Anda di halaman 1dari 4

LOG BOOK

5
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

MBKM
REKOQNISI PENGEMBANGAN KURIKULUM

Nama AHMAD AFIFUDIN YULIANTO NIM K718005

Sekolah SMA Islam 1 Surakarta


Nama Kepala Sumardi, S.Pd
Sekolah
Alamat Jalan Brigjen Sudiarto No.151, Joyosuran, Kec. Pasar Kliwon, Surakarta
Jenis Tagihan Penganalisisan terhadap implementasi kurikulum: 1) desain pembelajaran
yang digunakan 2) faktor yang memengaruhi implementasi; 3) model
perencanaan yang digunakan; 4) model pelaksanaan 5) model evaluasi

PETUNJUK:
 Laporan hasil analisis disusun dengan menggunakan BAHASA SENDIRI. Semua laporan
akan di cek melalui program “TURNITIN”, tujuannya untuk mengetahui tingkat
kesamaan masing-masing laporan dengan laporan teman sejawat lainnya, atau dengan
referensi lain yang ada di internet.
 Tingkat toleransi kemiripan adalah 20%. Jika sistem TURNITIN melaporkan kesamaan
lebih dari 20%, maka pekerjaan tidak akan dibaca dan dinilai, tetapi langsung DIBERI
NILAI MINIMAL.
 Sumber referensi ketika akan dilaporkan, seperti kurikulum sekolah, kurikulum nasional,
RPP, dan sumber lain yang berpotensi membuat plagiasi dapat disisipkan dalam lampiran .
Lampiran hanya sebagai pendukung data, sehingga tidak akan di TURNITIN.
 File pekerjaan disimpan dalam bentuk DOC dan pastikan file tidak rusak ketika dibuka
dengan MS Office dengan versi yang lebih rendah. Format nama file NIM_Nama
Mahasiswa_Kelas. Contoh: 12345_Budi Santoso_B. File dikirim ke google form (akan
diinformasikan kemudian via WA).

A. LATAR BELAKANG
Mengembangkan kualitas manusia merupakan tujuan dari pendidikan nasional.
Tujuan ini bisa diraih apabila proeses pembelajaran menghasilkan peserta didik untuk
kreatif inovatif. Tujuan ini mendasari diterapkannya kurikulum 2013. Implementasi dari
kurikulum 2013 adalah penekanan pada penilaian peserta didik yang meliputi aspek
sikap, kognitif dan psikomotorik agar mampu berkembang bersama-sama.
Dalam pelaksanaannya implementasi kurikulum menemui berbagai hambatan
sehingga perlu adanya monitoring dan evaluasi. Hal yang menjadi bahan evaluasi
antara lain kesesuaian antara KI-KD dengan silabus dan sumber belajar. Kemudian
kompleksifitas pembelajaran dan penilaian, penggunaan taksonomi bloom dan
penerapan proses berpikir 5M guna penerapan metode pembelajaran yang procedural.
Keberhasilan implementasi kurikulum dapat dicapai apabila kualitas dari tenaga
pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik serta faktor penunjang lainnya dapat
selaras satu visi.

B. PENGANALISISAN TERHADAP IMPLEMENTASI KURIKULUM: 1) DESAIN


PEMBELAJARAN YANG DIGUNAKAN 2) FAKTOR YANG MEMENGARUHI
IMPLEMENTASI; 3) MODEL PERENCANAAN YANG DIGUNAKAN; 4)
MODEL PELAKSANAAN 5) MODEL EVALUASI

1. Desain pembelajaran di SMA Islam 1 Surakarta adalah menggunakan desain Dick


and Carey. Langkah awal desain Dick and Carey adalah dengan mengidentifikasi
tujuan pembelajaran agar sesuai tuntutan di jenjang pendidikan selanjutnya. Tujuan
desain pembelajaran Dick and Carey adalah agar peserta didik dapat mengaplikasikan
hal yang berkaitan dengan materi pelajaran, kemudian terdapat hubungan tiap
komponen utamanya strategi pembelajaran dengan hasil belajar, dan yang tearkhir
menerangkan sintaks yang harus dilakukan dalam perencanaan desain pembelajaran.
Pola desain kurikulum di SMA Islam 1 Surakarta juga menggunakan pola desain
subject centered design utamanya menggunakan subject centered design curriculum
yakni hubungan antar mata pelajaran tidak terkait. Pola kurikulum ini hanya
memfokuskan pada kognitif peserta didik.
Penerapannya di SMA Islam 1 Surakarta sudah memenuhi tiga proses dalam desain
pembelajaran Dick and Carey. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya perumusuan
tujuan pembelajaran sebelum proses pembelajaran itu dilaksanakan, kemudian
memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan
pemilihan materi yang sesuai. Langkah yang selanjutnya adalah dengan adanya
desain dan pelaksanaan evaluasi formatif seperti UTS maupun UAS.
Penerapan di SMA Islam 1 selain menggunakan desain Dick and Carey juga
menggunakan subject centered design curriculum yang ditunjukkan dengan
penggunaan bahan ajar yang ada di masa lalu, kemudian kesuksesan evaluasi
pembelajaran juga hanya dilihat dari kemampuan peserta didik mengerjakan ujian.
Pola pembelajaran juga lebih kearah teacher center, hanya beberapa pengajar yang
menggunakan teacher center.
2. Implementasi kurikulum di sekolah kadang tidak semulus seperti apa yang
diharapkan. Ada banyak hal kompleks yang berpotensi menghambat kesuksesan
implementasi kurikulum di sekolah. Faktor tersebut antara lain:
a. Faktor Tenaga Pendidik
Tenaga pendidik merupakan faktor penting dalam keberhasilan implementasi
kurikulum. Tenaga pendidik adalah perencana sekaligus pelaksana dari
kurikulumt ersebut. Apabila kemampuan dari tenaga pendidik masih belum
memadai dalam merancang dan melaksanakan kurikulum, maka keberhasilan
dari implementasi kurikulum juga akan menemukan kendala.
Kualitas tenaga pendidik di SMA Islam 1 Surakarta memang sudah memiliki
kualifikasi pendidikan S1. Namun dalam perancangan dan pelaksanaan
kurikulum belum begitu baik karena ada kendala dari faktor lainnya.
b. Faktor sarana-prasarana
Sarana prasarana merupakan faktor penunjang keberhasilan evaluasi
kurikulum. Hal ini karena sarana prasarana merupakan tempat dan alat untuk
perencanaan dan pelaksanaan kurikulum tersebut.
Kondisi sarana prasarana di SMA Islam 1 Surakarta bisa dikatakan kurang
memadai untuk pelaksaan kurikulum. Karena kondisinya yang cukup terbatas,
hal ini menjadikan implementasi kurikulum hanya berfokus pada hal
sederhana.
c. Kualitas input peserta didik
Kuallitas input peserta didik menjadi faktor penting dalam implementasi
kurikulum karena peserta didik merupakan target utama dari kurikulum
tersebut. Kualitas input peserta didik yang kompeten akan memberikan
keberhasilan dari implementasi kurikulum. Dalam hal ini, kualitas input
peserta didik harus sesuai dengan kualitas tenaga pendidik. Apabila kualitas
input peserta didik kurang kompeten, maka sebaik apapun tenaga
pendidiknya, implementasi kurikulum akan mengalami kendala begitu juga
sebaliknya.
Kualitas peserta didik di SMA Islam 1 Surakarta bisa dibilang belum begitu
memiliki kompetensi yang baik jika dibandingkan dengan di sekolah lainnya.
Hal ini dikarenakan input dari peserta didik berasal dari jenjang pendidikan
