya sebagai seorang manajer.

Bentuk delegasi adalah bentuk dimana dalam instansi pertama suatu pemerintah
wewenang pemerintahan yang dilambangkan kepada suatu lembaga pemerintahan
diserahkan oleh lembaga pemerintahan yang lainnya. Namun, pihak yang didelegasikan
juga kadang-kadang bisa menyerahkan wewenang ini, sehingga kita dapat berbicara
tentang subdelegasi.
Supervisi menurut Rowe, dkk (2007) adalah kegiatan yang menjadi tanggung jawab
manajer untuk memberikan dukungan, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
serta nilai-nilai kelompok, individu atau tim. Dalam supervisi keperawatan dapat
dilakukan oleh pemangku jabatan dalam berbagai level seperti ketua tim, kepala ruangan,
pengawas, kepala seksi, kepala bidang perawatan atau pun wakil direktur keperawatan.
Sistem supervisi akan memberikan kejelasan tugas, feedback dan kesempatan perawat
pelaksana mendapatkan promosi.

3.2 Saran

Diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua mahasiswa


tentang konsep delegasi dan supervisi manjemen keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/amp/s/fdokumen.com/amp/document/delegasi-dan-supervisi-dalam-
manajemen-keperawatan.html

delegasi-keperawatan.pdf

ANALISIS%20PENDELEGASIAN%20TUGAS%20DAN%20WEWENANG.pdf

Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang nyaman, ini tidak hanya meliputi
lingkungan fisik, tetapi juga suasana kerja diantaranya para tenaga keperawatan dan tenaga
lainnya , juga meliputi jumlah persediaan dan kelayakan perawatan agar memudahkan
pelaksanaan tugas. Oleh karena itu tujuan supervisi adalah :
1.    Mengorganisasikan staf dan pelaksanan keperawatan
2.    Melatih staf dan pelaksana keperawatan
3.    Memberikan arahan dalam pelaksanaan tugasnya agar menyadari dan mengerti terhadap
peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan.
4.    Memberikan layanan kemampuan staf dan pelaksana keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai