0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
359 tayangan8 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang marketing myopia, yaitu ketika perusahaan terlalu fokus pada produk yang dijual saat ini daripada melihat kebutuhan masa depan pelanggan. Konsep ini diperkenalkan oleh Theodore Levitt pada tahun 1960. Dokumen tersebut memberikan contoh perusahaan taksi dan penjual yogurt beku yang gagal melihat perubahan pasar dan akhirnya kalah bersaing dengan pelaku baru yang lebih memahami kebutuhan
Dokumen tersebut membahas tentang marketing myopia, yaitu ketika perusahaan terlalu fokus pada produk yang dijual saat ini daripada melihat kebutuhan masa depan pelanggan. Konsep ini diperkenalkan oleh Theodore Levitt pada tahun 1960. Dokumen tersebut memberikan contoh perusahaan taksi dan penjual yogurt beku yang gagal melihat perubahan pasar dan akhirnya kalah bersaing dengan pelaku baru yang lebih memahami kebutuhan
Dokumen tersebut membahas tentang marketing myopia, yaitu ketika perusahaan terlalu fokus pada produk yang dijual saat ini daripada melihat kebutuhan masa depan pelanggan. Konsep ini diperkenalkan oleh Theodore Levitt pada tahun 1960. Dokumen tersebut memberikan contoh perusahaan taksi dan penjual yogurt beku yang gagal melihat perubahan pasar dan akhirnya kalah bersaing dengan pelaku baru yang lebih memahami kebutuhan
Rona Fahrona Annisa F. R Herrik Yuza Pengertian Marketing Myopia Menurut Theodore Levitt pada tahun 1960, marketing myopia adalah ketika perusahaan terlalu fokus memproduksi produk dan jasa, ketimbang melihat big picture dari apa yang masyarakat inginkan. Pengertian lain Myopia “mencari pendekatan terlihat dan lebih mendalam terhadap konsep pemasaran semata yang berfokus pada kebutuhan perusahaan dalam jangka pendek, tapi melupakan prediksi perubahan marketshare dimasa yang akan datang atau bukannya perusahaan menentukan kebutuhan dan kenginan pelanggan malah sibuk dengan strategi keuntungan perusahan. Perusahaan egois seperti itu gagal untuk melihat dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang cepat di pasar dan berakibat mereka sebelumnya eminence, goyah , jatuh, dan menghilang” Marketing Myopia Miopia Marketing juga mungkin terjadi saat bisnis terlalu berfokus pada strategi periklanan berkembang untuk target pasar yang salah atau kelompok segmen demografis yang sangat luas. konsumen di pasar ekonomi biasanya melihat strategi periklanan unik, dengan membangun persepsi mereka di atas budaya, ras, usia atau pendapat pribadi lainnya. Perusahaan yang gagal untuk memahami persepsi konsumen saat mengiklankan barang dan jasanya biasanya tidak memahami myopia pemasaran. Theodore Levitt Pada artikelnya lebih dari 50 tahun yang lalu, Levitt sudah memberikan contoh mengenai perusahaan-perusahaan pembuat rel kereta api yang mengalami marketing myopia, di mana mereka terlalu terfokus pada ‘keasyikan’ mereka membangun rel dan terus menganggap diri mereka sebagai pelaku bisnis rel kereta, bukannya pelaku bisnis transportasi. Sehingga ketika mobil dan kapal mulai mengambil alih peran transportasi, pembuat rel kereta ini perlahan tersisihkan. Contoh lain Marketing Myopia: Perusahaan taksi yang dominasinya mulai digeser oleh fenomena angkutan online. Kebutuhan manusia bukanlah ‘ingin taksi-nya’, melainkan transportasi yang mudah diakses dengan harga terjangkau para penjual frozen yoghurt di Jakarta sempat menjamur dan laris manis, namun ketika mereka terfokus pada produk frozen yoghurt yang mereka jual dan pasar mulai jenuh, di situlah mereka mulai tersandung hingga akhirnya para pemain tersebut mulai berguguran. Seharusnya mereka meng-klaim diri mereka bukan sebagai penjual frozen yoghurt, tapi pelaku bisnis dessert yang akan selalu dibutuhkan pasar. para penjual frozen yoghurt di Jakarta sempat menjamur dan laris manis, namun ketika mereka terfokus pada produk frozen yoghurt yang mereka jual dan pasar mulai jenuh, di situlah mereka mulai tersandung hingga akhirnya para pemain tersebut mulai berguguran. Seharusnya mereka meng-klaim diri mereka bukan sebagai penjual frozen yoghurt, tapi pelaku bisnis dessert yang akan selalu dibutuhkan pasar. Kesimpulan Sesuai konsep marketing, hendaknya kita selalu ingat bahwa fokus kita adalah kebutuhan dan keinginan konsumen, bukan sekedar menjual produk yang laris saat ini. Perusahaan sukses selalu memperhitungkan apa yang benar-benar dibutuhkan konsumen. Tidak sekadar produk dan jasa mereka, yang sebenarnya bisa gampang didepak oleh alternatif produk yang lain.