yang kurang juga. Hal ini menjadi kendala bagi tenaga pendidik dalam proses
pemeblajraran karena susah menelaah materi dan memerlukan treatment lebih.
3. Model perencanaan kurikulum di SMA Islam 1 Surakarta menggunakan RPP dan
silabus. Silabus yang disusun di SMA Islam 1 Surakarta sudah lengkap karena
memuat semua indikator yang ada. Namun belum semua silabus memuat IPK yang
merupakan ukuran tercapaian kompetensi dasar pada saat pembelajaran. RPP tersebut
memuat tujuan pembelajaran, sintaks, alat evaluasi serta lampiran materi
pembelajaran yang akan diajarkan saat proses pembelajaran berlangsung. RPP yang
digunakan di SMA Islam 1 Surakarta menggunakan RPP model 1 lembar dan sudah
sesuai pedoman sesuai regulasi dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemudian untuk alat evaluasi ada tiga ranah evaluasi pembelajaran yaitu evaluasi
kognitif, evaluasi psikomotorik, dan evaluasi afektif peserta didik. Untuk evaluasi
kognitif menggunakan penilaian seperti ujian ataupun ulangan harian. Evaluasi
psikomotorik diukur lewat tugas portofilio peserta didik dan afektif diukur
berdasarkan sikap kseharian peserta didik di sekolah.
4. Model pelaksanaan kurikulum di SMA Islam 1 Surakarta pada saat pembelajaran
berlangsung tergantung pada guru. Pola strategi yang digunakan saat pembelajarna
berlangsung lebih condong menggunakan strategi ekspositori namun melibatkan
peserta didik dengan proses tanya jawab. Meskipun ada beberapa guru yang
menggunakan pembelajaran interaktif seperti ice breaking ataupun berbagai game
lainnya. Kondisi tersebut hanya diterapkan oleh sebagian guru saja. Hal ini didasari
mengingat kondisi peserta didik yang memiliki kompetensi kurang. Terlebih saat
pandemic berlangsung ditambah dengan porsi jam pembelajaran yang berkurang
untuk penggunaaan interaktif learning susah diterapkan. Sementara itu penggunaan
media pembelajaran hanya sebatas penggunaan materi sederhana seperti penampilan
video, ppt, ataupun gambar-gambar yang terkait pembelajaran. Hal ini disebabkan
oleh terbatasnya sarana prasarana di sekolah dan kondisi peralatan yang dimiliki oleh
peserta didik pun terbatas. Kondisi input peserta didik yang dominan berasal dari
kalangan menengah ke bawah, sering ditemui beberapa peserta didik yang tidak
mempunyai peralatan pembelajaran yang mampu menunjang penggunaan media
interaktif. Hal ini menjadi alasan mengapa pelaksanaan pembelajaran hanya
menggunakan strategi dan media yang sederhana.
5. Evaluasi implementasi kurikulum dilaksanakan pada akhir tahun bersama dengan
pengawas sekolah. Dalam evaluasi akhir tahun ini mengukur tingkat keberhasilan
implementas kurikulum. Beberapa hal yang menjadi indikator dalam evaluasi
kurikulum ini adalahh bagaimana catatan guru terkait evaluasi peserta didik yang
berisi penilaian diri. Kemudian keberhasilan proses pembelajaran yang diukur dengan
penilaian kognitif dengan menggunakan tes tertulis bentuk pilihan ganda, uraian, dan
diskusi. Sedangkan penilaian keterampilan menggunakan penugasan portofilio dan
sikap diukur dari perilaku peserta didik. Dalam evaluasi akhir tahun ini juga diukur
bagaimana variasi yang digunakan oleh guru dan kesesuaian dengan rancangan
kurikulum.

C. DAFTAR REFERENSI

Astuti, A. A, Haryanto, S & Prihartini. (2018). Y. “Evaluasi Implementasi Kurikulum 2013”.


Wiyata Dharma: Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 6 (2)
Juanda, A. (2016). “Kurikulum Dan Pembelajaran Teori Dan Praktik KTSP. Cirebon. CV.
Confident (Anggota IKAPI).
Ruhimat, Toto, (2009), “Kurikulum & Pembelajaran” jurusan kurtekpend, fakultas ilmu
pendidikan, universitas pendidikan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai